Anda di halaman 1dari 14

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Rancangan penelitian ini merupakan rancangan eksperimen dengan

pendekatan pre eksperimen design pretest and posttest one grup. Rancangan ini

tidak memiliki kelompok pembanding (kontrol), tetapi dilakukan observasi pertama

(pretest) yang memungkinkan menguji perubahan-perubahan yang terjadi setelah

adanya eksperimen (Notoatmodjo, 2010). Dengan mengobservasi sebanyak 2 kali

yaitu sebelum dan sesudah diberikan perlakuan. Kelompok diobservasi sebelum

dilakukan intervensi, kemudian diobservasi kembali setelah intervensi di lain waktu

yang telah ditentukan (Hidayat, 2007). Bentuk rancangan ini adalah sebagai

berikut:

R O1 X O2

Keterangan:

R : Responden yang mendapat perlakuan

O1 : Pretest

X : Intervensi

O2 : Posttest

B. Waktu dan Tempat

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari-Maret 2017 di Jurusan

Kebidanan Poltekkes Kemenkes Tasikmalaya.

41
42

C. Subjek Penelitian

1. Populasi

Populasi adalah wilayah generisasi yang terdiri atas objek/ subjek yang

mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti

untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2013).

Populasi penelitian ini adalah semua mahasiswi Jurusan Kebidanan Poltekkes

Kemenkes Tasikmalaya yang menderita dismenore menetap setiap bulan dan

tidak mengkonsumsi obat sebanyak 38 orang.

2. Sampel

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh

populasi (Sugiono, 2013). Sampel dari penelitian ini adalah menggunakan total

sampling yaitu mahasiswi yang menderita dismenore menetap setiap bulan

sebanyak 38 orang dari hasil studi pendahuluan.

3. Cara Pengambilan Sampel

Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah total sampling.

Total sampling adalah teknik pengambilan sampel dimana jumlah sampel sama

dengan populasi (Sugiyono, 2013). Penelitian ini menggunakan total sampling

dari populasi yang selalu mengalami dismenore menetap setiap bulan saat

mestruasi pada mahasiswi Jurusan Kebidanan Poltekkes Kemenkes

Tasikmalaya yang berjumlah 38 orang.

D. Variabel Penelitian

Variabel penelitian adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang

ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal
43

tersebut, kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2013). Variabel penelitian

terdiri dari variabel bebas (variabel independen) adalah merupakan variabel yang

mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel

dependen (terikat) dan variabel terikat (variabel dependen) merupakan variabel

yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena adanya variabel bebas

(Sugiyono, 2013). Variabel dependen dari penelitian ini adalah dismenore dan

variabel independen adalah endorphine massage.

E. Definisi Operasional

Definisi operasinal dari faktor-faktor yang mempengaruhi dismenore di

Jurusan Kebidanan Poltekkes Kemenkes Tasikmalaya adalah sebagai berikut:

Tabel 3.1
Definisi Operasional

Definisi
No Variabel Alat Ukur Hasil Ukur Skala
Operasional
1. Endorphine Teknik sentuhan/ Daftar tilik/ 1: dilakukan -
Massage pijatan pada lembar
bagian punggung observasi
yang bertujuan
untuk
mengurangi rasa
sakit.

2. Dismenore Nyeri haid yang Kuesioner 0 : tidak nyeri Ordinal


dirasakan oleh (skala 1-3 : nyeri
perempuan pada nyeri) ringan
hari ke 1-2 4-6 : nyeri
sedang
7-9 : nyeri
berat terkontrol
10 : nyeri berat
tidak terkontrol
44

3. Umur Satuan waktu Kuesioner Remaja akhir: Ordinal


yang mengukur 17-25 tahun
keberadaan suatu Dewasa awal:
benda atau 26-35 tahun
makhluk, baik
hidup maupun
mati
4. Golongan Hasil Kuesioner 1: O Nominal
Darah pemeriksaan 2: A
untuk 3: B
pengklasifikasian 4: AB
darah dari suatu
kelompok.
5. Faktor Sesuatu yang Kuesioner 1: Stress Nominal
penyebab memungkinkan 2: Kurang
dismenore terjadinya olahraga
dismenore. 3: Makanan

F. Instrumen Penelitian

Instrumen dari penelitian ini adalah kuesioner dengan skala nyeri untuk

mengetahui kondisi dismenore yang dialami sebelum dan sesudah dilakukan

intervensi Endorphine Massage menurut Bourbanis. Ketentuan skor untuk

kuesioner ini adalah:

0 : Tidak Nyeri

1–3 : Nyeri Ringan

4–6 : Nyeri Sedang

5–9 : Nyeri Berat Terkontrol

10 : Nyeri Berat Tidak Terkontrol

G. Uji Rater atau Judgement Ahli

Pengujian rater ini melibatkan ahli dalam menilai butir-butir yang kita tulis

untuk memastikan bahwa butir yang kita buat relevan dengan apa yang kita ukur.
45

Pengujian rater dalam penelitian ini dilakukan oleh Sinar Pertiwi selaku

pembimbing peneliti dengan pengujian menggunakan daftar tilik. Melibatkan rater

dalam pengembangan alat ukur membantu kita untuk mengevaluasi alat ukur yang

kita kembangkan. Fungsi rater tergantung kebutuhan kita, rater sebagai penilai

instrumen yang kita kembangkan atau rater sebagai pemberi skor instrumen

observasi. Dalam penelitian ini rater berfungsi sebagai pemberi skor instrumen

observasi. Penilaian rater terhadap instrumen biasanya dinamakan dengan

judgement professional karena mereka memiliki kapabilitas dalam hal yang kita

ukur. Rater yang bertugas memberikan skor tidak harus professional dibidang itu,

tetapi bisa juga individu yang terlatih untuk mengobservasi dalam bidang yang kita

ukur (Triana, 2015).

Judgement ahli dilakukan yaitu untuk melakukan validitas terhadap

instrumen yang telah dibuat. Berdasarkan judgement ahli tersebut maka dapat

dikatakan bahwa instrumen yang telah dibuat dikatakan valid berdasarkan telaah

dari kisi-kisi yang telah dibuat sebelumnya. Instrumen yang telah dikatakan valid

tersebut sudah layak dan bisa digunakan (Triana, 2015).

Pengujian instrumen dalam penelitian ini yaitu penilaian peneliti dan

enumerator melakukan intervensi endorphine massage yang dilakukan pada tanggal

16 Februari 2017 di Laboratorium terpadu Poltekkes Kemenkes Tasikmalaya.

Enumerator dalam penelitian ini adalah mahasiswi kebidanan yang terdiri dari 3

orang mahasiswi, diantaranya 1 orang mahasiswi D-IV Kebidanan tingkat 3, 1

orang mahasiswi D-IV Kebidanan tingkat 2, dan mahasisiwi D-III Kebidanan

tingkat 2 serta mereka sudah bersedia membantu peneliti. Rater yang memberikan
46

skor atau yang mengobservasi adalah pembimbing peneliti yang sudah terlatih

dalam mengobservasi dalam bidang Endorphine Massage. Setelah dikatakan valid

maka peneliti sudah layak dan bisa memberikan intervensi endorphine massage

pada saat penelitian.

H. Reabilitas Instrumen (Uji Antar Rater)

Instrumen dikatakan dapat dipercaya (reliable) jika memberikan hasil yang

tetap atau konsisten apabila diteskan berkali-kali. Pengujian reliabilitas dalam

penelitian ini dengan melibatkan rater atau ahli yang dinamakan kesepakatan antar

rater (inter-rater reliability). Pembimbing dalam penelitian ini sebagai ahli dan

peneliti sebagai rater.

Uji reliabilitas ini yaitu untuk melihat tingkat kesepakatan (agreement) antar

ahli atau rater dalam menilai setiap indikator pada instrumen. Inter-rater reliability

(IRR) akan memberikan gambaran berupa skor tentang sejauh mana tingkat

kesepakatan yang diberikan ahli atau rater. Penelitian ini melibatkan dua orang ahli

atau rater sebagai penilai, sehingga dalam penelitian ini menggunakan koefesien

kesepakatan Cohen Kappa (Triana, 2015).

Uji Kappa merupakan ukuran yang menyatakan konsistensi pengukuran

yang dilakukan dua orang penilai (Rater) atau konsistensi antar dua metode

pengukuran atau dapat juga mengukur konsistensi antar dua alat pengukuran.

Koefisien Cohen's kappa hanya diterapkan pada hasil pengukuran data kualitatif

(kategorik).
47

Formula

Dimana:
K = Koefesien Cohen Kappa

Pr (a) = Persentase jumlah pengukuran yang konsisten antar rater

Pr (e) = Persentase jumlah perubahan pengukuran antar rater

1 = Konstanta

Menurut Fleiss, 1981 mengkategorikan tingkat reliabilitas antar rater, antara lain:

 Kappa < 0,4 : Buruk (bad)

 Kappa 0,4 – 0,60 : Cukup (fair)

 Kappa 0,60 – 0,75 : Baik (good)

 Kappa > 0,75 : Sangat Baik (excellent)

Setelah enumerator melakukan pengujian berdasarkan kisi-kisi yang

ditentukan atau dalam penelitian ini menggunakan lembar daftar tilik, kemudian

dilakukan uji statistika untuk dihitung apakah nilai Kappa dalam kategori buruk,

cukup, baik, atau sangat baik sebelum enumerator membantu proses pengambilan

data. Berdasarkan hasil penghitungan statistika, didapatkan bahwa nilai konsistensi

setiap enumerator adalah 1 > 0,75 yang berarti sangat baik (excellent).
48

I. Cara Analisis Data

1. Penyusunan Data

a. Pengecekan Data (editing)

Hasil wawancara, angket atau pengamatan dari lapangan harus

dilakukan penyuntingan (editing) terlebih dahulu. Secara umum editing

adalah kegiatan untuk pengecekan dan perbaikan isian formulir atau

kuesioner (Notoatmodjo, 2010)

Pada tahap ini peneliti melakukan pemeriksaan kelengkapan,

kejelasan, dan kesesuaian data yang diperoleh atau dikumpulkan. Editing

dapat dilakukan pada tahap pengumpulan data atau setelah data terkumpul

mulai dari karakteristik responden, penilaian pretest dan posttest yang

dilakukan.

Hasil penelitian didapatkan 38 responden sesuai dengan kriteria

yang ditetapkan. Data 38 responden dikumpulkan, data berdasarkan

karakteristik dan nilai pretest posttest dimasukan ke dalam Ms.Excel 2007

sesuai dengan urutan responden dari responden pertama sampai akhir.

b. Pemberian kode data (coding)

Peneliti melakukan penyusunan secara sistematis data mentah

kedalam bentuk yang mudah dibaca untuk pengolahan data. Peneliti

memberi kde untuk hasil penelitian yang didapat. Pada variable independen

yaitu tingkat nyeri peneliti menggunakan kode berupa “tidak nyeri” skor 0

(nol), “nyeri ringan” skor 1-3, “nyeri sedang” skor 4-6, “nyeri berat” skor

7-9, dan “nyeri berat tidak terkontrol” skor 10.


49

Pemberian kode dilakukan di Ms.Excel 2007, kode diberikan kepada

38 responden sesuai dengan tingkat nyeri yang dirasakan maaing-masing

responden. Selain kode tingkat nyeri, kode juga diberikan untuk pengganti

nama responden.

c. Pemrosesan Data (Entry)

Pada tahap ini dilakukan data yang sudah diubah menjadi kode

kedalam mesin pengolahan data. Pemrosesan bisa dilakukan dengan

memasukan data ke paket program komputer yang sesuai dengan paket

program data ke program komputer yang sesuai dengan variabel masing-

masing. Program komputer yang digunakan yaitu IBM SPSS Versi.21

Tahun 2017

d. Pembersihan Data (Cleanning)

Peneliti memastikan bahwa dari 38 data yang sudah dimasukan

kedalam mesin pengolahan data sudah sesuai. Proses akhir dari pengolahan

data adalah dengan melakukan pemeriksaan kembali kode yang sudah di

entry data yaitu 38 data. Hasilnya 38 data yang dimasukan tidak ada yang

tidak sesuai. Selanjutnya melakukan tabulasi data yaitu untuk

mengelompokan data kedalam tabel menurut kategorinya sehingga siap

dilakukan analisis secara univariat maupun bivariat.

e. Tabulasi (Tabulating)

Kegiatan memasukan data hasil penelitian kedalam tabel kemudian

diolah dengan bantuan komputer.


50

Tabulating data dilakukan untuk mengetahui analisis data secara

univariat dan bivariat. Tabulating analisis data secara univariat yaitu untuk

mengetahui tabel umur, golongan darah, faktor penyebab nyeri dismenore,

serta tingkat nyeri dismenore sebelum dan sesudah dilakukan endorphine

massage, tabulating analisis data secara bivariat dilakukan untuk

mengetahui tabel pengaruh endorphine massage terhadap rasa sakit

dismenore pada mahasiswi Jurusan Kebidanan Poltekkes Kemenkes

Tasikmalaya.

2. Analisis Data

a. Analisis Univariat.

Pada umumnya analisis ini hanya menghasilkan distribusi dan

presentasi dari setiap tabel variabel (Notoatmodjo, 2005). Merupakan

langkah awal untuk mengetahui gambaran data yang diperoleh untuk

menghitung nilai rata-rata (mean). Untuk mengetahui distribusi frekuensi

variabel dependen yaitu dismenore digunakan rumus sebagai berikut:

𝐹
𝑃= 𝑋 100%
N

Keterangan:

P : persentasi
F : frekuensi
N : jumlah responden

Setelah data dimasukan ke dalam tabel, peneliti merata-ratakan

dismenore sebelum diberikan Endorphine Massage dan sesudah diberikan


51

Endorphine Massage. Menafsirkan nilai-nilai persentase pada tiap kategori

berdasarkan tabel tafsiran harga persentase (Koentjaraningrat, 2004).

Table 3.2
Tafsiran Harga Kategori

Nilai (%) Kategori Kemampuan


0 Tidak ada
1-25 Sebagian kecil
26-49 Hampir separuhnya
50 Separuhnya
51-75 Sebagian besar
76-99 Hampir seluruhnya
100 Seluruhnya

b. Analisis Bivariat.

Analisis yang digunakan untuk menganalisis hubungan variabel

dependen yaitu dismenore dan variabel independen Endorphine Massage

pada penelitian ini adalah Wilcoxon Match Pairs Test dimana teknik ini

merupakan penyempurna dari uji tanda. Jika dalam uji tanda besarnya

selisih nilai angka antara positif dan negative tidak diperhitungkan. Seperti

dalam uji tanda, teknik ini digunakan untuk menguji hipotesis komparatif

dua sampel yang berkolerasi bila datanya berbentuk ordinal (berjenjang)

(Sugiyono, 2013). Perhitungan akan dilakukan dengan menggunakan

rumus:

𝑇 − µ𝑇
𝑧=
𝜎𝑇

Dimana:

T = jumlah jenjang/ rangking yang kecil


52

J. Jalannya Penelitian

Peneliti mengidentifikasi mahasiswi yang mengalami dismenore yang

menetap pada setiap menstruasinya, lalu melakukan pendekatan kepada mahasiswi-

mahasiswi tersebut dan melakukan kontrak waktu dan tempat. Kemudian peneliti

menjelaskan tujuan dan maksud dari pertemuan yang telah disepakati dan

memohon kesediaan mereka menjadi responden.

Pengumpulan data menggunakan data primer yang diperoleh melalui hasil

observasi pemberian terapi endorphine massage terhadap rasa sakit dismenore.

Penelitian juga dibantu oleh enumerator yang sudah melakukan persamaan

persepsi. Pada saat penelitian, peneliti memberikan kuesioner skala nyeri kepada

responden, kemudian melakukan endorphine massage kepada responden yang

mengalami dismenore pada hari ke 1 atau 2, yang diberikan selama 10 menit, dan

diberikan sebanyak 1 kali sehari baik pagi, siang maupun sore sesuai responden

yang mengalami dismenore. Setelah itu memberikan kembali kuesioner skala nyeri

kepada responden untuk mengetahui penurunan nyeri yang dirasakan.

K. Keterbatasan Penelitian

Penelitian ini telah diusahakan dan dilaksanakan sesuai dengan prosedur

ilmiah, namun demikian masih memiliki keterbatasan yaitu:

1. Uji statistik dalam penelitian ini menggunakan uji non-parametrik, hasil

pengujian hipotesis dengan statistik non-parametrik tidak setajam statistik

parametrik.

2. Waktu penelitian yang singkat, sehingga peneliti belum bisa mengetahui

manfaat Endorphine Massage terhadap nyeri dismenore pada bulan berikutnya.


53

L. Etika Penelitian

Masalah etika penelitian merupakan masalah yang sangat penting dalam

penelitian, mengingat penelitian keperawatan berhubungan langsung dengan

manusia, maka dari segi etika penelitian harus diperhatikan (Hidayat, 2007).

Masalah etika yang harus diperhatikan antara lain adalah sebagai berikut:

1. Informed Consent.

Informed consent merupakan bentuk persetujuan antara peneliti dengan

responden penelitian dengan memberikan lembar persetujuan. Informed

Consent tersebut diberikan sebelum penelitiaan dilakukan dengan memberikan

lembar persetujuan untuk menjadi responden. Tujuan dari informed consent

adalah agar subjek mengerti maksud, tujuan penelitian, dan mengetahui

dampaknya. Jika subjek bersedia, maka mereka harus menandatangai lembar

persetujuan. Jika responden tidak bersedia, maka peneliti harus

menghormatinya.

2. Tanpa Nama (Anonimity)

Masalah etika penelitian merupakan masalah yang memberikan

jaminan dalam penggunaan subjek penelitian dengan cara tidak memberikan

atau mencantumkan nama responden pada lembar alat ukur dan hanya

menuliskan kode pada lembar pengumpulan data atau hasil penelitian yang

akan disajikan.
54

3. Kerahasiaan (confidentiality)

Masalah ini merupakan masalah etika yang memberikan jaminan

kerahasiaan hasil penelitian, baik informasi maupun masalah-masalah lainnya.

Semua informasi yang telah dikumpulkan dijamin kerahasiaanya oleh peneliti.

4. Scientific misconduct

Dalam etika ini, peneliti tidak boleh melakukan penipuan dalam

melakukan sebuah penelitian dan harus melakukan tahap demi tahap dari

sebuah proses penelitian.

Anda mungkin juga menyukai