Anda di halaman 1dari 36

4.

1 Sistematik Pola Perencanaan


4.2 Desain Survey
Tabel 4.1 Pengertian Substansi Survey
Pengertian Substansi Survey
 Tujuan adalah aspek-  Variabel adalah  Indikator adalah  Survey Primer: Output adalah
aspek analisis penyususnan objek penelitian objek penilaian Survey primer merupakan teknik survey dengan hasil yang ingin
RDTR-K variabel mengamatan secara langsung (melalui observasi, FDG dicapai
dan in-depth interview).
 Survey Sekunder:
Survey sekunder adalah teknik survey yang dilakukan
dengan review literature yang terkait kawasan
perencanaan.

Tabel 4.2 Desain Survey Penusunan RDTR-K


Tujuan Variabel Indikator Teknik Pendapatan Data Output
Analisis Struktur  Kebijanan RTRW Provinsi  Pola riang. Struktur Ruang Servey sekunder RTRW RPJP  Mengetahui aspek kebijakan
Internal BWP ,Kabupaten, BWP Kawasan Strategis Kab RPJMD Provins-Kabupaten RDTR dalam perencanaan
Kecamatan Kalibaru Banyuwangi (Khusus Kec. BWP Banyuwangi(Instansi : menganalisis struktur internal
Kalibaru) Bappeda, Dinas PU). kebijakan yang terkait

Analisis Sistem  Pola Ruang Ekisting  Kawasan Perjas Survey sekunder (Data : BPS 5  Mengetahui kondisi ekisting
Penggunaan kecamatan Kalibaru  Kawasan Permukiman tahun, instasni :BPS) dan RTRW terkait penggunaan lahan di
Lahan  Kawasan Pelayaan Umum Banyuwangi Kec. Kalibaru.
 dll
analisis  Kebijanan RTRW Provinsi  Kedudukan Kabupeten Servey sekunder RTRW Provins-  Kedudukan Kecamatan Kalibaru
kedudukan dan ,Kabupaten, BWP Banyuwangi dalam RTRW RDTR BWP Banyuwangi (Instansi dalam konstelasi wilayah yang
peran BWP dalam Kecamatan Kalibaru Provinsi : Bappeda, Dinas PU). lebih luas.
wilayah yang
lebih luas
analisis sumber  Aspek Fisiografis  Geologi Servey sekunder RTRW RPJP  Mengetahui sumberdaya alam
daya alam dan  Vegetasi RPJMD Provins-Kabupaten RDTR terkait potensi dalam
fisik atau  Lahan Gambut BWP Banyuwangi (Instansi : perencanan Kecamatan Gambut
lingkungan BWP;  Sumber Air Bappeda, Dinas PU).
 Klimatologi
 dll
Analisis Sosial  Karekter Masyarakat, suku,  keberadaan Karekter Survey primer dan sekunder  Data dan analisis aspek sosial
Budaya budaya kawasan Masyarakat, suku, budaya, data BPS. dan budaya kawasan
perencanaan. bahasa kawasan perecanaan.
perencanaan.
Analisis  Jumlah penduduk kawasasn  Jumlah laki-laki Survey sekunder (Data : BPS 5 Proyeksi penduduk 20 tahun
Kependudukan perencanaan  Jumlah perempuan tahun, instasni :BPS) kedepan.
 Jumlah berdasarkan tingkat
pendidikan, dan agama.
Analisis Ekonomi  Perkembangan ekonomi  Sektor ekonomi yang Survey sekunder melalui data  Analisis ekonomi dalam
dan sektor berkembang PDRB Kabupaten Banyuwangi mengidentifikasi sektor yang
unggulan  kegiatan usaha berkembang yang berpotensi di
 Guna Lahan kebangkan pada koridor
 Produktivitaas kawasan perencanaan
 Kemampuan Pendanaan
Pemerintah
analisis  Pola pergerakan dan system  Rute Angkutan Umum, Survey sekunder melalui data  Proyeksi kebutuhan lalul intas,
transportasi sirkulasi  headway, DISHUP Kabupaten Banyuwangi rencana pola pergerakan
(pergerakan);  Kecepatan kendaraan,
 volume lalu lintas,
 jenis pola pergerakan
analisis sumber  Sarana Prasarana dan  Sarana dan Prasarana Survey Primer dan Survey  Mengetahui kondisi ekisting
daya buatan; Utilitas - Sarana Pendidikan Sekunder terkait sumber daya buatan di
- Sarana Perjas Kec. Kalibaru.
- Sarana Peribadatan
- Sarana Kesehatan
- Sarana Kantor
Pemerintahan
- Sarana Kebudayaan dan
Rekreasi
- RTH
 Utilitas
- Jaringan air bersih
- Jaringan listrik
- Jairngan Telepon
- Jaringan Drainase
- Jaringan persampahan
dan limbah
analisis kondisi  Lingkungan yang layak huni  analisis figure and ground Survey primer dan sekunder  Analisis Kawasan perencanaan
lingkungan dan berkelanjutan, ruang  analisis aksesibilitas pejalan melalui data BPS dalam mengidentifikasi
binaan; yang berkarakter kaki dan pesepeda lingkungan binaan yang
 analisis ketersediaan dan berkembang dan
dimensi jalur khusus berkarakteristik
pedestrian
 analisis karakteristik
kawasan (langgam
bangunan)
 analisis land use
 analisis ketersediaan ruang
terbuka hijau dan non hijau
 analisis vista kawasan
(pelataran pandang)
 analisis tata massa
bangunan
 analisis intensitas bangunan
 analisis land value capture
(pertambahan nilai lahan)
 analisis kebutuhan
prasarana dan sarana sesuai
standar (jalan, jalur pejalan
kaki, jalur sepeda, saluran
drainase, dan lainnya)
 analisis cagar budaya
analisis  Kelembagaan pemerintah  struktur organisasi dan tata Servey sekunder RTRW RPJP  Analisis operasional
kelembagaan dalam perencanaan laksana pemerintahan, RPJMD Provins-Kabupaten RDTR kelembagaan dan struktur
 sumber daya manusia, BWP Banyuwangi (Instansi : pemerintah
 sarana dan prasarana Bappeda, Dinas PU).
kerja,
 produk-produk pengaturan
serta organisasi
nonpemerintah,
 perguruan tinggi dan
masyarakat.
analisis  mengidentifikasi besar  pendapatan asli daerah; Survey Sekunder  menunjukkan kemampuan
pembiayaan pembelanjaan  pendanaan oleh pemerintah; suatu wilayah dalam melakukan
pembangunan pembangunan, alokasi dana  pendanaan dari pemerintah pemiayaan terhadap
terpakai, dan sumber- provinsi; perencanaan
sumber pembiayaan  investasi swasta dan
pembangunan masyarakat;
 bantuan dan pinjaman luar
negeri;
 sumber-sumber pembiayaan
lainnya.
4.3 Pendekatan Perencanaan
Metode pendekatan yang digunakan dalam pelaksanaan pekerjaan Rencana Detail Tata Ruang Kawasan Perkotaan Kecamatan
Kalibaru antara lain:
 Top Down dan Bottom Up Panning
Pendekatan perencanaan ini merupakan perpaduan dari arahan dan kebijakan yang telah ditetapkan oleh pemerintah dengan
aspirasi dari masyarakat. Pendekatan ini menggunakan 2 (dua) istilah perencanaan yaitu top down planning berupa perencanaan
program-program serta merupakan penjabaran dari kebijakan tata ruang oleh Pemerintah Provinsi maupun daerah, serta yang
kedua adalah bottom up planning. Perencanaan ini memberikan penekanan bahwa RDTR Kawasan Perkotaan Kecamatan
Kalibaru mengakomodasi aspirasi masyarakat sebagai pelaku pembangunan, dan dengan melibatkan masyarakat dalam proses
perencanaannya. Perencanaan ini merupakan upaya untuk memberdayakan masyarakat dalam perencanaan kerakyatan dan untuk
mengembangkan segala potensi, mengurangi dan seoptimal mungkin menyelesaikan permasalahan serta menanggulangi segala
ancaman atau tantangan yang muncul dari pengendalian pemanfaatan ruang di wilayah perencanaan.
 Pendekatan Perencanaan Berkelanjutan dan Berwawasan Lingkungan
Pendekatan ini akan mendorong perencanaan yang tidak hanya berorientasi pada kebutuhan dan pemanfaatan ruang yang
semaksimal mungkin untuk kebutuhan saat ini, namun juga berorientasi pada masa yang akan datang dengan tetap memanfaatkan
ruang seoptimal mungkin dengan tidak merusak lingkungan. Prinsip pendekatan perencanaan berkelanjutan dan berwawasan
lingkungan antara lain:
 Prinsip perencanaan tata ruang yang berpijak pada pelestarian dan berorientasi ke depan (jangka panjang).
 Penekanan pada nilai manfaat yang besar bagi masyarakat.
 Prinsip pengelolaan aset sumber daya yang tidak merusak dan lestari.
 Kesesuaian antara kegiatan pengembangan dengan daya dukung ruang.
 Keselarasan yang sinergis antara kegiatan eksplorasi dan eksploitasi SDA dengan keseimbangan dan daya dukung
lingkungannya
 Antisipasi yang tepat dan monitoring perubahan lingkungan yang terjadi akibat pembangunan dan pemanfatan lahan untuk
kawasan budidaya
 Pendekatan Intersektoral-Holistik
Pendekatan ini didasarkan pada suatu pemahaman bahwa perencanaan tata ruang menyangkut banyak aspek, sektor lain, serta
kawasan yang lebih luas dari wilayah perencanaan. Perencanaan ini di mulai dengan tahapan diagnosis secara umum terhadap
kawasan perencanaan (mikro) maupun dalam konteks yang luas. Dari tahapan diagnosis akan dirumuskan konteks dan kerangka
makro pengembangan wilayah perencanaan. Tahapan selanjutnya adalah analisis dan arahan pada setiap rencana sektoral yang
ada. Setelah tahapan tersebut, dilanjutkan dengan tahapan koordinasi, sinkronisasi dan integrasi pemanfaatan ruang.
 Pendekatan Supply/Demand
Metode pendekatan supply/demand menitikberatkan pada perencanaan yang berdasarkan pada tingkat kebutuhan masyarakat dan
kecenderungan yang sedang berkembang di dalamnya, terutama di lokasi perencanaan yang dimaksudkan untuk menghasilkan
perencanaan pembangunan sarana prasarana yang menunjang optimalisasi pembangunan yang serasi, seimbang, dan sesuai
dengan kebutuhan, kemampuan daya dukung pertumbuhan serta prospek perkembangan kawasan secara umum dalam
menciptakan kawasan yang sinergi antar daerah baik dari segi spasial, sosial, maupun ekonominya.

4.4 Teknik Analisis Perencanaan


Dalam penyusunan RDTR-K Kawasan Kecamatan Kalibaru ini terdapat teknik-teknk analisis yang menjadi proses pengolahan data-data
yang telah diperoleh. Adapun teknik-teknik analisis tersebut adalah:

 Analisis Struktur Internal BWP


Analisis struktur internal kawasan BWP dilakukan untuk merumuskan kegiatan fungsional sebagai pusat dan jaringan yang menghubungkan
antarpusat di dalam BWP ruang dari RTRW Kabupaten ke RDTR. Fungsi dari analisis kebijakan adalah untuk mengetahui tema perencanaan
yang dibangun direncanakan di kawasan perencanaan.
Komponen Analisis
Analisa struktur internal BWP tersebut meliputi:
a) analisis sistem pusat pelayanan;
b) analisis sistem jaringan jalan;
c) analisis intensitas pengembangan ruang pada seluruh BWP.
 Metode
Alur diatas menjelesakan mengenai proses terbentuknya struktur internal BWP, untuk mendapatkan output struktur internal BWP diperlukan
data system pusat pelayanan, jaringan jalan dapat dilihat dari RTRW Kab. Banyuwangi. Input data tersebut kemudian di analisis menggunakan
Analisa indeks sentralitas, dan nantinya di dapatkannya struktur internal BWP dimana system perkotaan di Kecamatan Perencanaan dalam
penentuan BWPnya, disesuaikan dengan fungsi Kawasan tersebut.

Tabel 4. Desain Survey Analisa Struktur Internal BWP

Tujuan Variabel Indikator Teknik Pendapatan Data Output

Analisis  Kebijanan RTRW  Pola riang. Struktur Ruang Servey sekunder RTRW RPJP RPJMD  Mengetahui aspek kebijakan
Struktur Provinsi ,Kabupaten, Kawasan Strategis Kab Provins-Kabupaten RDTR BWP dalam perencanaan menganalisis
Internal BWP BWP Kecamatan Banyuwangi (Khusus Kec. Banyuwangi(Instansi : Bappeda, Dinas struktur internal kebijakan yang
Kalibaru Kalibaru) PU). terkait

 Analisis Sitem Penggunaan Lahan


Analisis sistem penggunaan lahan dilakukan untuk mendetailkan pola ruang dari RTRW Kabupaten/Kota ke RDTR. Analisis sistem penggunaan
lahan didasarkan pada kondisi fisik kawasan perencanaan, kondisi eksisting, status lahan, dan kerentanan terhadap risiko bencana.
 Metode

 Analisis Kedudukan dan Peran BWP dalam Wilayah yang Lebih Luas
Analisis BWP pada wilayah yang lebih luas, dilakukan untuk memahami kedudukan dan keterkaitan BWP dalam sistem regional yang
lebih luas dalam aspek sosial, ekonomi, lingkungan, sumber daya buatan atau sistem prasarana, budaya, pertahanan, dan keamanan.
Sistem regional tersebut dapat berupa sistem kota, wilayah lainnya, kabupaten atau kota yang berbatasan, pulau, dimana BWP
tersebut dapat berperan dalam perkembangan regional.
Berikut keluaran dari analisis regional:
 Gambaran pola ruang dan system jaringan prasarana BWP yang berhubungan dengan BWP lain dan kota atau wilayah yang berbatasan
 Gambaran fungsi dan peran BWP pada wilayah yang lebih luas (BWP sekitarnya atau kabupaten/ kota berdekatan secara sistemik)
 Gambaran potensi dan permasalahan pembangunan akan penataan ruang pada wilayah yang lebih luas terkait dengan kedudukan dan
hubungan BWP dengan wilayah yang lebih luas; dan
 Gambaran peluang dan tantangan pembangunan wilayah perencanaan dalam wilayah yang lebih luas yang ditunjukkan oleh sektor ungulan.

Komponen Analisis
a) Analisis kedudukan dan kaitan social-budaya dan demografi BWP
b) Analisis kedudukan dan kaitan ekonomi BWP
c) Analisis kedudukan dan kaitan system prasarana
d) Analisis kedudukan dan kaitan aspek lingkungan
e) Analisis kedudukan dan kaitan aspek pertahanan dan keamanan
f) Analisis kedudukan dan kaitan aspek pendanaan BWP
g) Analisis spesifik terkait kekhasan kawasan

 Metode
Tabel 4. Desain Survey Analisis kedudukan dan peran BWP dalam wilayah yang lebih
luas
Tujuan Variabel Indikator Teknik Pendapatan Data Output

Analisis  Kebijakan RTRW Provinsi  Kedudukan Kabupaten Survey sekunder RTRW Provinsi  Kedudukan Kecamatan Kalibaru
keduudkan dan Kabupaten BWP Kecamatan Banyuwangi dalam RDTR BWP Banyuwangi (Instansi salam konstelasi wilayah yang
peran BWP dalam Kalibaru RTRW Provinsi Bappeda, Dinas PU) lebih luas
wilayah yang
lebih luas

 Analisis Sumber Daya Alam dan Fisik atau Lingkungan BWP


Analisis dilakukan untuk memberikan gambaran kerangka fisik pengembangan wilayah serta batasan dan potensi alam BWP dengan mengenali
karakteristik sumber daya alam, menelaah kemampuan dan kesesuaian lahan agar pemanfaatan lahan dalam pengembangan wilayah
dapat dilakukan secara optimal dengan tetap memperhatikan keseimbangan ekosistem dan meminimalkan kerugian akibat bencana.
Secara umum analisis fisik/lingkungan dan SDA ini, memiliki keluaran sebagai berikut:
 gambaran daya dukung lingkungan fisik dalam menampung kegiatan yang ada maupun yang akan dikembangkan sampai akhir
masa berlakunya RDTR;
 gambaran daya dukung maksimum (daya tampung) ruang/lingkungan hidup dalam menampung kegiatan sampai waktu yang
melebihi masa berlakunya RDTR;
 gambaran kesesuaian lahan untuk pemanfaatan ruang di masa datang berdasarkan kondisi fisik/lingkungannya;
 gambaran potensi dan hambatan pembangunan keruangan dari aspek fisik; dan
 gambaran alternatif-alternatif upaya mengatasi hambatan fisik/lingkungan yang ada di BWP.

Komponen Analisis
a) Analisa Sumber daya air
b) Analisa sumber daya tanah
c) Analisa topografi dan kelerengan
d) Analisa geologi lingkungan
e) Analisa klimatolgi
f) Analisa sumber daya alam (zona lindung)
g) Analisa sumber daya alam dan fisik lainnya (zona budi daya)
 Metode

Tabel 4. Desain Survey Analisis Sumber Daya Alam dan Fisik atau Lingkungan BWP
Tujuan Variabel Indikator Teknik Pendapatan Data Output
analisis sumber  Aspek Fisiografis  Geologi Servey sekunder RTRW RPJP RPJMD Provins-  Mengetahui sumberdaya alam
daya alam dan  Vegetasi Kabupaten RDTR BWP Banyuwangi (Instansi : terkait potensi dalam
fisik atau  Lahan Bappeda, Dinas PU). perencanan Kecamatan Gambut
lingkungan BWP; Gambut
 Sumber Air
 Klimatologi

 Analisis Sosial Budaya


Analisis dilakukan untuk mengkaji kondisi sosial budaya masyarakat yang mempengaruhi pengembangan wilayah perencanaan seperti
elemen-elemen kota yang memiliki nilai historis dan budaya yang tinggi (urban heritage, langgam arsitektur, landmark kota) serta modal
sosial dan budaya yang melekat pada masyarakat (adat istiadat) yang mungkin menghambat ataupun mendukung pembangunan, tingkat
partisipasi/peran serta masyarakat dalam pembangunan, kepedulian masyarakat terhadap lingkungan, dan pergeseran nilai dan norma
yang berlaku dalam masyarakat setempat.
 Metode
Metode dalam analisis sosial budaya dilakukan dengan analisis deskriptif yaitu dengan menggambarkan karakteristik, suku, dan budaya pada
kawasan perencanaan.

Tabel 4. Desain Survey Analisis Sosial Budaya


Data yang Dibutuhkan Metode Pengumpulan Output Data

Karekter Masyarakat, suku, Survey primer dan sekunder Data dan analisis aspek sosial dan budaya
budaya kawasan perencanaan. data BPS. kawasan perecanaan.

Data dan analisis tingkatan kelas mayarakat


kawasan koridor.

 Analisis Kependudukan
Analisis kependudukan merupakan proses untuk mengetahui antara supply dan demand. Secara umum analisis kependudukan juga dapat
diartikan sebagai upaya untuk mengetahui batas kecukupan dari suatu wilayah perencanaan terhadap jumlah penduduk yang akan
berkembang. Teknik analisis kependudukan dilakukan dengan “proyeksi penduduk”.Proyeksi penduduk dilakukan dengan cara memperkirakan
jumlah penduduk sampai tahun tertentu untuk megetahui supply dan demand yang dibutuhkan .
 Metode
Proyeksi penduduk merupakan suatu prakiraan mengenai jumlah penduduk yang akan datang. Proyeksi penduduk dibutuhkan sebagai
penentuan dari jumlah kebutuhan di kawasan perencanaan. Kebutuhan-kebutuhan tersebut meliputi fasilitas dan utilitas yang dapat diwujudkan
dalam konsep perencanaan. Ramalan dalam analisis proyeksi penduduk dilakukan dengan teknik perhitungan ilmiah. Jenis-jenis perhitungan
ilmiah dalam analisis proyeksi penduduk terdiri dari:
• Metode Bunga Berganda
Metode bunga berganda merupakan perkiraan jumlah yang didasarkan atas adanya tingkat pertambahan penduduk pada tahun sebelumnya.
Metode ini memiliki rumus:

P (t+q) = Pt (1 + r)q
Keterangan:
Pt = Jumlah penduduk pada tahun tertentu
Po = Jumlah penduduk pada tahun awal
a = Tingkat pertambahan rata-rata per-tahun (%)
n = Selang waktu atau selisih tahun proyeksi terhadap tahun dasar
• Metode Kurva Polonomial
Metode kurva polynomial memiliki kecenderungan pertumbuhan penduduk dianggap tetap atau dengan kata lain hubungan masa lampau
digunakan untuk memperkirakan perkembangan yang akan datang.
P(t+q) = Pt + b (q)
Keterangan :
Pt : Jumlah penduduk pada tahun dasar.
Pt – Q : Jumlah penduduk pada tahun (t – Q)
Q : Selang waktu pada tahun dasar ke tahun (t – Q)
Dimana :
b nq -1 = b/ Q-1
b : Rata-rata pertambahan jumlah penduduk tiap tahun
bn : Tambahan penduduk n tahun.
• Metode Regresi Linier
Model matematisnya adalah :

P(t+x) = a + b (x)
Dimana :
P(t+x) : jumlah penduduk tahun (t+x)
X : tahun proyeksi dikurangi tahun dasar
a dan b : konstante

( P) ( X2) – (X) (Px)


a = -----------------------------------
N (X2) -- (X)2

N (PX) – (X) (P)


b = -----------------------------------
N (X2) -- (X)2
Dimana :
P : jumlah penduduk
X : tahun proyeksi dikurangi tahun dasar
N : jumlah tahun terhitung.
Tabel 4. Desain Survey Analisis Kependudukan
Data yang Dibutuhkan Metode Output Data

Jumlah dan perkembangan penduduk Kelurahan, KK Survei Sekunder melalui data BPS Kecamatan Identifiaksi dan analisis perkemabngan
pada kawasan perencanaan Kaliwates Dalam Angka.. kependudukan.

Komposisi Pendudk (berdasarkan jenis kelamin,


pendidikan, pendidikan dan agama).

 Analisis Ekonomi dan Sektor Unggulan


Dalam mewujudkan ekonomi BWP yang berkelanjutan melalui keterkaitan ekonomi lokal dalam sistem ekonomi kota, regional, nasional,
maupun internasional, analisis ekonomi dilakukan dengan menemukenali struktur ekonomi, pola persebaran pertumbuhan ekonomi, potensi,
peluang dan permasalahan perekonomian wilayah kota untuk mencapai pertumbuhan ekonomi yang baik, terjadinya investasi dan mobilisasi
dana yang optimal.
Analisis diarahkan untuk menciptakan keterkaitan intra-regional (antar kawasan/kawasan perkotaan/perdesaan/kabupaten/kota) maupun
interregional sehingga teridentifikasi sektor-sektor riil unggulan, dan solusi-solusi secara ekonomi yang mampu memicu peningkatan
ekonomi wilayah kota. Analisis diharapkan dapat membaca potensi ekonomi lokal terhadap pasar regional, nasional maupun global.
Komponen Analisis
- Metode LQ dan shift share
- Mengetahui sektor basis
- Mengetahui non-basis
 Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data yang digunakan dalam mengetahui analisis dan sektor unggulan adalah survey sekunder atau survey literatur.
Pengumpulan data yang dilakukan dengan survey instansional. Survey instansional dilakukan pada BPS guna mendapatkan daya yang di
butuhkan.
 Metode Analisis
Metdoe analisis yang digunakan dalam menganalisa data yag telah didapatkan melalui survey sekunder. Metode yang di gunakan dalam
menganalisis ekonomi dan sektor unggulan adalah sebagai berikut :
- Metode analisis LQ (Location Quotien)
Rumus;
Keterangan :

pi= Produksi (luas panen ) jenis komoditas i pada tingkat kecamatan


pt= Produksi (luas panen) tanaman pangan semua komoditas j pada tingkat kecamatan
Pi= Produksi (luas panen ) jenis komoditas i pada tingkat kabupaten
Pt= Produksi (luas panen) tanaman pangan komoditasi j pada tingkat kabupaten

- Metode analisis shift share


Rumus :

PE = ( Ra – 1 ) + ( Ri – Ra ) + ( ri – Ri )

PB = KPP + KPPW

Keterangan :
PE= Pertumbuhan Ekonomi Wilayah Lokal
PB= Pergeseran Bersih
Yt= Indikator ekonomi wilayah Nasional, akhir tahun analisis
Yo= Indikator ekonomi wilayah Nasional, awal tahun analisis
Yit= Indikator ekonomi wilayah Nasional sektor i, akhir tahun analisis
Yio= Indikator ekonomi wilayah Nasional sektor i, awal tahun analisis
Yit= Indikator ekonomi wilayah Lokal sektor i, akhir tahun analisis
yio= Indikator ekonomi wilayah Lokal sektor i, awal tahun analisis
Tabel 4. Desain Survey Analisis Ekonomi dan Sektor Unggulan
Tujuan Variabel Indikator Teknik Pendapatan Data Output
Analisis Ekonomi  Perkembangan ekonomi  Sektor ekonomi yang Survey sekunder melalui data PDRB  Analisis ekonomi dalam
dan sektor berkembang Kabupaten Banyuwangi mengidentifikasi sektor yang
unggulan  kegiatan usaha berkembang yang berpotensi di
 Guna Lahan kembangkan pada kawasan
 Produktivitaas kawasan perencanaan
 Kemampuan Pendanaan
Pemerintah

 Analisis Transportasi
Analisis transportasi dilakukan untuk menciptakan kemudahan dalam pergerakan, mendorong pertumbuhan ekonomi kawasan, dan mendukung
fungsi masingmasing zona. Analisis transportasi didasarkan pada pusat kegiatan, proyeksi kebutuhan lalu lintas.
Komponen Analisis
- Analisa tingkat pelayanan jalan
- Analisis titik-titik kemacetan
- Analisis system jaringajalan
- Analisis fungsi jalan
- Analisis system pergerakan
- Analisis karakteristik rumija, rumaja, ruwasja
- Analisis sarana dan prasarana transportasi
 Metode

 Analisis Sumber Daya Buatan


Sumber daya buatan merupakan sumber daya alam yang telah/akan ditingkatkan dayagunanya untuk memenuhi kebutuhan manusia.
Pemanfaatan sumber daya buatan akan mengurangi eksploitasi sumber daya alam sehingga tetap dapat menjaga keseimbangan ekosistem
suatu wilayah.
Analisis sumber daya buatan dilakukan untuk memahami kondisi, potensi, permasalahan, dan kendala yang dimiliki dalam peningkatan
pelayanan sarana dan prasarana pada BWP. Melalui analisis ini diharapkan teridentifikasi kebutuhan sarana dan prasarana yang diperlukan
untuk memaksimalkan fungsi BWP.
 Metode Pengumpulan Data

Bagan

 Metode Analisis
- Skoring

 Sarana Pemerintahan Dan Pelayanan Umum


Kantor atau instansi pemerintahan dan pelayanan adalah meliputi satuan kerja/satuan organisasi kementrian/ departemen, lembaga pemerintah
non departemen, dan instansi yang lainnya. Sarana kebutuhan kantor pemerintahan dan pelayanan umum menurut SNI tentang Tata Cara
Perencanaan Lingkungan Perumahan di Perkotaan di sajikan pada table dibawah ini:

Tabel 4.11 Kebutuhan Sarana Pemerintahan dan Sarana Umum


Jenis Sarana Jumlah Penduduk Kebutuhan Per Satuan Standard Kriteria
Sarana (m2/jiwa)
Pendukung (jiwa)
Luas Luas Radius Lokasi dan Penyelesaian
Lantai Lahan pencapaian

Min. (m2 Min. (m2)


Balai 2.500 150 300 0,12 Di tengah kelompok bangunan
hunian warga, ataupun di akses
pertemuan keluar/masuk dari kelompok
pos hansip 2.500 6 12 0,06 500 m’ bangunan. Dapat berintegrasi
dengan bangunan sarana yang lain.

gardu listrik 2.500 20 30 0,012 500 m’ Lokasi dan bangunannya harus


mempertimbangkan keamanan dan
kenyamanan sekitar.

Telepon umum, bis surat 2.500 - 30 0,012 500 m’ Lokasinya disebar pada titiktitik

strategis atau di sekitar pusat


lingkungan

parkir umum RW 2.500 - 100 0,04 Dilokasikan dapat melayani


kebutuhan bangunan sarana

kebudayaan dan rekreasi lain

berupa balai pertemuan warga.

Kantor kelurahan 30.000 500 1.000 0,033 Dapat dijangkau dengan kendaraan
umum. Beberapa sarana dapat
pos kamtib 30.000 72 200 0,006 digabung dalam satu atau kelompok
pos pemadam 30.000 72 200 0,006 bangunan pada tapak yang sama.
kebakaran Agen layanan pos dapat bekerja
Agen pelayanan pos 30.000 36 72 0,0024 sama dengan pihak yang mau
berinvestasi dan bergabung dengan
Loket pembayaran air 30.000 21 60 0,002 sarana lain
bersih
dalam bentuk wartel, warnet, atau
Loket pembayaran 30.000 21 60 0,002 warpostel. Loket pembayaran air
listrik bersih dan listrik lebih baik saling

bersebelahan.

telepon umum, bis 30.000 - 80 0,003 Lokasinya disebar pada titiktitik


Kelurahan
surat, bak strategis atau di sekitar pusat
lingkungan.
sampah kecil
parkir umum 30.000 - 500 0,017 Dilokasikan dapat melayani
kebutuhan bangunan sarana

kebudayaan dan rekreasi lain

berupa geduang serba guna / balai


karang taruna.

Kantor kecamatan 120.000 1.000 2.500 0,02 Dapat dijangkau dengan kendaraan
umum. Beberapa sarana dapat
kantor polisi 120.000 500 1.000 0,001 digabung dalam satu atau kelompok
pos pemadam 120.000 500 1.000 0,001 bangunan pada tapak yang sama.
kebakaran Lokasinya mempertimbangkan
kemudahan dijangkau dari
kantor pos pembantu 120.000 250 500 0,004 lingkungan luar.

Stasiun telepon otomat 120.000 500 1.000 0,008 3 - 5 km


dan agen pelayan-an
gangguan telepon

balai nikah / KUA / BP4 120.000 250 750 0,006 Lokasinya harus strategis untuk
memudahkan dicari dan dijangkau
Kecamatan oleh pengunjung di luar kawasan.

Telepon umum, bis 120.000 - 80 0,003 Lokasinya disebar pada titiktitik


surat, bak strategis atau di sekitar pusat
lingkungan.
sampah besar

parkir umum 120.000 - 2000 0,017 Dilokasikan dapat melayani


kebutuhan bangunan sarana

kebudayaan dan rekreasi lain

berupa balai pertemuan warga.

Sumber : SNI 03-1733-2004 tentang Tata Cara Perencanaan Lingkungan Perumahan di Perkotaan

 Sarana Pendidikan dan Pembelajaran


Jenis-jenis dari fasilitas pndidikan terdiri dari:
 taman kanak-kanak (TK), yang merupakan penyelenggaraan kegiatan belajar dan mengajar pada tingkatan pra belajar dengan lebih
menekankan pada kegiatan bermain, yaitu 75%, selebihnya bersifat pengenalan;
 sekolah dasar (SD), yang merupakan bentuk satuan pendidikan dasar yang menyelenggarakan program enam tahun;
 sekolah lanjutan tingkat pertama (SLTP), yang merupakan bentuk satuan pendidikan dasar yang menyelenggarakan proram tiga tahun
sesudah sekolah dasar (SD);
 sekolah menengah umum (SMU), yang merupakan satuan pendidikan yang menyelenggarakan program pendidikan menengah
mengutamakan perluasan pengetahuan dan peningkatan keterampilan siswa untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang pendidikan tinggi;
 sarana pembelajaran lain yang dapat berupa taman bacaan ataupun perpustakaan umum lingkungan, yang dibutuhkan di suatu lingkungan
perumahan sebagai sarana untuk meningkatkan minat membaca, menambah ilmu pengetahuan, rekreasi serta sarana penunjang pendidikan.

Tabel 4.12 Kebutuhan Sarana Pendidikan


Jenis Sarana Jumlah Kubutuhan Standard Kriteria Keterangan
Penduduk (m2/jwa)
Pendukung Luas Lantai Luas Lahan Radisus Lokasi dan Penyelesaian
Min(m2). Min(m2).

Taman 1.250 216 500 0,28 m2/j 500 m’ Di tengah kelompok warga. 2 rombongan
Kanak- Tidak menyeberang
Kanak Termasuk prabelajar @ 60
rumah penjaga jalan raya. Bergabung
murid dapat
36 m2 dengan taman sehingga terjadi
bersatu dengan
pengelompokan
sarana lain
kegiatan.
Sekolah 1.600 633 2.000 1,25 1.000 m’ Kebutuhan harus

Dasar Berdasarkan

SLTP 4.800 2.282 9.000 1,88 1.000 m’ Dapat dijangkau perhitungan

SMU 4.800 3.835 12.500 2,6 3.000 m’ Dengan kendaraan umum. dengan rumus 2,

Disatukan dengan lapangan olah 3 dan 4.


raga. Tidak selalu harus di pusat
lingkungan. Dapat digabung

Taman 2.500 72 150 0,09 1.000 m’ Di tengah kelompok warga dengan sarana

Bacaan tidak menyeberang jalan pendidikan lain,


lingkungan.
mis. SD, SMP,

SMA dalam satu

komplek
Sumber : SNI 03-1733-2004 tentang Tata Cara Perencanaan Lingkungan Perumahan di Perkotaan

 Sarana Kesehatan
Fasilitas kesehatan adalah fasilitas yang sangat dibutuhkan oleh masyarakat karena kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa, dan
dan sosial yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial, dan ekonomis, kesehatan sangatlah penting untuk menunjang
berjalannya suatu aktivitas yang dilakukan, dan merupakan suatu kebutuhan dasar manusia. Adapaun dan standard dari fasilitas kesehatan
meliputi:

Tabel 4.13 Kebutuhan Sarana Kesehatan


Jenis Sarana Jumlah Kubutuhan Standard Kriteria Keterangan
Penduduk (m2/jwa)
Pendukung Luas Lantai Luas Lahan Radisus Lokasi dan
Min(m2). Min(m2). Penyelesaian

Posyandu 1.250 36 60 0,048 500 Di tengah kelompok Dapat bergabung dengan


tetangga tidak balai warga

Menyeberang jalan atau sarana


raya. hunian/rumah

Balai 2.500 150 300 0,12 1.000 m’ Di tengah kelompok Dapat bergabung dalam
tetangga tidak lokasi balai warga
Pengobatan
Menyeberang jalan
Warga raya.

BKIA / Klinik 30.000 1.500 3.000 0,1 4.000 m’ Dapat dijangkau


Bersalin dengan kendaraan

umum

Puskesmas 30.000 150 300 0,006 1.500 m’ -idem- Dapat bergbung dalam

Pembantu dan lokasi kantor kelurahan


Balai Pengobatan

Lingkungan

Puskesmas dan 120.000 420 1.000 0,008 3.000 m’ -idem- Dapat bergabung dalam
Balai Pengobatan lokasi kantor kecamatan
Tempat Praktek 5.000 18 - - 1.500 m’ -idem- Dapat bersatu dengan
rumah tinggal/tempat
Dokter
usaha/apotik
Apotik / Rumah 30.000 120 250 0,025 1.500 m’ -idem-

Obat

Sumber : SNI 03-1733-2004 tentang Tata Cara Perencanaan Lingkungan Perumahan di Perkotaan

 Sarana Peribadatan
Sarana peribadatan merupakan sarana kehidupan untuk mengisi kebutuhan rohani yang perlu disediakan di lingkungan perumahan yang
direncanakan selain sesuai peraturan yang ditetapkan, juga sesuai dengan keputusan masyarakat yang bersangkutan. Oleh karena berbagai
macam agama dan kepercayaan yang dianut oleh masyarakat penghuni yang bersangkutan, maka kepastian tentang jenis dan jumlah fasilitas
peribadatan yang akan dibangun baru dapat dipastikan setelah lingkungan perumahan dihuni selama beberapa waktu. Pendekatan perencanaan
yang diatur adalah dengan memperkirakan populasi dan jenis agama serta kepercayaan dan kemudian merencanakan alokasi tanah dan lokasi
bangunan peribadatan sesuai dengan tuntutan planologis dan religius.

Tabel 4.14 Kebutuhan Sarana Peribadatan


Jenis Sarana Jumlah Penduduk Kubutuhan Standard Kriteria
Pendukung (m2/jwa)
Luas Lantai Luas Lahan Radisus Lokasi dan Penyelesaian
Min(m2). Min(m2).

Musholla/ 250 45 100 bila 0,36 100 m’ Di tengah kelompok tetangga. Dapat merupakan
bangunan bagian dari bangunan sarana lain
Langgar
tersendiri

Mesjid 2.500 300 600 0,24 1.000 m’ Di tengah kelompok tetangga tidak menyeberang
jalan raya. Dapat bergabung dalam lokasi balai
Warga warga.

Mesjid 30.000 1.800 3.600 0,12 Dapat dijangkau dengan kendaraan umum

Lingkungan

(Kelurahan)

Mesjid 120.000 3.600 5.400 0,03 Berdekatan dengan pusat lingkungan/kelurahan.

Kecamatan Sebagian sarana berlantai 2, KDB 40%


Sarana Tergantung sistem Tergantung Tergantung - - -
ibadah kekerabatan / hirarki
kebiasaan kebiasaan
agama lain lembaga
setempat setempat

Sumber : SNI 03-1733-2004 tentang Tata Cara Perencanaan Lingkungan Perumahan di Perkotaan

 Sarana perdagangan dan niaga


Sarana perdagangan dan niaga ini tidak selalu berdiri sendiri dan terpisah dengan bangunan sarana yang lain. Dasar penyediaan selain
berdasarkan jumlah penduduk yang akan dilayaninya, juga mempertimbangkan pendekatan desain keruangan unit-unit atau kelompok lingkungan
yang ada. Tentunya hal ini dapat terkait dengan bentukan grup bangunan / blok yang nantinya terbentuk sesuai konteks lingkungannya.
Sedangkan penempatan penyediaan fasilitas ini akan mempertimbangkan jangkauan radius area layanan terkait dengan kebutuhan dasar sarana
yang harus dipenuhi untuk melayani pada area tertentu. Adapun standart dari kebutuhan sarana perdagangan dan jasa menurut SNI 03-1733-
2004 tentang Tata Cara Perencanaan Lingkungan Perumahan di Perkotaan di sajikan pada table di bawah ini:

Tabel 4.15 Kebutuhan Sarana Peribadatan


Jenis Sarana Jumlah Penduduk Kubutuhan Standard Kriteria
Pendukung (m2/jwa)
Luas Lantai Luas Lahan Min(m2). Radius Lokasi dan
Min(m2). Penyelesaian

Toko / 250 50 (termasuk 100 (bila berdiri sendiri) 0,4 300 m’ Di tengah kelompok
tetangga. Dapat
Warung gudang) merupakan bagian dari
sarana lain

Pertokoan 6.000 1.200 3.000 0,5 2.000 m’ Di pusat kegiatan sub


lingkungan. KDB 40%
Dapat berbentuk P&D

Pusat Pertokoan + 30.000 13.500 10.000 0,33 Dapat dijangkau dengan


kendaraan umum
Pasar Lingkungan

Pusat Perbelanjaan 120.000 36.000 36.000 0,3 Terletak di jalan


dan Niaga (toko +
pasar + bank + utama. Termasuk sarana

kantor) parkir sesuai ketentuan


setempat

Sumber : SNI 03-1733-2004 tentang Tata Cara Perencanaan Lingkungan Perumahan di Perkotaan

 Sarana kebudayaan dan rekreasi


Sarana +kebudayaan dan rekreasi merupakan bangunan yang dipergunakan untuk mewadahi berbagai kegiatan kebudayaan dan atau rekreasi,
seperti gedung pertemuan, gedung serba guna, bioskop, gedung kesenian, dan lain-lain. Bangunan dapat sekaligus berfungsi sebagai bangunan
sarana pemerintahan dan pelayanan umum, sehingga penggunaan dan pengelolaan bangunan ini dapat berintegrasi menurut kepentingannya
pada waktu-waktu yang berbeda.

Tabel 4.16 Kebutuhan Sarana Peribadatan


Jenis Sarana Jumlah Penduduk Kubutuhan Standard Kriteria
Pendukung (m2/jwa)
Luas Lantai Luas Lahan Radisus Lokasi dan Penyelesaian
Min (m2). Min(m2).

Balai Warga/Balai 2.500 150 300 0,12 100 m’ Di tengah kelompok


Pertemuan
tetangga. Dapat merupakan

bagian dari bangunan

sarana lain

Balai Serbaguna/Balai 30.000 250 500 0,017 100 m’ Di pusat lingkungan.


Karang Taruna

Gedung Serbaguna 120.000 1.500 3.000 0,025 100 m’ Dapat dijangkau dengan kendaraan

umum

Gedung Bioskop 120.000 1.000 2.000 0,017 100 m’ Terletak di jalan utama. Dapat merupakan

bagian dari pusat perbelanjaan

Sumber : SNI 03-1733-2004 tentang Tata Cara Perencanaan Lingkungan Perumahan di Perkotaan

 Sarana Ruang Terbuka, Taman Dan Lapangan Olah Raga


Ruang terbuka merupakan komponen berwawasan lingkungan, yang mempunyai arti sebagai suatu lansekap, hardscape, taman atau ruang
rekreasi dalam lingkup urban. Peran dan fungsi Ruang Terbuka Hijau (RTH) ditetapkan dalam Instruksi Mendagri no. 4 tahun 1988, yang
menyatakan "Ruang terbuka hijau yang populasinya didominasi oleh penghijauan baik secara alamiah atau budidaya tanaman, dalam
pemanfataan dan fungsinya adalah sebagai areal berlangsungnya fungsi ekologis dan penyangga kehidupan wilayah perkotaan.
Tabel 4.17 Kebutuhan Sarana Ruang Terbuka, Taman Dan Lapangan
Olah Raga
Jenis Sarana Jumlah Kebutuhan Standard Radius KriteriaLokasi dan Penyelesaian
Penduduk
Luas (m2/jiwa) pencapaian
pendukung
Lahan Min. (m)
(jiwa)
(m2)

Taman /Tempat Main 250 250 1 100 Di tengah kelompok tetangga.

Taman/ Tempat Main 2.500 1.250 0,5 1.000 Di pusat kegiatan lingkungan

Taman dan Lapangan Olah 30.000 9.000 0,3 Sedapat mungkin berkelompk dengan sarana pendidikan.
Raga

Taman dan Lapangan Olah 120.000 24.000 0,2 Terletak di jalan utama. Sedapat mungkin
Raga
berkelompok dengan sarana

pendidikan

Jalur Hijau - - 15 m Terletak menyebar.

Kuburan / Pemakaman 120.000 Mempertimbangkan radius pencapaian dan area yang


Umum dilayani.

Sumber : SNI 03-1733-2004 tentang Tata Cara Perencanaan Lingkungan Perumahan di Perkotaan

 Prasarana/Utilitas – Jaringan jalan


Lingkungan perumahan harus disediakan jaringan jalan untuk pergerakan manusia dan kendaraan, dan berfungsi sebagai akses untuk
penyelamatan dalam keadaan darurat. Dalam merencanakan jaringan jalan, harus mengacu pada ketentuan teknis tentang pembangunan
prasarana jalan perumahan, jaringan jalan dan geometri jalan yang berlaku, terutama mengenai tata cara perencanaan umum jaringan jalan
pergerakan kendaraan dan manusia, dan akses penyelamatan dalam keadaan darurat drainase pada lingkungan perumahan di perkotaan. Salah
satu pedoman teknis jaringan jalan diatur dalam Pedoman Teknis Prasarana Jalan Perumahan (Sistem Jaringan dan Geometri Jalan), Dirjen Cipta
Karya, 1998.
Gambar. Deskripsi Bagian-Bagian Jalan Munurut SNI
Sumber : SNI 03-1733-2004 tentang Tata Cara Perencanaan Lingkungan Perumahan di Perkotaan

Tabel 4.18 Klasifikasi Jalan di Lingkungan Perumahan


Dimensi dari Elemen-eleman Jalan Dimensi pada Daerah Jalan
Hirarki GSB
Dawasja
Jalan Bahu Jalan Pedestrian Trotoar Damaja Damija Min. Ket.
Perkerasan(m) Min.
Perumahan (m) (m) (m) (m) (m) (m)
(m)

1.5

1.5-2.0 (pejalan kaki,


Lokal 3.0-7.0
(darurat vegetasi, 0.5 10.0-12.0 13.0 4.0 10.5 ---
Sekunder I (mobilmotor)
parkir) penyandang

cacat roda

Lokal 3.0-6.0 1.0-1.5 1.5 0.5 10.0-12.0 12.0 4.0 10.0 ---
(pejalan kaki,

(darurat vegetasi,
Sekunder II (mobilmotor)
parkir) penyandang

cacat roda)

1.2

0.5 (pejalan kaki, Khusus


Lokal 3.0
(darurat vegetasi, 0.5 8.0 8.0 3.0 7.0 pejalan
Sekunder III (mobilmotor)
parkir) penyandang kaki

cacat roda)

1.5-2.0

(pejalan Khusus
0.5
Lingkungan I kaki, --- 0.5 3.5-4.0 4.0 2.0 4.0 pejalan

penjual kaki

dorong)

1.2
Khusus
(pejalan
Lingkungan II 0.5 --- 0.5 3.2 4.0 2.0 4.0 pejalan
kaki,
kaki
penjual

Sumber : SNI 03-1733-2004 tentang Tata Cara Perencanaan Lingkungan Perumahan di Perkotaan

 Penyediaan Jaringan Sirkulasi Pedestrian


Beberapa prinsip dan kriteria yang harus dipenuhi pada perencanaan jalur pedestrian adalah:
 asas keterkaitan/ keterhubungan (connections), yaitu bagaimana membuat jalinan jejaring sirkulasi pedestrian yang saling
menghubungkan berbagai area yang dapat dijangkau pejalan kaki;
 azas kemudahan pencapaian (convenience), yaitu bagaimana membuat kemudahan sirkulasi yang dapat secara langsung dicapai dan
dipergunakan oleh publik secara umum dengan mudah;
 azas keselamatan/keamanan dan atraktif (convivial), yaitu bagaimana membentuk lingkungan yang menjamin pejalan kaki bergerak
dengan terlindungi dan aman terutama terhadap sirkulasi kendaraan bermotor di sekitarnya sekaligus aman terhadap kemungkinan
gangguan kriminalitas, serta bagaimana membentuk lingkungan yang kondusif bagi pejalan kaki untuk lebih memilih berjalan kaki dengan
menggunakan jaringan sirkulasi pedestrian yang disediakan akibat penyelesaian lingkungan sekitar jaringan sirkulasi ini yang menarik bagi
pejalan kaki;
 azas kenyamanan (comfortable), yaitu bagaimana membentuk lingkungan yang nyaman bagi pejalan kaki dikaitkan dengan penciptaan
dimensi besaran ruang gerak yang memenuhi standar kenyamanan pejalan kaki ketika melewatinya; dan
 azas kejelasan / kemudahan pengenalan (conspicuousness), yaitu bagaimana menyelesaikan lingkungan pedestrian dengan sistem
pergerakan yang mudah diamati dan diikuti, baik rute dan arahnya, serta mudah dikenali keberadaannya di antara jejaring sirkulasi lain.

Bentukan dan besaran jalur pedestrian (pejalan kaki) diperhitungkan atas dasar:
 proyeksi kebutuhan disesuaikan dengan dimensi standar (minimal) dari trotoar;
 pembentukan jaringan penghubung di dalam area pusat lingkungan (antara berbagai sarana lingkungan) ataupun antar area pusat
lingkungan dengan lingkungan hunian;
 setting lingkungan dan lokasi terkait dengan pembentukan karakter / konteks khas setempat;
 faktor keamanan pejalan kaki terkait dengan arus kendaraan yang melewati jalur jalan utamanya; dan
 faktor kenyamanan pejalan kaki dengan pertimbangan iklim regional dan cuaca setempat.

Beberapa kriteria dalam penyelesaian jalur pedestrian ini adalah:


 jalur pejalan kaki diletakkan menyatu secara bersisian dengan jalur jalan pada pada kedua sisi jalan pada area daerah milik jalan / damija
(lihat Gambar 1);
 dalam kondisi tertentu, jika memang terpaksa jalur pedestrian ini dapat hanya pada satu sisi saja. Salah satu kondisi khusus tersebut
adalah kondisi topografi atau keadaan vegetasi di sepanjang jalur jalan yang tidak memungkinkan menampung volume kendaraan pada
jalur jalan yang relatif sempit. Perletakkan jalur yang hanya satu sisi ini memiliki konsekuensi dimana pejalan kaki akan menggunakan
jalur jalan sebagai lintasannya. Hal tersebut dimungkinkan dengan persyaratan bahwa kecepatan kendaraan yang melalui jalur jalan
relatif rendah (sekitar 15 km / jam) dan kondisi perkerasan jalan yang tidak terlampau licin. Untuk itu kemungkinan penyelesaian
perkerasan adalah menggunakan bahan bukan aspal (misalnya paving block) pada klasifikasi jalan setingkat jalan lokal primer atau jalan
lokal sekunder. Tambahan yang perlu diperhatikan pada kasus khusus ini adalah dianjurkan adanya elemen pembatas sebagai pengaman
bagi pejalan kaki sehingga keamanan pejalan kaki dapat terjamin.
 permukaan perkerasan jalur pejalan kaki secara umum terbuat dari bahan anti slip;
 perkerasan jalur pejalan kaki ini harus menerus dan tidak terputus terutama ketika menemui titik-titik konflik antara jalur pejalan kaki
dengan moda transportasi lain seperti jalur masuk kapling, halte, dan lain sebagainya;
 penyelesaian pada titik-titik konflik ini harus diselesaikan dengan pendekatan kenyamanan sirkulasi pejalan kaki sebagai prioritas
utamanya;
 lebar jalur untuk pejalan kaki saja minimal 1,20 m;
 jika terdapat jalur sepeda, maka lebar jalur untuk pejalan kaki dan sepeda minimal 2,00 m;
 kemiringan jalur pedestrian (trotoar) memiliki rasio 1:2;
 tata hijau pada sisi jalur pedestrian mutlak diperlukan sebagai elemen pembatas dan pengaman (barrier) bagi pejalan kaki, sebagai
peneduh yang memberi kenyamanan, serta turut membentuk karakter wajah jalan dari koridor jalan secara keseluruhan;
 pembatas fisik lain yang bersifat ringan, seperti penggunaan bollards diperlukan sebagai elemen pengaman dan pembatas antara sirkulasi
manusia pejalan kaki dengan sirkulasi kendaraan;
 harus dihindari bentukan jalur pejalan kaki yang membentuk labirin yang tertutup dan terisolasi dengan lingkungan sekitarnya karena
dapat memicu terjadinya kejahatan;
 ukuran lebar jalur pejalan kaki sesuai dengan hirarki jalan yang bersangkutan.

 Lahan Parkir Untuk Pusat-Pusat Kegiatan


Lokasi lahan parkir untuk pusat-pusat kegiatan dapat didesain baik dengan dikelompokkan ataupun menyebar di setiap pusat kegiatan tergantung
pada perencanaan. Beberapa persyaratan khusus yang harus dipenuhi:
- lahan parkir merupakan fasilitas pelengkap dari pusat kegiatan, sehingga sedapatnya sedekat mungkin dengan pusat kegiatan yang dilayani;
- lokasi parkir harus mudah diakses/dicapai dari/ke pusat-pusat kegiatan tanpa gangguan ataupun memotong arus lalu lintas jalan utama;
- lahan parkir harus memiliki hubungan dengan jaringan sirkulasi pedestrian secara langsung; dan
- lokasi parkir harus mudah terlihat dan dicapai dari jalan terdekat.

Luas lahan parkir pada area pusat kegiatan. Adapun luas dari lahan parker tergantung pada beberapa faktor:
- jumlah pemilikan kendaraan;
- jenis kegiatan dari pusat kegiatan yang dilayani; dan
- sistem pengelolaan parkir, misalnya parkir bersama, parkir berbagi antar beberapa kapling (shared parking area), ataupun parkir lahan pribadi
(private parking area).

Dengan demikian besaran parkir akan berbeda-beda tergantung pusat kegiatan yang dilayaninya. Standar besaran yang umumnya dipakai adalah:
- setiap luas 60 m2 luas area perbelanjaan 1 lot parkir mobil
- setiap luas 100 m2 luas area perkantoran 1 lot parkir mobil
Sedangkan pemilikan kendaraan adalah 60 mobil setiap 1000 penduduk

 Prasarana/ Utilitas- Jaringan Drainase


Jaringan drainase adalah prasarana yang berfungsi mengalirkan air permukaan ke badan penerima air dan atau ke bangunan resapan buatan,
yang harus disediakan pada lingkungan perumahan di perkotaan. Bagian dari jaringan drainase adalah:

Tabel 4.19 Bagian Jaringan Drainase


Sarana Prasarana
Badan Penerimaan Air Sumber air di permukaan tanah (laut, sungai, danau)

Sumber air di bawah permukaan tanah (air tanah akifer)

Sarana Perlengkap Gorong-gorong

Pertemuan saluran

Bangunan terjunan

Bangunan terjunan

Street inlet

Pompa

Pintu Air
Sumber : SNI 03-1733-2004 tentang Tata Cara Perencanaan Lingkungan Perumahan di Perkotaan

 Prasarana/ Utilitas – Jaringan air bersih


Secara umum, setiap rumah harus dapat dilayani air bersih yang memenuhi persyaratan untuk keperluan rumah tangga. Untuk itu, lingkungan
perumahan harus dilengkapi jaringan air limbah sesuai ketentuan dan persyaratan teknis yang diatur dalam peraturan/ perundangan yang telah
berlaku, terutama mengenai tata cara perencanaan umum jaringan air bersih lingkungan perumahan di perkotaan
Jenis-jenis elemen perencanaan pada jaringan air bersih yang harus disediakan pada
lingkungan perumahan di perkotaan adalah:
a) kebutuhan air bersih;
b) jaringan air bersih;
c) kran umum; dan
d) hidran kebakaran

Beberapa persyaratan, kriteria dan kebutuhan yang harus dipenuhi adalah:


a) Penyediaan kebutuhan air bersih
1) lingkungan perumahan harus mendapat air bersih yang cukup dari perusahaan air minum atau sumber lain sesuai dengan ketentuan yang
berlaku; dan
2) apabila telah tersedia sistem penyediaan air bersih kota atau sistem penyediaan air bersih lingkungan, maka tiap rumah berhak mendapat
sambungan rumah atausambungan halaman.
b) Penyediaan jaringan air bersih
 harus tersedia jaringan kota atau lingkungan sampai dengan sambungan rumah;
 pipa yang ditanam dalam tanah menggunakan pipa PVC, GIP atau fiber glass; dan
 pipa yang dipasang di atas tanah tanpa perlindungan menggunakan GIP.
c) Penyediaan kran umum
 satu kran umum disediakan untuk jumlah pemakai 250 jiwa;
 radius pelayanan maksimum 100 meter;
 kapasitas minimum untuk kran umum adalah 30 liter/orang/hari; dan
 ukuran dan konstruksi kran umum sesuai dengan SNI 03-2399-1991 tentang Tata Cara Perencanaan Bangunan MCK Umum.
d) Penyediaan hidran kebakaran
 untuk daerah komersial jarak antara kran kebakaran 100 meter;
 untuk daerah perumahan jarak antara kran maksimum 200 meter;
 jarak dengan tepi jalan minimum 3.00 meter;
 apabila tidak dimungkinkan membuat kran diharuskan membuat sumur-sumur kebakaran; dan
 perencanaan hidran kebakaran mengacu pada SNI 03-1745-1989 tentang Tata Cara Pemasangan Sistem Hidran Untuk Pencegahan
Bahaya Kebakaran Pada Bangunan Rumah dan Gedung.

 Prasarana/ Utilitas – Jaringan Air Limbah


Lingkungan perumahan harus dilengkapi jaringan air limbah sesuai ketentuan dan persyaratan teknis yang diatur dalam peraturan / perundangan
yang telah berlaku, terutama mengenai tata cara perencanaan umum jaringan air limbah lingkungan perumahan di perkotaan. Salah satunya
adalah SNI-03-2398-2002 tentang Tata Cara Perencanaan Tangki Septik dengan Sistem Resapan, serta pedoman tentang pengelolaan air limbah
secara komunal pada lingkungan perumahan yang berlaku.

Jenis-jenis elemen perencanaan pada jaringan air limbah yang harus disediakan pada
lingkungan perumahan di perkotaan adalah:
a) septik tank;
b) bidang resapan; dan
c) jaringan pemipaan air limbah.

Lingkungan perumahan harus dilengkapi dengan sistem pembuangan air limbah yang memenuhi ketentuan perencanaan plambing yang berlaku.
Apabila kemungkinan membuat tangki septik tidak ada, maka lingkungan perumahan harus dilengkapi dengan sistem pembuangan air limbah
lingkungan atau harus dapat disambung pada sistem pembuangan air limbah kota atau dengan cara pengolahan lain. Apabila tidak
memungkinkan untuk membuat bidang resapan pada setiap rumah, maka harus dibuat bidang resapan bersama yang dapat melayani beberapa
rumah.

 Prasarana/ Utilitas – Jaringan Persampahan


Lingkungan perumahan harus dilayani sistem persampahan yang mengacu pada:
a) SNI 19-2454-2002 tentang Tata cara teknik operasional pengolahan sampah perkotaan;
b) SNI 03-3242-1994 tentang Tata cara pengelolaan sampah di permukiman; dan
c) SNI 03-3241-1994 tentang Tata cara pemilihan lokasi tempat pembuangan akhir sampah.

Tabel 4.20 Kebutuhan Prasarana Sampah


Lingkup Prasarana Prasarana Keterangan

Sarana pelengkap Status Dimensi

Rumah (5 jiwa) Tong sampah Pribadi - --

RW (2500 jiwa) Gerobak sampah TPS 2 m3 Gerobak mengangkut

Bak sampah kecil 6 m3 3x seminggu

Kelurahan (30.000 jiwa) Gerobak sampah TPS 2 m3 Jarak bebas TPS dengan Gerobak mengangkut

Bak sampah besar 12 m3 Lingkungan hunian 3x seminggu

(30.000 jiwa) (120.000 jiwa) Mobil sampah TPS/TPA lokal - minimal 30m Mobil mengangkut

Bak sampah besar 25 m3 3x seminggu

Kota (> 480.000 jiwa) Bak sampah akhir TPA - --

Tempat daur ulang sampah -

Sumber : SNI 03-1733-2004 tentang Tata Cara Perencanaan Lingkungan Perumahan di Perkotaan

 Prasarana/ Utilitas – Jaringan Listrik


Lingkungan perumahan harus dilengkapi perencanaan penyediaan jaringan listrik sesuai ketentuan dan persyaratan teknis yang mengacu pada:
a) SNI 04-6267.601-2002 tentang Istilah kelistrikan (Bab 601: Pembangkitan, Penyaluran dan Pendistribusian Tenaga Listrik – Umum);
b) SNI 04-8287.602-2002 tentang Istilah kelistrikan (Bab 602: Pembangkitan); dan
c) SNI 04-8287.603-2002 tentang Istilah kelistrikan (Bab 603: Pembangkitan, Penyaluran dan Pendistribusian Tenaga Listrik – Perencanaan dan
Manajemen Sistem Tenaga Listrik);

Jenis-jenis elemen perencanaan pada jaringan listrik yang harus disediakan adalah:
 kebutuhan daya listrik; dan
 jaringan listrik

Beberapa persyaratan, kriteria dan kebutuhan yang harus dipenuhi adalah:


a) Penyediaan kebutuhan daya listrik
 setiap lingkungan perumahan harus mendapatkan daya listrik dari PLN atau dari sumber lain; dan
 setiap unit rumah tangga harus dapat dilayani daya listrik minimum 450 VA per jiwa dan untuk sarana lingkungan sebesar 40% dari total
kebutuhan rumah tangga.
b) Penyediaan jaringan listrik
 disediakan jaringan listrik lingkungan dengan mengikuti hirarki pelayanan, dimana besar pasokannya telah diprediksikan berdasarkan
jumlah unit hunian yang mengisi blok siap bangun;
 disediakan tiang listrik sebagai penerangan jalan yang ditempatkan pada area damija (daerah milik jalan) pada sisi jalur hijau yang tidak
menghalangi sirkulasi pejalan kaki di trotoar.
 disediakan gardu listrik untuk setiap 200 KVA daya listrik yang ditempatkan pada lahan yang bebas dari kegiatan umum; adapun
penerangan jalan dengan memiliki kuat penerangan 500 lux dengan tinggi > 5 meter dari muka tanah;
 sedangkan untuk daerah di bawah tegangan tinggi sebaiknya tidak dimanfaatkan untuk tempat tinggal atau kegiatan lain yang bersifat
permanen karena akan membahayakan keselamatan;

 Prasarana/ Utilitas – Jaringan Telepon


Jenis prasarana dan utilitas jaringan telepon yang harus disediakan pada lingkungan perumahan di perkotaan adalah:
a) kebutuhan sambungan telepon; dan
b) jaringan telepon

Beberapa persyaratan, kriteria dan kebutuhan yang harus dipenuhi adalah:


a) Penyediaan kebutuhan sambungan telepon
 tiap lingkungan rumah perlu dilayani sambungan telepon rumah dan telepon umum sejumlah 0,13 sambungan telepon rumah per jiwa
atau dengan menggunakan asumsi berdasarkan tipe rumah sebagai berikut R-1, rumah tanggi berpenghasilan tinggi : 2-3
 sambungan/rumah
o R-2, rumah tangga berpenghasilan menengah : 1-2 sambungan/rumah
o R-3, rumah tangga berpenghasilan rendah : 0-1 sambungan/rumah
 dibutuhkan sekurang-kurangnya 1 sambungan telepon umum untuk setiap 250 jiwa penduduk (unit RT) yang ditempatkan pada pusat-
pusat kegiatan lingkungan RT tersebut;
 ketersediaan antar sambungan telepon umum ini harus memiliki jarak radius bagi pejalan kaki yaitu 200 - 400 m;
 penempatan pesawat telepon umum diutamakan di area-area publik seperti ruang terbuka umum, pusat lingkungan, ataupun berdekatan
dengan bangunan sarana lingkungan; dan penempatan pesawat telepon harus terlindungi terhadap cuaca (hujan dan panas matahari)
yang dapat diintegrasikan dengan kebutuhan kenyamanan pemakai telepon umum tersebut.

b) Penyediaan jaringan telepon


 tiap lingkungan rumah perlu dilayani jaringan telepon lingkungan dan jaringan telepon ke hunian;
 jaringan telepon ini dapat diintegrasikan dengan jaringan pergerakan (jaringan jalan) dan jaringan prasarana / utilitas lain;
 tiang listrik yang ditempatkan pada area Damija (≈daerah milik jalan, lihat Gambar mengenai bagian-bagian pada jalan) pada sisi jalur
hijau yang tidak menghalangi sirkulasi pejalan kaki di trotoar; dan
 stasiun telepon otomat (STO) untuk setiap 3.000 – 10.000 sambungan dengan radius pelayanan 3 – 5 km dihitung dari copper center,
yang berfungsi sebagai pusat pengendali jaringan dan tempat pengaduan pelanggan.

Adapun data dan informasi yang diperlukan untuk merencanakan penyediaan sambungan telepon rumah tangga adalah:
 rencana tata ruang wilayah (RTRW) kota dan perkembangan lokasi yang direncanakan, berkaitan dengan kebutuhan sambungan telepon;
 tingkat pendapatan keluarga dan kegiatan rumah tangga untuk mengasumsikan kebutuhan sambungan telepon pada kawasan yang
direncanakan;
 jarak terjauh rumah yang direncanakan terhadap Stasiun Telepon Otomat (STO), berkaitan dengan kebutuhan STO pada kawasan yang
direncanakan;
kapasitas terpasang STO yang ada; dan teknologi jaringan telepon yang diterapkan, berkaitan radius pelayanan

 Analisis Lingkungan Binaan


Analisis kondisi lingkungan binaan dilakukan untuk menciptakan ruang yang berkarakter, layak huni dan berkelanjutan secara ekonomi,
lingkungan, dan social. Analisis kondisi lingkungan binaan didasarkan pada kondisi fisik kawasan perencanaan dan kriteria lokal minimum.
 Metode

 Analisis Kelembagaan
Analisis kelembagaan dilakukan untuk memahami kapasitas pemerintah kota dalam menyelenggarakan pembangunan yang mencakup
struktur organisasi dan tata laksana pemerintahan, sumber daya manusia, sarana dan prasarana kerja, produk-produk pengaturan
serta organisasi nonpemerintah, perguruan tinggi dan masyarakat. Analisis diharapkan menghasilkan beberapa bentuk dan operasional
kelembagaan di BWP sehingga semua pihak yang terlibat dapat berpartisipasi dalam perencanaan, pemanfaatan, dan pengendalian
pemanfaatan ruang.

Adapun Komponen analisa sebagai berikut:

A. Identifikasi aspirasi dan analisis permasalahan;


B. Analisis perilaku lingkungan: masyarakat perkotaan dan pedesaan yang memiliki kultur dan tingkat pendidikan yang berbeda
C. Analisis perilaku kelembagaan: perlu dianalisis substansi tugas dan tanggung jawab
D. Analisis metode dan system: perlu dianalisis alat dan perlengkapan, termasuk pendanaan bila diperlukan dalam melaksanakan tugas dan
tanggungjawab.
Adapun tabel kebutuhan data analisis kelembagaan sebagai berikut:

Tabel desain survey analisis kelembagaan


Kebutuhan data Jenis survey Output data
Kelembagaan pemerintah dalam perencanaan Survey sekunder RTRW RPJP RPJMD Provins- Data dan Analisis operasional kelembagaan dan
Kabupaten RDTR BWP Banyuwangi (Instansi : struktur pemerintah di kawasan perencanaan
Bappeda, Dinas PU).
Sumber: analisis 2019
 Metode
Metode analisis yang digunakan dalam menganalisa data yag telah didapatkan melalui survey sekunder. Metode yang di gunakan dalam
menganalisis kelembagaan adalah sebagai berikut :
1. Koordinasi
Kegiatan koordinasi ditujukan untuk menghindari terjadinya konflik yang mungkin timbul di antara para pengguna ruang dalam proses
pemanfaatan ruang. Lembaga yang berperan sebagai lembaga koordinasi kegiatan penataan ruang adalah BKPRD yang dibentuk dari
beberapa instansi di kecamatan kalibaru.
2. Pengawasan
Kegiatan pengawasan merupakan bentuk kegiatan yang dilakukan untuk menemukan dan memperbaiki permasalahan yang ditemui
dalam kegiatan pemanfaatan ruang, menyediakan informasi tentang perkembangan situasi yang terjadi dalam proses pemanfaatan ruang
serta melakukan kegiatan evaluasi yang dimaksudkan untuk menghasilkan umpan balik dalam rangka penyempurnaan kegiatan penataan
ruang yang sedang berjalan maupun sebagai masukan bagi penyempurnaan rencana tata ruang.
Lembaga yang berperan dalam kegiatan pengawasan terutama juga dilaksanakan oleh BKPRD. Selain itu, masyarakat dalam hal ini juga
sangat diharapkan dapat berperan aktif dalam mengawasi pelaksanaan tata ruang wilayah.
3. Penertiban
Kegiatan penertiban dimaksudkan untuk meminimalkan kemungkinan terjadinya penyimpangan terhadap rencana tata ruang dalam
proses pemanfaatan ruang.

Input Proses Output


 Lembaga perencanaan  Koordinasi Mengahasilkan beberapa bentuk dan
 Lembaga pemanfaatan ruang  Pengawasan operasional kelembagaan di BWP sehingga
 Lembaga pengendalian pelaksanaan  Penertiban semua pihak yang terlibat dapat berpatisipasi
rencana tata ruang dalam perencanaan, pemanfaatan dan
pengendalian pemanfaatan ruang

Anda mungkin juga menyukai