Anda di halaman 1dari 9

-Karakterisasi Fenotipik (Sifat Kualitatif dan Kuantitatif ) dari Kambing

Peranakan Ettawa yang Dipelihara oleh Masyarakat di Kabupaten


Polman, Sulawesi Barat

Lellah Rahim1, Rr Sri Rachma Aprilita Bugiwati1, Sudirman Baco2 dan Muhammad
Ihsan Andi Dagong1

1. Animal Breeding and Genetic Laboratory, Animal Sciences Faculty Hasanuddin


University
2. Beef Cattle Production Laboratory, Animal Sciences Faculty Hasanuddin University
Kampus Unhas Tamalanrea, Makassar 90245

Email : lellahrahim@yahoo.co.id

ABSTRAK

Kajian pemanfaatan potensi genetik kambing lokal merupakan salah satu bidang
kajian utama dalam roadmap penelitian pada kelompok riset pemuliaan ternak di
Fakultas Peternakan Unhas. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengkaraterisasi
sifat fenotipik (kualitatif dan kuantitatif) dari induk kambing PE yang dipelihara oleh
masyarakat di Kabupaten Polman. Indukan yang terseleksi kemudian akan dijadikan
sebagai populasi dasar dalam menghasilkan kambing unggul dari hasil perkawinan
dengan memanfaatkan potensi genetik tiga bangsa / rumpun kambing yakni kambing
Kacang, Peranakan Ettawa dan Boer. Dari persilangan ini diharapkan turunannya
mendapatkan efek heterosis dan breed complementary dari sifat ketiga breed yang
digunakan. Kegiatan riset tahun pertama merupakan tahap awal pembentukan
populasi parent stock dengan persilangan antara kambing lokal dari jenis Kacang dan
Peranakan Ettawa (PE) untuk menghasilkan turunan F1 kombinasi kambing Kacang
dengan PE. Kegiatan awal yang dilakukan adalah dengan melakukan seleksi pejantan
dan calon induk dengan kriteria performa sifat kualitatif yang meliputi ciri khas warna
dan bentuk tanduk dan sifat kuantitatif seperti bobot badan, tinggi badan, panjang
badan dan lingkar dada dan lebar dada. Sebanyak 113 ekor kambing (111 ekor betina
dan 2 ekor jantan PE) yang terseleksi untuk digunakan sebagai induk populasi dasar.
Performa calon indukan PE berdasarkan data morfometriknya antara lain adalah
untuk sifat Tinggi Pundak (TPD) : 67.98 ± 5.61 cm, Tinggi Punggung (TPG) : 71.34
± 5.73 cm, Panjang Badan (PB) : 71.70 ± 6.46 cm, Lingkar Dada (LKR D) : 72.19 ±
6.46 cm, Lebar Dada (LBR D) : 15.41 ± 1.86 cm dan Bobot Badan 33.04 ± 6.09 kg.

Kata Kunci : Kambing Lokal, Peranakan Ettawa, Kacang, Persilangan, Seleksi


Phenotypic characterization of local Peranakan Ettawa goat reared
in Polman regency, West Sulawesi
Lellah Rahim1, Rr Sri Rachma Aprilita Bugiwati1, Sudirman Baco2 dan Muhammad
Ihsan Andi Dagong1

1. Animal Breeding and Genetic Laboratory, Animal Sciences Faculty Hasanuddin


University
2. Beef Cattle Production Laboratory, Animal Sciences Faculty Hasanuddin University
Kampus Unhas Tamalanrea, Makassar 90245

Email : lellahrahim@yahoo.co.id

ABSTRACT

Study of utilization of the genetic potential of local goat is one of the major fields of
study in research roadmap in animal breeding research group in the Faculty of Animal
Husbandry, Hasanuddin University. The aim of this study was to characterize the
phenotypic traits (qualitative and quantitative) of the Female goats were maintained
by the farmers community in Polman regency, West Sulawesi. Breeders who are
selected will then be used as the base population to produce superior goats of the
marriage by exploiting the genetic potential of the three breed of goats namely
Kacang, Peranakan Ettawa and Boer. Offspring of a cross is expected to get the effect
of heterosis and breed complementary nature of the three breeds were used. The first
year's research activity is an early stage of formation of the population of parent stock
with a cross between local goat of the type of Kacang and Peranakan Ettawa (PE) to
produce F1 combination with PE and Kacang goat. Initial activity is to do with the
selection of prospective female goat with a stud and performance criteria of a
qualitative traits which includes characteristic color and shape of the horns and
quantitative traits such as body weight, height, body length and chest circumference
and width of the chest. A total of 113 goats (111 females and 2 males PE) were
selected to be used as the basis of the parent population. The performance of the
candidate PE sires based on morphometric data among others, is to Shoulders Height
(SH): 67.98 ± 5.61 cm, Hip Height (HH): 71.34 ± 5.73 cm, Body Length (BL): 71.70
± 6:46 cm, Chest Circumference (CC): 72.19 ± 6:46 cm, Chest Width (CW): 15:41 ±
1.86 cm and Body Weight 33.04 ± 6:09 kg.

Key Words : Local Goats, Peranakan Ettawa, Kacang, Crossing, Selection


Introduction
Kajian pemanfaatan potensi genetik kambing lokal merupakan salah satu
bidang kajian utama dalam roadmap penelitian pada kelompok riset pemuliaan ternak
di Fakultas Peternakan Unhas. Program persilangan dengan memanfaatkan potensi
genetik kambing lokal seperti kambing Kacang, Peranakan Ettawa dan Marica telah
dimulai sejak tahun 2012 (Dagong et al., 2014). Silang bangsa (crossbreeding) antara
dua atau lebih bangsa pada ternak ruminansia merupakan salah satu cara yang baik
untuk meningkatkan produktivitas. Pemilihan bangsa atau ras yang memiliki sifat
unggul tertentu dalam program persilangan sangat penting. Telah diketahui bahwa ras
kambing di daerah tropis termasuk kambing Kacang dan Peranakan Ettawa umumnya
memiliki keunggulan tertentu dalam hal kesuburan (fertilitas) dan adaptasi terhadap
kondisi lingkungan.
Bobot lahir serta laju pertumbuhan pada suatu ras kambing tergantung kepada
potensi bobotnya saat mencapai kedewasaan (maturity), sehingga tingkat
pertumbuhan anak pada ras kambing dengan tipe besar akan lebih tinggi
dibandingkan pada ras kambing tipe kecil (Dhanda, 2003). Performa genetik
kambing lokal yang terkait dengan laju pertumbuhan serta bobot hidup potong yang
rendah merupakan salah satu permasalahan yang dihadapi oleh peternak dalam
mengembangkan ternak lokal.
Rendahnya produktivitas tersebut membutuhkan suatu upaya pemecahan yang
cepat dan mudah dilaksanakan pada tingkatan peternak. Banyak faktor yang
menentukan produktivitas, namun faktor yang paling utama adalah nutrisi dan
genetik. Perbaikan produktivitas kambing lokal melalui perbaikan mutu pakan
(nutrisi) dan tata laksana tidak dapat diwariskan pada turunannya, akan tetapi
peningkatan produktivitas melalui perbaikan mutu genetik dapat diwariskan kepada
turunannya dan dapat dilakukan dengan program seleksi dan perkawinan silang
(crossbreeding) dengan breed unggul seperti kambing Boer.
Penelitian ini bertujuan untuk mengkarakterisasi performa fenotip berdasarkan
sifat kualitatif dan kuantitatif kambing PE yang dipelihara oleh masyarakat di
Kabupaten Polewali Mandar provinsi Sulawesi Barat untuk mendapatkan gambaran
potensi genetic yang dimiliki oleh kambing lokal yang dipelihara untuk dapat
dimanfaatkan secara berkelanjutan guna menghasilkan bibit kambing yang lebih
unggul.
MATERI DAN METODE

Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di sentra pengembangan ternak kambing di desa


Tandasura Kecamatan Limboro Kabupaten Polman (Polewali Mandar) Provinsi
Sulawesi Barat (sekitar 250 km dari kota Makassar). Kelompok ternak ini khusus
memelihara dan mengembangkan kambing lokal seperti kambing Kacang dan
Peranakan Ettawa (PE) yang dipelihara secara intensif yakni dikandangkan.

Materi Penelitian

Penelitian ini menggunakan kambing Peranakan Ettawa (PE). Pada tahap


awal kegiatan ini menggunakan sekitar 111 ekor indukan Peranakan Ettawa (PE) dan
2 ekor pejantan PE. Pakan yang digunakan untuk mendukung peningkatan performa
kambing yang umum digunakan adalah hijauan yang berasal dari jenis legume pohon
(turi, lamtoro dan gamal) serta batang sagu yang banyak dibudidayakan oleh
masyarakat sekitar.
Kegiatan dimulai dengan melakukan seleksi untuk mendapatkan calon
indukan kambing PE yang berjumlah 111 ekor betina dan 2 ekor jantan (total 113
ekor), indukan kambing yang digunakan dibagi atas dua kelompok yakni induk yang
bunting dan tidak bungting. Calon indukan PE diidentifikasi dari kelompok mitra
(kelompok ternak Samalewu) dengan beberapa kriteria antara lain performa calon
induk berdasar karakteristik kualitatifnya (warna bulu dan bentuk tanduk), serta
parameter morfometrik lainnya yang meliputi lingkar dada, panjang badan, tinggi
badan serta bobot badan. Di samping karakteristik ternak kambing, sebagai data
tambahan maka dalam penelitian ini juga diidentifikasi karakteristik masyarakat
peternak untuk mendapatkan gambaran pola manajemen yang dilakukan serta skala
usaha dan tingkat pendidikan mereka.
Data kualitatif yang diperoleh dianalisa secara deskriptif sedangkan data
performa morfometrik ditabulasi dan dirata-ratakan untuk mendapatkan nilai rataan
serta standar deviasinya yang kemudian dianalisa secara deskriptif.
HASIL DAN PEMBAHASAN

Karakteristik Peternak dan Skala Usaha Ternak Kambing

Penelitian ini dilaksanakan di Desa Tandasura Kecamatan Limboro Kabupaten


Polewali Mandar Sulawesi Barat. Adapun kelompok tani yang dijadikan sebagai mitra
dalam kegiatan ini adalah Kelompok Tani Samalewu yang dikoordinir oleh saudara
Hassani, S.Pt., M.Si. Adapun jumlah anggota dari kelompok tani ini sebanyak 26
orang dengan skala pemeliharan ternak kambing bervariasi antara 2 – 5 ekor induk
per anggota. Total jumlah indukan yang tergabung dalam kelompok tani ini sebanyak
157 ekor induk ditambah dengan anak kambing sebanyak 59 ekor.
Rata-rata tingkat pendidikan peternak masih rendah, hanya sampai pada
bangku pendidikan dasar yakni SD atau SMP. Hanya sebagian kecil di antara
anggota peternak yang sudah mengenyam pendidikan tinggi seperti koordinator
kelompoknya yang sudah berpendidikan master (Hassani, S.Pt., M.Si). Koordinator
kelompok inilah yang menfasilitasi sehingga kegiatan penelitian dapat berjalan
dengan baik sehingga konsep peningkatan mutu genetik ternak mereka dapat
dipahami dan tingkat partisipasinya yang cukup tinggi.

Karakteristik Sifat Kualitatif Kambing Lokal

Jenis kambing PE yang dipelihara oleh mitra umumnya masih merupakan


bibit PE hasil persilangan dengan kambing Kacang yang dapat dilihat dari
karakteristik warna bulu yang dominan berwarna seperti warna kambing Kacang yang
umumnya didominasi warna putih, coklat atau hitam. Secara lengkap variasi warna
bulu kambing calon indukan dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Variasi Sifat Kualitatif Calon Indukan Betina Kambing Lokal di Kabupaten
Polman

No. Sifat Kualitatif Persentase (%)


1. Warna Bulu
 Putih 4
 Bintik putih (White spotted) 4
 Coklat (seluruh badan) 12
 Coklat di kepala dan leher 62
 Hitam (seluruh badan) 12
 Hitam di kepala dan leher 6
2. Ada atau tidak ada tanduk
 Bertanduk 100
 Tidak bertanduk 0
3. Bentuk telinga
 Panjang terkulai dan menyempit dibawah 75
 Pendek dan melebar 25
4. 
Sumber : Data Primer yang diolah

Variasi warna yang dominan pada kambing PE di Kabupaten Polman yang


dipelihara oleh kelompok mitra umumnya berwarna coklat dibagian leher sampai
kepala dengan warna putih pada badan bagian belakang. Karakteristik warna bulu ini
tidak seragam dan jika dikaitkan dengan karakteristik kualitatif kambing PE sesuai
SNI yakni warna hitam dikepala sampai leher dan warna putih pada badan dibagian
belakang atau warna campuran putih dengan coklat (SNI 7352:2008)
Warna lain yang cukup umum pada ternak kambing di daerah ini adalah
warna coklat pada seluruh badan atau warna hitam. Warna coklat dan hitam ini
kemungkinan merupakan warna yang diwarisi dari turunan kambing Kacang yang
merupakan kambing yang umum dipelihara oleh masyarakat di daerah ini sebelum
adanya introduksi jenis kambing Ettawa.

Gambar 1. Variasi warna bulu kambing PE di Kabupaten Polman


Sifat Kuantitatif Kambing Lokal

Karakteristik morfometrik kambing PE betina yang akan dijadikan calon


induk dalam kegiatan penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 2. Karakteristik
performans tersebut antara lain gambaran ukuran panjang badan (PB), tinggi pundak
(TPD), tinggi punggung (TPG), lingkar dada (LKR D), serta lebar dada (LBR D).

Tabel 2. Performan Karakteristik Morfometrik Calon Induk dan Pejantan Kambing


Lokal yang digunakan

No. Karakteristik Data Performans + SD


Jantan (n=2) Betina (n=75)
1. Tinggi Pundak (TPD) 85.5 ± 2.12 67.98 ± 5.61
2. Tinggi Punggung (TPG) 94.5 ± 0.71 71.34 ± 5.73
3. Panjang Badan (PB) 90.5 ± 2.12 71.70 ± 6.46
4. Lingkar Dada (LKR D) 88.5 ± 0.71 72.19 ± 6.46
5. Lebar Dada (LBR D) 22 ± 1.41 15.41 ± 1.86
6. Bobot Badan (BB) 60.75 ± 4.60 33.04 ± 6.09
Sumber : Data Primer yang diolah

Umur kambing calon induk yang diseleksi ini berkisar antara 2 – 4 tahun,
dengan karakteristik data performans yang diperoleh sesuai dengan yang ada di Tabel
2. Nampak bahwa mutu genetik kambing PE yang dipelihara oleh peternak di daerah
ini masih jauh dibawah standar bibit yang dipersyaratkan oleh SNI 7352 : 2008.
Berdasarkan standar SNI bibit kambing PE yang bagus dengan umur 2 – 4 tahun
memiliki performans dimensi tubuh seperti panjang badan (TPD) 60 ± 5 , Tinggi
badan (TPG) 75 ± 5 dan lingkar dada (LKR D) 81 ± 7.
Pejantan yang digunakan saat ini adalah pejantan Peranakan Ettawa sebanyak
2 ekor yang diseleksi dengan kriteria umur di atas 3 tahun, dengan tingkat libido serta
performan sifat kualitatif dan kuantitatif yang unggul. Berdasarkan data awal rata-
rata tinggi badan (tinggi pundak dan punggung kambing jantan yang digunakan
masing-masing berkisar 85.5 ± 2.12 dan 94.5 ± 0.71.
Tabel 3. Rataan Performan Induk Bunting yang dikawinkan dengan pejantan
terseleksi

No. Karakteristik Induk Bunting (n=36)


1. Tinggi Pundak (TPD) 70.96 ± 5.35
2. Tinggi Punggung (TPG) 74.94 ± 4.58
3. Panjang Badan (PB) 78.28 ± 6.26
4. Lingkar Dada (LKR D) 80.92 ± 6.24
5. Lebar Dada (LBR D) 18.67 ± 2.81
6. Bobot Badan (BB) 50.21 ± 6.48
Sumber : Data Primer yang diolah

KESIMPULAN

Performa indukan PE terseleksi berdasarkan data morfometriknya antara


lain adalah untuk sifat Tinggi Pundak (TPD) : 67.98 ± 5.61 cm, Tinggi Punggung
(TPG) : 71.34 ± 5.73 cm, Panjang Badan (PB) : 71.70 ± 6.46 cm, Lingkar Dada (LKR
D) : 72.19 ± 6.46 cm, Lebar Dada (LBR D) : 15.41 ± 1.86 cm dan Bobot Badan 33.04
± 6.09 kg. Sedangkan performa pejantan yang digunakan adalah untuk sifat Tinggi
Pundak (TPD) : 85.5 ± 2.12 cm, Tinggi Punggung (TPG) : 94.5 ± 0.71 cm, Panjang
Badan (PB) : 90.5 ± 2.12 cm, Lingkar Dada (LKR D) : 88.5 ± 0.71 cm, Lebar Dada
(LBR D) : 22 ± 1.41 cm dan Bobot Badan 60.75 ± 4.60 kg.
DAFTAR PUSTAKA

Alo, A.M.P. 2008. Trends in goat production in the Philiphines. Paper presented at the
International Seminar on Dairy and Meat Goat Production. Bogor, August 5 –
6th , 2008. Indonesian Research Institute for Animal Production, Food and
Fertilizer Technology Center-ASPAC, Taiwan Livestock Research Institute.
26 p.

Cameron, M.R., J. Luo, T. Sahalu, S.P. Hart, S.W. Cole and A.L. Goetsch. 2001.
Growth and slaughter traits of Boer x Spanish, Boer x Angora and Spanish
goats consuming a concentrate-based diet. J. Anim. Sci. 79 : 1423 – 1430.

Dagong, M.I.A., R. Herman, C. Sumantri, R.R. Noor dan M. Yamin. 2012.


Karakteristik karkas dan sifat fisik daging Domba Ekor Tipis (DET)
berdasarkan variasi genotip gen kalpastatin (CAST) (Lokus intron 5 – ekson
6). JITV. 17 : 13 – 24.

Dhanda, J.S., D.G. Taylor, P.J. Murray, R.B. Pegg and P.J. Shand. 2003. Goat meat
production : Presen status and future possibilities. Asian-Aust. J. Anim. Sci.
16: 1842-1852.

Erasmus, J.A. 2000. Adaptation to various environment and resistance to disease of


improved Boer goat. Small Rum. Res. 36 : 179 – 187.

Ginting, S.P., and F. Mahmilia. 2008. Kambing ‘Boerka’ : Kambing tipe pedaging
hasil persilangan Boer x Kacang. Wartazoa 18 : 115 – 126.

Greyling, J.P.C.2000. Reproduction traits in the Boer goat does. Small Rum. Res. 36 :
171 – 177.

Luo, J., T. Sahalu, M. Cameron and A.L. Goetsch. 2000. Growth of Spanish, Boer x
Angora and Boer x Spanish goat kids fed milk replacer. Small Rum. Res. 36 :
189 – 194.

Malan, S.W. 2000. The improved Boer goat. Small Rum. Res. 36 : 165 – 170.

Van Binh, D. 2008. Results of research and the development of goat production
inVietnam. Paper presented at the International Seminar on Dairy and Meat
Goat Production. Bogor, August 5 – 6th , 2008. Indonesian Research Institute
for Animal Production, Food and Fertilizer Technology Center-ASPAC,
Taiwan Livestock Research Institute. 16 p.

Anda mungkin juga menyukai