Case Report Anestesi GA
Case Report Anestesi GA
CASE REPORT
PENYUSUN:
Maulida Halimah, S.ked J510185010
Suryaningtyas Pratiwi, S.ked J510185059
PEMBIMBING:
dr. Bambang Sutanto, Sp. An-KIC
dr. Ricka Lesmana Sp. An
dr. Febrian Dwi Cahyo Sp. An M.kes
ii
HALAMAN PENGESAHAN
Tugas Ilmiah Kepaniteraan Klinik FK UMS
CASE REPORT
Prodi Profesi Dokter Fakultas Kedokteran
Universitas Muhammadiyah Surakarta
Penyusun
Menyetujui,
Pembimbing
Mengetahui
Kepala Program Studi Profesi Dokter
Fakultas Kedokteran UMS
ii
ANASTESI SPINAL PADA TINDAKAN OPERATIF APPENDIKTOMI ET CAUSA
APPENDISITIS KRONIS EKSASERBASI AKUT :LAPORAN KASUS
SPINAL ANESTHESIA IN THE OPERATIVE ACTION OF ACUTE EXACERBATION OF A CHRONIC
APPENDICITIS : CASE REPORT
ABSTRAK
Anestesi merupakan tindakan pemberian anestesi, penjagaan keselamatan penderita
ketika pembedahan, pengobatan intensif pasien gawat, terapi inhalasi, dan penanggulangan
nyeri menahun. Anestesi yang menyebabkan hilangnya kesadaran tanpa nyeri seluruh tubuh
secara sentral yang reversible disebut anestesi umum sedangkan jenis yang hanya
menghilangkan nyeri dari bagian tubuh tertentu namun tetap sadar disebut anestesi
regional.Apendisitis adalah peradangan pada apendiks vermiformis dan merupakan penyebab
abdomen akut yang paling sering. Penyakit ini dapat mengenai semua umur baik laki-laki
maupun perempuan, tetapi lebih sering menyerang laki-laki berusia 10-30 tahun.
Kami melaporkan kasus wanita usia 18 tahun nyeri perut kanan bawah sejak 10 hari
yang lalu, nyeri bersifat hilang timbul. Keluhan mual dirasakan setiap makan dan terkadang
muntah. Pemeriksaan fisik dalam batas normal. Pemeriksaan penunjangUSG abdomen
didapatkan “appendisitis kronis eksaserbasi akut”. Diberikan Intravena fluid drip (IVFD) RL
20 tpm menggunakan IV cath no 20. Premedikasi inj midazolam, dilakukan anestesi
spinaldengan lidokain 5% pada apendektomi. Selama operasi diberikan drip fentanyl,
ondansetrin dan ketorolac. Tidak ada komplikasi pasca bedah hanya nyeri skala 6 diberikan
drip fentanyl sebagai analgetik.
ABSTRACT
Anesthesia is the act of administering anesthesia, safeguarding the safety of the
patient during surgery, intensive treatment of serious patients condition, inhalation therapy
and chronic pain relief. Anesthesia that causes loss of consciousness without whole body
central pain that is reversible is called general anesthesia while the type that only removes
pain from certain parts of the body but remains conscious is called regional anesthesia.
Appendicitis is inflammation of the vermiform appendix and the most common cause of acute
abdomen. This disease can affect all ages, both men and women, but more often attacks men
aged 10-30 years.
We report the case of an 18-year-old woman with right lower abdominal pain since
10 days ago that is intermittent. The patient feels nauseous after every meal and sometimes
vomit. Physical examination within normal limits. Investigation of abdominal ultrasound was
obtained "chronic appendicitis acute exacerbation". Intravenous fluid drip (IVFD) was given
RL 20 tpm using IV cath no 20. Given premedication of Diazepam injection, spinal
anesthesia was performed with 5% lidocaine on appendectomy. During surgery the patient
was given fentanyl drip, ondansetron and ketorolac. There are no postoperative
complications, the patient felt pain with 6 scale then given fentanyl drip as an analgesic.
Keywords: Anesthesia, General Anesthesia, Regional Anesthesia, Appendicitis
3
PENDAHULUAN yang terjadi di Amerika Serikat setiap
tahunnya dan terutapa terjadi pada anak usia 6
Apendisitis adalah peradangan pada
– 10 tahun. Insidens terbanyak terjadi pada
apendiks yang paling sering menyebabkan
laki – laki daripada perempuan dengan
keadaan “acute abdomen” (Mansjoer
perbandingan 3:2. Apendisitis banyak terjadi
2000).1Sementara menurut Smeltzer C.
pada ras Kaukasian (Brunicardi, 2010).
Suzanne, apendisitis adalah penyebab paling
Manifestasi klinis apendisitis adalah
umum inflamasi akut pada kuadran kanan
pada awalnya nyeri perut yang samar – samar
bawah dari rongga abdomen dan merupakan
dirasakan di sekitar epigastrium atau
keadaan untuk bedah abdomen darurat
umbilicus. Nyeri yang dirasakan disini adalah
(Acosta, 2007)
nyeri viserale akibat rangsangan peritoneum
Klasifikasi apendiks terbagi menjadi 2, yaitu:
viserale akibat distensi usus. Kemudian nyeri
1. Apendisitis akut
menjalar ke perut kuadran kanan bawah.
Apendisitis akut sering tampil dengan
Disana, nyeri terasa lebih jelas dan lebih
gejala khas yang didasari oleh radang
terlokalisasi. Nyeri ini disebut juga dengan
mendadak dari apendiks yang disertai atau
nyeri somatic. Hal ini disebabkan oleh
tidak disertai dengan rangsangan
perangsangan dari peritoneum parietale
peritoneum local/setempat. Gejala
(William, 2008)
apendisitis akut adalah nyeri tumpul yang
Tatalaksana untuk apendisitis adalah
merupakan nyeri visceral di epigastrium di
apendiktomi. Apendiktomi merupakan suatu
sekitar umbilicus. Keluhan ini sering
tindakan bedah dengan kategori operasi bersih
disertai mual dan muntah. Dalam beberapa
terkontaminasi sehingga diperlukan antibiotic
jam nyeri akan berpindah ke kuadran
profilaksis. Antibiotik profilaksis yang sering
kanan bawah (titik McBurney). Disini
digunakan adalah golongan sefalosporin
nyeri dirasakan lebih tajam dan lebih jelas
generasi II. Pada persiapan preoperasi,
sehingga merupakan nyeri somatic
analgetik dapat diberikan pada pasien setelah
setempat (Sjamsuhidajat, 2010).
diagnosis dari apendisitis sudah ditegakkan
2. Apendisitis kronis
dan manajemen operatif sudah direncanakan.
Diagnosis apendisitis kronis baru dapat
Status cairan dipantau dengan ketat melalui
ditegakkan jika ditemukan adanya riwayat
tanda klinis seperti nadi, tekanan darah, dan
nyeri perut kanan bawah lebih dari 2
urine output (William, 2008).
minggu dan nyeri yang dirasakan hilang
timbul. Apendisitis kronis adalah keadaan Anestesi merupakan cabang ilmu
dimana apendiks telah mengalami fibrosis kedokteran yang mendasari tindakan meliputi
dan pembentukan jaringan parut pemberian anestesi, penjagaan keselamatan
(Sjamsuhidajat, 2010). penderita ketika pembedahan, pengobatan
Peradangan pada apendiks dapat intensif pasien gawat, terapi inhalasi, dan
ditemukan pada masyarakat dari berbagai usia. penanggulangan nyeri menahun. Anestesi
Terdapat sekitar 250.000 kasus apendisitis yang menyebabkan hilangnya kesadaran tanpa
4
nyeri seluruh tubuh ecara sentral yang setiap makan dan terkadang muntah. Pasien
reversible disebut anestesi umum (Latiefet al., sudah pernah mendapatkan penanganan di
2009). Sedangkan jenis anestesi yang hanya klinik dan dirawat inap sebanyak 2 kali tetapi
menghilangkan nyeri dari bagian tubuh tidak mengalami perubahan kondisi.
tertentu namun pemakainya tetap sadar disebut Pengobatan yang sudah diberikan di klinik,
anestesi regional.Anestesi regional terbagi atas pasien tidak tahu. Selama pengobatan di klinik
anestesi spinal (anestesi blok subaraknoid), tidak didapatkan reaksi yang tidak diharapkan.
anestesi epidural dan blok perifer. Anestesi Pasien belum pernah di operasi maupun
spinal dan epidural telah digunakan secara luas mendapatkan pengelolaan anestesi
di bidang ortopedi, obstetric dan ginekologi, sebelumnya.
operasi ekstremitas bawah serta operasi Pada saat masuk RS keadaan umun
abdomen bagian bawah (Latiefet al., 2009). baik, pasien sadar penuh dengan skala nyeri 4,
Anestesi blok subaraknoid atau biasa TD 110/80 mmHG, N 115x/menit, Suhu
disebut anestesi spinal adalah tindakan 36.3 ͦC dan Respirasi 20x/menit berat badan 60
anestesi dengan memasukan obat analgetik kg, tinggi badan 160cm. Pemeriksaan fisik
kedalam ruang subaraknoid di daerah vertebra dalam batas normal . tidak didapatkan
lumbalis yang kemudian akan terjadi gangguan menelan, bernafas maupun gerakan
hambatan rangsang sensoris mulai dari leher. Pemeriksaan penunjang dalam batas
vertebra thorakal 4. Prinsip yang digunakan normal. Pemeriksaan USG abdomen
adalah menggunakan obat analgetik local didapatkan gambaran “Appendisitis kronis
untuk menghambat hantaran saraf sensorik eksaserbasi akut” . Pasien direncanakan untuk
untuk sementara (reversible). Fungsi motoric dilakukan tindakan operatif Appendektomi.
juga terhambat sebagian. Dan pada teknik Operasi berlangsung selama kurang
anestesi ini, pasien tetap sadar. Kelebihan lebih 1 jam. Tidak terjadi komplikasi yang
utama tehnik ini adalah kemudahan dalam berarti dan perdarahan durante operasi
tindakan, peralatan yang minimal, memiliki sebanyak 50 ml. Selesai operasi pasien
efek minimal pada biokimia darah, menjaga mengalami mual dan muntah cukup hebat
level optimal dari analisa gas darah, pasien serta didapatkan skala nyeri 6.
tetap sadar selama operasi dan menjaga jalan
nafas, serta membutuhkan penanganan post A. PRE OPERATIF
operatif dan analgesia yang minimal. 1. IDENTITAS PASIEN
Nama : Nn. X
LAPORAN KASUS Jenis Kelamin : Wanita
Usia : 18 tahun
Seorang pasien wanita, bernama Nn.
Diagnosispre-operatif: Appendisitis kronis
X berusia 18 tahun datang ke IGD dengan
eksaserbasi akut
keluhan nyeri perut kanan bawah. Keluhan
Macam operasi : Appendektomi
tersebut dirasakan sejak 10 hari yang lalu,
bersifat hilang timbul. Keluhan mual dirasakan
5
2. ANAMNESIS e. Riwayat anestesi/operasi :
Anamnesis dilakukan secara 1) Riwayat anestesi sebelumnya:
autoanamnesis. disangkal
a. Keluhan utama 2) Riwayat operasi sebelumnya:
nyeri perut disangkal
b. Riwayat penyakit sekarang f. Riwayat kebiasaan
Nyeri perut kanan bawah. Keluhan 1) Riwayat merokok: tidak ada data
tersebut dirasakan sejak 10 hari yang 2) Riwayat minum alcohol : tidak
lalu, bersifat hilang timbul. Keluhan ada data
mual dirasakan setiap makan dan 3) Riwayat konsumsi narkotika:
terkadang muntah. Pasien sudah pernah tidak ada data
mendapatkan penanganan di klinik dan g. Riwayat Keluarga
dirawat inap sebanyak 2 kali tetapi 1) Riwayat asma : disangkal
tidak mengalami perubahan kondisi. 2) Riwayat diabetes mellitus:
Pasien tidak mengetahui pengobatan disangkal
yang sudah diberikan di klinik, Selama III. PEMERIKSAAN FISIK
pengobatan di klinik tidak didapatkan 1. Status Generalis (Saat Masuk
reaksi yang tidak diharapkan. Rumah Sakit)
c. Riwayat penyakit dahulu atau penyulit a. Keadaan Umum : Baik
tindakan anestesi : b. Kesadaran :
1) Riwayat alergi : tidak ada data Compos mentis (GCS:
2) Riwayat diabetes mellitu: tidak E4V5M6)
ada data c. Skala Nyeri :4
3) Riwayat penyakit paru kronis : d. Tekanan Darah :
tidak ada data 110/80 mmHg
4) Riwayat penyakit jantung: tidak e. Nadi : 115
ada data kali/menit
5) Riwayat hipertensi: tidak ada data f. Respirasi :20
6) Riwayat penyakit hati : tidak ada kali/menit
data g. Suhu :
7) Riwayat penyakit ginjal: tidak ada 37,1 C o
6
receding mandible (-), 1) Ekstremitas: Akral hangat
gigi palsu (-) (+/+), jari tabuh (-/-),
2) Mulut : terlihat faring, sianosis (-/-)
palatum molle dan uvula 2) Vertebra : Memar (-),
3) Leher : gerakan deformitas (-), bekas
leher normal (fleksi dan infeksi (-)
ekstensi), gangguan PEMERIKSAAN PENUNJANG
menelan (-), peningkatan USG abdomen :
JVP (-), pembesaran Appendisitis kronis eksaserbasi akut
KGB (-), pembesaran STATUS FISIK ASA
kelenjar tyroid (-), Perempuan 18 tahunmenderita
gerakan leher (-), Appendisitis kronis eksaserbasi akut
gangguan bernapas (-), dengan status fisik ASA I (Pasien dengan
deviasi trakea (-) penyakit sistemik ringan dan tidak ada
c. Respirasi keterbatasan fungsional)(Latief et
1) Paru-paru : simetris al,2009).
(+/+), ketertinggalan
gerak (-/-), fremitus paru 3. PENATALAKSANAAN
kanan sama dengan paru Berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan
kiri, sonor di kedua fisik, maka :
lapang paru, sdv (+/+), a. Diagnosis pre operatif: Appendisitis
rhonki (-/-), wheezing (-/- kronis eksaserbasi akut
) b. Status Operatif: ASA I, Mallampati I
d. Kardiovaskular c. Jenis Operasi: Appendektomi
1) Jantung : ictus cordis d. Jenis Anastesi : Spinal Anestesi
tidak tampak, ictus cordis e. Penatalaksanaan yaitu :
teraba namun tidak kuat 1) Pro Appendectomi
angkat, batas jantung 2) Informed Consent Operasi
normal, BJ I/II murni 3) Informed Consent Pembiusan
regular, murmur (-) 4) Intravena fluid drip (IVFD) RL 20
e. Abdomen : Distended (- tpm dengan menggunakan IV cath
), massa (-), asites (-), no 20, dan dipasang dengan
peristaltik (+), BU (+), nyeri menggunakan three way.
tekan Mc burney (+), turgor
kulit baik
f. Sistem Saraf : gangguan Terapi Cairan Prabedah
menelan (-) Kebutuhan = kebutuhan cairan
g. Sistem Muskuloskeletal Cairan dewasa x Berat
7
Basal badan c. Persiapan Obat :
= 2 ml/kgbb/jam 1) Analgetik: Ketorolac, Fentanyl
= 2x 60 kg 2) Anti emetik : Ondansetron
= 120 cc/jam 3) Sedatif : Midazolam
(Katzung,2011)
4. MASUKAN ORAL 7. INDUKSI ANESTESI
Pasien dipuasakan selama 6-8 jam. Anestesi spinal: Lidokain 5 % (larutan
Makanan tidak berlemak diperbolehkan 5 hiperbarik) 100mg
jam sebelum induksi anestesi. Minuman B. DURANTE OPERATIF
air putih diperbolehkan sampai 3 jam 1. Obat
sebelum induksi. (Latief et all,2009). a. Inj. Midazolam 3 mg IV setelah
5. PREMEDIKASI induksi anestesi
Diberikan Diazepam oral 10mg diberikan Anti emetik : Inj Ondancetron 6
pada waktu malam hari sebelum pasien mg IV yang diberikan 10 menit
tidur. sebelum operasi selesai
6. PRE ANESTESI Analgesik : Inj Ketorolac 30 mg
a. Persiapan peralatan anestesi IV yang diberikan 10 menit sebelum
1) Peralatan monitor anestesi operasi selesai
(tekanan darah, denyut nadi , pulse dan Inj Fentanyl 30 mcg IV yang
oxymetri danEKG). diberikan 10 menit sebelum operasi
2) Peralatan resusitasi selesai (Dosis profilaksis nyeri pasca
3) Jarum spinal dengan ujung tajam operasi = 0,5mcg/KgBB)
(Quincke-Babcock)(Said et
al,2002). 2. Infus
4) Lidokain 5 % (larutan hiperbarik) a. Ringer Laktat 20 tpm
5) Oksimeter/saturasi Selama Operasi
6) Infuse set Kebutuhan Cairan Operasi = Operasi ringa
7) Kanul oksigen = 2 x 60 kg
b. Persiapan pasien = 120 cc/jam
1) Pemeriksaan konfirmasi identitas Kebutuhan Pengganti Darah = 3x50cc
pasien =150 cc
2) Konfirmasi jenis operasi dan a. Pemantauan Sistem Saraf Pusat
pemeriksaan lokasi operasi - Pemantauan Tekanan Darah
3) Pemantauan peralatan yang - Pemantauan Nadi
menempel pada pasien - Pemantauan Pernapasan
(sphygmomanometer digital, - Pemantauan Refleks-refleks
oxymetri) tubuh
4) Pemeriksaan akses IV b. Pemantauan Sistem Kardiovaskular
8
- PemantauanWarna Kulit f. Komplikasi pasca bedah :
- Pemantauan Suhu Tubuh Tidak ada
- Pemantauan Produksi Urin g. Penilaian Pemulihan
- Pemantauan EKG Kesadaran(berdasarkan Skor
e. Pemantauan Perdarahan Bromage) :
- Perdarahan durante operasi : 50 No Kriteria Score
ml
1. Dapat mengangkat tungkai 0
f. Durasi operasi bawah
: kurang lebih satu jam
2. Tidak dapat menekuk lutut 1
g. Komplikasi selama pembedahan tetapi dapat mengangkat
: tidak ada kaki
C. PASCA OPERASI 3. Tidak dapat mengangkat 2
a. Posisi : tungkai bawah tetapi masih
Supine dapat menekuk lutut
opioid kuat dan obat analgesik adjuvan TD, Nadi, dan SpO2. Pembedahan
pasca operasi. Selain itu dapat diberikan perdarahan ± 50cc. Pasien kemudian
dosisnya pada pasien BB: 60 kg, yaitu 0,1 Room). Selama di ruang pemulihan, jalan
antiemetik, untuk mencegah efek samping spontan dan adekuat serta kesadaran
reseptor antagonis 5 hidroksi triptamin bangsal apabila Score Bromage <2, dengan
(5HT3) di otak dan juga aferen saraf vagal Bromage score sebagai berikut (Latief et al,
13
mengalami nyeri dengan skala nyeri VAS Hutzel, P., 2013. [Online] [Diakses 2 Januari
2019] http://breathing-tube-or-
6.
endotracheal-tube.
Pengelolaan nyeri pada pasien ini Keat S., Bate S. T., Bown, A. & Lanham S.
Anaesthesia. Dalam : P. Matthews,
pada 24 jam pertama yaitu diberikan Infus
penyunt. On The Move. PT Indeks.
RL+ Fentanyl 120mcg + Metamizole Jakarta. 2013
Sodium 1gr drip infus 20tpm. Hal ini Latief, S. A., Suraydi, K. A. & Dachlan, M.
bertujuan untuk mengurangi nyeri pasca R., 2009. Petunjuk Praktis
Anestesiologi. 2 ed. Jakarta: Bagian
operasi pada 24 jam pertama sampai Anestesi dan Terapi Inensif FK UI.
dengan kurang dari 3 hari atau sebagai Medscape Reference [Internet] Subarachnoid
pengelolaan nyeri akut pasca operasi. Spinal Block [Updated on Aug, 5,
2013] Available at
Selain itu kebutuhan cairan http://emedicine.medscape.com/article
pasien harus tetap diperhatikan untuk /2000841-overview. Accessed on 2013
memenuhi kebutuhan cairan pasien Oct 15
pasca operasi dalam sehari yaitu Muhiman, et al. Anestesiologi. Bagian
Anestesiologi dan Terapi Intensif
sebagai berikut 50 cc/KgBB/hari, 50 cc Fakultas Kedokteran Universitas
x 60 = 3000 cc/hari. Indonesia. Jakarta: Balai Penerbit FKUI
2010; 65-71.
Patterson, C., 2016. pulmcast. [Online]
Setelah operasi pasien dibawa ke Available at: http://pulmcast.com
ruang recovery. Pasien diperbolehkan [Diakses 2 Januari 2019].
makan dan minum setelah operasi jika Said A, Kartini A, Ruswan M. Petunjuk
sudah tidak mual dan dipantau tensi, nadi, praktis anestesiologi: anestetik lokal dan
anestesia regional. Edisi ke-2. Jakarta:
dan nadi tiap 15 menit selama 1 jam dan Fakultas Kedokteran UI; 2002.
dimonitoring kondisinya. Samodro R, Sutiyono D, Satoto HH.
Mekanisme kerja obat anestesi lokal.
Dalam: Jurnal Anestesiologi Indonesia.
Secara umum pelaksanaan Bagian anestesiologi dan terapi intensif
operasi dan penanganan anestesi FK UNDIP/RSUP Dr.Kariadi. 2011;
3(1): 48-59.
berlangsung dengan baik meskipun ada Sjamsuhidajat R, Jong V. Buku Ajar Ilmu
Bedah Edisi 3. EGC. Jakarta. 2010.
hal-hal yang perlu mendapat perhatian. Soenarjo, et al. Anestesiologi. Bagian
Anestesiologi dan Terapi Intensif FK
DAFTAR PUSTAKA UNDIP. Semarang. 2002.
14