Analisis Sistem Pola Ruang Ekisting Kawasan Perjas Survey sekunder (Data : BPS 5 Mengetahui kondisi ekisting
Penggunaan kecamatan Kalibaru Kawasan Permukiman tahun, instasni :BPS) dan RTRW terkait penggunaan lahan di
Lahan Kawasan Pelayaan Umum Banyuwangi Kec. Kalibaru.
dll
analisis Kebijanan RTRW Provinsi Kedudukan Kabupeten Servey sekunder RTRW Provins- Kedudukan Kecamatan Kalibaru
kedudukan dan ,Kabupaten, BWP Banyuwangi dalam RTRW RDTR BWP Banyuwangi (Instansi dalam konstelasi wilayah yang
peran BWP dalam Kecamatan Kalibaru Provinsi : Bappeda, Dinas PU). lebih luas.
wilayah yang
lebih luas
analisis sumber Aspek Fisiografis Geologi Servey sekunder RTRW RPJP Mengetahui sumberdaya alam
daya alam dan Vegetasi RPJMD Provins-Kabupaten RDTR terkait potensi dalam
fisik atau Lahan Gambut BWP Banyuwangi (Instansi : perencanan Kecamatan Gambut
lingkungan BWP; Sumber Air Bappeda, Dinas PU).
Klimatologi
dll
Analisis Sosial Karekter Masyarakat, suku, keberadaan Karekter Survey primer dan sekunder Data dan analisis aspek sosial
Budaya budaya kawasan Masyarakat, suku, budaya, data BPS. dan budaya kawasan
perencanaan. bahasa kawasan perecanaan.
perencanaan.
Analisis Jumlah penduduk kawasasn Jumlah laki-laki Survey sekunder (Data : BPS 5 Proyeksi penduduk 20 tahun
Kependudukan perencanaan Jumlah perempuan tahun, instasni :BPS) kedepan.
Jumlah berdasarkan tingkat
pendidikan, dan agama.
Analisis Ekonomi Perkembangan ekonomi Sektor ekonomi yang Survey sekunder melalui data Analisis ekonomi dalam
dan sektor berkembang PDRB Kabupaten Banyuwangi mengidentifikasi sektor yang
unggulan kegiatan usaha berkembang yang berpotensi di
Guna Lahan kebangkan pada koridor
Produktivitaas kawasan perencanaan
Kemampuan Pendanaan
Pemerintah
analisis Pola pergerakan dan system Rute Angkutan Umum, Survey sekunder melalui data Proyeksi kebutuhan lalul intas,
transportasi sirkulasi headway, DISHUP Kabupaten Banyuwangi rencana pola pergerakan
(pergerakan); Kecepatan kendaraan,
volume lalu lintas,
jenis pola pergerakan
analisis sumber Sarana Prasarana dan Sarana dan Prasarana Survey Primer dan Survey Mengetahui kondisi ekisting
daya buatan; Utilitas - Sarana Pendidikan Sekunder terkait sumber daya buatan di
- Sarana Perjas Kec. Kalibaru.
- Sarana Peribadatan
- Sarana Kesehatan
- Sarana Kantor
Pemerintahan
- Sarana Kebudayaan dan
Rekreasi
- RTH
Utilitas
- Jaringan air bersih
- Jaringan listrik
- Jairngan Telepon
- Jaringan Drainase
- Jaringan persampahan
dan limbah
analisis kondisi Lingkungan yang layak huni analisis figure and ground Survey primer dan sekunder Analisis Kawasan perencanaan
lingkungan dan berkelanjutan, ruang analisis aksesibilitas pejalan melalui data BPS dalam mengidentifikasi
binaan; yang berkarakter kaki dan pesepeda lingkungan binaan yang
analisis ketersediaan dan berkembang dan
dimensi jalur khusus berkarakteristik
pedestrian
analisis karakteristik
kawasan (langgam
bangunan)
analisis land use
analisis ketersediaan ruang
terbuka hijau dan non hijau
analisis vista kawasan
(pelataran pandang)
analisis tata massa
bangunan
analisis intensitas bangunan
analisis land value capture
(pertambahan nilai lahan)
analisis kebutuhan
prasarana dan sarana sesuai
standar (jalan, jalur pejalan
kaki, jalur sepeda, saluran
drainase, dan lainnya)
analisis cagar budaya
analisis Kelembagaan pemerintah struktur organisasi dan tata Servey sekunder RTRW RPJP Analisis operasional
kelembagaan dalam perencanaan laksana pemerintahan, RPJMD Provins-Kabupaten RDTR kelembagaan dan struktur
sumber daya manusia, BWP Banyuwangi (Instansi : pemerintah
sarana dan prasarana Bappeda, Dinas PU).
kerja,
produk-produk pengaturan
serta organisasi
nonpemerintah,
perguruan tinggi dan
masyarakat.
analisis mengidentifikasi besar pendapatan asli daerah; Survey Sekunder menunjukkan kemampuan
pembiayaan pembelanjaan pendanaan oleh pemerintah; suatu wilayah dalam melakukan
pembangunan pembangunan, alokasi dana pendanaan dari pemerintah pemiayaan terhadap
terpakai, dan sumber- provinsi; perencanaan
sumber pembiayaan investasi swasta dan
pembangunan masyarakat;
bantuan dan pinjaman luar
negeri;
sumber-sumber pembiayaan
lainnya.
4.3 Pendekatan Perencanaan
Metode pendekatan yang digunakan dalam pelaksanaan pekerjaan Rencana Detail Tata Ruang Kawasan Perkotaan Kecamatan
Kalibaru antara lain:
Top Down dan Bottom Up Panning
Pendekatan perencanaan ini merupakan perpaduan dari arahan dan kebijakan yang telah ditetapkan oleh pemerintah dengan
aspirasi dari masyarakat. Pendekatan ini menggunakan 2 (dua) istilah perencanaan yaitu top down planning berupa perencanaan
program-program serta merupakan penjabaran dari kebijakan tata ruang oleh Pemerintah Provinsi maupun daerah, serta yang
kedua adalah bottom up planning. Perencanaan ini memberikan penekanan bahwa RDTR Kawasan Perkotaan Kecamatan
Kalibaru mengakomodasi aspirasi masyarakat sebagai pelaku pembangunan, dan dengan melibatkan masyarakat dalam proses
perencanaannya. Perencanaan ini merupakan upaya untuk memberdayakan masyarakat dalam perencanaan kerakyatan dan untuk
mengembangkan segala potensi, mengurangi dan seoptimal mungkin menyelesaikan permasalahan serta menanggulangi segala
ancaman atau tantangan yang muncul dari pengendalian pemanfaatan ruang di wilayah perencanaan.
Pendekatan Perencanaan Berkelanjutan dan Berwawasan Lingkungan
Pendekatan ini akan mendorong perencanaan yang tidak hanya berorientasi pada kebutuhan dan pemanfaatan ruang yang
semaksimal mungkin untuk kebutuhan saat ini, namun juga berorientasi pada masa yang akan datang dengan tetap memanfaatkan
ruang seoptimal mungkin dengan tidak merusak lingkungan. Prinsip pendekatan perencanaan berkelanjutan dan berwawasan
lingkungan antara lain:
Prinsip perencanaan tata ruang yang berpijak pada pelestarian dan berorientasi ke depan (jangka panjang).
Penekanan pada nilai manfaat yang besar bagi masyarakat.
Prinsip pengelolaan aset sumber daya yang tidak merusak dan lestari.
Kesesuaian antara kegiatan pengembangan dengan daya dukung ruang.
Keselarasan yang sinergis antara kegiatan eksplorasi dan eksploitasi SDA dengan keseimbangan dan daya dukung
lingkungannya
Antisipasi yang tepat dan monitoring perubahan lingkungan yang terjadi akibat pembangunan dan pemanfatan lahan untuk
kawasan budidaya
Pendekatan Intersektoral-Holistik
Pendekatan ini didasarkan pada suatu pemahaman bahwa perencanaan tata ruang menyangkut banyak aspek, sektor lain, serta
kawasan yang lebih luas dari wilayah perencanaan. Perencanaan ini di mulai dengan tahapan diagnosis secara umum terhadap
kawasan perencanaan (mikro) maupun dalam konteks yang luas. Dari tahapan diagnosis akan dirumuskan konteks dan kerangka
makro pengembangan wilayah perencanaan. Tahapan selanjutnya adalah analisis dan arahan pada setiap rencana sektoral yang
ada. Setelah tahapan tersebut, dilanjutkan dengan tahapan koordinasi, sinkronisasi dan integrasi pemanfaatan ruang.
Pendekatan Supply/Demand
Metode pendekatan supply/demand menitikberatkan pada perencanaan yang berdasarkan pada tingkat kebutuhan masyarakat dan
kecenderungan yang sedang berkembang di dalamnya, terutama di lokasi perencanaan yang dimaksudkan untuk menghasilkan
perencanaan pembangunan sarana prasarana yang menunjang optimalisasi pembangunan yang serasi, seimbang, dan sesuai
dengan kebutuhan, kemampuan daya dukung pertumbuhan serta prospek perkembangan kawasan secara umum dalam
menciptakan kawasan yang sinergi antar daerah baik dari segi spasial, sosial, maupun ekonominya.
Analisis Kebijanan RTRW Pola riang. Struktur Ruang Servey sekunder RTRW RPJP RPJMD Mengetahui aspek kebijakan
Struktur Provinsi ,Kabupaten, Kawasan Strategis Kab Provins-Kabupaten RDTR BWP dalam perencanaan menganalisis
Internal BWP BWP Kecamatan Banyuwangi (Khusus Kec. Banyuwangi(Instansi : Bappeda, Dinas struktur internal kebijakan yang
Kalibaru Kalibaru) PU). terkait
Analisis Kedudukan dan Peran BWP dalam Wilayah yang Lebih Luas
Analisis BWP pada wilayah yang lebih luas, dilakukan untuk memahami kedudukan dan keterkaitan BWP dalam sistem regional yang
lebih luas dalam aspek sosial, ekonomi, lingkungan, sumber daya buatan atau sistem prasarana, budaya, pertahanan, dan keamanan.
Sistem regional tersebut dapat berupa sistem kota, wilayah lainnya, kabupaten atau kota yang berbatasan, pulau, dimana BWP
tersebut dapat berperan dalam perkembangan regional.
Berikut keluaran dari analisis regional:
Gambaran pola ruang dan system jaringan prasarana BWP yang berhubungan dengan BWP lain dan kota atau wilayah yang berbatasan
Gambaran fungsi dan peran BWP pada wilayah yang lebih luas (BWP sekitarnya atau kabupaten/ kota berdekatan secara sistemik)
Gambaran potensi dan permasalahan pembangunan akan penataan ruang pada wilayah yang lebih luas terkait dengan kedudukan dan
hubungan BWP dengan wilayah yang lebih luas; dan
Gambaran peluang dan tantangan pembangunan wilayah perencanaan dalam wilayah yang lebih luas yang ditunjukkan oleh sektor ungulan.
Komponen Analisis
a) Analisis kedudukan dan kaitan social-budaya dan demografi BWP
b) Analisis kedudukan dan kaitan ekonomi BWP
c) Analisis kedudukan dan kaitan system prasarana
d) Analisis kedudukan dan kaitan aspek lingkungan
e) Analisis kedudukan dan kaitan aspek pertahanan dan keamanan
f) Analisis kedudukan dan kaitan aspek pendanaan BWP
g) Analisis spesifik terkait kekhasan kawasan
Metode
Tabel 4. Desain Survey Analisis kedudukan dan peran BWP dalam wilayah yang lebih
luas
Tujuan Variabel Indikator Teknik Pendapatan Data Output
Analisis Kebijakan RTRW Provinsi Kedudukan Kabupaten Survey sekunder RTRW Provinsi Kedudukan Kecamatan Kalibaru
keduudkan dan Kabupaten BWP Kecamatan Banyuwangi dalam RDTR BWP Banyuwangi (Instansi salam konstelasi wilayah yang
peran BWP dalam Kalibaru RTRW Provinsi Bappeda, Dinas PU) lebih luas
wilayah yang
lebih luas
Komponen Analisis
a) Analisa Sumber daya air
b) Analisa sumber daya tanah
c) Analisa topografi dan kelerengan
d) Analisa geologi lingkungan
e) Analisa klimatolgi
f) Analisa sumber daya alam (zona lindung)
g) Analisa sumber daya alam dan fisik lainnya (zona budi daya)
Metode
Tabel 4. Desain Survey Analisis Sumber Daya Alam dan Fisik atau Lingkungan BWP
Tujuan Variabel Indikator Teknik Pendapatan Data Output
analisis sumber Aspek Fisiografis Geologi Servey sekunder RTRW RPJP RPJMD Provins- Mengetahui sumberdaya alam
daya alam dan Vegetasi Kabupaten RDTR BWP Banyuwangi (Instansi : terkait potensi dalam
fisik atau Lahan Bappeda, Dinas PU). perencanan Kecamatan Gambut
lingkungan BWP; Gambut
Sumber Air
Klimatologi
Karekter Masyarakat, suku, Survey primer dan sekunder Data dan analisis aspek sosial dan budaya
budaya kawasan perencanaan. data BPS. kawasan perecanaan.
Analisis Kependudukan
Analisis kependudukan merupakan proses untuk mengetahui antara supply dan demand. Secara umum analisis kependudukan juga dapat
diartikan sebagai upaya untuk mengetahui batas kecukupan dari suatu wilayah perencanaan terhadap jumlah penduduk yang akan
berkembang. Teknik analisis kependudukan dilakukan dengan “proyeksi penduduk”.Proyeksi penduduk dilakukan dengan cara memperkirakan
jumlah penduduk sampai tahun tertentu untuk megetahui supply dan demand yang dibutuhkan .
Metode
Proyeksi penduduk merupakan suatu prakiraan mengenai jumlah penduduk yang akan datang. Proyeksi penduduk dibutuhkan sebagai
penentuan dari jumlah kebutuhan di kawasan perencanaan. Kebutuhan-kebutuhan tersebut meliputi fasilitas dan utilitas yang dapat diwujudkan
dalam konsep perencanaan. Ramalan dalam analisis proyeksi penduduk dilakukan dengan teknik perhitungan ilmiah. Jenis-jenis perhitungan
ilmiah dalam analisis proyeksi penduduk terdiri dari:
• Metode Bunga Berganda
Metode bunga berganda merupakan perkiraan jumlah yang didasarkan atas adanya tingkat pertambahan penduduk pada tahun sebelumnya.
Metode ini memiliki rumus:
P (t+q) = Pt (1 + r)q
Keterangan:
Pt = Jumlah penduduk pada tahun tertentu
Po = Jumlah penduduk pada tahun awal
a = Tingkat pertambahan rata-rata per-tahun (%)
n = Selang waktu atau selisih tahun proyeksi terhadap tahun dasar
• Metode Kurva Polonomial
Metode kurva polynomial memiliki kecenderungan pertumbuhan penduduk dianggap tetap atau dengan kata lain hubungan masa lampau
digunakan untuk memperkirakan perkembangan yang akan datang.
P(t+q) = Pt + b (q)
Keterangan :
Pt : Jumlah penduduk pada tahun dasar.
Pt – Q : Jumlah penduduk pada tahun (t – Q)
Q : Selang waktu pada tahun dasar ke tahun (t – Q)
Dimana :
b nq -1 = b/ Q-1
b : Rata-rata pertambahan jumlah penduduk tiap tahun
bn : Tambahan penduduk n tahun.
• Metode Regresi Linier
Model matematisnya adalah :
P(t+x) = a + b (x)
Dimana :
P(t+x) : jumlah penduduk tahun (t+x)
X : tahun proyeksi dikurangi tahun dasar
a dan b : konstante
Jumlah dan perkembangan penduduk Kelurahan, KK Survei Sekunder melalui data BPS Kecamatan Identifiaksi dan analisis perkemabngan
pada kawasan perencanaan Kaliwates Dalam Angka.. kependudukan.
PE = ( Ra – 1 ) + ( Ri – Ra ) + ( ri – Ri )
PB = KPP + KPPW
Keterangan :
PE= Pertumbuhan Ekonomi Wilayah Lokal
PB= Pergeseran Bersih
Yt= Indikator ekonomi wilayah Nasional, akhir tahun analisis
Yo= Indikator ekonomi wilayah Nasional, awal tahun analisis
Yit= Indikator ekonomi wilayah Nasional sektor i, akhir tahun analisis
Yio= Indikator ekonomi wilayah Nasional sektor i, awal tahun analisis
Yit= Indikator ekonomi wilayah Lokal sektor i, akhir tahun analisis
yio= Indikator ekonomi wilayah Lokal sektor i, awal tahun analisis
Tabel 4. Desain Survey Analisis Ekonomi dan Sektor Unggulan
Tujuan Variabel Indikator Teknik Pendapatan Data Output
Analisis Ekonomi Perkembangan ekonomi Sektor ekonomi yang Survey sekunder melalui data PDRB Analisis ekonomi dalam
dan sektor berkembang Kabupaten Banyuwangi mengidentifikasi sektor yang
unggulan kegiatan usaha berkembang yang berpotensi di
Guna Lahan kembangkan pada kawasan
Produktivitaas kawasan perencanaan
Kemampuan Pendanaan
Pemerintah
Analisis Transportasi
Analisis transportasi dilakukan untuk menciptakan kemudahan dalam pergerakan, mendorong pertumbuhan ekonomi kawasan, dan mendukung
fungsi masingmasing zona. Analisis transportasi didasarkan pada pusat kegiatan, proyeksi kebutuhan lalu lintas.
Komponen Analisis
- Analisa tingkat pelayanan jalan
- Analisis titik-titik kemacetan
- Analisis system jaringajalan
- Analisis fungsi jalan
- Analisis system pergerakan
- Analisis karakteristik rumija, rumaja, ruwasja
- Analisis sarana dan prasarana transportasi
Metode
Bagan
Metode Analisis
- Skoring
Telepon umum, bis surat 2.500 - 30 0,012 500 m’ Lokasinya disebar pada titiktitik
Kantor kelurahan 30.000 500 1.000 0,033 Dapat dijangkau dengan kendaraan
umum. Beberapa sarana dapat
pos kamtib 30.000 72 200 0,006 digabung dalam satu atau kelompok
pos pemadam 30.000 72 200 0,006 bangunan pada tapak yang sama.
kebakaran Agen layanan pos dapat bekerja
Agen pelayanan pos 30.000 36 72 0,0024 sama dengan pihak yang mau
berinvestasi dan bergabung dengan
Loket pembayaran air 30.000 21 60 0,002 sarana lain
bersih
dalam bentuk wartel, warnet, atau
Loket pembayaran 30.000 21 60 0,002 warpostel. Loket pembayaran air
listrik bersih dan listrik lebih baik saling
bersebelahan.
Kantor kecamatan 120.000 1.000 2.500 0,02 Dapat dijangkau dengan kendaraan
umum. Beberapa sarana dapat
kantor polisi 120.000 500 1.000 0,001 digabung dalam satu atau kelompok
pos pemadam 120.000 500 1.000 0,001 bangunan pada tapak yang sama.
kebakaran Lokasinya mempertimbangkan
kemudahan dijangkau dari
kantor pos pembantu 120.000 250 500 0,004 lingkungan luar.
balai nikah / KUA / BP4 120.000 250 750 0,006 Lokasinya harus strategis untuk
memudahkan dicari dan dijangkau
Kecamatan oleh pengunjung di luar kawasan.
Sumber : SNI 03-1733-2004 tentang Tata Cara Perencanaan Lingkungan Perumahan di Perkotaan
Taman 1.250 216 500 0,28 m2/j 500 m’ Di tengah kelompok warga. 2 rombongan
Kanak- Tidak menyeberang
Kanak Termasuk prabelajar @ 60
rumah penjaga jalan raya. Bergabung
murid dapat
36 m2 dengan taman sehingga terjadi
bersatu dengan
pengelompokan
sarana lain
kegiatan.
Sekolah 1.600 633 2.000 1,25 1.000 m’ Kebutuhan harus
Dasar Berdasarkan
SMU 4.800 3.835 12.500 2,6 3.000 m’ Dengan kendaraan umum. dengan rumus 2,
Taman 2.500 72 150 0,09 1.000 m’ Di tengah kelompok warga dengan sarana
komplek
Sumber : SNI 03-1733-2004 tentang Tata Cara Perencanaan Lingkungan Perumahan di Perkotaan
Sarana Kesehatan
Fasilitas kesehatan adalah fasilitas yang sangat dibutuhkan oleh masyarakat karena kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa, dan
dan sosial yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial, dan ekonomis, kesehatan sangatlah penting untuk menunjang
berjalannya suatu aktivitas yang dilakukan, dan merupakan suatu kebutuhan dasar manusia. Adapaun dan standard dari fasilitas kesehatan
meliputi:
Balai 2.500 150 300 0,12 1.000 m’ Di tengah kelompok Dapat bergabung dalam
tetangga tidak lokasi balai warga
Pengobatan
Menyeberang jalan
Warga raya.
umum
Puskesmas 30.000 150 300 0,006 1.500 m’ -idem- Dapat bergbung dalam
Lingkungan
Puskesmas dan 120.000 420 1.000 0,008 3.000 m’ -idem- Dapat bergabung dalam
Balai Pengobatan lokasi kantor kecamatan
Tempat Praktek 5.000 18 - - 1.500 m’ -idem- Dapat bersatu dengan
rumah tinggal/tempat
Dokter
usaha/apotik
Apotik / Rumah 30.000 120 250 0,025 1.500 m’ -idem-
Obat
Sumber : SNI 03-1733-2004 tentang Tata Cara Perencanaan Lingkungan Perumahan di Perkotaan
Sarana Peribadatan
Sarana peribadatan merupakan sarana kehidupan untuk mengisi kebutuhan rohani yang perlu disediakan di lingkungan perumahan yang
direncanakan selain sesuai peraturan yang ditetapkan, juga sesuai dengan keputusan masyarakat yang bersangkutan. Oleh karena berbagai
macam agama dan kepercayaan yang dianut oleh masyarakat penghuni yang bersangkutan, maka kepastian tentang jenis dan jumlah fasilitas
peribadatan yang akan dibangun baru dapat dipastikan setelah lingkungan perumahan dihuni selama beberapa waktu. Pendekatan perencanaan
yang diatur adalah dengan memperkirakan populasi dan jenis agama serta kepercayaan dan kemudian merencanakan alokasi tanah dan lokasi
bangunan peribadatan sesuai dengan tuntutan planologis dan religius.
Musholla/ 250 45 100 bila 0,36 100 m’ Di tengah kelompok tetangga. Dapat merupakan
bangunan bagian dari bangunan sarana lain
Langgar
tersendiri
Mesjid 2.500 300 600 0,24 1.000 m’ Di tengah kelompok tetangga tidak menyeberang
jalan raya. Dapat bergabung dalam lokasi balai
Warga warga.
Mesjid 30.000 1.800 3.600 0,12 Dapat dijangkau dengan kendaraan umum
Lingkungan
(Kelurahan)
Sumber : SNI 03-1733-2004 tentang Tata Cara Perencanaan Lingkungan Perumahan di Perkotaan
Toko / 250 50 (termasuk 100 (bila berdiri sendiri) 0,4 300 m’ Di tengah kelompok
tetangga. Dapat
Warung gudang) merupakan bagian dari
sarana lain
Sumber : SNI 03-1733-2004 tentang Tata Cara Perencanaan Lingkungan Perumahan di Perkotaan
sarana lain
Gedung Serbaguna 120.000 1.500 3.000 0,025 100 m’ Dapat dijangkau dengan kendaraan
umum
Gedung Bioskop 120.000 1.000 2.000 0,017 100 m’ Terletak di jalan utama. Dapat merupakan
Sumber : SNI 03-1733-2004 tentang Tata Cara Perencanaan Lingkungan Perumahan di Perkotaan
Taman/ Tempat Main 2.500 1.250 0,5 1.000 Di pusat kegiatan lingkungan
Taman dan Lapangan Olah 30.000 9.000 0,3 Sedapat mungkin berkelompk dengan sarana pendidikan.
Raga
Taman dan Lapangan Olah 120.000 24.000 0,2 Terletak di jalan utama. Sedapat mungkin
Raga
berkelompok dengan sarana
pendidikan
Sumber : SNI 03-1733-2004 tentang Tata Cara Perencanaan Lingkungan Perumahan di Perkotaan
1.5
cacat roda
Lokal 3.0-6.0 1.0-1.5 1.5 0.5 10.0-12.0 12.0 4.0 10.0 ---
(pejalan kaki,
(darurat vegetasi,
Sekunder II (mobilmotor)
parkir) penyandang
cacat roda)
1.2
cacat roda)
1.5-2.0
(pejalan Khusus
0.5
Lingkungan I kaki, --- 0.5 3.5-4.0 4.0 2.0 4.0 pejalan
penjual kaki
dorong)
1.2
Khusus
(pejalan
Lingkungan II 0.5 --- 0.5 3.2 4.0 2.0 4.0 pejalan
kaki,
kaki
penjual
Sumber : SNI 03-1733-2004 tentang Tata Cara Perencanaan Lingkungan Perumahan di Perkotaan
Bentukan dan besaran jalur pedestrian (pejalan kaki) diperhitungkan atas dasar:
proyeksi kebutuhan disesuaikan dengan dimensi standar (minimal) dari trotoar;
pembentukan jaringan penghubung di dalam area pusat lingkungan (antara berbagai sarana lingkungan) ataupun antar area pusat
lingkungan dengan lingkungan hunian;
setting lingkungan dan lokasi terkait dengan pembentukan karakter / konteks khas setempat;
faktor keamanan pejalan kaki terkait dengan arus kendaraan yang melewati jalur jalan utamanya; dan
faktor kenyamanan pejalan kaki dengan pertimbangan iklim regional dan cuaca setempat.
Luas lahan parkir pada area pusat kegiatan. Adapun luas dari lahan parker tergantung pada beberapa faktor:
- jumlah pemilikan kendaraan;
- jenis kegiatan dari pusat kegiatan yang dilayani; dan
- sistem pengelolaan parkir, misalnya parkir bersama, parkir berbagi antar beberapa kapling (shared parking area), ataupun parkir lahan pribadi
(private parking area).
Dengan demikian besaran parkir akan berbeda-beda tergantung pusat kegiatan yang dilayaninya. Standar besaran yang umumnya dipakai adalah:
- setiap luas 60 m2 luas area perbelanjaan 1 lot parkir mobil
- setiap luas 100 m2 luas area perkantoran 1 lot parkir mobil
Sedangkan pemilikan kendaraan adalah 60 mobil setiap 1000 penduduk
Pertemuan saluran
Bangunan terjunan
Bangunan terjunan
Street inlet
Pompa
Pintu Air
Sumber : SNI 03-1733-2004 tentang Tata Cara Perencanaan Lingkungan Perumahan di Perkotaan
Jenis-jenis elemen perencanaan pada jaringan air limbah yang harus disediakan pada
lingkungan perumahan di perkotaan adalah:
a) septik tank;
b) bidang resapan; dan
c) jaringan pemipaan air limbah.
Lingkungan perumahan harus dilengkapi dengan sistem pembuangan air limbah yang memenuhi ketentuan perencanaan plambing yang berlaku.
Apabila kemungkinan membuat tangki septik tidak ada, maka lingkungan perumahan harus dilengkapi dengan sistem pembuangan air limbah
lingkungan atau harus dapat disambung pada sistem pembuangan air limbah kota atau dengan cara pengolahan lain. Apabila tidak
memungkinkan untuk membuat bidang resapan pada setiap rumah, maka harus dibuat bidang resapan bersama yang dapat melayani beberapa
rumah.
Kelurahan (30.000 jiwa) Gerobak sampah TPS 2 m3 Jarak bebas TPS dengan Gerobak mengangkut
(30.000 jiwa) (120.000 jiwa) Mobil sampah TPS/TPA lokal - minimal 30m Mobil mengangkut
Sumber : SNI 03-1733-2004 tentang Tata Cara Perencanaan Lingkungan Perumahan di Perkotaan
Jenis-jenis elemen perencanaan pada jaringan listrik yang harus disediakan adalah:
kebutuhan daya listrik; dan
jaringan listrik
Adapun data dan informasi yang diperlukan untuk merencanakan penyediaan sambungan telepon rumah tangga adalah:
rencana tata ruang wilayah (RTRW) kota dan perkembangan lokasi yang direncanakan, berkaitan dengan kebutuhan sambungan telepon;
tingkat pendapatan keluarga dan kegiatan rumah tangga untuk mengasumsikan kebutuhan sambungan telepon pada kawasan yang
direncanakan;
jarak terjauh rumah yang direncanakan terhadap Stasiun Telepon Otomat (STO), berkaitan dengan kebutuhan STO pada kawasan yang
direncanakan;
kapasitas terpasang STO yang ada; dan teknologi jaringan telepon yang diterapkan, berkaitan radius pelayanan
Analisis Kelembagaan
Analisis kelembagaan dilakukan untuk memahami kapasitas pemerintah kota dalam menyelenggarakan pembangunan yang mencakup
struktur organisasi dan tata laksana pemerintahan, sumber daya manusia, sarana dan prasarana kerja, produk-produk pengaturan
serta organisasi nonpemerintah, perguruan tinggi dan masyarakat. Analisis diharapkan menghasilkan beberapa bentuk dan operasional
kelembagaan di BWP sehingga semua pihak yang terlibat dapat berpartisipasi dalam perencanaan, pemanfaatan, dan pengendalian
pemanfaatan ruang.