Anda di halaman 1dari 8

MAKALAH

DIMENSI DAN TIPE AKUNTABILITAS SEKTOR PUBLIK

Dosen Pembimbing: Aldri Frinaldi, S.H., M.Hum, Ph.D

Kelompok 4:
1. Intan Mayang SahniBadry (17329020)
2. Rahma Hazalia
3. Rahmi Tul Asra
4. Sita Khairiyah (17329102)

JURUSAN ILMU AGAMA ISLAM


FAKULTAS ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2018
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Indonesia adalah negara yang memakai sistem demokrasi. Sebagai imbas


negara bersistem demokrasi, dibutuhkanlah yang namanya akuntabilitas. Pada
dasarnya, akuntabilitas dalam sektor publik hanya dikenal di negara-negara yang
menganut sistem demokrasi dimanarakyat diposisikan sebagai faktor yang sangat
penting. Asas akuntabilitas menetapkan bahwa setiap kegiatan dan hasil akhir dari
kegiatan penyelenggaraan harus dapat dipertanggungjawabkan kepada rakyat sebagai
pemegang kedaulatan tertinggi dalam suatu negara yang telah memberikan dananya
kepada pemerintah.
Dalam akuntabilitas terkandung adanya kewajiban untuk menyajikan dan
melaporkan segala kegiatan terutama di bidang administrasi keuangan kepada pihak-
pihak yang bersangkutan dalam rangka pencapaian tujuan yang telah ditetapkan
melalui media pertanggungjawaban secara berkala. Untuk itu, sangat diperlukan
pemahaman mengenai dimensi maupun tipe akuntabilitas yang akan diterapkan dalam
sektor publik.

B. Rumusan Masalah
1. Apa saja dimensi-dimensi akuntabilitas?
2. Bagaimana mengukur suatu akuntabilitas?
3. Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi akuntabilitas sektor publik?
4. Bagaimana konsep pendekatan akuntabilitas?
5. Apa saja tipe dan model dalam akuntabilitas?
BAB II
PEMBAHASAN

A. Dimensi Akuntabilitas
Akuntabilitas publik menjadi landasan utama proses penyelenggaraan pemerintahan
yang baik. Karena itu aparatur pemerintah harus mempertanggungjawabkan seluruh aktivitas
dan pelaksanaan kerjanya kepada publik. Dalam konteks organisasi pemerintahan sendiri,
akuntabilitas publik merupakan pemberian informasi atas aktivitas dan kinerja pemerintah
kepada pihak-pihak yang berkepentingan. Penekanan utama akuntabilitas publik adalah
pemberian informasi kepada publik dan konstituen lainnya yang menjadi pemangku
kepentingan (stakeholder). Akuntabilitas publik juga terkait dengan kewajiban untuk
menjelaskan dan menjawab pertanyaan mengenai apa yang telah, sedang, dan direncanakan
akan dilakukan organisasi sektor publik (Mahmudi,2002:9).
Terwujudnya akuntabilitas merupakan tujuan utama dari reformasi sektor publik.
Tuntutan akuntabilitas publik mengharuskan lembaga-lembaga sektor publik untuk lebih
menekankan pada pertanggungjawaban horizontal bukan hanya pertanggungjawaban vertical.
Tuntutan yang kemudian muncul adalah perlunya dibuat laporan keuangan eksternal yang
dapat menggambarkan kinerja lembaga sektor publik.
Ada beberapa pendapat tentang akuntabilitas publik yang harus dilakukan oleh
organisasi sektor publik terdiri atas beberapa dimensi. Menurut Ellwood (1993) menjelaskan
terdapat empat dimensi akuntabilitas yang harus dipenuhi oleh organisasi sektor publik, yaitu:

1. Akutabilitas Kejujuran dan Akuntabilitas Hukum


(AccountabilityforProbityandLegality)

Akuntabilitas kejujuran terkait dengan penghindaran penyalahgunaan jabatan


(abuseofpower), sedangkan akuntabilitas hokum terkait dengan jaminan adanya
kepatuhan terhadap hokum dan peraturan lain yang disyaratkan dalam penggunaan
sumber dana publik.
2. Akuntabilitas Proses

Akuntabilitas proses terkait dengan apakah prosedur yang digunakan dalam


melaksanakan tugas sudah cukup baik dalam hal kecukupan sistem informasi
akuntansi, sistem informasi manajemen, dan prosedur administrasi. Akuntabilitas
proses termanifestasi melalui pemberian pelayanan publik yang cepat, responsive, dan
murah biaya.
Pengawasan dan pemeriksaan terhadap pelaksanaan akuntabilitas proses dapat
dilakukan, misalnya dengan memeriksa ada tidaknya mark up dan pungutan-pungutan
lain di luar yang ditetapkan, serta sumber-sumber inefisiensi dan pemborosan yang
menyebabkan mahalnya biaya pelayanan publik dan kelambanan dalam pelayanan.
Pengawasan dan pemeriksaan akuntabilitas proses juga terkait dengan pemeriksaan
terhadap proses tender untuk melaksanakan proyek-proyek publik. Yang harus
dicermati dalam kontrak tender adalah apakah proses tender telah dilakukan secara fair
melalui CompulsoryCompetitiveTendering (CCT), ataukah dilakukan melalui korupsi,
kolusi, dan nepotisme (KKN).
3. Akuntabilitas Program

Akuntabilitas program terkait dengan pertimbangan apakah tujuan yang ditetapkan


dapat dicapai atau tidak, dan apakah telah mempertimbangkan alternatif program yang
memberikan hasil yang optimal dengan biaya yang minimal.
4. Akuntabilitas Kebijakan

Akuntabilitas kebijakan terkait dengan pertanggungjawaban pemerintah, baik pusat


maupun daerah, atas kebijakan-kebijakan yang diambil pemerintah terhadap
DPR/DPRD dan masyarakat luas.
Menurut Syahrudin Rasul (2002:11), dimensi akuntabilitas terbagi menjadi 5 bagian
yaitu:
1. Akuntabilitas hukum dan kejujuran (accuntability for probityandlegality) Akuntabilitas
hukum terkait dengan dilakukannya kepatuhan terhadap hukum dan peraturan lain yang
disyaratkan dalam organisasi, sedangkan akuntabilitas kejujuran terkait dengan
penghindaran penyalahgunaan jabatan, korupsi dan kolusi. Akuntabilitas hukum
menjamin ditegakkannya supremasi hukum, sedangkan akuntabilitas kejujuran
menjamin adanya praktik organisasi yang sehat.

2. Akuntabilitas manajerial. Akuntabilitas manajerial yang dapat juga diartikan sebagai


akuntabilitas kinerja (performance accountability) adalah pertanggungjawaban untuk
melakukan pengelolaan organisasi secara efektif dan efisien.

3. Akuntabilitas program. Akuntabilitas program juga berarti bahwa programprogram


organisasi hendaknya merupakan program yang bermutu dan mendukung strategi
dalam pencapaian visi, misi dan tujuan organisasi. Lembaga publik harus
mempertanggungjawabkan program yang telah dibuat sampai pada pelaksanaan
program

4. Akuntabilitas kebijakan. Lembaga – lembaga publik hendaknya dapat


mempertanggung jawabkan kebijakan yang telah ditetapkan dengan
mempertimbangkan dampak dimasa depan. Dalam membuat kebijakan harus
dipertimbangkan apa tujuan kebijakan tersebut, mengapa kebijakan itu dilakukan.

5. Akuntabilitas finansial. Akuntabilitas ini merupakan pertanggungjawaban lembaga


lembaga publik untuk menggunakan dana publik (publicmoney) secara ekonomis,
efisien dan efektif, tidak ada pemborosan dan kebocoran dana, serta korupsi.
Akuntabilitas financial ini sangat penting karena menjadi sorotan utama masyarakat.
Akuntabilitas ini mengharuskan lembaga-lembaga publicuntuk membuat laporan
keuangan untuk menggambarkan kinerja financial organisasi kepada pihak luar.
Bintoro Tjokroamidjojo (2001 :45) menyebutkan ada empat jenis akuntabilitas yaitu :

1. Akuntabilitas politik dari pemerintah melalui lembaga perwakilan


2. Akuntabilitas keuangan melalui pelembagaan budget dan pengawasan BPK
3. Akuntabilitas hukum dalam bentuk reformasi hukum dan pengembangan perangkat
hukum
4. Akuntabilitas ekonomi dalam bentuk likuiditas dan (tidak) kepailitan dalam suatu
pemerintahan yang demokratis bertanggungjawab pada rakyat melaui system
perwakilan.

B. Mengukur Akuntabilitas

C. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Akuntabilitas Sektor Publik

D. Pendekatan Akuntabilitas

Akuntabilitas dapat dipahami dari dua pendekatan yang berbeda (O’Connell 2005).
Pertama dilihat dari principal-agent theory. Menurut teori ini, pemegang otoritas (principal)
mempekerjakan pihak tertentu (agent) yang harus dimonitor untuk mencegah terjadinya
perilaku menyimpang. Dalam perspektif ini, akuntabilitas berkenaan dengan mempekerjakan
pihak yang tepat, menilai pekerjaannya, dan memberikan reward atau ganjaran sesuai dengan
capaian pekerjaan. Dalam pandangan tradisional (one-way model) ini, principal adalah
reviewer. Principal menilai laporan pekerjaan agent dan memutuskan apa dan bagaimana
memberikan penalti, bahkan mengubah pola hubungannya dengan agent.
Namun relasi tersebut bukanlah satu-satunya model untuk menetapkan harapan
kinerja. Dalam prakteknya, banyak hubungan atau relasi yang tidak hanya one-sided. Para
agent juga dapat menilai hubungannya dengan principal, dan memutuskan apakah tetap
melanjutkan atau memperbaiki hubungan tersebut. Sehingga dapat dikatakan bahwa agent
memiliki pola hubungan timbal balik dengan principal. Dalam kaitannya dengan kebijakan
atau program pemerintah tertentu, terdapat beberapa principal, klien, maupun konstituen.
Tentunya hal tersebut akan semakin merumitkan model akuntabilitas yang nantinya akan
digunakan. Seperti yang dikatakan Bardach and Lesser (1996) agent bisa saja akuntabel
terhadap beberapa principal dan memenuhi beragam ekspektasi yang bisa saja kontradiktif.
Berdasarkan pendekatan di atas, akuntabilitas tidak sekedar mengikuti one-way model saja,
karena ada berbagai macam pemangku kepentingan yang terlibat dalam sebuah kebijakan atau
program publik. Setiap pemangku kepentingan atau entitas menuntut akuntabilitas dari
implementor kebijakan atau program menurut capaian kinerja yang diharapkan.
Sebagai sebuah proses, akuntabilitas berupaya untuk menjawab empat pertanyaan.
Pertama, berkenaan dengan "responsibilitas", yaitu siapa yang melaksanakan tindakan apa,
menghasilkan apa, dan untuk siapa. Mengidentifikasikan siapa berbuat apa dan untuk siapa
merupakan langkah awal dalam setiap sistim akuntabilitas. Langkah ini selanjutnya akan
membangun mutual accountability. Kedua, berkaitan dengan "diskresi", yaitu seberapa besar
diskresi yang dimiliki oleh agent dalam melaksanakan pekerjaan yang diemban kepadanya.
Jawabannya tergantung pada bagaimana ekspektasi kinerja telah dipahami, dan siapa yang
memiliki kewenangan untuk memutuskan cara pencapaian sasaran kinerja. Ketiga, berkaitan
dengan "pelaporan", yaitu siapa yang menyediakan informasi apa, dan kepada siapa.
Menyediakan informasi tentang kinerja juga merupakan aspek penting dalam akuntabilitas.
Principal perlu mengetahui apakah agent telah melaksanakan tanggung jawabnya. Keempat,
berkenaan dengan "reviewing dan "revising", yaitu siapa yang menggunakan informasi apa
untuk membuat keputusan ke depan.

E. Tipe dan Model Akuntabilitas


1. Tipe Akuntabilitas
Akuntabilitas dibedakan atas beberapa tipe, yaitu:
(a) Akuntabilitas politik, berkaitan dengan sistem politik dan sistem pemilu. Sistem
politikmultipartaidinilai lebih mampu menjamin akuntabilitas politik
pemerintah terhadap rakyatnya, daripada pemerintahan dengan sistem politik
satu partai.
(b) Akuntabilitas keuangan atau ekonomi, adalah bahwa semua aparat pemerintah
wajib mempertanggungjawabkan setiap rupiah uang rakyat dalam anggaran
belanjanyayang bersumber dari penerimaan pajak dan retribusi.
(c) Akuntabilitas hukum, mengandung arti yaitu rakyat harus mendapat keyakinan
bahwa pemerintah dapat bertanggung jawab secara hukumatas segala
tindakannya. Organisasi pemerintahan yang pada praktiknya telah merugikan
kepentingan rakyat, dengan demikian harus mampu mempertanggungjawabkan
dan mau menerima ganjaran hukum atas tindakannya.
2. Model Akuntabilitas
(a) Model Tradisional Westminster,
Model akuntabilitas ini sesuai dengan konsep birokrasi yang diterapkan oleh
Weber sehingga disebut juga sebagai administrativeaccountability. Garis
pertanggungjawaban akuntabilitas dari bawah ke atas (hierakhi). Setiap
individu memberikan pertanggungjawaban kepada atasannya secara hirarkis.
Sebagai bentuk kontrol atasan terhadap kinerja bawahan (top-down dan tidak
bisa melihat kinerja).

(b) Pengembangan Model Tradisional


Tidak hanya dari bawah ke atas, tetapi juga bersifat kedalam (perorangan) dan
keluar (masyarakat).Perlu diciptakannya berbagai mekanisme dan sistem
akuntabilitas seperti pengembangan jaminan kebebasan mendapatkan
informasi dan pembentukan berbagai lembaga independen yang bertujuan
untuk mengontrol kinerja sektor publik seperti ombudsman dan lembaga
peradilan yang kuat.
(c) Model Stone
Akuntabilitas dibagi dalam 5 kategori, yaitu: (1) kontrol dari Parlemen (DPR),
(2) Managerialism (P-D-C-A), (3)Pengadilan/Lembaga semi peradilan,
(4) Perwakilan Masyarakat, (5)Pasar (konsumen-pengusaha).
(d) Model Jaringan Kerja
Dalam model ini, pihak terkait satu dengan yang lain membentuk suatu
jaringan kerja dan saling memberikan kontribusi dan informasi. Model ini
menekankan pada pola hubungan yang terjalin dalam suatu kerjasama. Dalam
suatu sistem kerjasama, semua pihak yang terkait saling melakukan
komunikasi, pemberian informasi dan hubungan kerja yang saling melengkapi
untuk mencapai tujuan dari jaringan kerja yang dibuat.

BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN

B. SARAN
Dalam penyusunan makalah ini, kami selaku kelompok 4 menyadari sepenuhnya ada
banyak sekali kekurangan ataupun kesalahan dalam penulisan baik dari segi kata, bahasa,
ejaan, maupun hal lainnya. Untuk itu, kami mengharapkan kritikan yang tidak menjatuhkan,
tetapi diselipi dengan saran yang membangun. Jika ada kesalahan, mohon diluruskan. Jika ada
kekurangan, mohon ditambahkan. Serta jika ada kebenaran, mohon jangan dipatahkan.
DAFTAR PUSTAKA

Sawir, Muhammad. Konsep Akuntabilitas Publik.


https://bpkad.banjarkab.go.id/index.php/2017/09/05/dimensi-akuntabilitas.html

https://mohmahsun.blogspot.com/2011/04/akuntabilitas-kinerja.html

Anda mungkin juga menyukai