Anda di halaman 1dari 14

TUGAS ILMIAH KEPANITERAAN KLINIK FK UMS

CASE REPORT

ANASTESI SPINAL PADA TINDAKAN OPERATIF APPENDIKTOMI ET


CAUSA APPENDISITIS KRONIS EKSASERBASI AKUT

PENYUSUN:
Maulida Halimah, S.ked J510185010
Suryaningtyas Pratiwi, S.ked J510185059

PEMBIMBING:
dr. Bambang Sutanto, Sp. An-KIC
dr. Ricka Lesmana Sp. An
dr. Febrian Dwi Cahyo Sp. An M.kes

PRODI PROFESI DOKTER


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
AGUSTUS 2019

ii
HALAMAN PENGESAHAN
Tugas Ilmiah Kepaniteraan Klinik FK UMS
CASE REPORT
Prodi Profesi Dokter Fakultas Kedokteran
Universitas Muhammadiyah Surakarta

Judul :ANASTESI SPINAL PADA TINDAKAN OPERATIF APPENDIKTOMI ET


CAUSA APPENDISITIS KRONIS EKSASERBASI AKUT : LaporanKasus
Penyusun : Maulida Halimah J510185010
Suryaningtyas Pratiwi J510185059
Pembimbing : dr. Bambang Sutanto, Sp. An-KIC
dr. Ricka Lesmana Sp. An
dr. Febrian Dwi Cahyo Sp. An M.kes

Surakarta, 17 Agustus 2019

Penyusun

Maulida Halimah, S.ked , Suryaningtyas Pratiwi, S.ked

Menyetujui,
Pembimbing

dr. Ricka Lesmana Sp. An

Mengetahui
Kepala Program Studi Profesi Dokter
Fakultas Kedokteran UMS

Dr. Iin Novita N.M., M.Sc., Sp.PD

ii
ANASTESI SPINAL PADA TINDAKAN OPERATIF APPENDIKTOMI ET CAUSA
APPENDISITIS KRONIS EKSASERBASI AKUT :LAPORAN KASUS
SPINAL ANESTHESIA IN THE OPERATIVE ACTION OF ACUTE EXACERBATION OF A CHRONIC
APPENDICITIS : CASE REPORT

Maulida Halimah*, Suryaningtyas Pratiwi**


* Fakultas Kedokteran, Universitas Muhammadiyah Surakarta
** Bagian Ilmu Anestesiologi dan Reanimasi, RS PKU Muhammadiyah Surakarta

ABSTRAK
Anestesi merupakan tindakan pemberian anestesi, penjagaan keselamatan penderita
ketika pembedahan, pengobatan intensif pasien gawat, terapi inhalasi, dan penanggulangan
nyeri menahun. Anestesi yang menyebabkan hilangnya kesadaran tanpa nyeri seluruh tubuh
secara sentral yang reversible disebut anestesi umum sedangkan jenis yang hanya
menghilangkan nyeri dari bagian tubuh tertentu namun tetap sadar disebut anestesi
regional.Apendisitis adalah peradangan pada apendiks vermiformis dan merupakan penyebab
abdomen akut yang paling sering. Penyakit ini dapat mengenai semua umur baik laki-laki
maupun perempuan, tetapi lebih sering menyerang laki-laki berusia 10-30 tahun.
Kami melaporkan kasus wanita usia 18 tahun nyeri perut kanan bawah sejak 10 hari
yang lalu, nyeri bersifat hilang timbul. Keluhan mual dirasakan setiap makan dan terkadang
muntah. Pemeriksaan fisik dalam batas normal. Pemeriksaan penunjangUSG abdomen
didapatkan “appendisitis kronis eksaserbasi akut”. Diberikan Intravena fluid drip (IVFD) RL
20 tpm menggunakan IV cath no 20. Premedikasi inj midazolam, dilakukan anestesi
spinaldengan lidokain 5% pada apendektomi. Selama operasi diberikan drip fentanyl,
ondansetrin dan ketorolac. Tidak ada komplikasi pasca bedah hanya nyeri skala 6 diberikan
drip fentanyl sebagai analgetik.

Kata Kunci: Anestesi, AnestesiUmum, Anestesi regional, Appendisitis

ABSTRACT
Anesthesia is the act of administering anesthesia, safeguarding the safety of the
patient during surgery, intensive treatment of serious patients condition, inhalation therapy
and chronic pain relief. Anesthesia that causes loss of consciousness without whole body
central pain that is reversible is called general anesthesia while the type that only removes
pain from certain parts of the body but remains conscious is called regional anesthesia.
Appendicitis is inflammation of the vermiform appendix and the most common cause of acute
abdomen. This disease can affect all ages, both men and women, but more often attacks men
aged 10-30 years.

We report the case of an 18-year-old woman with right lower abdominal pain since
10 days ago that is intermittent. The patient feels nauseous after every meal and sometimes
vomit. Physical examination within normal limits. Investigation of abdominal ultrasound was
obtained "chronic appendicitis acute exacerbation". Intravenous fluid drip (IVFD) was given
RL 20 tpm using IV cath no 20. Given premedication of Diazepam injection, spinal
anesthesia was performed with 5% lidocaine on appendectomy. During surgery the patient
was given fentanyl drip, ondansetron and ketorolac. There are no postoperative
complications, the patient felt pain with 6 scale then given fentanyl drip as an analgesic.
Keywords: Anesthesia, General Anesthesia, Regional Anesthesia, Appendicitis

3
PENDAHULUAN yang terjadi di Amerika Serikat setiap
tahunnya dan terutapa terjadi pada anak usia 6
Apendisitis adalah peradangan pada
– 10 tahun. Insidens terbanyak terjadi pada
apendiks yang paling sering menyebabkan
laki – laki daripada perempuan dengan
keadaan “acute abdomen” (Mansjoer
perbandingan 3:2. Apendisitis banyak terjadi
2000).1Sementara menurut Smeltzer C.
pada ras Kaukasian (Brunicardi, 2010).
Suzanne, apendisitis adalah penyebab paling
Manifestasi klinis apendisitis adalah
umum inflamasi akut pada kuadran kanan
pada awalnya nyeri perut yang samar – samar
bawah dari rongga abdomen dan merupakan
dirasakan di sekitar epigastrium atau
keadaan untuk bedah abdomen darurat
umbilicus. Nyeri yang dirasakan disini adalah
(Acosta, 2007)
nyeri viserale akibat rangsangan peritoneum
Klasifikasi apendiks terbagi menjadi 2, yaitu:
viserale akibat distensi usus. Kemudian nyeri
1. Apendisitis akut
menjalar ke perut kuadran kanan bawah.
Apendisitis akut sering tampil dengan
Disana, nyeri terasa lebih jelas dan lebih
gejala khas yang didasari oleh radang
terlokalisasi. Nyeri ini disebut juga dengan
mendadak dari apendiks yang disertai atau
nyeri somatic. Hal ini disebabkan oleh
tidak disertai dengan rangsangan
perangsangan dari peritoneum parietale
peritoneum local/setempat. Gejala
(William, 2008)
apendisitis akut adalah nyeri tumpul yang
Tatalaksana untuk apendisitis adalah
merupakan nyeri visceral di epigastrium di
apendiktomi. Apendiktomi merupakan suatu
sekitar umbilicus. Keluhan ini sering
tindakan bedah dengan kategori operasi bersih
disertai mual dan muntah. Dalam beberapa
terkontaminasi sehingga diperlukan antibiotic
jam nyeri akan berpindah ke kuadran
profilaksis. Antibiotik profilaksis yang sering
kanan bawah (titik McBurney). Disini
digunakan adalah golongan sefalosporin
nyeri dirasakan lebih tajam dan lebih jelas
generasi II. Pada persiapan preoperasi,
sehingga merupakan nyeri somatic
analgetik dapat diberikan pada pasien setelah
setempat (Sjamsuhidajat, 2010).
diagnosis dari apendisitis sudah ditegakkan
2. Apendisitis kronis
dan manajemen operatif sudah direncanakan.
Diagnosis apendisitis kronis baru dapat
Status cairan dipantau dengan ketat melalui
ditegakkan jika ditemukan adanya riwayat
tanda klinis seperti nadi, tekanan darah, dan
nyeri perut kanan bawah lebih dari 2
urine output (William, 2008).
minggu dan nyeri yang dirasakan hilang
timbul. Apendisitis kronis adalah keadaan Anestesi merupakan cabang ilmu
dimana apendiks telah mengalami fibrosis kedokteran yang mendasari tindakan meliputi
dan pembentukan jaringan parut pemberian anestesi, penjagaan keselamatan
(Sjamsuhidajat, 2010). penderita ketika pembedahan, pengobatan
Peradangan pada apendiks dapat intensif pasien gawat, terapi inhalasi, dan
ditemukan pada masyarakat dari berbagai usia. penanggulangan nyeri menahun. Anestesi
Terdapat sekitar 250.000 kasus apendisitis yang menyebabkan hilangnya kesadaran tanpa
4
nyeri seluruh tubuh ecara sentral yang setiap makan dan terkadang muntah. Pasien
reversible disebut anestesi umum (Latiefet al., sudah pernah mendapatkan penanganan di
2009). Sedangkan jenis anestesi yang hanya klinik dan dirawat inap sebanyak 2 kali tetapi
menghilangkan nyeri dari bagian tubuh tidak mengalami perubahan kondisi.
tertentu namun pemakainya tetap sadar disebut Pengobatan yang sudah diberikan di klinik,
anestesi regional.Anestesi regional terbagi atas pasien tidak tahu. Selama pengobatan di klinik
anestesi spinal (anestesi blok subaraknoid), tidak didapatkan reaksi yang tidak diharapkan.
anestesi epidural dan blok perifer. Anestesi Pasien belum pernah di operasi maupun
spinal dan epidural telah digunakan secara luas mendapatkan pengelolaan anestesi
di bidang ortopedi, obstetric dan ginekologi, sebelumnya.
operasi ekstremitas bawah serta operasi Pada saat masuk RS keadaan umun
abdomen bagian bawah (Latiefet al., 2009). baik, pasien sadar penuh dengan skala nyeri 4,
Anestesi blok subaraknoid atau biasa TD 110/80 mmHG, N 115x/menit, Suhu
disebut anestesi spinal adalah tindakan 36.3 ͦC dan Respirasi 20x/menit berat badan 60
anestesi dengan memasukan obat analgetik kg, tinggi badan 160cm. Pemeriksaan fisik
kedalam ruang subaraknoid di daerah vertebra dalam batas normal . tidak didapatkan
lumbalis yang kemudian akan terjadi gangguan menelan, bernafas maupun gerakan
hambatan rangsang sensoris mulai dari leher. Pemeriksaan penunjang dalam batas
vertebra thorakal 4. Prinsip yang digunakan normal. Pemeriksaan USG abdomen
adalah menggunakan obat analgetik local didapatkan gambaran “Appendisitis kronis
untuk menghambat hantaran saraf sensorik eksaserbasi akut” . Pasien direncanakan untuk
untuk sementara (reversible). Fungsi motoric dilakukan tindakan operatif Appendektomi.
juga terhambat sebagian. Dan pada teknik Operasi berlangsung selama kurang
anestesi ini, pasien tetap sadar. Kelebihan lebih 1 jam. Tidak terjadi komplikasi yang
utama tehnik ini adalah kemudahan dalam berarti dan perdarahan durante operasi
tindakan, peralatan yang minimal, memiliki sebanyak 50 ml. Selesai operasi pasien
efek minimal pada biokimia darah, menjaga mengalami mual dan muntah cukup hebat
level optimal dari analisa gas darah, pasien serta didapatkan skala nyeri 6.
tetap sadar selama operasi dan menjaga jalan
nafas, serta membutuhkan penanganan post A. PRE OPERATIF
operatif dan analgesia yang minimal. 1. IDENTITAS PASIEN
Nama : Nn. X
LAPORAN KASUS Jenis Kelamin : Wanita
Usia : 18 tahun
Seorang pasien wanita, bernama Nn.
Diagnosispre-operatif: Appendisitis kronis
X berusia 18 tahun datang ke IGD dengan
eksaserbasi akut
keluhan nyeri perut kanan bawah. Keluhan
Macam operasi : Appendektomi
tersebut dirasakan sejak 10 hari yang lalu,
bersifat hilang timbul. Keluhan mual dirasakan
5
2. ANAMNESIS e. Riwayat anestesi/operasi :
Anamnesis dilakukan secara 1) Riwayat anestesi sebelumnya:
autoanamnesis. disangkal
a. Keluhan utama 2) Riwayat operasi sebelumnya:
nyeri perut disangkal
b. Riwayat penyakit sekarang f. Riwayat kebiasaan
Nyeri perut kanan bawah. Keluhan 1) Riwayat merokok: tidak ada data
tersebut dirasakan sejak 10 hari yang 2) Riwayat minum alcohol : tidak
lalu, bersifat hilang timbul. Keluhan ada data
mual dirasakan setiap makan dan 3) Riwayat konsumsi narkotika:
terkadang muntah. Pasien sudah pernah tidak ada data
mendapatkan penanganan di klinik dan g. Riwayat Keluarga
dirawat inap sebanyak 2 kali tetapi 1) Riwayat asma : disangkal
tidak mengalami perubahan kondisi. 2) Riwayat diabetes mellitus:
Pasien tidak mengetahui pengobatan disangkal
yang sudah diberikan di klinik, Selama III. PEMERIKSAAN FISIK
pengobatan di klinik tidak didapatkan 1. Status Generalis (Saat Masuk
reaksi yang tidak diharapkan. Rumah Sakit)
c. Riwayat penyakit dahulu atau penyulit a. Keadaan Umum : Baik
tindakan anestesi : b. Kesadaran :
1) Riwayat alergi : tidak ada data Compos mentis (GCS:
2) Riwayat diabetes mellitu: tidak E4V5M6)
ada data c. Skala Nyeri :4
3) Riwayat penyakit paru kronis : d. Tekanan Darah :
tidak ada data 110/80 mmHg
4) Riwayat penyakit jantung: tidak e. Nadi : 115
ada data kali/menit
5) Riwayat hipertensi: tidak ada data f. Respirasi :20
6) Riwayat penyakit hati : tidak ada kali/menit
data g. Suhu :
7) Riwayat penyakit ginjal: tidak ada 37,1 C o

data 2. Pemeriksaan Fisik


8) Riwayat asma:tidak ada data a. Status Gizi
d. Riwayat penggunaan obat: 1) BB : 60 kg
1) Riwayat alergi obat: tidak ada 2) TB : 160 cm
2) Riwayat pengobatan sebelumnya: b. Jalan Napas
diakui, tapi pasien tidak 1) Kepala : keterbatasan
mengetahui obat yang dikonsumsi membuka mulut (-),

6
receding mandible (-), 1) Ekstremitas: Akral hangat
gigi palsu (-) (+/+), jari tabuh (-/-),
2) Mulut : terlihat faring, sianosis (-/-)
palatum molle dan uvula 2) Vertebra : Memar (-),
3) Leher : gerakan deformitas (-), bekas
leher normal (fleksi dan infeksi (-)
ekstensi), gangguan PEMERIKSAAN PENUNJANG
menelan (-), peningkatan USG abdomen :
JVP (-), pembesaran Appendisitis kronis eksaserbasi akut
KGB (-), pembesaran STATUS FISIK ASA
kelenjar tyroid (-), Perempuan 18 tahunmenderita
gerakan leher (-), Appendisitis kronis eksaserbasi akut
gangguan bernapas (-), dengan status fisik ASA I (Pasien dengan
deviasi trakea (-) penyakit sistemik ringan dan tidak ada
c. Respirasi keterbatasan fungsional)(Latief et
1) Paru-paru : simetris al,2009).
(+/+), ketertinggalan
gerak (-/-), fremitus paru 3. PENATALAKSANAAN
kanan sama dengan paru Berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan
kiri, sonor di kedua fisik, maka :
lapang paru, sdv (+/+), a. Diagnosis pre operatif: Appendisitis
rhonki (-/-), wheezing (-/- kronis eksaserbasi akut
) b. Status Operatif: ASA I, Mallampati I
d. Kardiovaskular c. Jenis Operasi: Appendektomi
1) Jantung : ictus cordis d. Jenis Anastesi : Spinal Anestesi
tidak tampak, ictus cordis e. Penatalaksanaan yaitu :
teraba namun tidak kuat 1) Pro Appendectomi
angkat, batas jantung 2) Informed Consent Operasi
normal, BJ I/II murni 3) Informed Consent Pembiusan
regular, murmur (-) 4) Intravena fluid drip (IVFD) RL 20
e. Abdomen : Distended (- tpm dengan menggunakan IV cath
), massa (-), asites (-), no 20, dan dipasang dengan
peristaltik (+), BU (+), nyeri menggunakan three way.
tekan Mc burney (+), turgor
kulit baik
f. Sistem Saraf : gangguan Terapi Cairan Prabedah
menelan (-) Kebutuhan = kebutuhan cairan
g. Sistem Muskuloskeletal Cairan dewasa x Berat
7
Basal badan c. Persiapan Obat :
= 2 ml/kgbb/jam 1) Analgetik: Ketorolac, Fentanyl
= 2x 60 kg 2) Anti emetik : Ondansetron
= 120 cc/jam 3) Sedatif : Midazolam
(Katzung,2011)
4. MASUKAN ORAL 7. INDUKSI ANESTESI
Pasien dipuasakan selama 6-8 jam. Anestesi spinal: Lidokain 5 % (larutan
Makanan tidak berlemak diperbolehkan 5 hiperbarik) 100mg
jam sebelum induksi anestesi. Minuman B. DURANTE OPERATIF
air putih diperbolehkan sampai 3 jam 1. Obat
sebelum induksi. (Latief et all,2009). a. Inj. Midazolam 3 mg IV setelah
5. PREMEDIKASI induksi anestesi
Diberikan Diazepam oral 10mg diberikan Anti emetik : Inj Ondancetron 6
pada waktu malam hari sebelum pasien mg IV yang diberikan 10 menit
tidur. sebelum operasi selesai
6. PRE ANESTESI Analgesik : Inj Ketorolac 30 mg
a. Persiapan peralatan anestesi IV yang diberikan 10 menit sebelum
1) Peralatan monitor anestesi operasi selesai
(tekanan darah, denyut nadi , pulse dan Inj Fentanyl 30 mcg IV yang
oxymetri danEKG). diberikan 10 menit sebelum operasi
2) Peralatan resusitasi selesai (Dosis profilaksis nyeri pasca
3) Jarum spinal dengan ujung tajam operasi = 0,5mcg/KgBB)
(Quincke-Babcock)(Said et
al,2002). 2. Infus
4) Lidokain 5 % (larutan hiperbarik) a. Ringer Laktat 20 tpm
5) Oksimeter/saturasi Selama Operasi
6) Infuse set Kebutuhan Cairan Operasi = Operasi ringa
7) Kanul oksigen = 2 x 60 kg
b. Persiapan pasien = 120 cc/jam
1) Pemeriksaan konfirmasi identitas Kebutuhan Pengganti Darah = 3x50cc
pasien =150 cc
2) Konfirmasi jenis operasi dan a. Pemantauan Sistem Saraf Pusat
pemeriksaan lokasi operasi - Pemantauan Tekanan Darah
3) Pemantauan peralatan yang - Pemantauan Nadi
menempel pada pasien - Pemantauan Pernapasan
(sphygmomanometer digital, - Pemantauan Refleks-refleks
oxymetri) tubuh
4) Pemeriksaan akses IV b. Pemantauan Sistem Kardiovaskular
8
- PemantauanWarna Kulit f. Komplikasi pasca bedah :
- Pemantauan Suhu Tubuh Tidak ada
- Pemantauan Produksi Urin g. Penilaian Pemulihan
- Pemantauan EKG Kesadaran(berdasarkan Skor
e. Pemantauan Perdarahan Bromage) :
- Perdarahan durante operasi : 50 No Kriteria Score
ml
1. Dapat mengangkat tungkai 0
f. Durasi operasi bawah
: kurang lebih satu jam
2. Tidak dapat menekuk lutut 1
g. Komplikasi selama pembedahan tetapi dapat mengangkat
: tidak ada kaki
C. PASCA OPERASI 3. Tidak dapat mengangkat 2
a. Posisi : tungkai bawah tetapi masih
Supine dapat menekuk lutut

b. Pemantauan : 4. Tidak dapat mengangkat 3


Tekanan Darah, Nadi, Suhu, RR, kaku sama sekali

Saturasi O2 tiap 15 menit selama 1


jam. h. Pasien diperbolehkan makan: apabila pasien
c. Keadaan pasca operasi sudah sadar penuh dan pasien tidak mual
- Mual/ muntah: Ada dan muntah apabila makanan masuk secara
- Sianosis : Tidak Ada oral.
- Skala nyeri :6 i. Pengelolaan nyeri 24 jam pertama:
d. Obat-Obatan pasca operasi - Inj. Ketorolac 30 mg/8jam
- Anti emetik : Inj Ondancetron 6 - Infus RL + Fentanyl 120
mg IV extra mcg + Metamizole Sodium 1gr drip
- Analgesik : Inj. Ketorolac 30 mg infus 20 tpm
/ 8jam Inj Ondancetron 6 mg IV /24 jam (bila masih
e. Terapi Cairan : Infus RL + Fentanyl mual muntah)
120 mcg (Dosis continous infus 0,5-3
mcg/kgBB/jam) + MetamizoleSodium 1gr PEMBAHASAN
drip infus 20 tpm A. PRE OPERATIF
Pasien, Nn X, 18 tahun datang ke
ruang operasi untuk menjalani operasi
appendiktomi dengan diagnosis pre operatif
Pasca Bedah
Appendisitis Kronis Eksaserbasi Akut. Dari
Kebutuhan air dalam keadaan Kebutuhan cairan pasien dalam sehari
basal = 50 cc/KgBB/hari anamnesis terdapat keluhan nyeri perut
= 50 cc x 60 kanan bawah yang dirasakan sejak 10 hari
= 3000 cc/hari yang lalu bersifat hilang timbul. Keluhan
disertai mual dirasakan setiap makan dan
9
terkadang muntah. Pasien sudah pernah pembedahan, mengurangi lama perawatan
mendapatkan penanganan di klinik dan di rumah sakit, di samping itu juga
dirawat inap sebanyak 2 kali tetapi tidak memiliki efek anti-inflamasi dan antikanker
mengalami perubahan kondisi. Pengobatan (Harbi et al, 2013). Penggunaan spinal
yang sudah diberikan di Klinik, pasien anestesi dianggap merupakan pilihan yang
tidak tahu. Selama pengobatan di Klinik tepat karena mempunyai manfaat berupa
tidak didapatkan reaksi yang tidak analgesi yang adekuat pasca operasi dan
diharapkan. Pasien belum pernah dioperasi tidak memerlukan intubasi yang dapat
maupun mendapatkan pengelolaan anestesi menyebabkan peningkatan respon simpatis
sebelumnya. Pemeriksaan tanda vital dan mengakibatkan nyeri post intubasi. Hal
pasien didapatkan keadaan umum pasien ini tidak seperti pada teknik general
baik, compos mentis, tekanan darah: anestesi yang mengharuskan intubasi dan
120/80 mmHg, nadi : 115 x/menit, S : ketika obat anestesi dihentikan, kemudian
37,1˚C, frekuensi napas: 20 x/menit. Pada pasien diekstubasi maka pasien akan
pemeriksaan fisik dalam batas normal. langsung merasakan nyeri. Dengan
Pemeriksaan penunjang dalam batas demikian, pemilihan jenis anestesi pada
normal. Dari hasil anamnesis, pemeriksaan kasus ini sudah tepat.
fisik dan pemeriksaan penunjang
Penggunaan premedikasi pada
disimpulkan bahwa pasien masuk dalam
pasien ini bertujuan untuk menimbulkan
ASA I.
rasa nyaman pada pasien dengan pemberian
Pada pasien ini dilakukan operasi analgesia dan mempermudah induksi
appendektomi, maka dokter anestesi dengan menghilangkan rasa khawatir. Pada
memilih menggunakan jenis anestesi spinal pasien ini diberikan premedikasi ansiolitik
(blok subaraknoid). Hal ini sesuai dengan yaitu Diazepam 10 mg oral sesuai dengan
indikasi anestesi blok subaraknoid yang dosis dewasa untuk mengurangi kecemasan
digunakan pada: bedah ekstremitas bawah, karena pada pasien ini mengalami takikardi
bedah panggul, tindakan sekitar rektum yang mungkin disebabkan oleh rasa cemas
perineum, bedah obstetrik-ginekologi, atau rasa nyeri yang muncul. Diazepam
bedah urologi, bedah abdomen bawah, pada bekerja pada reseptor Gamma
bedah abdomen atas dan bawah pediatrik Aminobutirik Acid (GABA) yaitu inhibitor
biasanya dikombinasikan dengan utama neurotransmitter di susunan saraf
anesthesia umum ringan. Banyak pusat (SSP) melalui neuron-neuron
keuntungan yang diperoleh dari teknik modulasi GABA ergik. Diazepam oral
anestesi regional di antaranya relatif lebih 10mg diberikan pada waktu malam hari
murah, pengaruh sistemik lebih kecil, sebelum pasien tidur. Dosis oral diazepam
menghasilkan analgesi adekuat, mampu diserap cepat >90%, efek puncak dapat
mencegah respons stres lebih sempurna, terjadi setelah pemberian oral dalam waktu
mengurangi perdarahan selama 0,5-1 jam pada orang dewasa. Waktu paruh
10
dari diazepam adalah 21-37 jam pada orang motorisnya, ekskresi melalui ginjal
normal. sebagian kecil dalam bentuk utuh, dan
sebagian besar dalam bentuk metabolitnya,
Untuk memberikan cairan pre
konsentrasi 0,25 – 0,75 %.
operasi diberikan terapi cairan basal yaitu
kebutuhan cairan dewasa/kgBB yaitu Pada pasien digunakan obat
2ml/kgBB = 2 mlx 60 kg = 120 cc/jam. anestesi golongan amide yaitu lidocain
Sebelum dilakukan operasi pasien (hiperbarik). Berdasarkan teori lidocain
dipuasakan selama 8 jam, tujuan puasa lama kerjanya 1-2 jam, onset anestesinya
untuk mencegah terjadinya aspirasi isi juga lebih cepat (5 menit). Pada pasien
lambung karena regurgitasi atau muntah digunakan lidocain 5% dengan dosis
pada saat dilakukannya tindakan anestesi 100mg untuk pembedahan abdomen bagian
akibat efek samping dari obat- obat anastesi bawah. Lamanya spinal anestesi tergantung
yang diberikan sehingga refleks laring dari obat yang digunakan dan adjuvantnya.
mengalami penurunan selama anestesia. Pada kasus ini digunakan obat lidokain 5%
hiperbarik.
B. DURANTE OPERATIF
Ada dua golongan besar obat
Untuk pemeliharaan anestesi
anestesi regional berdasarkan ikatan kimia,
diberikan secara inhalasi. Zat yang
yaitu golongan ester dan golongan amide.
diberikan adalah O2 (Oksigen) 3 liter/menit
Keduanya hampir memiliki cara kerja yang
nasal canul. Pada pasien ini diberikan
sama namun hanya berbeda pada struktur
sedasi midazolam 3mg IV untuk
ikatan kimianya. Mekanisme kerja anestesi
menidurkan pasien selama operasi. Tujuan
lokal ini adalah menghambat pembentukan
pemberian sedasi ini untuk menghilangkan
atau penghantaran impuls saraf. Tempat
kecemasan pasien. Sedangkan untuk
utama kerja obat anestesi lokal adalah di
mengganti kehilangan cairan tubuh
membran sel. Kerjanya adalah mengubah
diberikan cairan kristaloid ringer lactat
permeabilitas membran pada kanal Na+
untuk menjaga keseimbangan cairan
sehingga tidak terbentuk potensial aksi
selama operasi. Selama operasi tanda vital
yang nantinya akan dihantarkan ke pusat
pasien juga dipantau setiap 5 menitt.
nyeri (Samodro et al,2011). Berat jenis
Pemberian maintenance cairan sesuai
cairan cerebrospinalis pada 37 derajat
dengan berat badan pasien yaitu kebutuhan
celcius adalah 1.003-1.008. Anastetik local
cairan operasi (operasi sedang)
dengan berat jenis sama dengan LCS
6cc/kgBB/jam, sehingga 6cc x 60 kg = 360
disebut isobaric. Anastetik local dengan
cc/jam. Selama operasi pasien kehilangan
berat jenis lebih besar dari LCS disebut
darah sebanyak 50 ml. Estimsi Blood
hiperbarik. Anastetik local dengan berat
Volume pasien tersebut yaitu 65 cc/kgBB =
jenis lebih kecil dari LCS disebut
65 cc x 60 = 3900 cc. Nilai 20% dai EBV
hipobarik. Sifat hambatan sensoris lebih
yaitu 20/100 x 3900 = 780 cc. Dari nilai
dominan dibandingkan dengan hambatan
11
tersebut pasien hanya kehilangan darah pembedahan atau iriasi usus yang
kurang dari 20% EBV sehingga pasien merangsang distensi gastrointestinal. Kerja
tidak memerlukan transfusi darah tetapi obat ini adalah dengan memblokade sentral
cukup diganti dengan cairaninfus yang pada area post trema dan nukleus traktus
komposisi elektrolitnya sama dengan solitorius melalui kompetitif selektif di
komposisi elektrolit serum, yaitu Ringer reseptor 5HT3. Ondansetron juga
Lactat. Jumlah cairan pengganti sesuai memblokade reseptor perifer pada ujung
jumlah perdarahan yaitu Kebutuhan cairan saraf vagus yaitu dengan menghambat
x 3 = 3x50 = 150 cc. ikatan serotonin dan reseptor pada ujung
saraf vagus.
Obat yang dapat diberikan 10 menit
sebelum operasi selesai adalah Ketorolac C. PASCA OPERASI
0,5 mg/kgBB yaitu 0.5 x 60 = 30 mg IV Setelah pembedahan selesai

yang nantinya akan dikombinasikan dengan dilakukan, dilakukan pemantauan akhir

opioid kuat dan obat analgesik adjuvan TD, Nadi, dan SpO2. Pembedahan

yang bermanfaat untuk mengurangi nyeri dilakukan selama 60 menit dengan

pasca operasi. Selain itu dapat diberikan perdarahan ± 50cc. Pasien kemudian

Ondancetron 0,1mg/kgBB, sehingga dibawa ke ruang pemulihan (Recovery

dosisnya pada pasien BB: 60 kg, yaitu 0,1 Room). Selama di ruang pemulihan, jalan

mgx 60 kg menjadi 6 mg IV sebagai nafas dalam keadaan baik, pernafasan

antiemetik, untuk mencegah efek samping spontan dan adekuat serta kesadaran

dari obat anestesi yaitu mual dan muntah. somnolen.

Ondansetron merupakan obat selektif pada Pasien diperbolehkan pindah ke

reseptor antagonis 5 hidroksi triptamin bangsal apabila Score Bromage <2, dengan

(5HT3) di otak dan juga aferen saraf vagal Bromage score sebagai berikut (Latief et al,

saluran cerna. Obat ini selektif dan 2009):

kompetitif untuk mencegah mual dan


No Kriteria Score
muntah setelah operasi dan radioterapi.
1. Dapat mengangkat tungkai 0
Obat anastesi akan menyebabkan pelepasan
bawah
serotonin dari sel-sel mukosa
enterochromafin dan dengan melalui 2. Tidak dapat menekuk lutut 1
tetapi dapat mengangkat
lintasan yang melibatkan 5HT3 dapat kaki
merangsang area post trema menimbulkan
3. Tidak dapat mengangkat 2
muntah.Ondansetron memblok reseptor di
tungkai bawah tetapi masih
gastrointestinal dan area postrema dapat menekuk lutut
CNS.Pelepasan serotonin akan diikat
4. Tidak dapat mengangkat 3
reseptor 5HT3 dan memicu aferen vagus kaku sama sekali
untuk mengaktifkan refleks muntah.
Serotonin juga diaktifkan akibat manipulasi
12
Setelah selesai operasi pasien Pasien diperbolehkan makan di
masih mengalami mual dan muntah bangsal apabila pasien sudah sadar penuh.
sehingga diberikan tambahan Ondancetron Hal ini bertujuan supaya makanan yang
0,1mg/kgBB, sehingga dosisnya pada masuk melalui oral tidak masuk ke saluran
pasien BB: 60 kg, yaitu 0,1 mgx 60 kg napas yang bisa menyebabkan aspirasi.
menjadi 6 mg IV sebagai antiemetik. Pasien juga diperbolehkan makanan apabila
tidak mual dan muntah. Hal ini bertujuan
Pasien juga mengalami nyeri pasca
supaya makanan yang sudah masuk tidak
operasi dengan skala nyeri VAS 6 yaitu
dikeluarkan kembali.
termasuk dalam skala nyeri berat sehingga
dalam pengelolaan nyerinya menurut KESIMPULAN
“Three Step Analgesic Ladder WHO” Pada kasus ini, pasien
sehingga pasien diberikan kombinasi terdiagnosa Apendicitis Kronis Eksaserbasi
opioid kuat ditambah NSAID ditambah Akut. Pada pasien ini dilakukan operasi
analgesik adjuvan. Injeksi Fentanyl untuk appendektomi, maka dokter anestesi
post operasi 1-2 mcg/kgBB yaitu (0,5- memilih menggunakan jenis anestesi spinal
2)mcg x 60 kg = 30-120 mcg sebagai (blok subaraknoid). Hal ini sesuai dengan
analgetik opioid kuat untuk mengatasi nyeri indikasi anestesi blok subaraknoid yang
berat dan diperkuat dengan injeksi digunakan pada: bedah ekstremitas bawah,
Ketorolac 0,5 mg/kgBB yaitu 0.5 x 60 = 30 bedah panggul, tindakan sekitar rektum
mg IV yang diberikan terlebih dulu 10 perineum, bedah obstetrik-ginekologi,
menit sebelum operasi selesai. bedah urologi, bedah abdomen bawah, pada
Pengelolaan nyeri pada pasien ini bedah abdomen atas dan bawah pediatrik
pada 24 jam pertama yaitu diberikan Infus biasanya dikombinasikan dengan
RL+ Fentanyl 120mcg + Metamizole anesthesia umum ringan. Pada pasien
Sodium 1gr drip infus 20tpm. Hal ini digunakan obat anestesi golongan amide
bertujuan untuk mengurangi nyeri pasca yaitu lidocain (hiperbarik). Berdasarkan
operasi pada 24 jam pertama sampai teori lidocain lama kerjanya 1-2 jam, onset
dengan kurang dari 3 hari atau sebagai anestesinya juga lebih cepat (5 menit). Pada
pengelolaan nyeri akut pasca operasi. pasien digunakan lidocain 5% dengan dosis
75-100mg untuk pembedahan abdomen
Selain itu kebutuhan cairan
bagian bawah (1-2ml).
pasien harus tetap diperhatikan untuk
memenuhi kebutuhan cairan pasien Setelah operasi pasien diberikan

pasca operasi dalam sehari yaitu yang diberikan injeksi Ondancetron 6 mg


IV setelah pasien mengalami mual dan
sebagai berikut 50 cc/KgBB/hari, 50 cc
muntah post operasi, serta mendapatkan,
x 60 = 3000 cc/hari.
fentanyl 120mcg drip infus RL 20 tpm,
injeksi Ketorolac 30 mg IV/8 jam karena

13
mengalami nyeri dengan skala nyeri VAS Hutzel, P., 2013. [Online] [Diakses 2 Januari
2019] http://breathing-tube-or-
6.
endotracheal-tube.

Pengelolaan nyeri pada pasien ini Keat S., Bate S. T., Bown, A. & Lanham S.
Anaesthesia. Dalam : P. Matthews,
pada 24 jam pertama yaitu diberikan Infus
penyunt. On The Move. PT Indeks.
RL+ Fentanyl 120mcg + Metamizole Jakarta. 2013
Sodium 1gr drip infus 20tpm. Hal ini Latief, S. A., Suraydi, K. A. & Dachlan, M.
bertujuan untuk mengurangi nyeri pasca R., 2009. Petunjuk Praktis
Anestesiologi. 2 ed. Jakarta: Bagian
operasi pada 24 jam pertama sampai Anestesi dan Terapi Inensif FK UI.
dengan kurang dari 3 hari atau sebagai Medscape Reference [Internet] Subarachnoid
pengelolaan nyeri akut pasca operasi. Spinal Block [Updated on Aug, 5,
2013] Available at
Selain itu kebutuhan cairan http://emedicine.medscape.com/article
pasien harus tetap diperhatikan untuk /2000841-overview. Accessed on 2013
memenuhi kebutuhan cairan pasien Oct 15
pasca operasi dalam sehari yaitu Muhiman, et al. Anestesiologi. Bagian
Anestesiologi dan Terapi Intensif
sebagai berikut 50 cc/KgBB/hari, 50 cc Fakultas Kedokteran Universitas
x 60 = 3000 cc/hari. Indonesia. Jakarta: Balai Penerbit FKUI
2010; 65-71.
Patterson, C., 2016. pulmcast. [Online]
Setelah operasi pasien dibawa ke Available at: http://pulmcast.com
ruang recovery. Pasien diperbolehkan [Diakses 2 Januari 2019].
makan dan minum setelah operasi jika Said A, Kartini A, Ruswan M. Petunjuk
sudah tidak mual dan dipantau tensi, nadi, praktis anestesiologi: anestetik lokal dan
anestesia regional. Edisi ke-2. Jakarta:
dan nadi tiap 15 menit selama 1 jam dan Fakultas Kedokteran UI; 2002.
dimonitoring kondisinya. Samodro R, Sutiyono D, Satoto HH.
Mekanisme kerja obat anestesi lokal.
Dalam: Jurnal Anestesiologi Indonesia.
Secara umum pelaksanaan Bagian anestesiologi dan terapi intensif
operasi dan penanganan anestesi FK UNDIP/RSUP Dr.Kariadi. 2011;
3(1): 48-59.
berlangsung dengan baik meskipun ada Sjamsuhidajat R, Jong V. Buku Ajar Ilmu
Bedah Edisi 3. EGC. Jakarta. 2010.
hal-hal yang perlu mendapat perhatian. Soenarjo, et al. Anestesiologi. Bagian
Anestesiologi dan Terapi Intensif FK
DAFTAR PUSTAKA UNDIP. Semarang. 2002.

Dewoto HR, et al. FarmakologidanTerapi.


Edisi 5.Analgesik opioid
danantagonisnya. Jakarta: BalaiPenerbit
FKUI. 2012; 210-218.
Harbi M, Kaki A, Dawlatly KAE, Daghistani
M, Tahan MRE. A survey of the
practice of regional anesthesia in
Saudi Arabia. Saudi J Anaesth.
2013;7:367–70.

14

Anda mungkin juga menyukai