Anda di halaman 1dari 9

LAPORAN PENDAHULUAN

A. DEFINISI
PPOK/COPD (Cronic Obstruction Pulmonary Disease) merupakan istilah
yang sering digunakan untuk sekelompok penyakit paru yang berlangsung lama dan
ditandai oleh peningkatan resistensi terhadap aliran udara sebagai gambaran
patofisiologi utamanya.
PPOK merupakan suatu istilah yang sering digunakan untuk sekelompok
penyakit paru-paru yang berlangsung lama dan ditandai oleh peningkatan resistensi
terhadap aliran udara sebagai gambaran patofisiologi utamanya. Ketiga penyakit yang
membentuk satu kesatuan yang dikenal dengan COPD adalah : Bronchitis kronis,
emfisema paru-paru dan asthma bronchiale.

B. ETIOLOGI
1. Faktor tidak diketahui
2. Predisposisi genetic
3. Merokok
4. Polusi udara
5. Manifestasi klinis
6. Dispnea
7. Inspeksi : barrel chest, penggunaan otot bantu pernapasan
8. Perkusi : hiperresonan, penurunan fremitus pada seluruh bidang paru
9. Auskultasi bunyi napas : krekles, ronchi, perpanjangan ekspirasi
10. Hipoksemia
11. Anoreksia
12. Penurunan BB
13. Kelemahan

C. PATOFISIOLOGI
Saluran napas dan paru berfungsi untuk proses respirasi yaitu pengambilan
oksigen untuk keperluan metabolisme dan pengeluaran karbondioksida dan air
sebagai hasil metabolisme. Proses ini terdiri dari tiga tahap, yaitu ventilasi, difusi dan
perfusi. Ventilasi adalah proses masuk dan keluarnya udara dari dalam paru. Difusi
adalah peristiwa pertukaran gas antara alveolus dan pembuluh darah, sedangkan
perfusi adalah distribusi darah yang sudah teroksigenasi. Gangguan ventilasi terdiri
dari gangguan restriksi yaitu gangguan pengembangan paru serta gangguan obstruksi
berupa perlambatan aliran udara di saluran napas. Parameter yang sering dipakai
untuk melihat gangguan restriksi adalah kapasitas vital (KV), sedangkan untuk
gangguan obstruksi digunakan parameter volume ekspirasi paksa detik pertama
(VEP1), dan rasio volume ekspirasi paksa detik pertama terhadap kapasitas vital
paksa (VEP1/KVP).
Faktor risiko utama dari PPOK adalah merokok. Komponen-
komponen asap rokok merangsang perubahan pada sel-sel penghasil mukus
bronkus. Selain itu, silia yang melapisi bronkus mengalami kelumpuhan atau
disfungsional serta metaplasia. Perubahan-perubahan pada sel-sel penghasil mukus
dan silia ini mengganggu sistem eskalator mukosiliaris dan menyebabkan
penumpukan mukus kental dalam jumlah besar dan sulit dikeluarkan dari saluran
napas. Mukus berfungsi sebagai tempat persemaian mikroorganisme penyebab infeksi
dan menjadi sangat purulen. Timbul peradangan yang menyebabkan edema
jaringan. Proses ventilasi terutama ekspirasi terhambat. Timbul hiperkapnia akibat
dari ekspirasi yang memanjang dan sulit dilakukan akibat mukus yang kental dan
adanya peradangan.
Komponen-komponen asap rokok juga merangsang terjadinya peradangan
kronik pada paru.Mediator-mediator peradangan secara progresif merusak struktur-
struktur penunjang di paru. Akibat hilangnya elastisitas saluran udara dan kolapsnya
alveolus, maka ventilasi berkurang. Saluran udara kolaps terutama pada ekspirasi
karena ekspirasi normal terjadi akibat pengempisan (recoil) paru secara pasif setelah
inspirasi. Dengan demikian, apabila tidak terjadi recoil pasif, maka
udara akan terperangkap di dalam paru dan saluran udara kolaps.

D. MANIFESTASI KLINIS
Batuk merupakan keluhan pertama yang biasanya terjadi pada pasien
PPOK. Batuk bersifat produktif, yang pada awalnya hilang timbul lalu kemudian
berlangsung lama dan sepanjang hari. Batuk disertai dengan produksi sputum yang
pada awalnya sedikit dan mukoid kemudian berubah menjadi banyak dan purulen
seiring dengan semakin bertambahnya parahnya batuk penderita.
Penderita PPOK juga akan mengeluhkan sesak yang berlangsung lama,
sepanjang hari, tidak hanya pada malam hari, dan tidak pernah hilang sama sekali, hal
ini menunjukkan adanya obstruksi jalan nafas yang menetap. Keluhan sesak inilah
yang biasanya membawa penderita PPOK berobat ke rumah sakit. Sesak dirasakan
memberat saat melakukan aktifitas dan pada saat mengalami eksaserbasi akut.
gejala PPOK eksaserbasi akut meliputi:
1. Batuk bertambah berat
2. Produksi sputum bertambah
3. Sputum berubah warna
4. Sesak nafas bertambah berat
5. Bertambahnya keterbatasan aktifitas
6. Terdapat gagal nafas akut pada gagal nafas kronis
7. Penurunan kesadaran

E. PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan PPOK pada usia lanjut adalah sebagai berikut:
1. Meniadakan faktor etiologi/presipitasi, misalnya segera menghentikan merokok,
menghindari polusi udara.
2. Membersihkan sekresi bronkus dengan pertolongan berbagai cara.
3. Memberantas infeksi dengan antimikroba. Apabila tidak ada infeksi antimikroba
tidak perlu diberikan. Pemberian antimikroba harus tepat sesuai dengan kuman
penyebab infeksi yaitu sesuai hasil uji sensitivitas atau pengobatan empirik.
4. Mengatasi bronkospasme dengan obat-obat bronkodilator. Penggunaan
kortikosteroid untuk mengatasi proses inflamasi (bronkospasme) masih
kontroversial.
5. Pengobatan simtomatik.
6. Penanganan terhadap komplikasi-komplikasi yang timbul.
7. Pengobatan oksigen, bagi yang memerlukan. Oksigen harus diberikan dengan
aliran lambat 1 - 2 liter/menit.
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

B. PENGKAJIAN

PENGKAJIAN

1. Aktivitas dan Istirahat

2. Sirkulasi

3. Integritas Ego

4. Makanan/ cairan

5. Hyegene

6. Pernafasan

7. Keamanan

8. Seksualitas

9. Interaksi Sosial

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan bronkokontriksi, peningkatan


produksi sputum, batuk tidak efektif, kelelahan/berkurangnya tenaga dan infeksi
bronkopulmonal.
2. Pola napas tidak efektif berhubungan dengan napas pendek, mukus, bronkokontriksi
dan iritan jalan napas.
3. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan ketidaksamaan ventilasi perfusi
4. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai dengan
kebutuhan oksigen.
5. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan dispnea,
kelamahan, efek samping obat, produksi sputum dan anoreksia, mual muntah.
6. Kurang perawatan diri berhubungan dengan keletihan sekunder akibat peningkatan
upaya pernapasan dan insufisiensi ventilasi dan oksigenasi.
C. RENCANA KEPERAWATAN

NO DIAGNOSA KEPERAWATAN NOC NIC


1. Bersihan jalan napas tidak NOC : 1. Beri pasien 6 sampai 8 gelas
efektif b.d bronkokontriksi,  Respiratory status : cairan/hari kecuali terdapat kor
peningkatan produksi Ventilation pulmonal.
sputum, batuk tidak efektif,  Respiratory status : Airway 2. Ajarkan dan berikan dorongan
kelelahan/berkurangnya  patency Aspiration Control penggunaan teknik pernapasan
tenaga dan infeksi Kriteria Hasil : diafragmatik dan batuk.
bronkopulmonal.  Mendemonstrasikan batuk 3. Bantu dalam pemberian
efektif dan suara nafas tindakan nebuliser, inhaler dosis
yang bersih, tidak ada terukur
sianosis dan dyspneu 4. Lakukan drainage postural
(mampu mengeluarkan dengan perkusi dan vibrasi pada pagi
sputum, mampu bernafas hari dan malam hari sesuai yang
dengan mudah, tidak ada diharuskan.
pursed lips) 5. Instruksikan pasien untuk
 Menunjukkan jalan nafas menghindari iritan seperti asap rokok,
yang paten (klien tidak aerosol, suhu yang ekstrim, dan asap.
merasa tercekik, irama 6. Ajarkan tentang tanda-tanda
nafas, frekuensi dini infeksi yang harus dilaporkan
pernafasan dalam rentang pada dokter dengan segera:
normal, tidak ada suara peningkatan sputum, perubahan
nafas abnormal) warna sputum, kekentalan sputum,
 Mampu peningkatan napas pendek, rasa
mengidentifikasikan dan sesak didada, keletihan.
mencegah factor yang 7. Berikan antibiotik sesuai yang
dapat menghambat jalan diharuskan.
nafas 8. Berikan dorongan pada pasien
untuk melakukan imunisasi terhadap
influenzae dan streptococcus
pneumoniae.
2. Pola napas tidak NOC : 1. Ajarkan klien latihan bernapas
efektifberhubungan dengan  Respiratory status : diafragmatik dan pernapasan bibir
napas pendek, mukus, Ventilation dirapatkan.
bronkokontriksi dan iritan NOC 2. Berikan dorongan untuk
jalan napas  Respiratory status : Airway menyelingi aktivitas dengan periode
patency istirahat.
 Vital sign Status 3. Biarkan pasien membuat
Kriteria Hasil : keputusan tentang perawatannya
 Mendemonstrasikan batuk berdasarkan tingkat toleransi pasien.
efektif dan suara nafas 4. Berikan dorongan penggunaan
yang bersih, tidak ada latihan otot-otot pernapasan jika
sianosis dan dyspneu diharuskan.
(mampu mengeluarkan
sputum, mampu bernafas
dengan mudah, tidak ada
pursed lips)
 Menunjukkan jalan nafas
yang paten (klien tidak
merasa tercekik, irama
nafas, frekuensi
pernafasan dalam rentang
normal, tidak ada suara
nafas abnormal)
 Tanda Tanda vital dalam
rentang normal (tekanan
darah (sistole 110-
130mmHg dan diastole 70-
90mmHg), nad (60-
100x/menit)i, pernafasan
(18-24x/menit))
3. Gangguan pertukaran Respiratory status : Ventilation 1. Deteksi bronkospasme
gasberhubungan dengan Kriteria Hasil : saatauskultasi .
ketidaksamaan ventilasi  Frkuensi nafas normal (16- 2. Pantau klien terhadap dispnea
perfusi 24x/menit) dan hipoksia.
 Tidak terdapat disritmia 3. Berikan obat-obatan
 Melaporkan penurunan bronkodialtor dan kortikosteroid
dispnea dengan tepat dan waspada
 Menunjukkan perbaikan kemungkinan efek sampingnya.
dalam laju aliran ekspirasi 4. Berikan terapi aerosol sebelum
waktu makan, untuk membantu
mengencerkan sekresi sehingga
ventilasi paru mengalami perbaikan.
5. Pantau pemberian oksigen
4. Intoleransi NOC : 1. Kaji respon individu terhadap
aktivitasberhubungan v Energy conservation aktivitas; nadi, tekanan darah,
dengan ketidakseimbangan v Self Care : ADLs pernapasan
antara suplai dengan Kriteria Hasil : 2. Ukur tanda-tanda vital segera
kebutuhan oksigen v Berpartisipasi dalam aktivitas setelah aktivitas, istirahatkan klien
fisik tanpa disertai peningkatan selama 3 menit kemudian ukur lagi
tekanan darah, nadi dan RR tanda-tanda vital.
v Mampu melakukan aktivitas 3. Dukung pasien dalam
sehari hari (ADLs) secara mandiri menegakkan latihan teratur dengan
menggunakan treadmill dan
exercycle, berjalan atau latihan
lainnya yang sesuai, seperti berjalan
perlahan.
4. Kaji tingkat fungsi pasien yang
terakhir dan kembangkan rencana
latihan berdasarkan pada status
fungsi dasar.
5. Sarankan konsultasi dengan ahli
terapi fisik untuk menentukan
program latihan spesifik terhadap
kemampuan pasien.
6. Sediakan oksigen sebagaiman
diperlukan sebelum dan selama
menjalankan aktivitas untuk berjaga-
jaga.
7. Tingkatkan aktivitas secara
bertahap; klien yang sedang atau
tirah baring lama mulai melakukan
rentang gerak sedikitnya 2 kali sehari.
8. Tingkatkan toleransi terhadap
aktivitas dengan mendorong klien
melakukan aktivitas lebih lambat,
atau waktu yang lebih singkat,
dengan istirahat yang lebih banyak
atau dengan banyak bantuan.
9. Secara bertahap tingkatkan
toleransi latihan dengan
meningkatkan waktu diluar tempat
tidur sampai 15 menit tiap hari
sebanyak 3 kali sehari.
5. Perubahan nutrisi kurang NOC : 1. Kaji kebiasaan diet, masukan
dari kebutuhan  Nutritional Status : food makanan saat ini. Catat derajat
tubuhberhubungan dengan and Fluid Intake kesulitan makan. Evaluasi berat
dispnea, kelamahan, efek Kriteria Hasil : badan dan ukuran tubuh.
samping obat, produksi  Adanya peningkatan berat 2. Auskultasi bunyi usus
sputum dan anoreksia, mual badan sesuai dengan 3. Berikan perawatan oral sering,
muntah. tujuan buang sekret.
 Berat badan ideal sesuai 4. Dorong periode istirahat I jam
dengan tinggi badan sebelum dan sesudah makan.
 Mampu mengidentifikasi 5. Pesankan diet lunak, porsi kecil
kebutuhan nutrisi sering, tidak perlu dikunyah lama.
 Tidak ada tanda tanda 6. Hindari makanan yang
malnutrisi diperkirakan dapat menghasilkan gas.
 Tidak terjadi penurunan 7. Timbang berat badan tiap hari
berat badan yang berarti sesuai indikasi.
6. Kurang perawatan NOC : 1. Ajarkan mengkoordinasikan
diriberhubungan dengan  Self care : Activity of Daily pernapasan diafragmatik dengan
keletihan sekunder akibat Living (ADLs) aktivitas seperti berjalan, mandi,
peningkatan upaya Kriteria Hasil : membungkuk, atau menaiki tangga
pernapasan dan insufisiensi  Klien terbebas dari bau 2. Dorong klien untuk mandi,
ventilasi dan oksigenasi badan berpakaian, dan berjalan dalam jarak
 Menyatakan kenyamanan dekat, istirahat sesuai kebutuhan
terhadap kemampuan untuk menghindari keletihan dan
untuk melakukan ADLs dispnea berlebihan. Bahas tindakan
 Dapat melakukan ADLS penghematan energi.
dengan bantuan 3. Ajarkan tentang postural
drainage bila memungkinkan.
DAFTAR PUSTAKA

Brunner & Suddart. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah edisi 8 volume 2. Jakarta,
EGC.

Johnson, M.,et all, 2002, Nursing Outcomes Classification (NOC) Second Edition, IOWA
Intervention Project, Mosby.

Mc Closkey, C.J., Iet all, 2002, Nursing Interventions Classification (NIC) second Edition,
IOWA Intervention Project, Mosby.

NANDA, 2012, Diagnosis Keperawatan NANDA : Definisi dan Klasifikasi


LEMBAR PENGESAHAN

NAMA : Kameliandi

NIM : P07120214060

JUDUL : LAPORAN PENDAHULUAN ASKEP GADAR PPOK DI IGD RS HAJI


JAKARTA

Jakarta, Maret 2017

Pembimbing Akademik Pembimbing Klinik

Anda mungkin juga menyukai