ASUHAN KEPERAWATAN
A. PENGKAJIAN
1. Aktivitas dan Istirahat
Gejala :
· Keletihan, kelelahan, malaise,
· Ketidakmampuan untuk melakukan aktivitas sehari-hari karena sulit bernafas
· Ketidakmampian untuk tidur, perlu tidur dalam posisi duduk tinggi
· Dispnea pasa saat istirahat atau respon terhadap aktivitas atau latihan
Tanda :
· Keletihan
· Gelisah, insomnia
· Kelemahan umum/kehilangan massa otot
2. Sirkulasi
Gejala :Pembengkakan pada ekstremitas bawah
Tanda :
· Peningkatan tekanan darah
· Peningkatan frekuensi jantung
· Distensi vena leher
· Edema dependen, tidak berhubungan dengan penyakit jantung
· Bunyi jantung redup (yang berhubungan dengan peningkatan diameterAPdada)
· Warna kulit/membrane mukosa : normal/abu-abu/sianosis; kuku tabuh dansianosis perifer
· Pucat dapat menunjukkan anemia.
3. Integritas Ego
Gejala :
· Peningkatan factor resiko
· Perubahan pola hidup
Tanda :
· Ansietas, ketakutan, peka rangsang
4. Makanan/ cairan
Gejala :
· Mual/muntah
· Nafsu makan buruk/anoreksia (emfisema)
· ketidakmampuan untuk makankarena distress pernafasan
· penurunan berat badan menetap (emfisema), peningkatan berat badan menunjukkan edema
(bronchitis)
Tanda :
· Turgor kulit buruk
· Edema dependen
· Berkeringat
5. Hyegene
Gejala :
· Penurunan kemampuan/peningkatan kebutuhan bantuan melakukan
aktivitassehari-hari
Tanda :
· Kebersihan buruk, bau badan
6. Pernafasan
Gejala :
· Nafas pendek (timbul tersembunyi dengan dispnea sebagai gejala menonjol pada emfisema)
khususnya pada kerja; cuaca atau episode berulangnyasulit nafas (asma); rasa dada
tertekan,m ketidakmampuan untuk bernafas(asma)
· Batuk menetap dengan produksi sputum setiap hari (terutama pada saat bangun) selama
minimum 3 bulan berturut-turut tiap tahun sedikitnya 2tahun. Produksi sputum (hijau, puith, atau
kuning) dapat banyak sekali(bronchitis kronis)
· Episode batuk hilang timbul, biasanya tidak produksi pada tahap dinimeskipun dapat menjadi
produktif (emfisema)
· Riwayat pneumonia berulang, terpajan pada polusi kimia/iritan pernafasandalam jangka
panjang (mis. Rokok sigaret) atau debu/asap (mis.asbes, debu batubara, rami katun, serbuk
gergaji
· Penggunaan oksigen pada malam hari secara terus-menerus.
Tanda :
· Pernafasan : biasanya cepat,dapat lambat; fase ekspresi memanjangdengan mendengkur, nafas
bibir (emfisema)
· Penggunaaan otot bantu pernafasan, mis. Meninggikan bahu, melebarkan hidung.
· Dada: gerakan diafragma minimal.
· Bunyi nafas : mungkin redup dengan ekspirasi mengi (emfisema);menyebar, lembut atau
krekels lembab kasar (bronchitis); ronki, mengisepanjang area paru pada ekspirasi dan
kemungkinan selama inspirasi berlanjut sampai penurunan atau tidak adanya bunyi nafas (asma)
· Perkusi : Hiperesonan pada area paru (mis. Jebakan udara denganemfisema); bunyi pekak
pada area paru (mis. Konsolidasi, cairan, mukosa)
· Kesulitan bicara kalimat atau lebih dari 4 atau 5 kata sekaligus.
· Warna : pucat dengan sianosis bibir dan dasar kuku; abbu-abukeseluruhan; warna merah
(bronchitis kronis, “biru mengembung”). Pasiendengan emfisema sedang sering disebut “pink
puffer” karena warna kulitnormal meskipun pertukaran gas tak normal dan frekuensi
pernafasancepat.
· Tabuh pada jari-jari (emfisema)
7. Keamanan
Gejala :
· Riwayat reaksi alergi atau sensitive terhadap zat/faktor lingkungan
· Adanya/berulang infeksi
· Kemerahan/berkeringat (asma)
8. Seksualitas
Gejala :
· penurunan libido
9. Interaksi Sosial
Gejala :
· Hubungan ketergantungan Kurang sistem penndukung
· Kegagalan dukungan dari/terhadap pasangan/orang dekat
· Penyakit lama atau ketidakmampuan membaik
Tanda :
· Ketidakmampuan untuk membuat//mempertahankan suara karena distress pernafasan
· Keterbatasan mobilitas fisik
· Kelalaian hubungan dengan anggota kelurga lain
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan bronkokontriksi, peningkatan produksi
sputum, batuk tidak efektif, kelelahan/berkurangnya tenaga dan infeksi bronkopulmonal.
2. Pola napas tidak efektif berhubungan dengan napas pendek, mukus, bronkokontriksi dan iritan
jalan napas.
3. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan ketidaksamaan ventilasi perfusi
4. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai dengan kebutuhan
oksigen.
5. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan dispnea, kelamahan, efek
samping obat, produksi sputum dan anoreksia, mual muntah.
6. Kurang perawatan diri berhubungan dengan keletihan sekunder akibat peningkatan upaya
pernapasan dan insufisiensi ventilasi dan oksigenasi.
C. RENCANA KEPERAWATAN
NO DIAGNOSA NOC NIC
KEPERAWATAN
1. Bersihan jalan napas tidak NOC : 1. Beri pasien 6 sampai 8 gelas
efektif b.d v Respiratory status : Ventilation cairan/hari kecuali terdapat kor
bronkokontriksi, v Respiratory status : Airway pulmonal.
peningkatan produksi patency 2. Ajarkan dan berikan dorongan
sputum, batuk tidak v Aspiration Control penggunaan teknik pernapasan
efektif, Kriteria Hasil : diafragmatik dan batuk.
kelelahan/berkurangnya v Mendemonstrasikan batuk efektif 3. Bantu dalam pemberian tindakan
tenaga dan infeksi dan suara nafas yang bersih, nebuliser, inhaler dosis terukur
bronkopulmonal. tidak ada sianosis dan dyspneu 4. Lakukan drainage postural
(mampu mengeluarkan sputum, dengan perkusi dan vibrasi pada
mampu bernafas dengan mudah, pagi hari dan malam hari sesuai
tidak ada pursed lips) yang diharuskan.
v Menunjukkan jalan nafas yang 5. Instruksikan pasien untuk
paten (klien tidak merasa menghindari iritan seperti asap
tercekik, irama nafas, frekuensi rokok, aerosol, suhu yang ekstrim,
pernafasan dalam rentang dan asap.
normal, tidak ada suara nafas 6. Ajarkan tentang tanda-tanda dini
abnormal) infeksi yang harus dilaporkan pada
v Mampu mengidentifikasikan dan dokter dengan segera: peningkatan
mencegah factor yang dapat sputum, perubahan warna sputum,
menghambat jalan nafas kekentalan sputum, peningkatan
napas pendek, rasa sesak didada,
keletihan.
7. Berikan antibiotik sesuai yang
diharuskan.
8. Berikan dorongan pada pasien
untuk melakukan imunisasi
terhadap influenzae dan
streptococcus pneumoniae.
2. Pola napas tidak NOC : 1. Ajarkan klien latihan bernapas
efektifberhubungan v Respiratory status : Ventilation diafragmatik dan pernapasan bibir
dengan napas pendek, NOC dirapatkan.
mukus, bronkokontriksi v Respiratory status : Airway 2. Berikan dorongan untuk
dan iritan jalan napas patency menyelingi aktivitas dengan
v Vital sign Status periode istirahat.
Kriteria Hasil : 3. Biarkan pasien membuat
v Mendemonstrasikan batuk efektif keputusan tentang perawatannya
dan suara nafas yang bersih, berdasarkan tingkat toleransi
tidak ada sianosis dan dyspneu pasien.
(mampu mengeluarkan sputum, 4. Berikan dorongan penggunaan
mampu bernafas dengan mudah, latihan otot-otot pernapasan jika
tidak ada pursed lips) diharuskan.
v Menunjukkan jalan nafas yang
paten (klien tidak merasa
tercekik, irama nafas, frekuensi
pernafasan dalam rentang
normal, tidak ada suara nafas
abnormal)
v Tanda Tanda vital dalam rentang
normal (tekanan darah (sistole
110-130mmHg dan diastole 70-
90mmHg), nad (60-
100x/menit)i, pernafasan (18-
24x/menit))
3. Gangguan pertukaran v Respiratory status : Ventilation 1. Deteksi bronkospasme
gasberhubungan dengan Kriteria Hasil : saatauskultasi .
ketidaksamaan ventilasi v Frkuensi nafas normal (16- 2. Pantau klien terhadap dispnea
perfusi 24x/menit) dan hipoksia.
v Itmia 3. Berikan obat-obatan
v Tidak terdapat disritmia bronkodialtor dan kortikosteroid
v Melaporkan penurunan dispnea dengan tepat dan waspada
v Menunjukkan perbaikan dalam kemungkinan efek sampingnya.
laju aliran ekspirasi 4. Berikan terapi aerosol sebelum
waktu makan, untuk membantu
mengencerkan sekresi sehingga
ventilasi paru mengalami
perbaikan.
5. Pantau pemberian oksigen
4. Intoleransi NOC : 1. Kaji respon individu terhadap
aktivitasberhubungan v Energy conservation aktivitas; nadi, tekanan darah,
dengan v Self Care : ADLs pernapasan
ketidakseimbangan antara Kriteria Hasil : 2. Ukur tanda-tanda vital segera
suplai dengan kebutuhan v Berpartisipasi dalam aktivitas setelah aktivitas, istirahatkan klien
oksigen fisik tanpa disertai peningkatan selama 3 menit kemudian ukur lagi
tekanan darah, nadi dan RR tanda-tanda vital.
v Mampu melakukan aktivitas 3. Dukung pasien dalam
sehari hari (ADLs) secara menegakkan latihan teratur dengan
mandiri menggunakan treadmill dan
exercycle, berjalan atau latihan
lainnya yang sesuai, seperti
berjalan perlahan.
4. Kaji tingkat fungsi pasien yang
terakhir dan kembangkan rencana
latihan berdasarkan pada status
fungsi dasar.
5. Sarankan konsultasi dengan ahli
terapi fisik untuk menentukan
program latihan spesifik terhadap
kemampuan pasien.
6. Sediakan oksigen sebagaiman
diperlukan sebelum dan selama
menjalankan aktivitas untuk
berjaga-jaga.
7. Tingkatkan aktivitas secara
bertahap; klien yang sedang atau
tirah baring lama mulai melakukan
rentang gerak sedikitnya 2 kali
sehari.
8. Tingkatkan toleransi terhadap
aktivitas dengan mendorong klien
melakukan aktivitas lebih lambat,
atau waktu yang lebih singkat,
dengan istirahat yang lebih banyak
atau dengan banyak bantuan.
9. Secara bertahap tingkatkan
toleransi latihan dengan
meningkatkan waktu diluar tempat
tidur sampai 15 menit tiap hari
sebanyak 3 kali sehari.
5. Perubahan nutrisi kurang NOC : 1. Kaji kebiasaan diet, masukan
dari kebutuhan vNutritional Status : food and makanan saat ini. Catat derajat
tubuhberhubungan Fluid Intake kesulitan makan. Evaluasi berat
dengan dispnea, Kriteria Hasil : badan dan ukuran tubuh.
kelamahan, efek sampingv Adanya peningkatan berat badan2. Auskultasi bunyi usus
obat, produksi sputum dan sesuai dengan tujuan 3. Berikan perawatan oral sering,
anoreksia, mual muntah. vBerat badan ideal sesuai dengan buang sekret.
tinggi badan 4. Dorong periode istirahat I jam
v Mampu mengidentifikasi sebelum dan sesudah makan.
kebutuhan nutrisi 5. Pesankan diet lunak, porsi kecil
v Tidak ada tanda tanda malnutrisi sering, tidak perlu dikunyah lama.
Tidak terjadi penurunan berat 6. Hindari makanan yang
badan yang berarti diperkirakan dapat menghasilkan
gas.
7. Timbang berat badan tiap hari
sesuai indikasi.
6. Kurang perawatan NOC : 1. Ajarkan mengkoordinasikan
diriberhubungan dengan v Self care : Activity of Daily pernapasan diafragmatik dengan
keletihan sekunder akibat Living (ADLs) aktivitas seperti berjalan, mandi,
peningkatan upaya Kriteria Hasil : membungkuk, atau menaiki tangga
pernapasan dan v Klien terbebas dari bau badan 2. Dorong klien untuk mandi,
insufisiensi ventilasi dan v Menyatakan kenyamanan berpakaian, dan berjalan dalam
oksigenasi terhadap kemampuan untuk jarak dekat, istirahat sesuai
melakukan ADLs kebutuhan untuk menghindari
v Dapat melakukan ADLS dengan keletihan dan dispnea berlebihan.
bantuan Bahas tindakan penghematan
energi.
3. Ajarkan tentang postural
drainage bila memungkinkan.
DAFTAR PUSTAKA
Brunner & Suddart. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah edisi 8 volume 2. Jakarta, EGC.
Carpenito Moyet, Lynda Juall. 2006. Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Jakarta: EGC
Johnson, M.,et all, 2002, Nursing Outcomes Classification (NOC) Second Edition, IOWA Intervention
Project, Mosby.
Mc Closkey, C.J., Iet all, 2002, Nursing Interventions Classification (NIC) second Edition, IOWA
Intervention Project, Mosby.
NANDA, 2012, Diagnosis Keperawatan NANDA : Definisi dan Klasifikasi
Price, Sylvia. 2003. Patofisiologi Volume 2. Jakarta: EGC.
Smeltzer C Suzanne. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medical Bedah, Brunner and Suddarth’s, Ed 8 Vol
1. Jakarta: EGC.
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
1. I. DEFINISI
Bronkhitis adalah hipersekresi mukus dan batuk produktif kronis berulang-ulang minimal selama
3 bulan pertahun atau paling sedikit dalam 2 tahun berturut-turut pada pasien yang diketahui
tidak terdapat penyebab lain (Perawatan Medikal Bedah 2, 1998, hal : 490).
Bronkitis kronis didefinisikan sebagai adanya batuk produktif yang berlangsung 3 bulan dalam
satu tahun selama 2 tahun berturut-turut. (Bruner & Suddarth, 2002).
Bronkhitis kronis adalah penyakit atau gangguan pernapasan paru obstruktif yang ditandai
dengan produksi mukus yang berlebih (sputum mukoid) selama kurang 3 bulan berturut-turut
dalam 1 tahun untuk 2 tahun berturut turut. (Elizabeth .J. Corwin)
Bronkhitis kronis adalah gangguan pernapasan atau inflamasi jalan napas dan peningkatan
produksi sputum mukoid menyebabkan ketidak cocokan ventilasi – perfusi dan penyebab
sianosis. (Sylvia .A. Price)
Bronkhitis kronis (BK) secara fisiologis di tandai oleh hipertrofi dan hipersekresi kelenjar
mukosa bronkial, dan perubahan struktural bronki serta bronkhioles. BK dapat di sebabkan oleh
iritan fisik atau kimiawi (misalnya, asap rokok, polutan udara ) atau di sebabkan infeksi ( bakteri
atau virus)
Secara harfiah bronchitis dapat digambarkan sebagai penyakit gangguan respiratorik dengan
gejala utama adalah batuk. Ini berarti bronchitis bukan merupakan penyakit yang berdiri sendiri,
tetapi juga penyakit lain dengan bronchus sebagai pemegang peranan (Perawatan Anak Sakit,
EGC, 1995)
Istilah bronchitis kronis menunjukkan kelainan pada bronchus yang sifatnya menahun
(berlangsung lama) dan disebabkan oleh berbagai faktor, baik yang berasal dari luar bronchus
maupun dari bronchus itu sendiri, merupakan keadaan yang berkaitan dengan produksi mukus
trakeobronkial yang berlebihan sehingga cukup untuk menimbulkan batuk dengan ekspektorasi
sedikitnya 3 bulan dalam setahun untuk lebih dari 2 tahun secara berturut-turut.
1. II. ETIOLOGI
b. Alergi
c. Rangsangan lingkungan, misal: asap pabrik, asap mobil, asap rokok, dll.
Bronkhitis kronis dapat merupakan komplikasi kelainan patologik pada beberapa alat tubuh,
yaitu:
a. Penyakit jantung menahun, yang disebabkan oleh kelainan patologik pada katup maupun
miokardia. Kongesti menahun pada dinding bronkhus melemahkan daya tahan sehingga infeksi
bakteri mudah terjadi
b. Infeksi sinus paranasalis dan rongga mulut, area infeksi merupakan cumber bakteri yang dapat
menyerang dinding bronkhus.
d. Rokok dapat menimbulkan kelumpuhan bulu getar selaput lendir bronkhus sehingga drainase
lendir terganggu. Kumpulan lendir tersebut merupakan media yang baik untuk pertumbuhan
bakteri.
Faktor-faktor lain yang dapat menyebabkan penyakit ini terjadi adalah antara lain :
Kebiasaan merokok
Pencemaran / polusi udara
Paparan debu,asap,dan gas-gas kimiawi akibat kerja
Riwayat infeksi saluran napas
Bersifat genetic
Jangkitan paru-paru berulang seperti pneumonia, virus dan tibi dll
Bronchus yang terbentuk dari belahan dua trachea pada ketinggian kira-kiravertebrata torakalis
kelima, mempunyai struktur serupa dengan trachea dan dilapisioleh.jenis sel yang sama.
Bronkus-bronkus itu berjalan ke bawah dan kesamping ke arahtampuk paru. Bronckus kanan
lebih pendek dan lebih lebar, dan lebih vertikal dari pada yangkiri, sedikit lebih tinggi darl arteri
pulmonalis dan mengeluarkan sebuah cabang utama lewatdi bawah arteri, disebut bronckus lobus
bawah.
Bronkus kiri lebih panjang dan lebihlangsing dari yang kanan, dan berjalan di bawah arteri
pulmonalis sebelurn di belah menjadibeberapa cabang yang berjalan ke lobus atas dan bawah.
Cabang utama bronchus kanan dan kiri bercabang lagi menjadi bronchus lobaris dankernudian
menjadi lobus segmentalis. Percabangan ini berjalan terus menjadi bronchus yangukurannya
semakin kecil, sampai akhirnya menjadi bronkhiolus terminalis, yaitu saluranudara terkecil yang
tidak mengandung alveoli (kantong udara). Bronkhiolus terminalismemiliki garis tengah kurang
lebih I mm. Bronkhiolus tidak diperkuat oleh cincin tulangrawan. Tetapi dikelilingi oleh otot
polos sehingga ukurannya dapat berubah.
Seluruh saluranudara ke bawah sampai tingkat bronkbiolus terminalis disebut saluran penghantar
udarakarena fungsi utamanya adalah sebagai penghantar udara ke tempat pertukaran gas paru-
paru.
1. IV. PATOFISIOLOGI
pasien mengalami batuk atau mengalami produksi sputum selama kurang lebih tiga bulan dalam
satu tahun atau paling sedikit dalam dua tahun berturut-turut.
Serangan bronkhitis disebabkan karena tubuh terpapar agen infeksi maupun non infeksi
(terutama rokok). Iritan (zat yang menyebabkan iritasi) akan menyebabkan timbulnya respons
inflamasi yang akan menyebabkan vasodilatasi, kongesti, edema mukosa, dan bronkospasme.
Tidak seperti emfisema, bronkhitis lebih memengaruhi jalan napas kecil dan besar dibandingkan
alveoli.
Dalam keadaan bronkhitis, aliran udara masih memungkinkan tidak mengalami hambatan.
a. Peningkatan ukuran dan jumlah kelenjar mukus pada bronkhus besar sehingga meningkatkan
produksi mukus.
Bronkhitis kronis mula-mula hanya memengaruhi bronkhus besar, namun lambat laun akan
memengaruhi seluruh saluran napas.
Mukus yang kental dan pembesaran bronkhus akan mengobstruksi jalan napas terutama selama
ekspirasi. Jalan napas selanjutnya mengalami kolaps dan udara terperangkap pada bagian distal
dari paru-paru. Obstruksi ini menyebabkan penurunan ventilasi alveolus, hipoksia, dan acidosis.
Pasien mengalami kekurangan 02, iaringan dan ratio ventilasi perfusi abnormal timbul, di mana
terjadi penurunan PO2 Kerusakan ventilasi juga dapat meningkatkan nilai PCO,sehingga pasien
terlihat sianosis. Sebagai kompensasi dari hipoksemia, maka terjadi polisitemia (produksi
eritrosit berlebihan).
1. V. MANIFESTASI KLINIS
1. VI. KLASIFIKASI
1. Bronkhitis Kronis
2. Bronkhitis Akut
· Bronkitis kronis adalah kelainan pada bronkus yang sifatnya menahun yang disertai dengan
batuk hampir setiap hari disertai pengeluaran dahak ± 3 bulan dalam 1 tahun dan terjadi paling
sedikit selama 2 tahun.
· Bronkitis akut adalah suatu peradangan bronkhi dan kadnag-kadang mengenai trakea.
– Analisa gas darah memperlihatkan penurunan oksigen arteri dan peningkatan karbondioksida
arteri.
1. IX. KOMPLIKASI
Hipertensi paru.
Dapat timbul kanker paru.
Pneumenia.
Kegagalan pernafasan
1. X. PENATALAKSANAAN
Pada bronkitis akut, tidak ada terapi spesifik, sebagian besar penderita sembuh tanpa banyak
masalah. Pada bayi kecil, drainase paru dipermudah dengan cara perubahan posisi. Anak yang
lebih tua lebih enak dengan kelembapan tinggi. Anak dengan serangan bronkitis akut berulang
perlu dievaluasi dengan cermat untuk kemungkinan anomali saluran pernafasan, benda asing,
bronkiektasia, defisiensi imun, TBC, alergi sinusitis.
Tindakan Perawatan
Pada tindakan perawatan yang penting ialah mengontrol batuk dan mengeluarakan lendir :
b. Banyak minum
c. Inhalasi
d. Nebulizer
e. Untuk mempertahankan daya tahan tubuh, setelah anak muntah dan tenang perlu
diberikan minum susu atau makanan lain
Tindakan Medis :
1. I. PENGKAJIAN
Biodata
Tanyakan pada klien. Apakah klien pernah atau sedang menderita suatu penyakit lainnya dan
pernah mengalami penyakit yang sama sebelumnya. Dan tanyakan juga tindakan apa saja yang
telah dilakukan serta obat apa saja yang telah dikonsumsi.
Klien pada umumnya mengeluh sering batuk, demam, suara serak dan kadang nyeri dada.
Kaji adakah keluarga klien yang sedang atau pernah mengalami penyakit yang sama dengan
penyakit klien. Dan tanyakan apakah ada anggota keluarga klien yang mempunyai penyakit berat
lainnya.
Kaji pola makan, minum, eliminasi BAB, eiminasi BAK, istirahat tidur dan kebiasaan
klien.
Riwayat Psikososial-Spiritual
Psikologis : apakah klien menerima penyakit yang dideritanya atau menarik diri ?
Sosial : bagaimana interaksi klien terhadap lingkungan sekitar sebelum dan selama sakit
dan apakah klien dapat beradaptasi dengan lingkungan baru (rumah sakit) ?
Spiritual : apakah dan bagaimana klien mengerjakan ibadahnya saat sakit ?
Pemeriksaan Fisik
1. Keadaan umum
– Tingkat keamanan
– GCS
– Tanda-tanda vital
Tekanan darah :
Suhu :
Nadi :
Repsirasi rate :
Telinga : Kaji
b. Sistem Integumen
Inspeksi : biasanya pada klien bronkhitis terjadi sesak, bentuk dada barrel chest, kifosis.
Auskultasi : Adakah kemungkinan terdapat bunyi napas tembahan, biasanya terdengar ronchi.
d. Sistem Kardiovaskuler
e. Sistem Pencernaan
f. Sistem Reproduksi
Kaji apa jenis kelamin klien dan apakah klien sudah menikah.
h. Sistem Persyaratan
i. Sistem Perkemihan
Kriteria hasil :
Intervensi
R : Sekresi kental sulit untuk dikeluarkan dan dapat mneyebabkan sumbatan mukus.
R : Hygiene mulut yang baik meningkatkan rasa kesejahteraan dan mencegah bau mulut.
Kriteria hasil : Klien dapat berpartisipasi dalam program pengobatan dalam tingkat kemampuan /
situasi.
Intervensi :
R : Berguna dalam evaluasi derajat distres pernafasan atau kronisnya proses penyakit.
R : Kental, tebal dan banyaknya sekresi adalah sumber utama gangguan pertukaran gas ada jalan
nafas kecil.
Diagnosa Keperawatan III : Resiko tinggi terhadap infekis berhubungan dengan tidak
adekuatnya pertahanan utama (penurunan kerja silia, menetapnya sputum)
Kriteri hasil : klien dapat menunjukkan perubahan pola hidup untuk meningkatkan lingkungan
yang aman.
Intervensi :
R : Aktivitas ini meningkatkan mobilisasi dan pengeluaran sekret untuk menurunkan resiko
terjadinya infeksi paru
Kriteria hasil : klien dapat melakukan perubahan pola hidup dan berpartisipasi dalam program
pengobatan.
Intervensi
R : menurunkan pertumbuhan bakteri pada mulut yang dapat menimbulkan infeksi saluran nafas
atas.
IV. EVALUASI
PENUTUP
1. I. KESIMPULAN
Bronkitis kronik merupakan suatu penyakit pada saluran pernafasan yang diakibatkan oleh
beberapa faktor seperti : kebiasaan merokok, pencemaran/polusi udara, paparan debu,asap,dan
gas-gas kimiawi akibat kerja, riwayat infeksi saluran napas, bersifat genetik, jangkitan paru-paru
berulang seperti pneumonia, virus dan tibi dll yang dapat mengakibatkan terjadinya penyempitan
pada saluran pernafasan yang disertai batuk berdahak dan berlangsung lama( minimal 3 bulan
dalam setahun selama 2 tahun berturut-turut).
Adapun tanda-tanda dan gejala seseorang yang menderita penyakit ini adalah : Batuk yang sering
dan memproduksi lendir, kekurangan energi, suara mendesah ketika bernapas, Demam yang
mungkin atau tidak hadir dll. Penyakit ini dapat diobati dan ditanggulangi dengan cara konsultasi
kedokter dan melaksanakan semua apa yang disarankan oleh dokter.
1. II. SARAN
2. Untuk Instansi
DAFTAR PUSTAKA
http://www.bloggaul.com/ridsale/readblog/80320/bronkhitis-kronis
http://www.pdpersi.co.id/?show=detailnews&kode=18&tbl=ilmiah
http://www.id.articlesphere.com/Article/Chronic-Bronchitis-Symptoms/174284
http://www.litbang.depkes.go.id/aktual/kliping/bronkitis141006.htm