Anda di halaman 1dari 6

PEMERINTAH KABUPATEN ACEH SINGKIL

RUMAH SAKIT UMUM DAERAH


Jl. Rimo - Singkil Km. 8 Desa Gunung Lagan Kab. Aceh Singkil
e-mail: rsud.acehsingkil@yahoo.com

DIARE AKUT

Definisi Diare akut adalah buang air besar lebih dari 3 kali dalam 24 jam dengan
konsistensi cair dan berlangsung kurang dari 1 minggu. Riskesdas 2007:
diare merupakan penyebab kematian pada 42% bayi dan 25,2% pada
anak usia 1-4 tahun.

Anamnesis - Lama diare berlangsung, frekuensi diare sehari, warna dan


konsentrasi tinja, lendir dan/darah dalam tinja
- Muntah, rasa haus, rewel, anak lemah, kesadaran menurun, buang air
kecil terakhir, demam, sesak, kejang, kembung
- Jumlah cairan yang masuk selama diare
- Jenis makanan dan minuman yang diminum selama diare,
mengonsumsi makanan yang tidak biasa
- Penderita diare di sekitarnya dan sumber air minum
Pemeriksaan - Keadaan umum, kesadaran, dan tanda vital
Fisik
- Tanda utama: keadaan umum gelisah/cengeng atau
lemah/letargi/koma, rasa haus, turgor kulit abdomen menurun
- Tanda tambahan: ubun-ubun besar, kelopak mata, air mata, mukosa
bibir, mulut, dan lidah
- Berat badan
- Tanda gangguan keseimbangan asam basa dan elektrolit,seperti napas
cepat dan dalam (asidosis metabolik), kembung (hipokalemia),
kejang (hipo atau hipernatremia)
- Penilaian derajat dehidrasi dilakukan sesuai dengan kriteria berikut :
o Tanpa dehidrasi (kehilangan cairan <5% berat badan)
 Tidak ditemukan tanda utama dan tanda tambahan
 Keadaan umum baik, sadar
 Ubun ubun besar tidak cekung, mata tidak cekung, air
mata ada , mukosa mulut dan bibir basah
 Turgor abdomen baik, bising usus normal
 Akral hangat

o Dehidrasi ringan sedang/ tidak berat (kehilanagn cairan 5-


10% berat badan)
 Apabila didapatkan 2 tanda utama ditambah 2 atau
lebih tanda tambahan
 Keadaan umum gelisah atau cengeng
 Ubun ubun besar sedikut cekung, mata sedikit cekung,
air mata kurang, mukosa mulut dan bibir sedikit
kering
 Turgor kurang, akral hangat

o Dehidrasi berat (kehilangan cairan > 10%berat badan)


 Apabila didapatkan 2 tanda utama ditambah
dengan 2 atau lebih tanda tambahan
 Keadaan umum lemah, letargi atau koma
 Ubun-ubun sangat cekung,mata sangat cekung,air
mata tidak ada,mukosa mulut dan bibir sangat
kering
 Turgor sangat kurang dan akral dingin
 Pasien harus rawat inap

Kriteria Gejala Klinis


Diagnosis
a. Kehamilan>20 minggu, atau saatpersalinan atau masanifas.
b. Tanda – tanda pre– eklamsia(hipertensi, edema, dan proteinuria).
c. Kejang –kejang dan/atau koma.
d. Kadang –kadang disertaidengan gangguan fungsiorgan – organ.

Pemeriksaan dan Diagnosa


a. Berdasarkan gejala klinis di atas
b. Pemeriksaan laboratorium
1) Adanya protein dalam air seni
2) Fungsi organ, hepar, ginjal, jantung
3) Fungi Hematologi/Hemostasis
c. Konsultasi dengan disiplin lain kalau dipandang perlu
1) Kardiologi
2) Ophtalmologi
3) Anestesiologi
4) Neonatologi, dan lain -lain
Pemeriksaan a. Pemeriksaan tinja tidak rutin dilakukan pada diare akut, kecuali
Penunjang
apabila ada tanda intoleransi laktosa dan kecurigaan amubiasis
b. Hal yang dinilai pada pemeriksaan tinja :
- Makroskopis : konsistensi, warna, lendir, darah, bau
- Mikroskopis : leukosit, eritrosit, parasit, bakteri
- Kimia: pH, clinitest, elektrolit (Na, K, HCO3)
- Biakan dan uji sensitivitas tidak dilakukan pada diare akut
c. Analisis gas darah dan elektrolit bila secara klinis dicurigai
adanya gangguan keseimbangan asam basa dan elektrolit

Tatalaksana 1. Lintas diare : (1) Cairan, (2) Seng, (3) Nutrisi, (4) Antibiotik yang tepat,
(5) Edukasi
2. Tanpa dehidrasi
a. Cairan rehidrasi oralit dengan menggunakan NEW
ORALIT diberikan 5-10 mL/kg BB setiap diare cair atau
berdasarkan usia, yaitu umur < 1 tahun sebanyak 50-100
mL, umur 1-5 tahun sebanyak 100-200 mL, dan umur di
atas 5 tahun semaunya. Dapat diberikan cairan rumah
tangga sesuai kemauan anak.ASI harus terus diberikan.
b. Pasien dapat dirawat di rumah, kecuali apabila terdapat
komplikasi lain (tidak mau minum, muntah terus
menerus, diare frekuen dan profus)

3. Dehidrasi ringan-sedang
a. Cairan rehidrasi oral (CRO) hipoosmolar diberikan
sebanyak 75 mL/kgBB dalam 3 jam untuk mengganti
kehilangan cairan yang telah terjadi dan sebanyak 5-10
mL/ kgBB setiap diare cair.

b. Rehidrasi parenteral (intravena) diberikan bila anak


muntah setiap diberi minum walaupun telah diberikan
dengan cara sedikit demi sedikit atau melalui pipa
nasogastrik. Cairan intravena yang diberikan adalah
ringer laktat atau KaEN 3B atau NaCl dengan jumlah
cairan dihitung berdasarkan berat badan. Status hidrasi
dievaluasi secara berkala.
c. Berat badan 3-10 kg : 200 mL/kgBB/hari
d. Berat badan 10-15 kg : 175 mL/kgBB/hari
e. Berat badan > 15 kg : 135 mL/kgBB/hari
f. Pasien dipantau di Puskesmas/Rumah Sakit selama proses
rehidrasi sambil memberi edukasi tentang melakukan
rehidrasi kepada orangtua.

4. Dehidrasi berat
a. Diberikan cairan rehidrasi parenteral dengan ringer
laktat atau ringer asetat 100 mL/kgBB dengan cara
pemberian:
b. Umur kurang dari 12 bulan: 30 mL/kgBB dalam 1 jam
pertama, dilanjutkan 70 mL/ kgBB dalam 5 jam
berikutnya
c. Umur di atas 12 bulan: 30 mL/kgBB dalam ½ jam pertama,
dilanjutkan 70 mL/kgBB dalam 2,5 jam berikutnya
d. Masukan cairan peroral diberikan bila pasien sudah mau
dan dapat minum, dimulai dengan 5 mL/kgBB selama
proses rehidrasi

5. Koreksi gangguan keseimbangan asam basa dan elektrolit (lihat


PPM PGD)
- Hipernatremia (Na >155 mEq/L)
Koreksi penurunan Na dilakukan secara bertahap dengan
pemberian cairan dekstrose 5% ½ salin. Penurunan kadar Na tidak
boleh lebih dari 10 mEq per hari karena bisa menyebabkan edema
otak
- Hiponatremia (Na <130 mEq/L)
Kadar natrium diperiksa ulang setelah rehidrasi selesai, apabila masih
dijumpai hiponatremia dilakukan koreksi sbb:
Kadar Na koreksi (mEq/L) = 125 – kadar Na serum x 0.6 x berat
badan; diberikan dalam 24 jam
- Hiperkalemia (K >5 mEq/L)
Koreksi dilakukan dengan pemberian kalsium glukonas 10%
sebanyak 0.5-1 ml/ kg BB i.v secara perlahan-lahan dalam 5-10 menit;
sambil dimonitor irama jantung dengan EKG. Untuk pemberian
medikamentosa dapat dilihat PPM Nefrologi.
- Hipokalemia (K <3,5 mEq/L)
Koreksi dilakukan menurut kadar Kalium.
- Kadar K 2,5-3,5 mEq/L, berikan KCl 75 mEq/kg BB
per oral per hari dibagi 3 dosis
- Kadar K <2,5 mEq/L, berikan KCl melalui drip intravena
dengan dosis:
 3,5 - kadar K terukur x BB (kg) x 0,4 + 2 mEq/kgBB/24
jam dalam 4 jam pertama
 3,5 - kadar K terukur x BB (kg) x 0,4 + 1/6 x 2
mEq x BB dalam 20 jam berikutnya

6. Seng
Seng terbukti secara ilmiah terpercaya dapat menurunkan frekuensi buang
air besar dan volume tinja sehingga dapat menurunkan risiko terjadinya
dehidrasi pada anak. SengZink elemental diberikan selama 10-14 hari
meskipun anak telah tidak mengalami diare dengan dosis:
- Umur di bawah 6 bulan: 10 mg per hari
- Umur di atas 6 bulan: 20 mg per hari

7. Nutrisi
ASI dan makanan dengan menu yang sama saat anak sehat sesuai umur tetap
diberikan untuk mencegah kehilangan berat badan dan sebagai pengganti
nutrisi yang hilang. Adanya perbaikan nafsu makan menandakan fase
kesembuhan. Anak tidak boleh dipuasakan, makanan diberikan sedikit-
sedikit tapi sering (lebih kurang 6 x sehari), rendah serat, buah buahan
diberikan terutama pisang.

8. Medikamentosa
- Tidak boleh diberikan obat anti diare
- Antibiotik
Antibiotik diberikan bila ada indikasi, misalnya disentri (diare berdarah)
atau kolera. Pemberian antibiotik yang tidak rasional akan mengganggu
keseimbangan flora usus sehingga dapat memperpanjang lama diare dan
Clostridium difficile akan tumbuh yang menyebabkan diare sulit
disembuhkan. Selain itu, pemberian antibiotik yang tidak rasional dapat
mempercepat resistensi kuman terhadap antibiotik. Untuk disentri
basiler, antibiotik diberikan sesuai dengan data sensitivitas setempat, bila
tidak memungkinkan dapat mengacu kepada data publikasi yang
dipakai saat ini, yaitu kotrimoksazol sebagai lini pertama, kemudian
sebagai lini kedua. Bila kedua antibiotik tersebut sudah resisten maka
lini ketiga adalah sefiksim.
- Antiparasit
Metronidazol 50 mg/kgBB/hari dibagi 3 dosis merupakan obat pilihan
untuk amuba vegetatif

Edukasi Orangtua diminta untuk membawa kembali anaknya ke Pusat Pelayanan


Kesehatan bila ditemukan hal sebagai berikut: demam, tinja berdarah, makan
atau minum sedikit, sangat haus, diare makin sering, atau belum membaik
dalam 3 hari. Orangtua dan pengasuh diajarkan cara menyiapkan
oralit secara benar.
Langkah promotif/preventif : (1) ASI tetap diberikan, (2) kebersihan
perorangan, cuci tangan sebelum makan, (3) kebersihan lingkungan,
buang air besar di jamban, (4) immunisasi campak, (5) memberikan
makanan penyapihan yang benar, (6) penyediaan air minum yang bersih,
(7) selalu memasak makanan.

Kepustakaan Ikatan Dokter Anak Indonesia, 2009. Pedoman Pelayanan Medis.


Jakarta

Anda mungkin juga menyukai