Anda di halaman 1dari 20

31

PANDUAN PRAKTIK KLINIS OBSTETRI


RSUD Dr. MOHAMAD SALEH KOTA PROBOLINGGO
PANDUAN PRAKTIK KLINIS DEP./SMF : OBSTETRI DAN
GINEKOLOGI RSUD Dr. MOHAMAD SALEH KOTA
PROBOLINGGO
2019

EKLAMSI
1. Pengertian Eklamsi adalah kelainan akut pada preeklamsi ringan atau
(Definisi) berat, dalam kehamilan, persalinan atau nifas yang ditandai
dengan timbulnya kejang dengan atau tanpa penurunan
kesadaraan (gangguan sistem saraf pusat).
Eclampsia sine eclampsia adalah eklamsi yang ditandai oleh
penurunan kesadaran tanpa kejang
2. Diagnosis Penderita preeklamsi berat disertai kejang
3. Anamnesis 1. Umur kehamilan > 20 minggu
2. Hipertensi
3. Kejang
4. Penurunan kesadaran
5. Penglihatan kabur
6. Nyeri kepala hebat
7. Nyeri ulu hati
4. Pemeriksaan 1. Kesadaran: somnolen sampai koma
Fisik 2. Tanda vital: Tekanan darah >140/90 mmHg
3. Proteinuria minimal +1
4. Penurunan kesadaran tanpa disertai kejang.
5. Diagnosis 1. Epilepsi
Banding 2. Ensefalitis
3. Meningitis
4. Kejang karena kelainan SSP
6. Pemerikasaan 1. Pemeriksaan Hb, Ht, Lekosit, Trombosit, urin lengkap,
Penunjang fungsi hati, fungsi ginjal.
2. Pemeriksaan foto rontgen thoraks
3. Pemeriksaan CT scan bila ada dugaan perdarahan otak.
4. Punksi lumbal, bila ada indikasi.
5. Pemeriksaan elektrolit Na, K, Ca, dan Cl; kadar glukosa,
Urea N, Kreatinin, SGOT, SGPT, analisa gas darah, asam
urat untuk mencari penyebab kejang yang lain, atas
indikasi
Pemeriksaan USG, KTG
7. Terapi Pengobatan medisinal:
1. Infus larutan ringer laktat
2. Pemberian obat: MgSO4
Cara pemberian MgSO4sama dengan preeklamsi berat
 Bila timbul kejang-kejang ulangan maka dapat
diberikan 2g MgSO4 40% IV selama 2 menit,
sekurang-kurangnya 20 menit setelah pemberian
terakhir. Dosis tambahan 2 g hanya diberikan sekali
saja. Bila setelah diberi dosis tambahan masih tetap
kejang maka diberikan amobarbital 3-5
mg/kg/bb/IV pelan-pelan.
Perawatan pasien dengan serangan kejang :
 Dirawat di kamar isolasi yang cukup terang.
 Masukkan sudip lidah ke dalam mulut pasien.
 Kepala direndahkan: daerah orofaring dihisap.
 Fiksasi badan pada tempat tidur harus cukup longgar guna
menghindari fraktur.
Diuretikum tidak diberikan kecuali bila ada :
a. Edema paru
b. Payah jantung kongestif
c. Edema anasarka
Antihipertensi diberikan sesuai dengan preeklamsi berat
Kardiotonika:
 Indikasi pemberian kardiotonika ialah, bila ada tanda--
tanda payah jantung.
 Perawatan dilakukan bersama dengan Bagian Penyakit
Jantung
Lain-lain :
1. Obat-obat antipiretik
 Diberikan bila suhu rektal di atas 38,5 ° C
 Dapat dibantu dengan pemberian kompres dingin
atau alkohol
2. Antibiotika
 Diberikan atas indikasi
3. Antinyeri
 Bila pasien gelisah karena kontraksi rahim dapat
diberikan petidin HCl 50-75 mg sekali saja.
Pengobatan Obstetrik :
Sikap terhadap kehamilan
a. Sikap dasar :
 Semua kehamilan dengan eklamsi dan impending
eklamsi harus diakhiri tanpa memandang umur
kehamilan dan keadaan janin.
 Gejala impending eklamsi, adalah :
a. Penglihatan kabur
b. Nyeri uluhati
c. Nyeri kepala yang hebat
b. Saat pengakhiran kehamilan :
 Terminasi kehamilan impending eklamsi adalah
dengan pervaginam, seksio bila ada indikasi obstetri.
Perawatan rumah sakit :
Diperlukan perawatan di ruang rawat intensif, dan ruang
HCU (High Care Unit), bila tersedia.
Penyulit:
Gagal ginjal, gagal jantung, edema paru, kelainan pembekuan
darah, perdarahan otak, kematian
Informed consent
 Dilakukan informed consent pada setiap aspek
tindakan, baik diagnostik maupun terapeutik, kecuali
bila keadaan sudah sangat mengancam jiwa.
Patologi anatomi:Tidak diperlukan
Otopsi:Dilakukan pada kasus kematian akibat eklamsi
Catatan medik:
 Mencakup keluhan utama, gejala klinis, riwayat
obstetri, pemeriksaan fisik & penunjang, terapi, operasi,
perawatan, tindak lanjut, konsultasi, prognosis
8. Pengobatan Sikap terhadap kehamilan
Obstetrik a. Sikap dasar :
Semua kehamilan dengan eklamsi dan impending eklamsi
harus diakhiri tanpa memandang umur kehamilan dan
keadaan janin.
Sindroma HELLP
Weinstein, 1982, yang mula-mula menggunakan istilah HELLP
syndrome untuk kumpulan gejakla hemolysis, Elevated liver
enzym dan Low Platelets yang merupakan gejala utama dari
sindroma ini.
Diagnosis laboratorium:
 Hemolisis:
 adanya sel-sel spherocytes, schistocytes, triangular, dan
sel Burr pada apus darah perifer
 kadar bilirubin total > 1,2 mg%
 Kenaikan kadar enzim hati
 kadar SGOT > 70 IU/L
 kadar LDH > 600 IU/L
 Trombosit < 100 x 103/mm3
Pengelolaaan:
Pada prinsipnya, pengelolaan terdiri dari:
1. Atasi hipertensi dengan pemberian obat antihipetensi (lihat
pengelolaan preeklamsi berat).
2. Cegah terjadinya kejang dengan pemberian MgSO4 (sesuai
dengan preeklamsi )
3. Pertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit.
4. Pemberian transfusi trombosit apabila kadar trombosit
<30.000/mm3 untuk mencegah perdarahan spontan.
5. Terapi konservatif dilakukan apabila umur kehamilan <34
minggu, tekanan darah terkontrol < 160/110 mmHg,
diuresis normal (>30cc/jam), kenaikan kadar enzim hati
yang tidak disertai nyeri perut kuadran atas kanan atau
nyeri ulu hati.
6. Kortikosteroid digunakan untuk pematangan paru janin.
Deksametason
2 x 5mg (2 hari), Betametason 1 x 12 mg (2 hari).
7. Dianjurkan persalinan pervaginam, kecuali bila ditemukan
indikasi seperti: serviks yang belum matang (skor Bishop <
6), bayi prematur, atau ada kontraindikasi persalinan
pervaginam.
8. Bila akan dilakukan operasi seksio sesarea, kadar trombosit
< 50.000/mm3 merupakan indikasi untuk melakukan
transfusi trombosit.
9. Pemasangan drain intraperitoneal dianjurkan untuk
mengantisipasi adanya perdarahan intraabdominal.
Perawatan pascabedah di ICU atau HCU merupakan indikasi
untuk monitor komplikasi gagal jantung kongestif dan
sindroma distres pernafasan.
Penyulit : Sindroma HELLP, gagal ginjal, gagal
jantung, edema paru,kelainan
pembekuan darah, perdarahan
otak.
Konsultasi : Disiplin ilmu terkait (UPF Ilmu
Penyakit Dalam, ICU, UPF Syaraf,
UPF Mata)
Izin Tindakan : Seksio sesarea, ekstraksi forseps,
embryotomi
Lama Perawatan : Lampiran protokol
Unit Terkait : 1. Departemen Ilmu Penyakit
Dalam
2. Neurologi
3. ICU/HCU
4. Departemen Anestesi
5. Departemen Ilmu Kesehatan Anak
EKLAMSI
(Impending Eklamsi)

Rawat di I.C.U
Konsultasi dengan
Bag. Penyakit Dalam
& Bag Neurologi

MgSO 4
R/Antihipertensi
R/Suportif

Dalam kehamilan Pascasalin

Terminasi

Seksio sesarea Pervaginam


Inpartu Kala II
Terminal state
Sindroma Hellp
serebal(CVA, Stroke
dsb)
ASA IV
32
PANDUAN PRAKTIK KLINIS OBSTETRI
RSUD Dr. MOHAMAD SALEH KOTA PROBOLINGGO
PANDUAN PRAKTIK KLINIS DEP./SMF : OBSTETRI DAN
GINEKOLOGI RSUD Dr. MOHAMAD SALEH KOTA
PROBOLINGGO
2019

PERDARAHAN ANTEPARTUM
1. Pengertian Perdarahan antepartum adalah perdarahan dari jalan lahir pada
(Definisi) wanita hamil dengan usia kehamilan 20 minggu atau lebih,
dapat berupa plasenta previa atau solusio plasenta.
Plasenta previa adalah plasenta yang letaknya tidak normal
sehingga menutupi sebagian atau seluruh ostium uteri
internum.
Solusio plasenta adalah terlepasnya plasenta sebagian atau
seluruhnya, pada plasenta yang implantasinya normal sebelum
janin lahir.
2. Anamnesis 1. Perdarahan dari jalan lahir pertama kali atau berulang tanpa
disertai rasa nyeri, dapat sedikit-sedikit ataupun banyak.
2. Dapat disertai atau tanpa adanya kontraksi rahim.
3. Faktor predisposisi: grande multipara, riwayat kuretase
berulang
4. Pemeriksaan spekulum darah berasal dari ostium uteri
eksternum.
3. Pemeriksaan  Tanda-tanda syok (ringan sampai berat).
Fisik  Pada pemeriksaan luar biasanya bagian terendah janin
belum masuk pintu atas panggul atau ada kelainan letak.
4. Pemeriksaan 1. Laboratorium: Crossmatch, kadar Hb, L, Tr, Ht, golongan
Penunjang darah, fibrinogen, D-Dimer, BT, CT, PT, APTT.
2. Pemeriksaan USG
Bed side clotting test
Tujuan: menilai faktor pembekuan darah secara cepat dan
sederhana (metode kualitatif)
Cara: ambil 5cc darah vena dan masukkan ke dalam tabung
kosong yang telah dimasukkan 1 batang lidi. Setelah 6
menit, 8 menit, dan 10 menit dicoba diangkat batang lidi
tersebut dan lihat bekuan darahyang terbentuk.
Bila bekuan darah terbentuk <10 menit dan tidak mudah
hancur/pecah berarti faktor pembekuan darah masih baik
dan diperkirakan kadar fibrinogen >200 mg/dL
Bila bekuan darah terbentuk >10 menit dan bekuannya
mudah hancur berarti telah terdapat gangguan faktor
pembekuan darah (kadar fibrinogen < 200 mg/dL)
5. Penatalaksanaan Penatalaksanaan umum:
 Informed consent
 Stabilisasi, ABC (Posisikan semi ekstensi, bebaskan jalan
nafas, O2 jika perlu, resusitasi cairan). Tentukan ada
syok atau tidak. Jika ada, berikan transfusi darah, infus
cairan, oksigen dan kontrol perdarahan. Jika tidak ada
syok atau keadaan umum optimal, segera lakukan
pemeriksaan untuk mencari etiologi.
 Hentikan sumber perdarahan.
 Monitor tanda-tanda vital.
Penatalaksanaan spesifik:
Ekspektatif:
Syarat:
 Keadaan umum ibu dan anak baik.
 Perdarahan sedikit.
 Usia kehamilan kurang dari 37 minggu atau taksiran
berat badan janin kurang dari2500 gr.
 Tidak ada his persalinan.
Penatalaksanaan ekspektatif :
 Pasang infus, tirah baring
 Bila ada kontraksi prematur bisa diberi tokolitik.
 Pemantauan kesejahteraan janin dengan USG dan CTG
setiap minggu.
Aktif:
Persalinan pervaginam:
 Dilakukan pada plasenta letak rendah, plasenta
marginalis atau plasenta previa lateralis di anterior
(dengan anak letak kepala). Diagnosis ditegakkan
dengan melakukan pemeriksaan USG, perabaan fornises
atau pemeriksaan dalam dikamar operasi tergantung
indikasi.
 Dilakukan oksitosin drip disertai pemecahan ketuban.
Persalinan perabdominam, dilakukan pada keadaan:
 Plasenta previa dengan perdarahan banyak.
 Plasenta previa totalis.
 Plasenta previa lateralis di posterior.
 Plasenta letak rendah dengan anak letak sungsang.
6. Penyulit Syok irreversible, DIC.
7. Konsultasi  Departemen Anestesi
 ICU
33
PANDUAN PRAKTIK KLINIS OBSTETRI
RSUD Dr. MOHAMAD SALEH KOTA PROBOLINGGO
PANDUAN PRAKTIK KLINIS DEP./SMF : OBSTETRI DAN
GINEKOLOGI RSUD Dr. MOHAMAD SALEH KOTA
PROBOLINGGO
2019

PLASENTA PREVIA
1. Pengertian Plasenta yang letaknya tidak normal sehingga menutupi
(Definisi) sebagian atau seluruh ostium uteri internum.
2. Diagnosis 1. Perdarahan dari jalan lahir berulang tanpa disertai rasa nyeri
2. Dapat disertai atau tanpa adanya kontraksi.
3. Pada pemeriksaan luar biasanya bagian terendah janin
belum masuk pintu atas panggul atau ada kelainan letak.
4. Pemeriksaan spekulum darah berasal dari ostium uteri
eksternum.
3. Diagnosis Robekan jalan lahir, polip serviks, erosi portio
Banding
5. Pemeriksaan 1. Pemeriksaan laboratorium: golongan darah, kadar
Penunjang hemoglobin, hematokrit, waktu perdarahan dan waktu
pembekuan.
2. Pemeriksaan USG untuk mengetahui jenis plasenta previa
dan taksiran berat badan janin
6. Penatalaksanaan 1. Pasang infus, tirah baring
2. Bila ada kontraksi prematur bisa diberi tokolitik (lihat
pengelolaan prematuritas)
3. Pemantauan kesejahteraan janin dengan USG dan KTG
setiap minggu
7. Terapi Aktif Persalinan pervaginam
1. Dilakukan pada plasenta letak rendah, plasenta marginalis
atau plasenta previa lateralis di anterior (dengan anak letak
kepala). Diagnosis ditegakkan dengan melakukan
pemeriksaan USG, perabaan fornises atau pemeriksaan
dalam dikamar operasi tergantung indikasi.
2. Dilakukan oksitosin drip disertai pemecahan ketuban.
Persalinan perabdominamdilakukan pada keadaan :
1. Plasenta previa dengan perdarahan banyak.
2. Plasenta previa totalis.
3. Plasenta previa lateralis di posterior.
4. Plasenta letak rendah dengan anak letak sungsang
8. Konsultasi Syok hipovolemik, gagal ginjal, koagulasi intravaskuler
diseminata, kematian
9. Prognosis Dubia
10. Informed Dilakukan informed consent pada setiap aspek tindakan, baik
Consent diagnostik maupun terapeutik, kecuali bila keadaan sudah
sangat mengancam jiwa.
11. Perawatan Diperlukan
Rumah Sakit
34
PANDUAN PRAKTIK KLINIS OBSTETRI
RSUD Dr. MOHAMAD SALEH KOTA PROBOLINGGO
PANDUAN PRAKTIK KLINIS DEP./SMF : OBSTETRI DAN
GINEKOLOGI RSUD Dr. MOHAMAD SALEH KOTA PROBOLINGGO
2019

SOLUSIO PLASENTA
1. Pengertian Terlepasnya plasenta sebagian atau seluruhnya, pada plasenta
(Definisi) yang implantasinya normal sebelum janin lahir.
2. Diagnosis 1. Perdarahan dari jalan lahir dengan atau tanpa disertai rasa
nyeri (tergantung derajat solusio plasenta).
2. Perabaan uterus pada umumnya tegang, palpasi bagian janin
biasanya sulit.
3. Janin dapat dalam keadaan baik, gawat janin atau mati
(tergantung derajat solusio plasenta).
4. Pada pemeriksaan dalam bila ada pembukaan teraba ketuban
yang tegang dan menonjol.
3. Derajat Solusio 1. Ringan:
Plasenta - Perdarahan yang keluar kurang dari 100-200cc
- Uterus tidak tegang
- Belum ada tanda renjatan
- Janin hidup
- Kadar fibrinogen plasma lebih dari 250 mg%
2. Sedang :
- Perdarahan lebih dari 200 cc
- Uterus tegang
- Terdapat tanda renjatan
- Gawat janin atau janin mati
- Kadar fibrinogen plasma 120 - 150 mg%
3. Berat :
- Uterus tegang dan kontraksi tetanik
- Terdapat renjatan
- Janin biasanya sudah mati
4. Diagnosis Banding Tidak ada
5. Pemeriksaan Pemeriksaan USG :
Penunjang • Pada pemeriksaan USG didapatkan implantasi plasenta
normal dengan gambaran hematom retroplasenter.
Pemeriksaan laboratorium :
1. Bed side clotting test (untuk menilai fungsi pembekuan
darah/penilaian tidak langsung kadar fibrinogen)
2. Pemeriksaan darah untuk fibrinogen, trombosit, waktu
perdarahan, waktu pembekuan
6. Konsultasi  Dokter spesialis penyakit dalam
 Dokter spesialis anestesi
 Dokter spesialis anak
7. Terapi Derajat ringan:
 Ekspektatif bila :
- Usia kehamilan belum cukup bulan. Penderita dirawat tanpa
melakukan pemeriksaan dalam. Pemantauan klinik dilakukan
secara ketat dan baik.
 Syarat :
- Perdarahan sedikit yang kemudian berhenti
- Belum ada tanda-tanda in partu
- Keadaan ibu cukup baik (Kadar Hb lebih dari 8 gr %)
- Janin baik
 Penatalaksanaan :
- Tirah baring.
- Berikan Deksametason 20mg/48 jam(5mg/kali diberikan 4
dosis) / Betametason 24 mg/48 jam (dibagi 2 dosis)
- USG untuk mengetahui implantasi plasenta, usia
kehamilan, profil biofisik, letak dan presentasi janin.
- KTG serial setiap 3 hari
 Aktif bila :
- Usia kehamilan cukup bulan, janin hidup dilakukan
persalinan perabdominam
- Usia kehamilan kurang bulan, janin viable (pematangan
paru sebelumnya bila memungkinkan), dengan persalinan
perabdominam
- Bila keadaan memburuk (perdarahan dan kontraksi uterus
berlangsung terus) dikelola sebagai derajat sedang/berat.
Derajat sedang/berat:
1. Perbaikan keadaan umum
a. Resusitasi cairan/transfusi darah
- Jika tidak tersedia pilih salah satu dari plasma beku
segar, sel darah merah packed (PRC),
kriopresipitat, konsentrasi trombosit.
b. Atasi kemungkinan gangguan perdarahan
2. Melahirkan janin
a. Dengan mengupayakan partus pervaginam (amniotomi
dan tetes oksitosin) bila skor pelvik > 6 atau bila
diperkirakan persalinan bisa berlangsung < 6 jam.
b. Dengan persalinan perabdominam bila skor pelvik < 6
atau bila diperkirakan persalinan akan berlangsung > 6
jam, atau bila sesudah 6 jam dikelola janin belum lahir
pervaginam.
Catatan :
Bila janin masih hidup dan kemungkinan viable (> 28 minggu dan
atau BBJ > 1000 gram), dilakukan tindakan persalinan dengan
seksio sesarea
8. Penyulit Syok hipovolemik, gagal ginjal, koagulasi intravaskuler diseminata,
kematian
9. Prognosis Dubia
10. Informed consent Dilakukan Informed Consent pada setiap aspek tindakan, baik
diagnostik maupun terapeutik, kecuali bila keadaan sudah sangat
mengancam jiwa
11. Perawatan Rumah Diperlukan
Sakit
35
PANDUAN PRAKTIK KLINIS OBSTETRI
RSUD Dr. MOHAMAD SALEH KOTA PROBOLINGGO
PANDUAN PRAKTIK KLINIS DEP./SMF : OBSTETRI DAN
GINEKOLOGI RSUD Dr. MOHAMAD SALEH KOTA PROBOLINGGO
2019

KEMATIAN JANIN DALAM RAHIM


1. Kriteria Diagnosis Tidak adanya tanda-tanda kehidupan janin dalam rahim
2. Etiologi Kelainan kromosom, kelainan congenital, infeksi, diabetes,
gemeli, anomaly, organ reproduksi, Rhesus iso-imunisasi,
insufisiensi, plasenta, trauma psikis/fisik, tidak diketahui
3. Pemeriksaan USG : ditemukannya tanda-tanda kematian janin.
Penunjang Dilakukan pemeriksaan Lab terhadap kemungkinan gangguan
pembekuan darah (DIC)
4. Pengelolaan • Lahirkan janin (lihat bab terminasi kehamilan)
5. Penyulit • Oleh karena penyakit/gangguan pembekuan darah
• Komplikasi tindakan
36
PANDUAN PRAKTIK KLINIS OBSTETRI
RSUD Dr. MOHAMAD SALEH KOTA PROBOLINGGO
PANDUAN PRAKTIK KLINIS DEP./SMF : OBSTETRI DAN
GINEKOLOGI RSUD Dr. MOHAMAD SALEH KOTA PROBOLINGGO
2019

ABORTUS
1. Pengertian Berakhirnya kehamilan pada umur kehamilan < 20 mg (berat janin
(Definisi) < 500 gram) atau buah kehamilan belum mampu untuk hidup
diluar kandungan.
Abortus spontan adalah abortus yang terjadi secara spontan
tanpa penyebab yang jelas (miscarriage)
Abortus buatan adalah abortus yang terjadi akibat intervensi
tertentu yang bertujuan untuk mengakhiri proses kehamilan
(pengguguran, aborsi, abortus provokatus)
2. Klasifikasi a. Abortus Imminens
Abortus mengancam, ditandai oleh perdarahan bercak dari
jalan lahir, dapat disertai nyeri perut bawah yang ringan, buah
kehamilan masih mungkin berlanjut atau dipertahankan.
b. Abortus Insipiens:
Abortus sedang berlangsung, ditandai oleh perdarahan ringan
atau sedang disertai kontraksi rahim dan akan berakhir
sebagai abortus komplit atau inkomplit.
c. Abortus Inkomplit
Sebagian buah kehamilan telah keluar melalui kanalis
servikalis dan masih terdapat sisa konsepsi dalam rongga
rahim.
d. Abortus komplit
Seluruh buah kehamilan telah keluar dari rongga rahim
melalui kanalis servikalis secara lengkap.
e. Abortus tertunda (missed abortion)
Tertahannya (retensi) hasil konsepsi yang telah mati dalam
rahim selama 8 minggu atau lebih.
f. Abortus Habitualis
Abortus spontan yang berlangsung berurutan sebanyak 3 kali
atau lebih.
Abortus imminens :
Klinis :
Anamnesis: - Perdarahan sedikit dari jalan lahir
- Nyeri perut tidak ada atau ringan
Pemeriksaan dalam :
- Fluksus sedikit
- Ostium uteri tertutup
3. Kriteria Diagnosis I. Pemeriksaan penunjang :
4. Pemeriksaan USG, hasilnya dapat ditemukan :
Penunjang a. Buah kehamilan masih utuh, ada tanda kehidupan janin
5. Penatalaksanaan b. Meragukan (kantong kehamilan masih utuh, pulsasi
jantung janin belum jelas)
c. Buah kehamilan tidak baik: janin mati.
Terapi:
a. Bila kehamilan utuh, ada tanda kehidupan janin :
 Rawat jalan
 Tidak diperlukan tirah baring total
 Anjurkan untuk tidak melakukan aktivitas berlebihan
atau hubungan seksual.
 Bila perdarahan berhenti dilanjutkan jadwal
pemeriksaan kehamilan selanjutnya.
 Bila perdarahan terus berlangsung, nilai ulang kondisi
janin (USG) 1 mg kemudian.
b. Bila hasil USG meragukan, ulangi pemeriksaan USG 1-2 mg
kemudian.
c. Bila hasil USG tidak baik: evakuasi tergantung umur
kehamilan (lihat prosedur terminasi kehamilan)
II. Abortus insipiens :
Klinis:
Anamnesis: Perdarahan dari jalan lahir disertai nyeri/kontraksi
rahim. Pemeriksaan dalam:
- Ostium terbuka
- Buah kehamilan masih dalam rahim.
- Ketuban utuh, dapat menonjol.
Terapi:
a. Evakuasi (lihat prosedur terminasi kehamilan)
b. Uterotonika pasca evakuasi
c. Antibiotika selama 3 hari
III. Abortus inkomplit :
Klinis:
Anamnesis: Perdarahan dari jalan lahir, biasanya banyak,
nyeri/kontraksi rahim ada, bila perdarahan banyak dapat
terjadi syok.
Abortus inkomplit sering berhubungan dengan aborsi/abortus
yang tidak aman, oleh karena itu periksa tanda-tanda
komplikasi yang mungkin terjadi akibat abortus provokatus
seperti perforasi, tanda - tanda infeksi atau sepsis.
Pemeriksaan Dalam: - Ostium uteri terbuka.
- Teraba sisa jaringan buah kehamilan
Terapi:
a. Bila ada syok, atasi dahulu syok (perbaiki keadaan umum)
b. Transfusi bila Hb < 8 gr%
c. Evakuasi (lihat prosedur terminasi kehamilan)
d. Uterotonika (metilergometrin tablet 3 x 0,125 mg)
e. Beri antibiotika berspektrum luas selama 3 hari
IV. Abortus komplit
Seluruh buah kehamilan telah keluar.
Klinis:
Anamnesis: Perdarahan dari jalan lahir sedikit, pernah keluar
buah kehamilan. Pemeriksaan Dalam: Ostium biasanya
tertutup, bila ostium terbuka teraba rongga uterus kosong.
Terapi :
a. Antibiotika selama 3 hari
b. Uterotonika
V. Abortus tertunda
Kematian janin dan belum dikeluarkan dari dalam rahim
selama 8 minggu atau lebih.
Klinis:
Anamnesis: Perdarahan dapat ada atau tidak.
Pemeriksaan:
a. Fundus uteri lebih kecil dari umur kehamilan
b. Bunyi jantung janin tidak ada
Pemeriksaan penunjang:
a. USG : terdapat tanda janin mati
b. Laboratorium: Hb, trombosit, fibrinogen, waktu
perdarahan, waktu pembekuan, waktu protombin.
Terapi:
a. Evakuasi pada umumnya kanalis servikalis dalam keadaan
tertutup, sehingga perlu tindakan dilatasi (lihat prosedur
terminasi kehamilan); hati-hati karena pada keadaan ini
biasanya plasenta bisa melekat sangat erat sehingga
prosedur kuretase lebih sulit dan dapat berisiko tidak
bersih/perdarahan pasca kuretase.
b. Uterotonika pasca evakuasi
c. Antibiotika selama 3 hari
VI. Abortus febrilis/abortus infeksiosa :
Abortus yang disertai infeksi, biasanya ditandai rasa nyeri dan
febris.
Klinis:
Anamnesis: Waktu masuk Rumah Sakit mungkin disertai syok
septik.
Tanyakan kemungkinan abortus provokatus dan cari tanda-
tandakomplikasi yang dapatmenyertainya (perforasi,
peritonitis).
Pemeriksaan dalam: Ostium uteri umumnya terbuka dan
teraba sisa jaringan, baik rahimmaupun adneksa terasa nyeri
pada perabaan, fluksusberbau.
Terapi :
a. Perbaiki keadaan umum (pasang infus, atau transfusi
darah bila perlu), atasi syok septik bila ada
b. Posisi Fowler
c. Antibiotika yang adekuat (berspektrum luas, aerob dan
anaerob) dilanjutkan dengan tindakan kuretase
d. Uterotonika (metil ergometrin 0,2mg IM)
e. Kuretase untuk mengevakuasi sisa jaringan dilakukan
setelah 6 jam pemberian antibiotik dan uterotonika
parenteral
37
PANDUAN PRAKTIK KLINIS OBSTETRI
RSUD Dr. MOHAMAD SALEH KOTA PROBOLINGGO
PANDUAN PRAKTIK KLINIS DEP./SMF : OBSTETRI DAN
GINEKOLOGI RSUD Dr. MOHAMAD SALEH KOTA PROBOLINGGO
2019

KEHAMILAN EKTOPIK TERGANGGU


1. Pengertian Kehamilan ektopik terganggu adalah suatu kehamilan yang hasil
(Definisi) konsepsinya berimplantasi diluar kavum uteri dan berakhir
dengan abortus atau ruptur tuba.
2. Diagnosis  Terlambat haid
 Biasanya terjadi 6-8 minggu setelah haid terakhir
 Gejala subjektifkehamilan lainnya (mual, pusing, dsb)
 Nyeri perut yang disertai spotting
 Gejala yang lebih jarang: nyeri yang menjalar ke bahu,
perdarahan pervaginam, pingsan
 Tanda-tanda syok hipovolemik
 Nyeri abdomen :
- Uterus yang membesar
- Nyeri goyang serviks (+)
- Nyeri pada perabaan dan dapat teraba massa tumor
didaerah adneksa
- Kavum Douglas bisa menonjol karena berisi darah,nyeri
tekan (+)
3. Diagnosis Banding 1. Kista ovarium pecah dan mengalami perdarahan
2. Torsi kista ovarium
3. Kista terinfeksi
4. Abortus iminens
5. Appendisitis
4. Pemeriksaan 1. Laboratorium :
Penunjang  Hb, Lekosit
 Kadar ß-hCG dalam serum
 Uji kehamilan (tes urine)
2. USG:
 Uterus yang membesar
 Tidak ada kantung kehamilan dalam kavum uteri Adanya
kantung kehamilan diluar kavum uteri.
 Terdapat gambaran massa kompleks dan atau
darah/cairan bebas didaerah adneksa dan atau di cavum
douglas
3. Kuldosentesis untuk mengetahui adanya darah dalam kavum
Douglas
4. Laparoskopi diagnostik
5. Konsultasi Bila dicurigai kemungkinan appendisitis, konsul ke Departemen
Bedah
6. Terapi 1. Konservatif: Pada kehamilan ektopik bila fertilitas masih
diperlukan, dapat diberi terapi medikamentosa dengan
methotrexate (MTX) dengan syarat :
• Hemodinamisasi stabil
• Kehamilan kurang dari 8 minggu
• Tidak ada cairan bebas pada pemeriksaan USG
• Kantung kehamilan ektopik < 3 cm
• Tidak tampak pulsasi jantung janin,
• Kadar HCG < 10.000 IU/ml,
• Tidak ada kontra indikasi pemberian MTX,
• Dengan dosis 50 mg/m2 permukaan tubuh
2. Operatif :
• Laparotomi
• Salpingektomi (terapi standar) bila tidak ada masalah
ferilitas, ruptur tuba, perdarahan banyak, ada kelainan
anatomi tuba.
• Salpingostomi (bila ferilitas masih diperlukan).
• Reseksi segmen
• Pada kehamilan ektopik belum terganggu, bila terdapat
kontra indikasi operasi atau kemungkinan operasi sulit
(kehamilan servikal, kornu, perlengketan hebat di rongga
panggul, keadaan umum tidak memungkinkan) diberikan
MTX.
3. Transfusi darah bila HB <8 gram%. (kalau keadaan
persediaan darah susah, dan perlu sekali transfusi,bisa dilakukan
auto transfusi dengan syarat darah intra abdomen masih segar,
tidak terinfeksi atau terkontaminasi).
7. Perawatan Rumah Diperlukan
Sakit
8. Penyulit Kematian
9. Prognosis Dubia
10. Informed Consent Dilakukan informed consent pada setiap aspek tindakan, baik
diagnostik maupun terapeutik, kecuali bila keadaan sudah sangat
mengancam jiwa.
11. Patologi Anatomi Jaringan yang diangkat (tuba, ovarium)
12. Otopsi Diperlukan pada kasus kematian akibat kehamilan ektopik
13. Catatan Medik Mencakup keluhan utama, gejala klinis, riwayat obstetri,
pemeriksaan fisik & penunjang, terapi, operasi, perawatan, tindak
lanjut, konsultasi, prognosis
38
PANDUAN PRAKTIK KLINIS OBSTETRI
RSUD Dr. MOHAMAD SALEH KOTA PROBOLINGGO
PANDUAN PRAKTIK KLINIS DEP./SMF : OBSTETRI DAN
GINEKOLOGI RSUD Dr. MOHAMAD SALEH KOTA PROBOLINGGO
2019

ASUHAN PASCA KEGUGURAN


1. Elemen Asuhan 1. Pelayanan gawatdarurat dan komplikasi abortus inkomplit
Pasca Keguguran 2. Konseling dan pelayanan kontrasepsi pasca keguguran
3. Jalinan kerjasama dengan sistem kesehatan reproduksi
2. Hambatan 1. Pengertian/perhatian petugas  masalah reproduksi pasien
Pelayanan 2. Pelayanan kesehatan reproduksi kelompok masyarakat
Kontrasepsi Pasca tertentu
Keguguran Akibat 3. Kerjasama pelayanan pasca keguguran dengan klinik KB
Kurangnya 4. Memahami alat kontrasepsi pasca keguguran yang aman dan
efektif
5. Informasi kehamilan, keguguran dan alat kontrasepsi

3. Tiga Strategi Efektif 1. Pelayanan KB pasca keguguran termasuk konseling dan


Untuk Menurunkan pelayanan KB.
AKI 2. Penatalaksanaan komplikasi abortus
3. Asuhan pasca keguguran terintegrasi dengan pelayanan
kegawat- daruratan dan kesehatan reproduksi termasuk KIE
4. Upaya-upaya Dalam 1. Memotivasi ibu agar aborsi tidak berulang kali, sehingga
Rangka APK dianjurkan memakai alat kontrasepsi segera setelah abortus.
2. Memotivasi ibu memperoleh pelayanan APK sehingga tidak
menimbulkan komplikasi yang berakibat kematian.
3. Apabila aborsi terpaksa dilakukan karena alasan medis maka
sebaiknya dilakukan oleh tenaga terlatih dan difasilitas
pelayanan kesehatan yang memadai.
4. Memberikan pelayanan kontrasepsi kepada ibu pasca
keguguran atau suami.
5. Melakukan rujukan medis ke tempat pelayanan kesehatan
terdekat bila terjadi komplikasi keguguran.
Penggunaan prosedur AVM, lebih dianjurkan karena :
1. Risiko komplikasi lebih sedikit
2. Meningkatkan jangkauan pelayanan masyarakat
3. Biaya pelayanan pasca keguguran lebih ringan
4. Mengurangi penggunaan sumber daya kesehatan
39
PANDUAN PRAKTIK KLINIS OBSTETRI
RSUD Dr. MOHAMAD SALEH KOTA PROBOLINGGO
PANDUAN PRAKTIK KLINIS DEP./SMF : OBSTETRI DAN
GINEKOLOGI RSUD Dr. MOHAMAD SALEH KOTA PROBOLINGGO
2019

KETUBAN PECAH DINI


1. Batasan Ketuban pecah dini adalah robeknya selaput korioamnion dalam
kehamilan (sebelum onset persalinan berlangsung)
Dibedakan :
- PPROM (Preterm Premature Rupture of Membranes)
Ketuban pecah pada saat usia kehamilan < 37 minggu
- PROM (Premature Rupture of Membranes)
Ketuban pecah saat usia kehamilan ≥ 37 minggu
2. Kriteria Diagnosis • Umur kehamilan > 20 minggu
• Keluar cairan ketuban dari vagina
• Pemeriksaan spekulum : terlihat cairan ke luar dari ostium
uteri eksternum
• Kertas nitrazin merah akan jadi biru
• Mikroskopis : terlihat lanugo dan verniks kaseosa
3. Diagnosis Banding • Fistula vesikovaginal dengan kehamilan
• Stres inkontinensia
4. Pemeriksaan USG : menilai jumlah cairan ketuban, menentukan usia
Penunjang kehamilan, berat janin, letak janin, kesejahteraan janin dan letak
plasenta
5. Pengelolaan a. Konservatif
Pengelolaan konservatif dilakukan bila tidak ada penyulit
(baik pada ibu maupun janin), pada umur kehamilan 28-
34 minggu, dirawat selama 2 hari.
Selama perawatan dilakukan
1. Observasi kemungkinan adanya amnionitis/tanda-
tanda infeksi
• Ibu : suhu >38ºC takikardi ibu, lekositosis, tanda-
tanda infeksi intara uterin, rasa nyeri pada rahim,
sekret vagina purulen
• Janin : takikardi janin
2. Pengawasaan timbulnya tanda persalinan.
3. Pemberian antibiotikap.o (Sefadroksil 2x500 mg,
Eritromisin 4x500 mg) selama 3-5 hari atau antibiotika
spektrum luas lain yang sensitif.
4. Ultrasonografi untuk menilai kesejahteraan janin
5. Bila ada indikasi untuk melahirkan janin, dilakukan
pematangan paru, dan proteksi otak janin (Lihat Bab
Persalinan Kurang bulan)
Kriteria diagnosis amnionitis
1. Febris
2. Lekositosis
3. Takikardi
4. Cairan ketuban mungkin berbau
b. Aktif
1. Pengelolaan aktif pada KPD dengan umur kehamilan
20-28 minggu dan ≥ 34 minggu (lihat bab terminasi
kehamilan)
2. Ada tanda-tanda infeksi
3. Timbulnya tanda-tanda persalinan
4. Gawat janin
6. Penyulit • Infeksi, sepsis
• Kematian janin karena infeksi atau prematuritas

Umur kehamilan

20 - < 28 mg 28-34 mg ≥ 34 mg

Konservatif
Aktif Aktif
rawat 2 hari

Tanpa komplikasi - His (+)


lain - Infeksi

Pulang dengan saran : Aktif


- Tidak melakukan coitus/
irigasi vagina
- Segera kontrol bila ada
tanda-tanda infeksi/ gerak janin berkurang

PNC tiap minggu


sampai 34 mg
PANDUAN PRAKTIK KLINIS OBSTETRI
RSUD Dr. MOHAMAD SALEH KOTA PROBOLINGGO
PANDUAN PRAKTIK KLINIS DEP./SMF : OBSTETRI DAN
GINEKOLOGI RSUD Dr. MOHAMAD SALEH KOTA PROBOLINGGO
2019

KELAINAN HIS
1. Batasan Inersia hipotonik : kontraksi uterus terkoordinasi, tapi tidak
adekuat.
Inersia hipertonik : kontraksi uterus tidak terkoordinasi, kuat tapi
tidak adekuat.
His adekuat : his persalinan yang menyebabkan kemajuan
persalinan.
• Klinis : dalam 10 menit terdapat 3 kali kontraksi rahim,
lamanya 40-60 detik, sifatnya kuat.
• KTG : kontraksi 3 kali dalam 10 menit, lamanya 40-60
detik, dengan tekanan intrauterin 40-60mmHg.
2. Etiologi Inersia uteri hipotonik:
Penggunaan analgesi terlalu cepat, kesempitan panggung, letak
defleksi, kelainan posisi regangan dinding rahim (hidramnion,
gemeli), perasaan takut dari ibu.
Inersia uteri hipertonik:
- KPD
- Infeksi intrauterin
3. Penyulit 1. Kemungkinan infeksi bertambah, yang juga menyebabkan
kematian anak meningkat.
2. Kelelahan ibu dan dehidrasi : tanda-tanda nadi naik, suhu
meningkat, asetonuri, nafas cepat, meteorismus dan
turgor berkurang
4. Pengelolaan 1. Inersia uteri hipertonik
- Kalau ketuban positif, lakukan amniotomi dan
pemberian tetes oksitosin.
- Kalau ketuban telah pecah dilakukan pemberian tetes
oksitosin (lihat bab Tetes oksitosin)
2. Inersia uteri hipertonik
- Diberikan obat tokolitik (Lihat Bab pemberian
tokolitik)
- Tetes oksitosin diberikan setelah gejala hipertonus
menghilang
5. Pemanjangan Fase Fase laten lebih dari 20 jam untuk nulipara dan lebih dari 14 jam
Laten untuk multipara.
Tindakan yang dapat dilakukan adalah istirahat (pemberian
sedativa) atau drip oksitosin. akan tetapi istirahat lebih baik
dilakukan untuk mencegah kemungkinan belum inpartu (his
palsu). Secara statistik dengan pemberian sedativa kuat 85% akan
memasuki fase aktif, 10% his hilang (his palsu) dan 5% yang
membutuhkan drip oksitosin.
KELAINAN HIS

Kriteria Penilaian Etiologi :


1. Kemajuan persalinan - Penggunaan analgesi terlau cepat
2. Sifat his : - Kesempitan panggul
- Frekuensi - Letak defleksi
- Kekuatan - Kelainan posisi
- Lama - Regangan dinding rahim
3. Besarnya caput succedaneum (hidramnion, gemeli)
- Perasaan ibu takut
Inersia Uteri

Hipotonik Hipertonik

Amniotomi + Pemberian tokolitik


Tetes oksitosin

Berhasil Tidak berhasil

Pervaginam Seksio sesarea

Anda mungkin juga menyukai