Anda di halaman 1dari 8
Jumal Sainstek Vol. IIT No.1: $2-59, Juni 2011 ISSN: 2085-8019 SUBDUKSI LEMPENG INDO-AUSTRALIA PADA LEMPENG EURASIA DI PANTAI BARAT SUMATERA BARAT Akmam Jurusen Fisika FMIPA Universitas Negeri Padang Ji Prof. Dr. Hamka Padang. Sumatera Barat Exmail-akmem@yahoo.com ABSTRACT Indo-Australian plate subduction on the Eurasian Plate took place on an ongoing and has formed active tectonics and volcanism on Mentawai and Sumatra fault. ‘The level of tectonic activity of this region can be learned through activities plate subduction under subduction velocity, angle of subduction and depth of subduction. An objective of fundamental research is to determine the pattern of the Indo-Australian plate subduction on the Eurasian plate. ‘This research uses secondary data records form the carthquake in West Sumatra in 1900 until 2005 which is available on BMG Padang Panjang. The speed and angle plate subduction are calculated using the formula of Le Pichon. The research shows that the average angle subduction of the Indo-Australian plate on the Eurasian plate and the surrounding area of West ‘Sumatera are 31,330 with a speed relative subduction average of 632 om / year and the velocity of the normal line is 4.93 cm / year, Key words: subduction, plate, indo-australia, eurasia PENDAHULUAN Subduksi mecupakan pertenuan (tum- ‘bukan) dua lempeng akibat adanya pergerakan lempeng yang saling mendekat (lempeng be- ‘nua dan lempeng samuder), Kedua lempeng yang bergerak saling menekan, schingga ter- jadi pembengkokan pada lempeng samudera (sudut subduks!) yang kemudian menyusup ke bawah lempeng denna. Siccutsi yang terda- pat di Sumatera Barat terbentuk akibat per- gerakan secara korvergen lempeng Indo- Austalia dan Ewasia, dimana lempeng Indo- Ausvalia menunjam dan menyusup ke bawah lempeng Eurasia, Pulau Sumatera merupakan salah sat pulau yang sangot aktif seismisitasnya, akibat eksistensi zona penunjaman (subdvetion zorie) lempeng Indo-Australia yang menyusup ke bawah Icmpeng Eurasia, sehingga membentuk jalur-jalur gempa bumi, Zona subdluksi ini me- Tupakan dacrah zona seismik aktif, dimana gempa bumi tektonik baik dangkal, menengah maupun dalam biasanya terjedi di sepanjang zona ini, Zona subdust ini terbentuk katena dua Jempeng bergerak saling menckan dengan kecepaian yang sangat lambat dan lempeng yang mengalami pembengkekan dengan ter- tentu (sudut subduksi). Besar sudut subduksi ipengaruhi oleh besarnya tekanan yang ci- berikan lempeng di atasnya Permasalahan yang muncul sekarang ‘adalah bagaimana pola subdaksi lempeng Indo- Australia pada lempeng Eurasia di pantai Barat Sumatera Barat serta berapa besar sudut subdiksi yang dihasitkannya, Mengingat be- gitu pentingnya pola penurjaman lempeng diketahai untuk mendapatkan solusi dari per- ‘masalahan perlu dilaksanakan peaclitian un- tuk mengetahui pola penujaman (subdhuksi) Jempeng indo-Australia ke lempeng Eurasia di pantai Barat Sumatera Barat Melihat kepada pergerakan lempeng di Indo-Australia (empeng Hindia) dan sistem sesar Sumatera Barat éan sesar Mentawai, menyebabkan kawasan ini sangat menarik se- bagai objck penelitian kegempann dalam rangka meletakkan dasar pemikiran penang- gulangan (mitigasi) bencara gempa kedepan McCaflrey et. al, (1985) mengestimasi terda- ‘Akmam, Subduksi Lempeng indo-Austmalia pada Lempeng Eurasia, painya kerak benua sampai kedalaman G0- 40) km dan adanya mekanisme pergerakan idang sesar pada berbagai kedalaman pusat gempa di sepanjang busur Sumatera, _Kemu- dian Posavee et. al. (1977) mengungkepkan bahwa zona sesar Sumatera didominasi oleh ppergerakan lateral secara terus menerus lem- peng Indo-Australia dan lempeng Sumatera. Curey et.al, (1989) meramatkan bahwa zona Berio yang terdapat disepanjang busar Sumatera dapat berubsh dengan cepat keda~ lamamnya dan bentuknya, Hal ini menandakan tbabwa struktur zona disepanjeng busur Sumatera sangst kompleks dan dinamis yang petlu diteliti secara rinci untuk setiap seg- mennya, ‘Kondisi Tektonik Sumatera dan Subduksi Lempeng Indo-Australia Tektonik lempeng adalah suatu teori yang mencrangkan proses dinamika bami, pembentukan jalur pegunungan, jalur gusung TRANSFQAM. SPREADING FAULT me ‘ api, jalur gempa bumi, dan cekungan endapan ddi muka camudera yang diakibatkan oleh per- gorakan lempeng. Turcotte (1982) menjelas- Kan bahwa Kerak bumi dapat ibarat sebagai sebuah rakit yang sangat kuat dan selatif dingin mengspung di alas astenosfer yang liat ddan sangat panas, Hal ini menyebabkan sta- bilitas litosfer tergantung kepada proses pada astenosfer, Kerak bumi berbentuk lapisan batian menutupi scluruh permukaan bumi, Akibat adanya aliran panas (arus konveksi) dalam astenosfer_menyebabkan kerak bumi_pecal menjadi beberapa bagian lempeng kerak bumi. Sumber panas dalam bumi berasal dari peluruhan seaksi radioaktif spontan yang berlangsung pada lapisan astenosfer dan inti bumi. Panas terscbut menimbullan arus kon- veksi yang merupakan sumber Kekuatan ‘wlama penyebab terjadinya pergerakan lem- peng. Pergerakan lempeng tersebut diilustrasi- kan seperti Gambar 1 MOST TSURAN GENERATED HERE Gambar 1. Zona subduksi antara lempeng samudera dan ‘benua (Turcote: 1982: 11) Gambar 1, memperlihatkan bahwa pada zona subduksi terbentuk palung, yang diikuti oleh pemekaran dasar samudera. Pergerakan Jempeng saling mendekati ini akan menye~ babkan terjadinya tumbukan, dimana lempeng sammudora menunjam ke bawah lempeng benua. Pergorakan lempeng kerak bumi yang saling bertumbukan membentuk zona subduk si seperti Gambar 1, Pergerakan tcrscbut menghasilkan gaya yang bekerja, baik hori- zontal maupun vertikal dan akan membentuk pergunungan, lipatan, jahar gunungapi. pense- saran, dan jalur gempebumi yang bersfat dinamis dan rawan terhadap deformasi Subduksi lempeng Indo-Australia ke lempeng Eurasia membentuk morpologi paca kepulavan Mentawai, Kepulauan Bata dan pula Samatera seperti Gambar 2. Farnal Ssinstek Vol. ITI No.1: 52-59, Juni 2011 ISSN: 2085-8019 [aur Pachin ra] Gambar 2. Morpologi Subduksi Lempeng Indo-Australia ke Lempeng Eurasia (Dani Natawijaya, dkk: 2004) Gambar 2 mempertihatkan bahwa lem- peng Indo-Ausralia bergerak meruja dan menunjam ke lempeng Eurasia di depan pulau Sumatera, Bagian lempeng yang menanjam ke bawah kepnlauan Mentawai, Nias dan Batu melekat pada batuan di stasnya, schingga per- gcrakan ini memampatkan batuan di atasnya. Pemampaian ini berlangsung secara terus me- nerus, schingga spabila mampatan datvan ter- sebut melampaui elastistas batuan pendukung- nya, make batuan akan patah, maka terjadilah gempa tektonik. Kecepatan pergerakan lem- peng Indo-Australia ke Lempeng Furasia de~ kat pulau Sumatera dan Mentawai seperti di- perlihatkan Gambar 3 Gambar 3, mempertihatkan bahwa di pesisir barat Sumatera banyak terdapat sesar (patahan) naik (dhrust foul) yang juga mung kin bercampur dengan gerakan “Sea fleor spreading” (bukean, rengkahan lantai samud- ra) di Andaman yang berlanjut menjadi sesar (Natawidjaya: 1995, McCann: 1987) Hal iai dliperkuat oleh Diament, et.al, (1992), meaya- takan bahwa the geod)namic evolution of the western port of the Sterda are is controlled by the change from frontal subduction of the Indo-Austration plate along Java to oblique subduction along Sumaira. Selanjutnya, Le Pichon (1984), McCann (1987) mcajclaskan bahwa gaya-gaya yang timbul sangat ter- gantung kepada variasi kedalaman zone Bienioff dan kedalaman penetrasi zona penyu- supan. Kondisi ini memperlihatkan bahwa sumber gempabumi di Sumatera unumnya adalah patahnya pertemuan lempeng-lempeng, yang biasa disebut dengan zona subduksi aktif i daratan Sumatera dan samudera Hindia (Ahmad dan Mulyana: 1995, Ahmad: 199) Kondisi inilah yang menyebabkan dacrah Sumatera rawan terhadap gempa tektonik seperti terlihat pada Gambar 3 ‘Akmam, Subduksi Lempeng Indo-Austalia pada Lempeng Eurasia Gambar 3, Kondisi subsiucsi lempeng Indo-Ausralia ke lempeng Asia dan Aspek Kegempaanya (Dani Natawijaya dkk 2004) Segitiga Bola Le Pichon Segitiga bola Le Pichon dikembangkan untuk menentukan besar sudut dan kecepatan subduksi lempeng tektonik pada suatu tempat. Segitiga Le Pichon bentitik dari teori Euler yang meayatakan bahwa which states that the movement of a portion of a sphere a cross its surface as uniquely defined by a single ‘angguler rotation about a pole of rotation. ‘The pole of rotation and its antipole point on the opposite diameter of the sphere are the only twopoints which remain in a fixed position relative 10 the moving portion (Kearey and Vine: 2004), Kemudian Skinner ‘and Porter (1987) mengungkapkan bahwa per- gerakan setiap lempeng litosfer dipermukaan ami dapat digambarkan sebagai sumbu rotasi pemekaran, Kecepatan subduksi ckivalen dengan pemekaran samudera, seperti diperlihatkan pada Gambar 1. Berdosarkan pengertian ter- sebut dikembangkan metoda pethitungan ke~ cepatan subduksi lempeng sumucera ke Jempeng henua dengan menggunakan segitiga bolaL-e Pithon dengan bantuan Gambar 4 Gambar 4. Gambsr segitiga Le Pichon untuk menentukan sudut penunjaman lempeng samudera ke lempeng benua Jummal Sainstek Vol. HITNo, 1: 52-59, Juni 2011 Dengan bantuan Gambar 4, dapat di- tentukan sudut kemiringan (Turcotte; 1982 32) vos 2= cos Aces 6! + sin Peos(y—y') (1) dimana Qsudut didepan tali busur terbentuk leh perputaran titik dipermakaan bumi dari A ke P terhadap pasat bumi, Berdasarkan harga dapat dihitung sudut penunjaman lempeng Indo-Australia pada lempeng Eurasia, dimana, dalam hal ini @ adalah sudut colatitude, ¥ adalah longititude rotasi bumi, 0° adalah colatitude '¥” adalah longititude titik pada bi- dang bates lempeng seperti tertihat pada gambar 3. McCaffrey (1991) merunmuskan ke~ cepatan penunjaman lempeng dengan: vp sina - y) sin(a- B) dimana a adalah sudut yang dibentuk olch arah pergerakan dengan garis normal, V, ke- cepatan rata-rata menyusupan lempeng. Per- samaan (2) dapat dimodifikasi menjadi sin(p—@ Jcos® =sin? 3 sn® se #esst} dimana @ besar sudut olch proyeksi titik A (betas pertemuan lempeng ) dan ttik P (pusat rotasi lempeng) terhadap pusat bami dan ot sudut yang dibentuk olch penunjaman Jem- peng terhadsp garis normal, — Kecepatan pergerakan relatif lempeng dihiting dengan persamaan: Q », ersinQ (4) dimana dalam hal ini © adalah keccpatan sudut, r adalah jeri-jari bumi 6371 km, METODA PENELITIAN Variabel dalam penclitian ini tesbagi auas tiga bagian, yaitu variabel bebas, varabel terikat dan variabel kontrol. Variabel bebas penelitian ini adalah 6 dan y, dimana 9 menyatakan colatitido (lintang) pada bidang, batas lempeng, sedangken gy) menyatakan Jongitudo (bujur) pada bidang, batas tempeng. Variabel terikatnya adalah (yang menya- 56 ISSN: 2085-8019 takan besar sudut subdiksi lempeng, sedang- kan variabel Kontrolnya adalah @ dan , dimana @ menyatakan colatitudo (tintang) ari pusat rotasi lempeng yang timbal aksbat gerak relatif dua lempeng yang berdekaian, sedangkan g menyatakan longitude (bujut) dari pusat rotasi lempeng yang timbul akibat gerak relatif dua lempeng yang berdekatan Data penelitian int adalah data sekunder yang diperoleh dari stesiun Badan Meterologi dan Geofisika Padangpanjang yang terekam dalam bentuk analog. Data yang akan digu- nakan adalah deta gempa tektonike molai tahun 1900 — 2003 untuk daerah penclitian 88.5° BT — 102°BT dan 1°LU ~ 3.5° LS, dengan magnitudo gempabumi lebih dari 4,0 skala Richter. Data diperoleh dalam bentuk tabel yang terdiri dari episenter, waktu terjadinya yempa, Kedalaman, magnitude dan posisi (lokasi) terjadinya gempa. Data dikelompokkan atas beberapa pe- nampang deri Barat Lant-Tenggara, dalam rah Barat Daya-Timar Laut masing-masing dengan lebar 0,5°, kemudian diplot dalam bemtuk grafik hubungan kedalaman_ pusat gempa dengan episenter_gempa, kemudian dilakukan analisis grafik. Dari analisis grafik diperoleh posisi batas lempeng Indo-Austalia dengan lempeng Eurasia, dinyataken dalam bbujur dan lintang (@' dan’). Posisi pusat rotasi lempeng (@ dan @). Posisi pusat rotasi Jempeng Indo-Australia dengan Eurasia yaitu 19,7N-38,5 E, (Turcotte:1982 dan LIPI:2003) Sctclah harga 0, 9, p dan etahui, besar sudut subdvkst lempeng Indo- Australia ke lempeng Eurasia dapat ditentu- kan dengan memasukkan variabel-variabel yang ada ke formula segitiga Le Pichon pada persamaan 1. Kemudian untuk mendapat ke- cepatan subduksi relatif digunakan persamaan 4, dan untuk mendapatkan kecepatan subduksi arah nermal diguaakan persamaan 3 HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil plotan hiposenter tethadap epi- Senter gempa untuk setiap penampang mei berikan pola penunjaman tempeng Indo- Australia ke lempeng Eurasia di Pantai Barat Sumatera Barat seperti terlihat pada lampiran, Posisi. pertemuan lempeng Indo-Australia ‘Akimam, Subdulsi Lempeng Indo-Australia pada Lempeag Eurasia dengan Jempeng Eurasia untuk setiap penampang seperti Tabel 1 Tabel 1. Posisi batas pertemuan lempeng untuk tigp-tiap penampang “Penampang —————~Posisibatas pertemuanlempeng Lintang (Latitude)6' °N) —_Bujur (longitude) (°E) T “0,25 97383 2 0,65 98,25 3 09 98.32 4 -130 98.50 5 -1,38 9ggs 6 “1,50 98,97 7 2,35 98.84 8 “260 99,00 9 5,25 99,53 Pesisi keutub rotasi lempeng Indo- ke lempeng Eurasia dan _kecepatan Australia dan lempeng Eurasia terdapat pads (9,7°N, 38,5°E) (Turcote : 1982, LIPI: 2005). Besar sudut subduksi lempeng Indo-Australia subduksinya untuk tiop-tisp penampang di paniai Barat Sumatera Barat diperlihatkan pada Tabel 2. Tabel 2, Besar sudut subduksi lempeng Indo-Australia ke lempeng Eurasia ‘untuk tiap-tiap penampang di Pantai Barat Sumatera Barat Posi Penemusn Lempena ‘Suda Kecapaian Subdilsi aaa, N Fajr Jaman 2 Lint Janus Bsus Nexmal Subduksi Relat? _Nomnalvy subs CN) PCE) ONE DG) Cer/thay Cerin) (Km Tp) ae ase aa FoR 2 063 ORR 257 «G79. TTA 6H 3K IS 307M =—S4_ GAIT 10H—— GBS SBR 4 08 8) 2506242 70.77 3121 oa 49S S 958 R246 627673138632 GD 6 4 90 6293 TASB 478 7 VB 9887 46568 IS 708 F576 463 7 & -1BR 9244633970 31D 29 aad 9212 1002523117087 6 9 Hasil di ates menunjukkan rata-rata su ut subduksilempeng Indo-Australia pada Tempeng Eurasia adalsh 31,33° dengan kece- patan suduksi rela’ rata-rata sebesar 6,22 aw/talun dan kecepatan gerak teshadap garis normalnya adalah 4,93 cmvtahun. Kecepatan penujaman terbesar terdapat sckitar Pula Spore dengan kecepaten relatif 6,36 cn/tahun dengan sudut penajaman 30,70° dan kedalam- an subduksi maksimum adalah 135 km. Ke- cepatan relatif verkeril terdapat disckitar Palau Siberut dengan kesepatan penujaman 6,26 cem/tahun dengan sudut subduksi 32,07 yang terdapat disckitar Pulau Pagai, dengan ke- dalam sukduksi 89 km. Harga ini memberikan informasi bahwa subduksi yong terdapat di barat Sumstera Barat adaiah tergolong dangkal, tentu rawan ‘erhadap gempa tektonik. Pola perunjaman lempeng memberikan gambaran besarnya de- formasi yang dialami lempeng. Makin curam emunjaman lempeng, maka deformasi (per- tibahan bentuk) yang dialaminya semakin be- sar. Jumikis (1979) mengatakan bahwa salah satu faktor penyebab terjadinya deformasi pada batuan (ithosfer) adalah besaraya gaya Jural Seinstek Vol, 1No, 1: $2-59, Juni 2011 tekan yang diterima oleh batuan tersebut Makin besar gaya tekan yang diterima, maka deformasi yang dialami batuanpun semakin besar. Hal ini berarti bahwa perbedaan pola pemunjaman lempeng dipengaruhi oleh besar- nya gaya tekan yang diterima lempeng, de- ‘gan kata lain penampeng yang memiliki pola pemnjaman lempeng yang curam mencermin- kan bahwa gaya tekan yang dialaminya besar, sebaliknya penampang yang memilki pola penunjaman lempeng yang landai mencermin- kan bahwa gaya tekan yang dialaminya kecil Pola penunjaman lempeng analog de- ngan besar sudut subduksi lempeng. Makin curam pola penunjaman lempeng, maka besar sudut subduksi makin besar. Tike stress dan strain yang dialami lempeng melampaui. batas clastisitas maka lempeng tersebut akan meng ‘lami deformasi permanen (ductile defor- ‘mation) dan apabila proses subduksi_tetap berlangsung, pembengkokan lempeng akan melampaui batas elastisites. akibatnya lem- peng tersebut akan patah, Pola penunjaman Jempeng curam dengan sudut subduksi besar menghasilkan gempa bumi dengan hiposenter yang dalam resiko bencana kecil, sedangkan penujaman lempeng bersudut kecil, meng- akibatkan terjadinya gempa dangkal dan rawan terhadap bencana, Hasil perhitungan Kecepatan memper- Tihatkean kecepatan relatif perujaman lempeng Indo- Australia pada lempeng Eurasia disckitar pantai barat Sumatra Barat rata~ata 6,32 cmi/tahun Harga int lebih besar dari harga rara-raia kecepalan relatif penyjaman Indo- Australia ke lempeng Eurasia pada pulau Sumatera yang yang ciprediksi Natawijaya (2004) dan Minster dan Jordan (1978) yaitu 60. mm/tahun (6 cmtahun). Hal inilah yang ‘menyebabkan Sumatera Barat Icbih sering di- goncang gempa dibandingkan daerah Suma- tera lainnya. KESIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan hasil penelitian menunjuk- kan behwa rata-rata sudut subduksi lempeng Indo-Australia ke lempeng Eurasia pada ka- wasan Sumatera Barat dan sekitarnya adalah 31,33° dengan kecepatan suduksi relatif rata- rata sebesar 6,32 cm/ahun dan kecepaian gerak tethedap garis normalnya adalah 4: em/akun, Kecepatan penujaman terbesar ter- ISSN: 2085-8019 dapat sekitar Pulau Spora dengan kecepetan relatif 6,36 cmv/tahun dengan sudut penujaman 30,70? dan kedalaman subduksi_maksimum adalah 135 km. Kevepatan relatif verkecil ter- dapat disekitar Patan Siberut dengan kecepar- an penujaman 6,26 cmn/tahun dengan sudut subduksi 32,07' yang terdapat disekitar Pulau Pagai, dengan kedalam sukduksi 89 km. Sesuai dengan konstribusi peneitian ini dan berdasarkan hasil analisa data moka di- sarankan hal-hal sebagai berikut; 1, Sebaiknya hasil penelitian dapat dijadiken sebagai pengembangan mata kuliah Geo- dinamika dan Seismoligi Gempa Bumi pada Jumsan Fisika atau program Studi Geofisika dan Fisika Buri Hasil penelitian ini dapat dikembangkan ‘untuk mengaturan tta ruang yang lebih baik di Sumatera Barat ‘Mengingat begit berhaya efek dari gem- pa, maka hasil penelitian ini dapet di- jadikan sebagai findasi dasar untuk me- retapkan kebijaksanaan mitigasi gempa bbumi pada masa mendatang DAFTAR KEPUSTAKAAN Ahmad M, 1995. Penanggulangen Gempa Buni Sesuai dengan Seismisitasnya, Makalah pada seminar pada Himpanan Abii Geofisika Indonesia PIT HAGI XX, Yogyakarta 29-30 Agustus 199, Ahmad M dan Erwin M. 1995, Sudy of Lithosphere Subduction Along Java Sumatera Are, Makalah pada seminar pada Himpwran Ai Geofisika Indonesia PIT HAGI XX. Yogyakarta 29-30 Agustus 1995 Curray JR, Shor Jr GG, Raitt RR and Henry. 1977, Seismic Refraction and Reflection Studies of Crustal Structure of Eastren Sunda and Westren Sunda Arces, Journal of Geophysies Research, Vol, 82, 2479 - 2489. Diament MC, Deplus D, Dabrin and Zen Jr MT, Harjono H, Karta K, Gérard M, Lassal O and Martin A, Malod J, 1992 Mentawai fault zone off Sumatra: A new key to the geodynamics of western Indonesi (Abstrak). Geology, Vol. 20, No, 3, pp. 259-262, ‘Akmam, Subdusi Lempeng Indo-Australia pada Lempeng Eurasia Kearay P and Frederick VJ. 2004, Global Tectonics, Blackwell Publishing Com- pany. Australia. Le Pichon and Huchon XP. 1984. Sunda Strait and Contrtol Sumetran Fault, Online Jurnai of Geology Sociaty of America Vol. 12, pp. 668 - 672. MeCalfray RP, Molnor SW, Roecher and Joyodiwirjo YS. 1985. Mictocarth- quake Seismicity and Fault Plane Solusion Related to Are-Conitnent Collisien in the Eastem Sunda-Arc, Indonesia. Jurnal of Geophysics Research. Vol. 90, pp 4511 ~ 4528, Me Cann WR and Newcomb KR. 1987 Seismic Hisiory and Seismotectonic of the Sunda Arc, Jurnal of Geophysics Research. Vol 92, 421-439. McCalfray R. 1991. Slip Vectors and Suetching of the Sumatran Force Are 9 Jumal of Geology. Vol. 19, pp. 881 ~ 884. Natawidjaya DH. Hery H, Bambang SW. 2004. Sumatera Rawan Gempa Puslit Geotektonologi-LIPT, Bandung. Posavec MD. Taylor, Van Euwen TH and Spector A. 1973, Tectonic Comrols of Volcanism and Complex Movement ‘Alang the Sumatran Fault System. Geology Sociaty Malaysia, Bulleten. pp 43. 60. Skinner BJ, Stephen PC. 1987. Physical Geology, Thon Wiley & Sons, New York. Turcotte DL and Gerald §, 1982. Geo- dynamics, John Wiley Sons. New York. Zen MT. 1987. Seismicity of the Sumatra Fault Zones, 6 th Regional Conggres an Geology. Mineral and Energy Resources of Southaest Asia.

Anda mungkin juga menyukai