Anda di halaman 1dari 54

MAKALAH

“ SISTEM KELISTRIKAN ”
MATA KULIAH OTOMOTIF

DISUSUN OLEH
ANDREAS ALVONSO YOSUA LARITMAS
16021104009

FAKULTAS TEKNIK
JURUSAN TEKNIK MESIN
UNIVERSITAS SAM RATULANGI
KATA PENGANTAR

Segala puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, sebab
karena limpahan rahmat serta anugerah dari-Nya penulis mampu untuk
menyelesaikan makalah mengenai “Sistem Kelistrikan” untuk memenuhi tugas
mata kuliah otomotif di Fakultas Teknik, Universitas Sam Ratulangi.
Penulis mengucapkan terimakasih yang sebanyak-banyaknya kepada setiap
pihak yang telah mendukung serta membantu penulis selama proses penyelesaian
makalah ini hingga rampungnya makalah ini. Penulis juga berharap semoga
makalah ini dapat memberikan manfaat bagi setiap pembaca.
Tak lupa dengan seluruh kerendahan hati, penulis meminta kesediaan
pembaca untuk memberikan kritik serta saran yang membangun mengenai
penulisan makalah kami ini, untuk kemudian kami akan merevisi kembali
pembuatan makalah ini di waktu berikutnya.
Di akhir penulis berharap makalah sederhana ini dapat dimengerti oleh
setiap pihak yang membaca. Penulis pun memohon maaf yang sebesar-besarnya
apabila dalam makalah ini terdapat perkataan yang tidak berkenan di hati.

Manado, 30 April 2019

Penulis

i
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR…………………………………………………………….i
DAFTAR ISI……………………………………………………………………...ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang………………………………………………………………..1
1.2 Rumusan Masalah……………………………………………………………1
1.3 Tujuan………………………………………………………………………...2
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pegertian Sistem Kelistrikan Mobil…………………………………………3
2.2 Macam – Macam Sistem Kelistrikan Mesin………………………………...3
2.3 Sistem Kelistrikan Body…………………………………………………….47
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan………………………………………………………………….52
3.4 Saran…………………………………………………………………………52
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………...53

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang cepat membawa
dampak bagi perkembangan dunia industri terutama industri daya dan mesin.
Mengingat kebutuhan daya yang terus meningkat dan perkembangan motor
bakar yang demikian pesat, para produsen mesin kini berlomba-lomba
menampilkan mesin-mesin baru dengan berbagai keunggulan baik dari segi desain
maupun keunggulan teknologinya.
Mesin sendiri terdiri dari berbagai komponen yang kerjanya saling terkait
satu sama lain. Beberapa sistem yang merupakan komponen vital dalam mesin satu
sama lain diantaranya sistem bahan bakar, sistem pengisian, sistem pengapian,
sistem pelumasan, dan sistem pendinginan. Komponen komponen tersebut dari
waktu ke dari waktu ke waktu mengalami perkembangan yamg tujuannya untuk
mendapatkan komponen yang lebih praktis dan efisien.
Pada dasarnya campuran bahan bakar dan udara yang masuk ke dalam ruang
bakar harus disundut. Penyundutan merupakan salah satu komponen yang
mengalami perkembangan pesat dalam dunia permesinan khususnya mesin bensin
adalah pada komponen sistem pengapian. Perkembangan sistem pengapian
listrik adalah pada komponen sistem pengapian secara singkat adalah mulai dari
sistem pengapian konvensional, semi transistor, full transistor, IIA (integrated
ignition assembly), dan yang terbaru adalah DLI.
Sistem pengapian terbagai menjadi sistem nyala terbuka, sistem bola pijar,
sistem kompresi dan sistem listrik. Sistem nyala terbuka dan sistem bola
pijar merupakan sistem pengapian konvensional yang lebih dahulu digunakan.
Dewasa ini keduanya mulai ditinggalkan. Dewasa ini produsen mesin lebih memilih
sistem listrik untuk motor berbahan bakar bensin dan sistem kompresi untuk motor
berbahan bakar minyak solar atau yang biasa disebut dengan mesin Diesel.

1.2 Rumusan Masalah


1) Apakah yang dimaksud sistem kelistrikan?

1
2) Apa saja macam sistem kelistrikan?
3) Apa saja komponen sistem kelistrikan?
4) Bagaimana cara kerja sistem kelistrikan?

1.3 Tujuan
1) Untuk mengetahui pengertian sistem kelistrikan
2) Mengetahui macam – macam sistem kelistrikan
3) Mengetahui komponen sistem kelistrikan
4) Mengetahui cara kerja sistem kelistrikan

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pegertian Sistem Kelistrikan Mobil


Sistem kelistrikan mobil adalah rangkaian energi listrik yang disusun untuk
menjalankan sebuah fungsi tertentu pada sebuah mobil. Dengan kata lain, semua
sistem yang memanfaatkan energi listrik masuk dalam sistem elektrikal mobil.
Fungsi sistem kelistrikan mobil
 Memungkinkan busi bisa menyuala sehingga mesin bensin bisa bekerja
 Sebagai sistem keamanan dan keselamatan mesin
 Sistem kelistrikan dapat menambah kenyamanan berkendara

2.2 Macam – Macam Sistem Kelistrikan Mesin


2.2.1 Sistem Starter
Sistem Starter (Starting System) adalah sebuah rangkaian mekatronika yang
berfungsi memutar poros engkol menggunakan energi listrik saat akan menyalakan
mesin.
Fungsi utama sistem starter adalah untuk menggantikan fungsi manual
starter atau kick starter pada mesin sepeda motor. Mengapa disebut rangkaian
mekatronika ? karena sistem ini meliputi rangkaian mekanikal untuk memutar
flywhel dan rangkaian elektrikal sebagai tenaga untuk menggerakan motor. Untuk
mengetahui rangkaian motor starter lebih lengkap, simak pembahasan dibawah.

Prinsip Kerja Sistem Starter


Motor starter bekerja dengan mengubah energi listrik menjadi energi
mekanik. Proses ini memanfaatkan kaedah fleming left hand. Yang berbunyi,
"apabila terdapat arus listrik yang mengaliri konduktor, smentara konduktor
tersebut terletak didalam medan magnet. Maka konduktor tersebut akan terdorong
sesuai garis gaya magnet yang ditunjukan dengan kaedah tangan kiri fleming".

3
Hubungan antara garis gaya magnet, arus listrik dan gaya dorong ditunjukan
dalam tiga jari. Jari tengah menunjukan arah arus, jari telunjuk menunjukan arah
medan magnet, sedangkan jempol atau ibu jari menunjukan kemana arah gaya
dorongan.
Dari kaedah tersebut, kemudian disusun sedemikian rupa agar arah
berkebalikan sehingga gaya yang dihasilkan juga berkebalikan. Karena diletakan
pada sebuah poros menyebabkan gaya putar yang berkesinambungan. Prinsip ini
sama dengan prinsip motor starter pada umumnya dan hampir menyamai prinsip
kerja generator namun bedanya, generator mengubah energi mekanik menjadi
listrik sedangkan motor starter bekerja sebaliknya.

Komponen Sistem Motor Starter


Baterai
Baterai merupakan sumber penyuplai energi utama saat akan menghidupkan
mesin. Baterai akan menyediakan suplai arus listrik ke sistem starter. Kapasitas
baterai yang digunakan untuk starter bervariasi tergantung kapasitas mesin
tentunya. Namun untuk voltage atau tegangan, umumnya menggunakan baterai
bertegangan 12 volt pada mobil, dan 24 volt untuk truk dan bus.
Ignition Coil
Ignition Coil atau kunci kontak berfungsi sebagai saklar yang akan
mengaktifkan relay starter dan menghubungkan arus dari baterai. Dulu, ignition coil
merupakan fitur wajib pada sistem starter. Tapi, saat ini ignition coil tidak secara
langsung beperan dalam sistem starter berkat adanya fitur Start/Stop button.

4
Starter Clutch
Starter clutch atau biasa juga disebut relay starter utama bekerja untuk
mengalirkan arus utama dari baterai langsung ke motor starter. Starer akan aktif
saat kunci kontak diposisi “ST”. Didalam starter clutch terdapat dua buah coil yaitu
pull ini coil yang akan mendorong plunger untuk mengaitkan pinion gear dan hold
in coil sebagai penahan pergerakan pull in coil. Komponen ini terletak menyatu
dengan motor starter. Starter clutch memiliki dua terminal yaitu terminal 30 yang
langsung terhubung ke baterai dan terminal 50 yang berasal dari kumci kontak.
Motor Starter
Motor starter merupakan komponen utama dalam sebuah sistem starter.
Komponen inilah yang bekerja sesuai kaedah tangan kiri flemming dengan
memanfaatkan hubungan GGM, arus dan Gaya dorong.
Field Coil
Field coil adalah komponen yang fungsinya untuk membangkitkan medan
magnet didalam motor starter. Field coil terbuat dari magnet yang dililit oleh
kumparan tembaga sehingga medan magnet yang dihasilkan besar. Kumparan
tembaga ini dihubungkan secara seri dengan komponen armature coil sehingga saat
motor starter belum dinyalakan, tidak ada kemagnetan didalam motor starter.
Armature Coil
Armatur coil adalah komponen yang bertugas sebagai konduktor yang akan
dialiri oleh arus listrik. Armature coil berbentuk silinder yang berbahan inti besi
berbalut lilitan tembaga sehingga daya hantar listrik pada armature coil sangat baik.

5
Ujung armature coil terdapat komponen kumutator yang fungsinya menerima arus
listrik dari baterai yang akan disalurkan ke armature coil. Kumutator akan membagi
arus agar bisa berlangsung bolak-balik. Kumutator didesain terpisah tiap lininya
sehingga saat arus mengalir melalui brush, tidak terjadi hubungan pendek arus
listrik.
Brush
Brush atau sikat adalah komponen berikutnya yang berbahan tembaga.
Fungsi brush adalah untuk mengalirkan arus listrik ke kumutator. Didalam
rangkaian armature coil, kumutator akan berputar saat poros armature berputar.
Brush ini akan mengalirkan arus listrik ke komponen kumutator yang berputar itu.
Brush berbahan tembaga lunak agar gaya gesek kecil. Namun komponen ini pula
yang sering mengalami keausan. Sehingga perlu dilakukan perawatan rutin. Brush
didalam motor starter ada dua, brush arus yang mengalirkan arus dan brush massa
yang akan mensuplai masa atau ground.
Pinion Gear dan Drive Lever
Pinion gear adalah komponen yang berkaitan dengan armature coil di ujung
armature shaft. Fungsi pinion gear ini adalah sebagai roda gigi yang akan
meneruskan putaran armature shaft ke flywheel. Bentuk pinion gear lebih kecil
sehingga dapat mereduksi putaran armature coil untuk menghasilkan momen yang
lebih besar,
Sementara drive lever atau plunger, merupakan tuas yang akan
menggerakan pinion gear untuk terkait dengan flywheel dan melepaskan
keterkaitan tersebut saat motor starter berhenti berputar. Drive lever ini digerakan
oleh pull in coil di starter clutch saat kunci kontak berposisi “ST”. Dengan adanya
drive lever, flywheel dapat berputar tanpa berkaitan dengan motor starter

Cara Kerja Sistem Motor Starter


Cara kerja motor starter, dimulai ketika kita memutar kunci kontak.
- Saat kunci kontak berada di posisi “ON” relay utama atau main relay akan
terhubung, menyebabkan arus dari baterai mengalir ke semua sistem
kelistrikan mobil.

6
- Saat kunci kontak diputar pada posisi “ST”, relay starter switch akan
terhubung sehingga arus akan mengalir dari baterai ke terminal 50 pada
starter clutch.
Karena terminal 50 dialiri arus listrik, menyebabkan kemagnetan pada pull
in coil sehingga pull in coil bergerak ke arah hold in coil. Dalam hal ini, gerakan
pull in coil akan mendorong drive lever sehingga pinion gear terkait dengan
flywheel.

Rangkaian Sistem Starter dengan Relay

Pada fase ini, dorongan pull in coil bukan hanya menggerakan pinion.
Tetapi juga menggerakan pull in coil itu sendiri ke arah hold in coil. Akibat
dorongan tersebut, hold in coil juga terdorong ke arah solenoid switch contact.
Sehingga arus listrik di terminal 30 motor starter, akan langsung mengalir kedalam
motor starter.
Di dalam motor starter arus tersebut dialirkan ke field coil untuk
membangkitkan medan magnet, dan mengalir ke armature coil melalui brush.
Karena ada aliran listrik didalam medan magnet, hasilnya armature akan berputar
untuk menggerakan flywheel.
Saat mesin menyala, starter akan berhenti dengan menghentikan arus dari
terminal 50. Sehingga pull in coil terlepas dan kembali ke posisi semula. Dengan
kembalinya pull in coil, pinion gear juga akan lepas kaitannya dengan flywheel dan

7
putaran motor juga terhenti karena arus listrik pada solenoid switch contact
terputus.
Namun pinion gear sebenarnya didesain agar mundur secara otomatis saat
putaran flywheel lebih besar dari putaran starter. Fungsi ini ditunjukan untuk
memudahkan proses keterkaitan dan pelepasan pinion gear dengan roda gigi
flywheel.

Jenis-jenis motor Starter


Secara umum, ada tiga jenis motor starter. Sistem konvensional, sistem
starter reduksi, dan sistem starter tipe planetary.
1. Sistem Starter Tipe Konvensional
sistem starter tipe konvensional, memanfaatkan satu buah pinion gear yang akan
terhubung ke flywheel ketika drive lever digerakan oleh pull in coil. Sistem ini
tergolong memiliki konstruksi yang simple namun memiliki tenaga yang standar.
2. Sistem Starter Tipe Reduksi
sistem starter tipe reduksi adalah sistem starter yang memiliki gigi tambahan
sebagai pereduksi putaran. Putaran starter direduksi dengan tujuan menghasilkan
momen puntir yang kuat. Sehingga cocok untuk mesin-mesi yang memiliki
kompresi tinggi seperti mesin diesel. Sistem ini juga didesain lebih kecil dari tipe
konvensional.
3. Sistem Starter Tipe Planetary
untuk tipe yang ketiga pada prinsipnya sama dengan sistem reduksi, namun
perbedaan terletak pada roda gigi tambahan yang berbentuk planetary atau
memutar. Daya reduksi sistem starter planetary lebih baik sehingga ukuran
armature coil dapat diperkecil.

2.2.2 Sistem Pengisian


Sistem pengisian adalah skema pengubah sebagian putaran mesin menjadi
energi listrik. Fungsi sistem pengisian secara umum adalah untuk mengisi
(charging) daya listrik pada aki.

8
Prinsip Kerja Sistem Pengisian
Sistem pengisian bekerja dengan menggunakan altenator sebagai komponen
utama. Altenator adalah perangkat kelistrikan yang berfungsi untuk mengubah
gerakan rotasi menjadi energi listrik AC, atau altenator ini disebut juga generator
AC atau dinamo. Tetapi kelistrikan mobil itu DC, mengapa altenator menghasilkan
arus AC ? Memang benar altenator menghasilkan arus AC karena altenator AC ini
memiliki desain dan konstruksi yang simple. Tapi sebelum arus listrik disalurkan
ke kelistrikan mobil, terlebih dahulu dilewatkan pada sebuah dioda bridge atau
rectifier. Fungsinya sebagai penyearah atau pengubah arus AC menjadi DC,
sehingga bisa dipakai pada kelistrikan mobil. Bagaimana cara altenator
menghasilkan listrik ?
Secara sederhana, altenator menggunakan gaya elektromagnet dimana
apabila medan magnet berputar disekitar kumparan listrik maka akan memicu aliran
listrik pada kumparan tersebut. Aliran listrik inilah yang nanti dipakai untuk
mengisi daya aki.
Namun, arus listrik yang keluar dari altenator ini tidak bisa langsung
disalurkan ke kelistrikan mobil, alasannya besar arus yang keluar dari altenator
dipengaruhi RPM rotor. Saat putaran rotor rendah maka listrik yang dihasilkan juga
kecil, dan kebalikannya saat RPM rotor tinggi maka listrik yang dihasilkan bisa
lebih dari 12 V. Hal ini tentu bisa membahayakan komponen kelistrikan.
Oleh sebab itu, pada sistem pengisian ada komponen tambahan yang wajib
berupa regulator atau pada sepeda motor lebih populer dengan sebutan kiprok.
Fungsi regulator/kiprok ini yakni untuk mengatur besar listrik yang keluar dari
altenator sebelum disalurkan ke rangkaian kelistrikan kendaraan. Pada sistem
pengisian konvensional, regulator yang dipakai adalah tipe point atau plat yang
bekerja secara konvensional.

9
Skema dan Cara Kerja Sistem Pengisian Konvensional

1. Saat Kunci Kontak ON


Dari baterai, arus mengalir melewati fuseble link dan karena kunci kontak
terhubung maka arus mengalir ke rangkaian regulator. Ada dua cabang yang dialiri
arus listrik, yakni
 Cabang rangkaian Lampu CHG
 Cabang Rangkaian induksi Rotor
Pada cabang yang pertama, arus dari kunci kontak melalui fuse, kemudian
melewati lampu CHG dan masuk ke terminal L Regulator. Didalam regulator, arus
dari terminal L dialirkan ke kontak P0, pada posisi normal Kontak P0 terhubung
dengan kontak P1 yang merupakan kontak masa. Sehingga lampu CHG hidup.
Pada cabang lainnya, arus dari kunci kontak melewati fuse kemudian masuk
ke terminal IG regulator. Didalam regulator terminal IG terhubung ke kontak PL1
Voltage regulator. Pada posisi normal, Kontak PL1 dan PL0 terhubung, sehingga
arus dari PL1 diteruskan ke kontak PL0. Sementara kontak PL0 terhubung ke
terminal F yang merupakan sambungan terminal pada Rotor Altenator, yang sudah
tersambung dengan masa. Sehingga terjadi kemagnetan pada rotor altenator.
2. Saat Mesin Dihidupkan
Pada cabang lainnya, arus dari kunci kontak melewati fuse kemudian masuk
ke terminal IG regulator. Didalam regulator terminal IG terhubung ke kontak PL1
Voltage regulator. Pada posisi normal, Kontak PL1 dan PL0 terhubung, sehingga
arus dari PL1 diteruskan ke kontak PL0. Sementara kontak PL0 terhubung ke

10
terminal F yang merupakan sambungan terminal pada Rotor Altenator, yang sudah
tersambung dengan masa. Sehingga terjadi kemagnetan pada rotor altenator.
Saat mesin dihidupkan, maka pulley altenator akan berputar sehingga rotor
yang sudah memiliki kemagnetan akan berputar didalam kumparan akibatnya
timbul pergerakan elektron pada kumparan stator. Akibatnya arus pun mengalir dari
altenator menuju output altenator.
Arus yang keluar dari altenator bersifat bolak-balik (AC) sementara kelistrikan
mobil memerlukan arus searah (DC). Sehingga sebelum disalurkan ke output
altenator dihubungkan, terlebih dahulu arus di lewatkan ke dioda bridge. Baru bisa
disalurkan secara langsung ke baterai.
Output altenator ada dua, yakni pada terminal N dan terminal B. terminal N
masih bersifat AC yang digunakan untuk menonaktifkan lampu CHG,
rangkaiannya dari altenator masuk ke terminal N regulator. Didalam regulator arus
dari terminal N disalurkan ke kumparan Voltage relay, sehingga terjadilah
kemagnetan yang menarik kontak P0 ke kontak P2. Sementara itu, kontak P2
merupakan arus positif dari altenator namun lampu CHG akan tetap menyala karena
memperleh masa dari kumparan voltage regulator.
Sementara itu, pengaturan tegangan output altenator akan dilakukan oleh
voltage regulator yang dimulai ketika kontak P0 terhubung dengan kontak P2.
Kontak P0 yang terhubung dengan rangkaian lampu CHG juga terhubung dengan
kumparan pada voltage regulator, sehingga saat kontak P0 terhubung dengan
kontak P2 otomatis arus yang mengalir ke kumparan voltage regulator akan
semakin besar.
Dalam pengaturannya, regulator tidak mengatur arus output altenator
melainkan arus input rotor coil. Dengan kata lain, besar kecil arus rotor akan
mempengaruhi kemagnetan rotor yang berimbas pada kekuatan aliran atau
tegangan output altenator.
Bagaimana Regulator bisa mengatur output altenator lewat tegangan input
Rotor ? Sebelumnya, kita telah membahas bahwa kontak P2 terhubung dengan arus
output altenator yang sudah disearahkan. Sehingga semakin tinggi RPM mesin
semakin besar pula arus di kontak P2 ini, sementara itu kontak P2 sudah tersambung

11
ke kumparan Voltage regulator sehingga besar kecilnya output altenator
mempengaruhi besar kecilnya kemagnetan pada voktage regulator.
1. Saat kecepatan idle
Pada kecepatan idle atau stationer, output yang dihasilkan altenator itu relatif kecil
yakni antara 10 sampai 12 volt. Sehingga kemagnetan pada voltage regulator
cenderung kecil. Hal ini menyebabkan kontak PL0 tetap terhubung dengan kontak
PL1, sehingga arus input ke rotor bisa maksimal hingga 12 volt.
2. Saat kecepatan sedang
Ketika RPM mesin bertambah, putaran altenator juga bertambah sehingga
arus output semakin besar. Hal ini menyebabkan kemagnetan pada voltage
regulator juga semakin besar sehingga kontak PL0 tertarik kearah bawah yang
membuat terputusnya hubungan kontak PL1 dan PL0.
Hal itu menyebabkan arus dari terminal IG tersalur ke sebuah resistor
sebelum dihubungkan ke rotor coil altenator, sehingga arus yang masuk ke rotor
tidak sampai 12 volt yakni sekitar 8 - 10 volt. Hal itu menyebabkan arus output
altenator bisa lebih kecil meski RPM rotor lebih cepat.
3. Saat RPM mesin tinggi
Ketika RPM mesin tinggi, secara otomatis arus yang keluar dari altenatyor
juga semakin besar. Hal itu menyebabkan kemagnetan pada voltage regulator
semakin besar sehingga kontak PL0 bjsa tertarik sepenuhnya hingga menyentuh
kontak PL2.
Sementara itu kontak PL2 terhubung dengan massa. Sehingga arus dari
terminal IG langsung di hubungkan ke masa. Hal itu akan menyebabkan drop
voltage pada rangkaian Rotor, karena arus listrik akan selalu mengalir ke masa.
Memang arus rotor masih ada namun tegangannya drop karena arus tersebut sudah
digiring ke massa, akubatnya arus output altenator bisa lebih kecil maksimal 14 volt
meski mesin berada pada top speed.
Hal itu berjalan secara berkelanjutan selama mesin hidup, sehingga kontak
PL0 akan selalu bergerak menjauhi dan mendekati kontak PL2 sesuai dengan
kondisi RPM mesin.

12
Komponen Sistem Pengisian Beserta Fungsinya
Sebenarnya, sistem pengisian bisa bekerja hanya menggunakan komponen
altenator. Tetapi agar dapat digunakan untuk kelistrikan mobil maka perlu
komponen-komponen tambahan seperti :
1. Baterai/Aki
Fungsi baterai adalah sebagai penyimpan energi listrik. Ibarat sebuah
gudang, baterai akan menyimpan semua energi listrik yang dihasilkan altenator
untuk kemudian energi yang tersimpan ini dikeluarkan saat diperlukan.
Perlu diketahui juga, listrik pada aki itu digunakan hanya saat proses starting
dan ketika kelistrikan mobil hidup tapi mesin mati. Sementara saat mesin menyala,
arus listrik pada aki akan tetap tersimpan. Hal itu dikarenakan sistem pengisian
selain menyimpan energi ke aki juga menyuplai semua kebutuhan listrik.
2. Fuse dan Fuseble link
Fuse dan fuseble link memiliki fungsi yang berbeda meski bentuknya sama.
Fuseble link bisa disebut sebagai main fuse yang diletakan didekat terminal positif
baterai. Fungsi sekering ini yakni untuk melindungi seluruh sistem kelistrikan
mobil dari arus yang berlebih. Umumnya fuseble link memiliki kapasitas hingga
lebih dari 60 Ampere.
Sementara fuse digunakan sebagai pengaman satu rangkaian kelustrikan,
dalam sistem pengisian konvensional ada dua buah fuse yang memiliki kapasitas
sekitar 10-15 Ampere. Satu fuse digunakan sebagai sekering voltage regulator dan
sekering lain digunakan untuk mengamankan lampu CHG dan Voltage relay.
3. Lampu CHG
Lampu CHG atau biasa juga disebut charging warning light merupakan
lampu indikator yang bisa menunjukan adanya gagal pengisian. Saat kunci kontak
ON maka secara normal lampu ini akan menyala, begitupun ketika mesin hidup
lampu ini harusnya menyala, jika mati maka bisa mengindikasikan adanya
kegagalan pengisian.
4. Kunci kontak
Kunci kontak berfungsi sebagai switch atau saklar. Memang sistem
pengapian akan aktif secara otomatis ketika mesin menyala, namun untuk
membangkitkan medan magnet pada rotor coil harus dilakukan oleh sebuah switch.

13
Ignition switch dipakai sebagai saklar rotor coil yang akan aktif saat kunci kontak
diputar ke posisi ON.
5. Regulator
Regulator memiliki fungsi sebagai pengatur tegangan output dari altenator.
Mengapa harus diatur ? karena tegangan yang duhasilkan altenator itu berbanding
lurus dengan RPM mesin. Artinya ketika mesin berada pada RPM rendah maka
output altenator juga rendah dan saat RPM mesin tinggi maka output altenator juga
tinggi.

Sehingga regulator digunakan agar tegangan output altenator bisa tetap


stabil maksimal 14 volt sebelum disalurkan ke kelistrikan kendaraan.
Regulator ada dua macam, yakni tipe point atau konvensional dan tipe IC.
Tipe point menggunakan dua buah kumparan untuk mengatur nilai tegangan
altenator sementara Regulator IC yang juga disebut sebagai kiprok pada sepeda
motor sudah menggunakan rangkaian IC (Integrated Circuit) untuk mengatur
tegangan output.
6. Altenator
Fungsi altenator yakni untuk mengubah sebagian energi putar mesin
kebentuk energi listrik AC. Input altenator berasal dari pulley mesin yang
terhubung dengan sebuah V belt, didalam altenator putaran rotor akan membuat
perpotongan garis gaya magnet dengan stator sehingga terjadilah aliran elektron.

14
Arus dari stator sebelum disalurkan ke terminal B altenator dihubungkan
terlebih dahulu ke Dioda Bridge untuk disearahkan.
7. Kabel Penghubung
Kabel pengubung memiliki tugas untuk menghubungkan tiap terminal pada
komponen pengisian, setidaknya ada dua jenis kabel yakni kabel standar dan kabel
B+. Kabel standar memiliki diameter seperti kabel kelistrikan mobil pada
umumnya, fungsi kabel ini yakni menghubungkan tiap terminal pada seluruh sistem
pengisian.
Sementara kabel B+ memiliki diameter lebih besar dari kebel standar dan
hampir menyamai kabel stater. Fungsi kabel ini untuk menghubungkan terminal B
altenator dengan Baterai.

2.2.3 Sistem Pengapian


Sistem pengapian adalah rangkaian mekatronika yang digunakan untuk
menyalurkan energi listrik bertegangan tinggi, dengan input bertegangan rendah ke
busi untuk dikonversi menjadi percikan api.
Prinsip yang digunakan pada sistem pengapian, adalah perubahan energi
dari energi listrik menjadi percikan api. Pada dasarnya, energi listrik diubah ke

15
bentuk energi kalor, namun karena beda potensial antara kedua kutub cukup besar
maka akan timbul loncatan elektron.
Bagaimana cara agar beda potensial besar ? Ini adalah tugas dari
transformator step up, trafo step up adalah dua buah kumparan listrik yang memiliki
jumlah lilitan sekunder lebih banyak dari pada lilitan primer. Sehingga apabila arus
listrik di salurkan ke kumparan primer, maka arus listrik pada kumparan sekunder
memiliki tegangan lebih tinggi. Untuk mendapatkan tegangan sekunder yang lebih
tinggi, maka perbedaan jumlah lilitan primer dan sekunder dibuat lebih besar.
Fungsi sistem pengapian itu hanya satu, yakni membakar campuran udara
dan bensin yang telah dikompresi (saat akhir langkah kompresi) hanya pada mesin
bensin. Mengapa hanya pada mesin bensin ? Ini karena mesin diesel yang berbahan
bakar solar itu, menggunakan pembakaran otomatis atau dikenal sebagai self
combustion. Jadi tidak memerlukan rangkaian sistem pengapian.

Macam – macam Sistem Pengapian


1. Sistem Pengapian Konvensional
Sistem pengapian konvensional adalah sebuah rangkaian mekatronika
sederhana yang dibuat dengan tujuan untuk membangkitkan percikan api pada busi
pada interval waktu tertentu. Percikan api pada busi, dapat terbentuk karena adanya
energi listrik tegangan tinggi yang mengalir melewati elektroda busi. Tegangan
Energi listrik tersebut mencapai 30.000 V DC. Sehingga dengan celah sekitar 0,8
mm pada elektroda busi, akan timbul lompatan elektron yang berbentuk percikan
api.
Namun, percikan api tersebut hanya diperlukan saat langkah usaha saja.
Untuk itu, ada rangkaian pemutus arus yang akan mengatur waktu busi untuk
memercikan api. Sehingga busi tidak selamanya menyala. Untuk lebih jelasnya
simak Prinsip kerja pengapian konvensional dibawah

Cara Kerja Sistem Pengapian Konvensional


 Saat Kunci Kontak “ON”

16
Cara kerja pengapian konvenional dimulai saat kunci kontak berada pada
posisi “ON” atau “IGN”, ignition relay dan main relay akan aktif sehingga terdapat
aliran arus listrik dari baterai, ke Ignition relay dan main relay. Arus dari relay
mengalir ke ignition coil. Didalam ignition coil, terdapat dua buah kumparan yaitu
kumparan primer dan sekunder.
Kedua kumparan tersebut memiliki input yang sama sehingga saat input
dialiri arus listrik, kedua kumparan juga akan teraliri arus listrik. Sementara itu,
kedua kumparan memiliki output yang berbeda. Kumparan primer memiliki output
yang mengarah ke rangkaian pemutus arus, sedangkan kumparan sekunder
memiliki output yang mengarah ke busi.
Arus listrik yang mengaliri rangkaian sistem pengapian hanya stand by dan
tidak ada perubahan tegangan pada coil karena belum ada pergerakan pada
rangkaian pemutus arus. Sehingga busi tidak akan menyala saat flywheel belum
berputar.
 Saat Posisi “Start”

17
Sistem pengapian akan bekerja pada saat flywheel diputar oleh sistem
starter. Pada sistem pengapian konvensional, terdapat rangkaian pemutus arus.
Rangkaian ini, terletak menyatu dengan rangkaian distributor dan memiliki
komponen poros distributor yang terhubung dengan crankshaft mesin. Sehingga
saat mesin berputar, komponen ini juga ikut berputar sesuai RPM mesin.
Di poros distributor, terdapat cam atau nok yang berjumlah sesuai dengan
banyaknya silinder mesin. Saat cam berputar, cam atau nok ini akan menyentuh
kaki platina yang mengakibatkan kontak point terangkat dan menyebabkan arus
primer terputus.
 Saat Arus Primer Terputus

Sebelumnya, terdapat aliran arus pada kumparan primer yang menyebabkan


adanya medan magnet pada kumparan primer. Saat arus primer tiba-tiba terputus,
kemagnetan pada kumparan primer akan padam. Karena bentuknya yang melilit,
medan magnet akan bergerak secara serentak ke bagian dalam sebelum menghilang.
Dibagian dalam kumparan primer terdapat kumparan sekunder dengan
jumlah lilitan mencapai 10 kali lebih besar. Akhirnya, medan magnet tersebut
mengenai kumparan sekunder. Sehingga tegangan pada kumparan sekunder
meningkat drastis.
Tegangan ini bersifat sekejap karena terjadi saat adanya pergerakan medan
magnet dari arus primer yang berlangsung sekejap pula. Untuk itu, untuk
mendukung proses pengapian berlanjut platina harus dapat memutus dan
menghubungkan arus primer dengan timing yang tepat.
Energi listrik bertegangan tinggi dari kumparan sekunder disalurkan ke busi
melalui komponen distributor. Distributor akan mengalirkan listrik tersebut ke
masing-masing busi dengan timing dan FO yang tepat. Sistem pengapian

18
konvensional juga disebut sebagai sistem pengapian platina karena cara kerja
platina pada pengapian konvensional sangatlah penting.

Komponen Sistem Pengapian Konvensional

1. Baterai
Baterai berfungsi sebagai sumber arus, mengapa batera masuk ke komponen
pengapian ? bukannya baterai itu komponen kelistrikan kendaraan ? memang dan
sistem pengapian salah satu kelistrikan mobil, jadi semua yang memerlukan arus
listrik harus menyertakan baterai sebagai komponennya.
Tegangan baterai normal, 12 volt entah pada motor ataupun mobil.
Perbedaan antara aki motor dan mobil itu bukan pada tegangannya melainkan pada
dayanya yang memiliki satuan Watt. Ini karena daya listrik pada mobil itu lebih
besar, selain sistem pengapian ada pula sistem penerangan dan aksesoris yang
memerlukan daya listrik besar.
2. Kunci kontak
Beberapa dari kita mengenal kunci kontak sebagai alat penstater mesin, atau
komponen untuk menghidupkan starter mesin. Itu benar, tapi bukan hanya itu
fungsi ignition switch. Pada lubang ignition ada 4 posisi yakni ;
- Posisi Off
- Posisi Acc
- Posisi On
- Posisi ST

19
Pada posisi Acc, sistem pengapian masih belum aktif dalam artian belum
ada arus yang memasuki coil primer. Listrik baru akan masuk ke coil primer saat
kunci kontak kita posisikan pada posisi ON. Pada posisi ini, bukan hanya coil
primer yang mendapatkan arus tapi seluruh sistem utama kendaraan juga sudah siap
diaktifkan.
3. Ignition Coil
Ignition coil adalah komponen yang berfungsi untuk menaikan tegangan
baterai dari 12 Volt menjadi tegangan tinggi hingga 20 KV melalui proses induksi
elektromagnetik.
Komponen ini sangat wajib keberadaannya pada mesin bensin karena,
mesin bensin harus menggunakan percikan api untuk melakukan pembakaran.
Sementara pada mesin diesel, ignition coil tidak akan kita temukan keberadaanya
karena mesin diesel melakukan self combustion.
Dari perkembanganya, ignition coil mengalami banyak inovasi. Hal tersebut
berbanding lurus dengan teknologi otomotif yang juga kian berkembang. Beberapa
tipe ignition coil adalah;
 Single Coil
Jenis single coil atau coil tabung menjadi komponen yang populer untuk
sistem pengapian konvensional dan sistem pengapian transistor. Sesuai namanya,
coil ini hanya berjumlah satu untuk mensuplai energi listrik bertegangan tinggi ke
masing-masing busi. Coil pack menggunakan dua kumparan yang terletak
berdekatan untuk menghasilkan induksi elektromagnetic. Tegangan yang
dihasilkan bisa mencapai 10 hingga 20 KV.
 Individual Coil Pack
Individual coil pack, digunakan pada sistem pengapian DLI (Distributor less
Ignition) yang populer saat ini. Bentuk coil ini lebih kecil dan berjumlah sesuai
jumlah silinder. Meski memiliki bentuk yang lebih kecil, tegangan sekunder yang
dihasilkan lebih besar daripada coil biasa. Output yang dihasilkan bisa mencapai 40
KV.
 Dual Coil Pack
Dual coil pack, memiliki bentuk yang lebih kecil dibandingkan coil jenis
tabung. Dual coil pack hampir sama dengan individual coil pack namun jumlah coil

20
pada dual coil pack berjumlah dua buah yang bekerja secara bergantian. Sehingga
saat salah satu coil bekerja, maka akan menghasilkan output yang dikirimkan ke
dua silinder. Sehingga dua busi akan bekerja bersama saat langkah kompresi dan
langkah buang.

Konstruksi Ignition Coil


Didalam sebuah ignition coil terdapat dua komponen utama yaitu kumparan
primer dan kumparan sekunder. Namun ada beberapa komponen tambahan yang
berguna untuk memaksimalkan kinerja ignition coil.

1. Kumparan Primer
Didalam ignition coil, kita akan menemukan komponen kumparan primer
yang berfungsi untuk menciptakan medan magnet disekeliling kumparan.
Kumparan primer memiliki kawat kumparan dengan diameter yang lebih kecil
daripada kawat kumparan sekunder yaitu berkisar 0,5-1,0 mm.
Untuk jumlah lilitan, kumparan primer memiliki jumlah lilitan kawat lebih
sedikit dibandingkan jumlah lilitan kawat kumparan sekunder. Didalam ignition
coil, kumparan primer terletak diluar kumparan sekunder. Hal ini akan membuat
induksi elektromagnetik lebih maksimal.

21
Kumparan primer memiliki dua buah terminal yaitu terminal positive dan
terminal negative. Terminal positif terhubung dengan arus listrik yang berasal dari
baterai, sementara terminal negative terhubung dengan kontak point (platina).
2. Kumparan Sekunder
Komponen kedua didalam ignition coil adalah Kumparan sekunder.
Komponen ini terletak didalam kumparan primer karena akan menerima medan
magnet dari kumparan primer. Kumparan sekunder memiliki jumlah lilitan yang
lebih banyak mencapai 15.000 lilitan dengan diameter kawat lebih kecil
dibandingkan kawat kumparan sekunder. Sesuai dengan fungsinya, untuk menaikan
tegangan dibutuhkan kumparan sekunder dengan lilitan lebih banyak.
Kumparan sekunder juga memiliki dua buah terminal. Terminal positive
terhubung dengan terminal positive kumparan primer. Sehingga saat arus listrik
mengalir ke ignition coil, secara otomatis kedua kumparan akan mendapatkan
pasokan arus listrik. Sedangkan terminal negative terhubung dengan busi sebagai
output pengapian. Didalam kumparan sekunder terdapat sebuah inti besi yang
berfungsi untuk memaksimalkan medan magnet yang tercipta.
3. Komponen Penyekat
Kedua kumparan baik kumparan sekunder terletak secara berlapis, untuk
mencegah terjadinya hubungan singkat arus listrik maka harus disertakan
komponen isolator yang akan bertahan pada tegangan tinggi.
Pada ignition coil biasa atau tabung, terdapat isolator penyekat berupa kertas
khusus yang terletak diantara kedua kumparan. Kertas ini berbahan khusus
sehingga dapat menahan terjadinya hubungan arus listrik pada tegangan yang
tinggi.
Sedangkan pada ignition coil modern, model lilin lebih populer digunakan
sebagai penyekat. Karena lebih fleksibel dan dapat memenuhi ruangan kosong pada
coil yang berbentuk lebih kecil.

Prinsip Kerja Ignition Coil


Ignition Coil bekerja berdasarkan prinsip trafo step up menggunakan
induksi elektromagnetic. Hubungan antara medan magnet didalam kumparan,
sudah dikemukakan oleh Michele Faraday dalam hukum Faraday. Menurutnya

22
semakin cepat terjadinya perubahan medan magnetik, ggl yang diinduksi semakin
besar.

Cara kerja ignition coil dimulai ketika arus listrik positive dari baterai
masuk kedalam terminal input ignition coil. Hal itu akan menyebabkan kedua
kumparan baik kumparan primer atau kumparan sekunder mendapatkan suplai arus
listrik.
Di kumparan primer, arus mengalir dari terminal positive menuju kumparan
dan keluar melalui terminal negative, selanjutnya arus listrik tersebut diteruskan ke
masa melalui platina karena mesin belum bekerja, maka platina dalam posisi
tertutup atau tersambung. Sehingga, terjadi Garis Gaya Magnet disekitar kumparan
primer. Sesuai dengan prinsip induksi elektromagnet ketika arus listrik mengaliri
sebuah inti besi, maka terjadi kemagnetan dengan arah tertentu.
Sementara pada kumparan sekunder, arus listrik mengalir dari terminal
positive menuju kumparan sekunder dan keluar sampai ke busi. Dikarenakan busi
memiliki celah, maka arus dari kumparan sekunder tidak diteruskan ke masa dan
menyebabkan tidak ada kemagnetan yang keluar dari kumparan primer.
Saat ini, sebenarnya sudah terjadi terjadi proses induksi elektromagnetik
didalam coil. Namun besarannya masih kecil sehingga output yang dihasilkan tidak
mampu memercikan bunga api. Untuk memperbesar output yang dihasilkan, maka
perlu mengarahkan garis gaya magnet ke dalam kumparan sekunder dengan waktu
yang cepat.
Saat mesin mulai bekerja, maka platina juga akan mulai membuka dan
menutup. Saat platina terbuka, arus listrik dari terminal negative coil juga terputus.

23
Sehingga terjadi pergerakan medan magnet pada coil sebelum akhirnya
menghilang.

Pergerakan itu diarahkan menuju kumparan sekunder berkat desain


penempatan coil yang berlapis. Sehingga saat arus primer terputus medan magnet
akan bergerak kedalam mengenai kumparan sekunder dengan cepat sebelum
menghilang.
Saat kumparan sekunder terkena pergerakan medan magnet dari kumparan
primer, maka akan menghasilkan lonjakan tegangan pada kumparan sekunder.
Loncakan tegangan tersebut bisa berkisar 10 sampai 30 KV.
Dengan listrik yang mencapai puluhan KV, memungkinkan terjadinya
percikan bunga api pada busi. Karena sifat arus akan selalu mendekati masa. Saat
paltina kembali terhubung, maka arus primer juga terhubung kembali dengan masa.
Sehingga medan magnet pada coil akan kembali terbentuk. Proses ini akan
berlangsung secara terus menerus selama mesin hidup.
4. Distributor
Pada sistem pengapian konvensional, distributor menjadi komponen yang
digunakan dalam hal timming dan FO. Distributor terdiri dari poros yang terhubung
dengan cam, cam ini dipakai untuk memutuskan aliran arus dari coil primer.
Sementara itu, dibagian tutup distributor akan anda temui dua komponen
utama yang berkaitan dengan fairing order. Yakni rotor dan distributor cap. Rotor
merupakan komponen konduktor yang membagikan output dari coil ke kabel busi

24
sesuai FO, sementara distributor cap merupakan pangkal dari kabel busi untuk
menyalurkan dan menerima output coil ke rotor. Selengkapnya bisa anda simak
pula pada bagian-bagian distributor pengapian.

Komponen Distributor dan fungsinya


Kali ini kita akan membahas komponen distributor pada pengapian mobil.
Fungsi dan cara kerja distributor pada mobil adalah sebagai berikut.
1. Distributor Cap (Tutup Distributor)

Sesuai namanya, distributor cap berfungsi untuk menutup bagian


distributor. Namun bukan itu fungsi utama distributor cap. Fungsi distributor cap
adalah sebagai terminal yang terhubung dengan kabel busi dan kabel sekunder coil.
Tiap terminal pada tutup distributor akan bergesekan dengan rotor untuk menerima
tegangan tinggi, dari terminal tersebut listrik disalurkan ke busi melalui kabel
tegangan tinggi.
2. Rotor
Rotor berfungsi untuk menerima tegangan tinggi dari coil dan
mendistribusikan tegangan tersebut ke masing-masing terminal pada distributor
cap. Rotor memiliki konduktor yang terhubung dengan kabel sekunder ignition coil
dan ujung lainya terbebas.
Cara kerja rotor yaitu dengan memanfaatkan putaran poros distributor. Saat
poros distributor berputar, rotor juga ikut berputar. Putaran itu akan
mendistribusikan listrik tegangan tinggi ke masing-masing busi.

25
3. Poros distributor

Poros distributor terletak di bagian tengah distributor. Fungsinya juga


bermacam-macam. Dibagian bawah poros, terhubung dengan pompa oli yang
terkoneksi dengan crankshaft mesin. Sehingga putaran poros dipengaruhi oleh
putaran mesin. Selain itu, poros ini juga memiliki sebuah cam atau nok yang
berfungsi untuk menekan kaki platina agar terjadi pemutusan arus. Dibagian atas,
poros terhubung dengan rotor yang akan mendistribusikan listril tegangan tinggi ke
masing-masing busi.
4. Platina

Platina adalah sebuah komponen yang difungsikan sebagai saklar pada


sistem pengapian konvensional. Dinamakan platina karena komponen ini memiliki
contact point berbahan lohgam platina.

Fungsi dan Cara Kerja Platina


Fungsi platina adalah untuk memutuskan arus primer coil untuk
menghasilkan tegangan sekunder yang sangat tinggi melalui proses induksi. Cara

26
kerja platina cukup sederhana. Dalam keadaan normal, kontak platina dalam
kondisi terhubung. Saat poros mulai berputar, cam yang tertempel pada poros akan
menyentuh kaki platina. Hal itu menyebabkan kontak platina renggang sehingga
arus terputus.
5. Capasitor
Saat kontak platina terputus, akan menimbulkan percikan di celah kontak
tersebut. Tentu hal ini bisa berakibat pada hasil pengapian. Kapasitor atau
kondensor adalah komponen elektronika yang dapat menyerap arus listrik. Setelah
kontak point, diletakan komponen kapasitor untuk menyerap percikan api yang
terjadi. Sehingga proses pengapian dapat berlangsung secara maksimal.
6. Breaker plate
Breaker plate merupakan sebuah tatakan tempat platina diletakan.
Komponen ini dapat digerakan untuk mengubah timing pengapian. Hal itu karena
breaker plate terhubung dengan advancer yang berfungsi mengubah timing
pengapian. Saat breaker plate bergeser, menyebabkan posisi platina juga ikut
bergeser. Hal itu berakibat timing pengapian yang lebih awal ataupun lebih lambat.
Dikomponen ini pula penyetelan celah platina dilakukan.
7. Vacuum advancer

Vacum advancer adalah komponen pada distributor yang berguna untuk


memajukan dan memundurkan timing pengapian berdasarkan beban yang diterima
mesin.

27
Fungsi dan cara kerja vacum advancer
Vacum advancer bekerja memanfaatkan tingkat kevakuman di intake
manifold. Saat mesin menerima beban berat kaevakuman di intake manifold lebih
kecil. Kevakuman ini dihubungkan ke membran pada vacum advancer yang dapat
bergerak sesuai kevakuman di intake manifold. Membran ini terhubung dengan
batang yang terkoneksi dengan breaker plate, sehingga gerakan membran akan
mempengaruhi posisi paltina.
8. Sentrifugal advancer

Sentrifugal advancer juga komponen yang berfungsi untuk mengubah


timing pengapian, namun berdasarkan RPM mesin. Komponen ini terletak dibagian
bawah breaker plate dengan dua buah pemberat.

Fungsi dan cara kerja sentrifugal advancer


Semakin tinggi putaran mesin, waktu pengapian juga perlu dimajukan agar
dapat terjadi pembakaran yang lebih maksimal. Sentrifugal advancer bekerja
berdasarkan prinsip gaya sentrifugal yang memiliki moment semakin besar setiap
putaran bertambah. Saat poros berputar semakin cepat, pemberat akan semakin
mengembang sesuai gaya sentrifugal. Pemberat yang mengembang akan
menggeser breaker plate pada djstributor. Sehingga posisi platina juga berubah.

5. Kontak point/platina
Contact point atau breaker point merupakan sebuah plat mirip saklar yang
dapat terputus dan tersambung. Untuk apa fungsinya ? ini seperti prinsip kerja coil
dimana untuk menghasilkan tegangan output yang besar perlu dilakukan pemutusan

28
arus primer. Kontak inilah yang bertugas memutuskan arus primer sesuai dengan
sudut pengapian.
Cara kerja kontak point yakni dengan memanfaatkan cam yang menyentuh
kaki ebonit. Saat kaki ini tersentuh cam, maka kontak akan membuka dan
menyebabkan arus primer terputus. Kontak ini juga familiar disebut platina karena
memakai logam platina pada ujung kontaknya.
6. Vacuum advancer
Vacuum advancer adalah komponen yang bekerja secara mekanis yang
digunakan untuk memundurkan timming pengapian. Mengapa harus dimundurkan
? hal itu dikarenakan terdat beberapa kondisi mesin dimana sistem pengapian tidak
akan bekerja optimal ketika tidak diubah timmingnya.

Kondisinya ada ketika mesin bekerja dengan beban berat, kondisi ini
memaksa mesin bekerja pada posisi katup gas terbuka penuh namun RPM nya tidak
sekencang biasanya karena tertahan beban cukup berat. Jika timming tidak
dimundurkan dikhawatirkan akan terjadi engine knocking hingga mesin mati.
Engine knocking terjadi karena ada sebagian gas yang tidak terbakar saat fase
pembakaran, hal itu bisa disebabkan karena belum mencapai timming optimal
pembakaran.
Sementara mesin bisa mati karena hasil pembakaran justru menahan laju
piston. Jika pembakaran terjadi pada sudut 8 - 10° sebelum TDC dengan kondisi
RPM menopang beban bisa saja piston akan tertahan akibat daya dorong yang
terjadi saat piston belum mencapai titik 0°.

29
7. Governoor advancer
Sentrifugal governoor advancer juga sama seperti vacuum advancer, fungsi
governorr advancer adalah mengubah timming pengapian mesin berdasarkan RPM
mesin. Kondisinya, apabila RPM tinggi maka timming pengaian harus dibuat lebih
awal agar tidak terjadi knocking dan self ignition.
Governoor advancer menggunakan dua buah bandul yang dapat meregang
berdasarkan gaya sentrifugal yang mengenainya. Bandul ini akan menempel pada
poros distributor dan putaran poros akan menimbulkan gaya sentrifugal pada
bandul, regangan bandul digunakan untuk mempercepat sudut buka platina.
8. Kapasitor
Capasitor atau condensor merupakan komponen elektronika yang memiliki
kemampuan menyerap arus dan mengeluarkannya saat diperlukan. Pada pengapian
konvensional, kemampuan ini digunakan untuk menyerap api dari coil primer.
Ketika kontak point membuka, maka harusnya arus primer coil terputus. Namun,
pembukaan platina itu hanya sekitar 0,5 mm. Dengan celah sekecil ini, maka listrik
tegangan 12 volt bisa melompat sehingga akan muncul percikan api pada platina
dan proses pemutusan arus terganggu.
Dengan adanya capasitor maka ketika platina membuka, arus listrik akan
dipindahkan ke capasitor yang memiliki koneksi. Namun arusnya tidak disimpan
didalam capasitor karena langsung dihubungkan ke masa. Proses ini akan membuat
capasitor langsung mengalami kekosongan sehingga bisa dipakai secara cepat dan
berulang-ulang.
9. Kabel Busi
Kabel pada busi, memiliki bentuk dan kemampuan berbeda dengan kabel-
kabel umumnya. Kabel ini biasanya terbuat dari tembaga berdiameter besar dengan
isolator yang tebal. Ini karena kabel busi akan menghubungkan tegangan super
tinggi dari output coil. Sehingga diperlukan kabel yang memiliki daya tahan besar.
10. Busi
Komponen terakhir pada sistem pengapian mesin bensin ialah busi atau
spark plug. Busi terdiri dari sebuah core atau batang elektroda sebagai penerima
arus listrik dari output coil dan masa yang terletak pada body busi. Celah yang anda

30
lihat pada busi, itu celah antara ujung elektroda yang memiliki listrik positif dan
ground yang memiliki listrik negatif.
Sehingga jika arus listrik pada elektroda memiliki tegangan yang besar,
maka listrik tersebut mampu keluar atau melompat ke ground yang berwujud
percikan api. Begitulah cara busi menghasilkan api.

Rangkaian Sistem Pengapian Konvensional

Gambar diatas menunjukan rangkaian sistem pengapian konvensional pada


kendaraan. Rangkaian diatas, menjadi dasar dari sistem pengapian elektronik atau
full transistor yang sekarang banyak digunakan. Sehingga apabila anda memahami
skema pengapian konvensional, harusnya anda juga dapat memahami bagaimana
cara kerja sistem pengapian elektronik.

2. Sistem Pengapian CDI (Capacitor discharge ignition)


Sistem pengapian CDI (Capacitor discharge ignition) adalah sebuah
rangkaian pengapian pada mesin bensin baik pada mobil atau motor yang
memanfaatkan penyimpanan arus bertegangan tinggi untuk melakukan induksi
pada ignition coil. Dibandingkan mobil, sistem pengapian ini lebih populer
digunakan pada sepeda motor dikarenakan memiliki bentuk yang lebih simple
sehingga cocok diletakan pada mesin sepeda motor yang memiliki ruang terbatas.

31
Sesuai namanya, sistem pengapian CDI menggunakan Capasitor sebagai
komponen utama. Capasitor berfungsi untuk menyimpan arus yang kemudian
dilepaskan ke ignition coil.

Sistem pengapian CDI ada dua macam, yaitu ;


1. Sistem CDI AC
Sistem ini menggunakan tegangan utama yang bersumber dari spul atau
altenator mesin. Altenator akan menghasilkan arus bolak-balik atau AC yang
kemudian digunakan untuk pengapian CDI. Namun sebelum masuk ke Capasitor,
ada komponen dioda yang berfungsi mengubah arus tersebut menjadi searah (DC).
2. Sistem CDI DC
Skema pengapian CDI DC juga sama persis, hanya saja pada CDI unit tidak
diperlukan lagi komponen rectifier. Karena arus listrik yang dipakai itu berasal dari
output kiprok yang sudah disearahkan (DC). Sehingga meski memiliki nama
berbeda, dua macam pengapian ini memiliki komponen dan rangkaian yang sama.

Perbedaan pengapian CDI dengan pengapian lain ;


Sistem pengapian CDI menggunakan metode pengaliran arus betegangan
tinggi untuk menghasilkan output yang lebih besar. Sementara pengapian biasa,
menggunakan metode pemutusan arus. Sistem ini memiliki tingkat keawetan yang
lebih baik, karena tidak ada komponen yang bergesekan sehingga minim untuk
melakukan penyetelan.

Cara Kerja Pengapian CDI Sepeda motor

32
Pengapian CDI memiliki dua jenis berdasarkan sistem kontrol. Pada CDI
versi sederhana, keberadaan platina masih kita temukan. Namun platina dalam hal
ini bukan berperan sebagai pemutus arus primer melainkan sebagai pengalih arus
capasitor. Untuk CDI versi lebih modern, keberadaan platina digantikan dengan
pulse igniter yang akan mengirimkan sinyal PWM sesuai timing mesin.
Cara kerja pengapian CDI adalah, saat kunci kontak berada pada posisi ON,
akan terjadi aliran arus dari baterai CDI unit. Sebelum masuk ke CDI unit, arus
baterai akan melewati converter. Tujuanya untuk menaikan tegangan dari baterai
hingga 300 Volt.

Dalam hal ini mesin belum menyala karena pick up coil belum mengirimkan
sinyal PWM yang berisi perintah untuk melakukan discharging. Sehingga dalam
fase ini, arus dari baterai masih tertahan didalam capasitor. Bagaimana dengan
pengapian AC ? kalau untuk CDI AC, karena arus listrik berasal dari spul maka saat
kunci kontak ON tidak ada aliran listrik masuk ke CDI unit karena spul tidak akan
menghasilkan arus listrik kalau mesin belum hidup.
Saat ini (kunci kontak ON), juga belum terjadi induksi pada ignition coil
karena kumparan pada ignition coil belum terhubung dengan arus utama. Saat
mesin mulai berputar, maka pick up coil akan mengirimkan sinyal PWM dengan
frekuensi sesuai RPM mesin. Sehingga terdapat pulse dengan frekuensi tertentu
yang dikirimkan ke SCR.

33
Saat SCR mendapatkan triger dari pulse igniter, SCR akan mengalihkan
arus capasitor. Rangkaian dari baterai akan terputus dan rangkaian dari capasitor
akan terhubung dengan ignition coil.
Saat capasitor terhubung dengan ignition coil, tegangan didalam capasitor
langsung mengalir dengan cepat menuju kumparan primer pada ignition coil.
Sehingga akan timbul kemagnetan pada kumparan primer secara tiba-tiba. Karena
tegangan dari capasitor mencapai 300 Volt, maka kemagnetan yang dihasilkan juga
lebih besar.
Kemagnetan itu akan menginduksi kumparan sekunder sehingga akan
menghasilkan output tegangan hingga 7 kali lebih besar. Output dari kumparan
sekunder selanjutnya dikirimkan ke busi untuk menimbulkan percikan.
Saat SCR tidak mendapatkan triger, maka arus baterai kembali terhubung
untuk mengisi capasitor. Dan proses ini berlangsung sangat cepat. Karena triger
yang dikirimkan pulse igniter hanya berlangsung dalam satuan mili second. Untuk
keperluan pemajuan pengapian, diatur oleh rotor pada pulse igniter. Rotor akan
menyesuaikan putaran berdasarkan RPM dan beban mesin sehingga triger dari
pulse igniter bersifat siap pakai.

Komponen Sistem Pengapian CDI Dan Fungsinya


Meski memiliki perbedaan prinsip kerja, sistem pengapian model CDI masih
menggunakan beberapa komponen yang sama seperti pengapian biasa. Yaitu;
1. Baterai
Berfungsi untuk menyediakan arus awal untuk mengisi capasitor.
2. CDI unit

34
Didalam komponen CDI unit terdapat beberapa komponen yang saling
terintegrasi antara lain dioda, resistor, thrysistor dan capasitor. Komponen
Capasitor menjadi komponen utama dalam sistem ini.
Capasitor adalah komponen elektronika yang mampu menyimpan arus
dalam voltase besar dan dapat disalurkan ke komponen elektrika. Fungsi ini
layaknya baterai namun dalam bentuk lebih kecil. Didalam CDI unit juga terdapat
komponen SCR yang berfungsi mengatur aliran arus Capasitor sesuai pulse yang
dikirimkan oleh pulse igniter.
3. Voltage Converter
Fungsi converter berfungsi untuk menaikan tegangan listrik dari baterai
untuk pengisian capasitor. Converter bekerja seperti trafo step up yang akan
menaikan tegangan primer 12 Volt menjadi 200 - 300 Volt. Tegangan ini akan
digunakan untuk pengisian capasitor.
4. Pulse Igniter/Pick up coil
Pulse igniter adalah komponen yang akan mengirimkan trigger berupa
sinyal PWM, yang mengindikasikan timing pengapian. Sinyal dari Pulse Igniter
akan digunakan untuk menentukan kapan waktu discharge dari capasitor didalam
CDI unit. Pulse igniter bekerja dengan prinsip perpotongan garis gaya magnet
melalui magnet permanen dan rotor bergerigi. Saat gerigi pada rotor itu memotong
Garis gaya magnet, maka akan timbul pulse dengan frekuensi sesuai dengan
kecepatan rotor.
5. Ignition Coil
Ignition coil berfungsi untuk mengubah tegangan listrik dari 12 Volt
menjadi 20 KV atau lebih agar terjadi percikan api pada busi. Ignition Coil bekerja

35
seperti trafo step-up yang menggunakan prinsip induksi elektromagnetik. Untuk
selengkapnya, bisa baca cara kerja ignition coil.
6. Busi

Fungsi busi adalah untuk memercikan bunga api. Busi dapat memercikan
bunga api karena ada celah antara elektroda dan masa. Celah itu kurang dari 1 mm
sehingga saat elektroda busi dialiri listrik dengan tegangan mencapai 20 KV
otomatis akan timbul percikan. Percikan tersebut dikarenakan arus pada elektroda
akan selalu mendekati masa.

3. Sistem Pengapian Transistor


Sistem pengapian Transistor (Fully Transistorized Ignition) adalah sistem
pengapian yang memanfaatkan komponen transistor sebagai saklar elektronik
sebagai pemutus arus primer untuk menghasilkan induksi elektromagnetik. Sistem
pengapian ini akan menggantikan jenis pengapian konvensional masih banyak
memanfaatkan komponen mekanikal. Sistem pengapian transistor diperkenalkan
sejak tahun 1955 oleh Lucas. Saat itu model pengapian ini digunakan pada mesin
BRM dan Coventry Climax F1.

Pengapian elektronik (transistor) dibagi menjadi dua macam yaitu


1. Sistem pengapian semi transistor
Sistem ini masih menggunakan kontak platina. Namun bukan berfungsi
untuk memutus arus primer coil, melainkan untuk memutuskan arus menuju kaki
basis pada transistor.

36
2. Sistem pengapian fully transistor
Sistem kedua sudah tidak menggunakan platina atau murni pengapian
elektrik. Untuk memutuskan arus pada kaki basis, digunakan alat berupa igniter
yang akan mengirimkan sinyak sesuai timing pengapian untuk memutuskan arus
pada kaki basis transistor.

Kelebihan sistem pengapian transistor dibandingkan sistem pengapian


konvensional
1. Tidak perlu melakukan penyetelan
Pada sistem pengapian konvensional, terdapat komponen platina sebagai
pemustus arus primer yang bekerja membuka dan menutup kontak saat kaki platina
terkena gerakan Cam. Di area kontak point menjadi daerah yang paling penting
untuk menentukan keberhasilan sistem pengapian. Untuk itu perawatan berupa
penyetelan celah platina harus dilakukan secara rutin.
Namun pada sistem pengapian transistor, tidak memiliki kontak point yang
bekerja buka tutup. Melainkan saklar elektronik berupa transistor yang akan
memutus dan menghubungkan arus sehingga penyetelan tidak diperlukan pada
pengapian ini.
2. Tidak ada gesekan antar logam
Pada pengapian konvensional, kontak platina akan dikontrol oleh cam yang
terhubung dengan poros engkol mesin. Cam tersebut akan bergesekan dengan kaki
platina. Dalam jangka waktu tertentu, akan menyebabkan keausan pada kedua
komponen tersebut. Sehingga sistem pengapian akan terganggu.
Beda halnya dengan pengapian transistor yang bekerja secara elektronik.
Dalam pemutusan arus, transistor tidak membutuhkan gesekan antar komponen.
Untuk lebih jelas tentang cara kerja pengapian transistor bisa baca dibawah.

Komponen Sistem Pengapian Transistor


1. Baterai
Baterai berfungsi untuk menyediakan dan menyimpan pasokan arus listrik
untuk keperluan elektrikal kendaraan, salah satunya untuk sistem pengapian
elektronik ini.

37
2. Ignition Coil
Ignition Coil berfungsi untuk menaikan tegangan secara spontan mencapai
20 KV. Didalam ignition coil terdapat dua coil utama, coil primer yang berguna
untuk membangkitkan medan magnet. Dan coil sekunder yang memiliki lilitan
tembaga lebih banyak untuk menerima medan magnet.

Ignition coil bekerja berdasarkan prinsip induksi elektromagnetik dengan


meletakan kumparan dengan jumlah lilitan sekunder lebih banyak. Sehingga dapat
menimbulkan efek step-up. untuk lebih lengkap simak cara kerja ignition coil
Ignition coil berbeda dengan trafo. Komponen ini bekerja sesaat saja karena akan
terjadi induksi elektromagnetik ketika arus primer terputus. Namun tegangan
sekunder yang dihasilkan jauh lebih besar dari pada trafo step up.
3. Transistor unit
Transistor unit berfungsi sebagai komponen utama yang bertugas untuk
memutuskan dan menyambungkan arus primer. Komponen ini akan menggantikan
platina sebagai pemutus arus. Transistor adalah komponen elektronika berbahan
semi konduktor yang memiliki tiga terminal yaitu Kolektor, emitor, dan basis.
Sesuai namanya, transistor bisa berfungsi sebagai isolator dan konduktor.
Saat basis diberikan arus listrik, maka transistor berfungsi sebagai
konduktor dengan kata lain kolektor dan emitor tersambung. Namun saat arus basis
dihentikan, kolektor dan emitor akan terputus atau transistor berfungsi sebagai
isolator.
4. Pulse igniter (Fully Transistor)

38
Pulse igniter adalah komponen yang berfungsi untuk mendeteksi timing
pengapian berupa sinyal PWM yang digunakan untuk memutuskan arus basis pada
transistor.

Pulse igniter juga bekerja dengan prinsip induksi elektromagnet. Komponen


ini menggunakan bahan magnet permanen yang diposisikan berada didekat rotor
berverigi. Rotor ini tersambung dengan putaran mesin, sehingga saat mesin
berputar gigi pada motor akan memotong GGM pada magnet yang menghasilkan
sinyal PWM. Sinyal ini memilili frekuensi sesuai dengan putaran mesin. Dan gigi
pada rotor akan menunjukan timing pengapian tiap silinder.
5. Distributor
Layaknya sistem pebgapian konvensional, distributor menjadi komponen
yang tidak boleh ketinggalan. Pasalnya, komponen ini akan membagikan listrik
bertegangan tinggi dari coil sekunder ke masing-masing busi sesuai dengan FO
(Firing Order). Untuk sistem pengapian semi transistor, masih terdapat komponen
platina sebagai pemutus arus basis transistor. Karena hanya memutuskan arus basis,
maka tidak terjadi percikan pada platina sehingga kebih awet.
6. Busi
Busi menjadi komponen terakhir yang berfungsi untuk memercikan bunga
api didalam silinder saat akhir langkah kompresi. Busi sebenarnya hanya
menyalurkan listrik bertegangan tinggi dari coil sekunder melewati elektroda
didalam busi.
Diujung elektroda terdapat celah sekitar 0,8 mm antara elektroda dan masa.
Dengan besarnya tegangan yang ada dan kecilnya celah tersebut menghasilkan
lompatan arus listrik yang selalu mencari ground.

Cara Kerja Sistem pengapian Transistor

39
Prinsip kerja pengapian transistor (elektronik) pada mobil hampir sama
dengan pengapian konvensional dan perbedaan terletak pada cara pemutusan arus
primer. Namun baik pengapian semi transistor dan pengapian fully transistor
memiliki perbedaan cara kerja.
1. Cara kerja sistem pengapian semi transistor

Saat kunci kontak berada pada posisi ON maka arus dari baterai masuk ke
sistem utama salah satunya sistem ignition. Arus mengalir ke ignition coil dan
keluar menuju transistor unit. Didalam transistor unit, Arus tersebut terhubung
dengan kaki kolektor pada transistor sementara kaki emitor terhubung dengan masa.
Sementara kaki basis terhubung dengan rangkaian platina.
Ditempat terpisah, arus listrik juga mengalir menuju platina yang terletak
didalam distributor dan keluar menuju kaki basis pada transistor unit. Saat mesin
belum menyala, cam didalam distributor dalam posisi diam sehingga platina dalam
keadaan tertutup atau tersambung. Dalam kondisi ini, kaki basis akan dialiri arus
dari platina yang menyebabkan kolektor dan emitor terhubung.
Arus dari coil primer yang terhubung dengan kolektor, akan diteruskan ke
masa melalui kaki emitor. Hasilnya akan timbul medan magnet pada coil primer.
Saat mesin berputar, cam didalam distributor juga ikut berputar. Hal itu
menyebabkan platina dalam kondisi terbuka dan tertutup. Saat platina dalam
kondisi terbuka atau terputus, arus listrik yang menuju kaki basis juga ikut terputus.
Sehingga kaki kolektor dan emitor juga ikut terputus.
Terputusnya hubungab kolektor dan emitor menyebabkan pergerakan
medan magnet pada coil primer yang mengenai coil sekunder. Sehingga terjadi

40
lonjakan tegangan pada coil sekunder. Listrik bertegangan tinggi tersebut langsung
disalurkan ke busi melalui distributor.
2. Cara kerja sistem pengapian full transistor

Untuk pengapian full transistor tidak lagi dilengkapi dengan platina.


Komponen ini digantikan oleh pulse igniter.
Alurnya, kunci kontak berada pada posisi ON, arus dari baterai mengalir ke
ignition coil. Dari output arus coil primer akan masuk menuju komponen transistor
unit. Sementara output coil sekunder masuk menuju busi.
Pada rangkaian lain, arus dari baterai juga mengalir menuju transistor unit
sebagai referensi tegangan pada transistor unit. Saat mesin belum menyala, pulse
igniter juga dalam keadaan diam tidak bereaksi. Sehingga tidak ada pulse atau
sinyal dari pulse igniter yang dikirimkan ke transistor unit. Hal itu menyebabkan
rangkaian arus primer coil terhubung yang menyebabkan adanya medan magnet
pada coil primer.
Saat mesin mulai berputar, pulse igniter akan mengirimkan sinyal PWM
dengan frekuensi tergantung kecepatan mesin. Sinyal tersebut akan diolah terlebih
dahulu oleh controler yang terletak satu unit dengan transistor unit.
Selanjutnya, controler akan memutuskan arus pada kaki basis transistor saat
mendapatkan sinyal PWM dari pulse igniter. Saat basis terputus, otomatis arus dari
kolektor juga terputus. Sehingga pada coil primer terjadi pergerakan medan magnet
menuju coil sekunder. Hal itu menyebabkan lonjakan tegangan pada coil sekunder
yang langsung diteruskan menuju masing-masing busi melalui komponen
distributor.

41
4. Sistem Pengapian tanpa Distributor (DLI)
DLI merupakan kependekan dari distributorless ignition system. Yang
artinya sistem pengapian tanpa melibatkan distributor. Prinsip kerja DLI sama
dengan pengapian konvensional. Perbedaan utama pada sistem pengapian
konvensional dan DLI adalah media pemutusan arus. pada sistem pengapian
konvensional, pemutusan arus dilakukan oleh platina pada sudut tertentu.
sedangkan pada sistem pengapian DLI media pemutusan arus dilakukan oleh igniter
pada coil pack atas perintah ECM dengan bantuan beberapa sensor.
Keuntungan ;
- Karena tidak menggunakan platina, maka pada DLI tidak memerlukan
penyetelan.
- Efisiensi juga baik
- Pembakaran lebih akurat
- Jarang menimbulkan masalah
Kekurangan ;
- Melibatkan rangkaian elektronik rumit
- Walaupun jarang bermasalah, sekali bermasalah butuh scanner untuk
mendeteksi
- Harga komponen relatif mahal

Komponen Utama sistem DLI


Ada tiga komponen utama dalam sistem distributorless ignition. Komponen
tetsebut adalah sensor sebagai pendeteksi, Control sebagai komponen pengontrol
dan pengatur, serta aktuator selaku eksekutor perintah. Untuk lebi detail simak
komponen sistem DLI dibawah ;

1. Komponen Sensor
Komponen sensor merupakan semua komponen elektronika yang berfungsi
sebagai alat untuk mendeteksi suatu keadaan. Komponen ini terdiri dari :
- magnetic triggering (CMP dan CKP sensor)
- temperatur sensor ( ECT dan IAT)

42
- knock sensor
- throtle position sensor
- Manifold absolute pressure
komponen ini akan mendeteksi beberapa data yang diperlukan ECM untuk proses
pengapian. Data yang dideteksi meliputi, suhu udara intake, posisi camshaft dan
crankshaft, dan sudut pembukaan katup. Nantinya data yang dideteksi oleh
beberapa sensor ini dikirimkan melalui nominal tegangan ke komponen control.
2. Komponen control
Komponen ini terdiri dari;
- ECM/ECU ( engine control module)
- ignition coil module/ICM ( terletak menyatu dengan coil pack)
- Ignition Coil
ECM berfungsi sebagai pengolah data-data yang diperoleh dari sensor untuk
menentukan timing pengapian sesuai beban dan kecepatan mesin, lebih lanjut
sistem ini disebut ESA ( electronic spark advenced). ICM berfungsi sebagai
pemutus arus primer dan penghasil tegangan tinggi pada coil sekunder yang
selanjutnya akan disalurkan ke spark plug.
3. Komponen actuators
Komponen ini disebut sebagai eksekutor yang akan mengeksekusi segala
perintah dari komponen control. dalam hal ini spark plug berfungsi sebagai
eksekutor yang akan melanjutkan perintah dari ICM. spark plug akan mengkonversi
tegangan sekunder menjadi loncatan bunga api.

43
Cara Kerja Sistem DLI
Secara umum, DLI bekerja dengan mengganti fungsi distributor dan platina
pada mesin konvensional menggunakan komponen elektronik. Sehingga keduanya
memiliki prinsip yang sama namun, pada DLI penyaluran bunga api berlangsung
secara elektrik.
1. Saat kunci kontak "ON"
Kunci kontak akan mengaktifkan main relay dan relay ignition. Baterai
mensuplai arus ke ECM dan Coil pack, sehingga terdapat arus stand by di coil
sekunder.
2. Saat Engine Start/Run
Crankshaft dan camshaft ikut berputar sehingga sensor ckp dan cmp juga
ikut bekerja mengirimkan signal PWM ke ECM. Signal ini bervariasi tergantung
kecepatan mesin. Ckp akan mengirimkan data RPM mesin, sedangkan CMP
mengirimkan data posisi top silinder satu. Sinyal kemudian dikirim ke ECM untuk
dikelola bersama data-data dari sensor lain untuk menentukan timing pengapian
sesuai kondisi mesin. Hasil output dari ECM berupa sinyal tegangan yang dikirim
ke ICM. pada pengapian konvensional platina akan memutuskan arus primer saat
posisi top. Tapi pada DLI, ECM yang akan memutuskan arus primer saat posisi top.
Di ICM terdapat rangkaian transistor yang berfungsi sebagai gate untuk
mengkonversi sinyal ECM untuk bisa memutuskan arus primer di setiap coil.
sehingga dapat terbentuk tegangan tinggi pada coil sekunder. Tegangan coil
sekunder di salurkan ke spark plug untuk pemercikan api di masing-masing silinder.

Ada dua tipe rangkaian yang umum digunakan pada mobil.


1. Dual-coil pack
Rangkaian ini menggunakan dua buah coil untuk menghasikan tegangan
tinggi. Artinya, satu coil melayani dua busi. Sehingga dua busi akan menyala
bersamaan pada langkah yabg berbeda.
2. Single-coil pack

44
Rangkaian single-coil pack menggunakan 4 buah coil pada mesin 4 silinder.
Artinya satu coil hanya melayani satu busi saja. Biasanya tipe ini tidak dilengkapi
kabel busi karena coil terpasang diatas head silunder.

2.3 Sistem Kelistrikan Body

Sistem kelistrikan body adalah rangkaian kelistrikan yang terdapat pada


body kendaraan. Sistem ini memang terpisah dengan mesin, namun masih memiliki
sumber listrik yang sama.

Sistem kelistrikan body juga memiliki beberapa point seperti berikut :


a. Sistem penerangan eksterior
Sistem penerangan eksterior berfungsi dalam hal menerangi bagian luar
mobil. Contohnya, lampu head, lampu kabut atau lampu kota.

Rangkaian 3 Jenis Headlight Pada Kendaraan

45
Alur kelistrikan pada lampu kepala, diawali ketika menekan tombol switch.
Ada 3 unit rangkaian headlight, yakni standar headlight, auto headlight dan semi
auto headlight.
1. Standar/Manual Headlight

Untuk tipe pertama sering ditemui pada mobil. Dimana lampu kepala akan aktif
ketika kita menekan saklar lampu, maka alurnya sebagai berikut.
- Saat saklar lampu low beam diaktifkan maka arus dari baterai mengakir
memasuki relay.
- Pada relay, arus tersebut terpecah menjadi dua bagian. Bagian pertama masuk
ke terminal 30 relay melewati sebuah fuse sebagai arus lampu, dan bagian
kedua masuk ke terminal 85 relay sebagai arus control.
- Karena saklar dalam kondisi terhubung maka terminal 86 relay terhubung
dengan masa karena posisi saklar low beam ini berada ditengah hubungan
terminal 86 dan masa.
- Sehingga kontak didalam relay akan menghubungkan terminal 30 dan 87.
- Hal itu akan menyebabkan aliran arus dari terminal 30 relay keluar melalui
terminal 87 masuk ke lampu kepala kiri dan kanan yang disambungkan secara
pararel.

46
- Karena masa lampu sudah terhubung secara default maka lampu langsung
menyala. Kedua, ketika lampu high dinyalakan maka ada perubahan aliran
arus.
- Relay low beam akan terputus karena saklar lampu beralih dari low ke high
beam.
- Seketika itu juga ada aliran listrik baru dari baterai masuk ke terminal 30 dan
85 relay high beam.
- Karena posisi saklar highbeam tersambung, otomatis kontak didalam relay
akan menghubungkan terminal 30 dan 87.
- Hal itu akan menyebabkan adanya aliran listrik yang keluar dari terminal 87
relay masuk ke lampu kepala.
- Sehingga low beam akan terhenti dan high beam akan menyala, penggantian
penyinaran dari lampu dekat ke jauh ini dilakukan secara cepat.
Lampu kepala pada rangkaian diatas tidak dipengaruhi oleh kunci kontak.
Dengan kata lain lampu akan menyala meski kunci kontak pada posisi OFF.
2. Semi Auto Headlight

Pada tipe kedua, sebenarnya sama saja kontrolnya seperti tipe yang pertama.
Namun, output dari terminal 86 relay low beam akan dipararel ke saklar tambahan
sebagai saklar auto headlamp. Alurnya sebagai berikut.

47
- Saat saklar dinyalakan, maka lampu tetap mati karena saklar ini melewati
hubungan kunci kontak.
- Saat kunci kontak OFF, maka aliran listrik akan tercipta dari baterai masuk
ke terminal 30 dan 85 relay low beam dan keluar melalui terminal 86 relay.
- Output dari terminal 86 masuk ke saklar dan menuju kolektor transisitor pada
saklar auto.
- Disisi lain, kaki emitor transistor sudah terhubung ke saklar auto yang juga
menghubungkan masa dengan transistor,
- Namun, aliran tidak terbentuk karena kaki basic belum mendapatkan arus
listrik.
- Ketika kunci kontak pada posisi ON, maka kaki akan ada arus yang mengalir
ke kaki basic sehingga arus ini akan menghubungkan kaki emitor dan kolekor.
- Hal itu menyebabkan arus dari terminal 86 relay menyebrang ke masa
sehingga lampu low beam bisa hidup.
3. Auto Headlight

Pada tipe ketiga, sering kita jumpai pada lampu motor dimana lampu dekat
akan otomatis hidup ketika kita start mesin. Contohnya pada motor, Bagaimana alur
rangkaian auto headlamp ini ?

48
- Arus baterai langsung terhubung ke relay high dan low beam.
- Pada relay low beam, arus keluar dari terminal 86 masuk menuju saklar lampu
high beam.
- Dalam keadaan lampu high off, maka saklar akan menghubungkan sisi output
relay low beam dengan massa.
Namun dibagian output saklar yang harusnya terhubung dengan masa akan
dilewatkan terlebih dahulu ke sebuah transistor. Skemanya seperti yang
dijelaskan diatas, namun arus basic kali ini berasal dari sinyal CKP sensor.
Untuk rangkakaian lampu flash atau tembak, semuanya hampir sama. Dimana
saklar flash akan mengambil arus dari output 86 relay high beam.

b. Sistem penerangan interior


Sistem penerangan interior berfungsi dalam hal peneranangan kabin mobil.
Contohnya, lampu interior kabin yang bisa dinyalakan secara manual (melalui
tombol) atau otomatia saat membuka pintu mobil.
c. Sistem peringatan
Sistem peringatan adalah skema kelistrikan yang akan memberikan tanda
atau sinyal ke pengendara lain. Contohnya lampu sein yang menandakan kendaraan
akan berbelok ke salah satu arah. Lalu lampu rem yang menandakan bahwa
kendaraan sedang mengerem dan contoh lain adalah klakson serta lampu mundur.

49
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Sebuah mobil, itu bukan hanya soal mesin. Tapi, ada chasis juga ada
kelistrikan. Meski sifatnya bukan sebagai bagian utama namun mesin mobil
memerlukan bantuan listrik untuk terjadi pembakaran. Contohnya busi, busi akan
menyala kalau ada listrik. Oleh karena itu sistem kelistrikan memiliki peranan
penting dalam sebuah kemdaraan.
Sistem kelistrikan mobil adalah rangkaian energi listrik yang disusun untuk
menjalankan sebuah fungsi tertentu pada sebuah mobil. Dengan kata lain, semua
sistem yang memanfaatkan energi listrik masuk dalam sistem elektrikal mobil.
Sistem kelistrikan mobil juga mempunyai beberapa fungsi yaitu memungkinkan
busi bisa menyala sehingga mesin bensin dapat bekerja serta sistem kelistrikan
dapat menambah kenyamanan berkendara.

3.2 Saran
Menjaga komponen sistem listrik juga sangat penting, karena terjadi
kerusakan akan sukar diperbaiki. Beberapa komponen yang perlu diperhatikan
adalah platina, aki, koil, dan busi.

50
DAFTAR PUSTAKA

https://www.autoexpose.org/2018/02/sistem-kelistrikan-mobil.html

https://www.autoexpose.org/2018/01/pengertian-sistem-pengapian.html

https://www.teknik-otomotif.com/2018/01/sistem-kelistrikan-body-pada-
mobil.html

http://lksotomotif.blogspot.com/2018/01/fungsi-komponen-komponen-
sistem.html

https://www.pelengkapotomotif.com/2016/09/komponen-sistem-pengapian-dan-
fungsinya.html

https://bacabrosur.blogspot.com/2018/04/sistem-pengapian-konvensional-
mobil.html

51

Anda mungkin juga menyukai