Anda di halaman 1dari 1

5.

Cumi-cumi

Mikroorganisme patogen pada cumi-cumi, yaitu ​V. alginolyticus​, ​V. parahaemolyticus


(Molitoris et al​. dalam Indaryanti 1999), ​Tentacularia coryphaenae​, ​Pelichnibothrium speciosum​,
Hepatoxylon trichiuri​, ​Anisakis physeteris​, ​Anisakis simplex​, ​Porrocaecum ​sp​., ​Contracaecum
sp​., ​Spinitectus sp​., dan ​Didymozoidae (Iannacone dan Alvarino 2009). Mikroorganisme
tersebut akan menginfeksi manusia yang mengonsumsi cumi-cumi bila belum dimasak dengan
benar. ​Vibrio parahaemolyticus ​dikenal sebagai penyebab gastroenteritis di hampir seluruh
dunia. ​Vibrio parahaemolyticus ​mampu menyebabkan lisis pada sel-sel darah tubuh inang.,
sedangkan ​V. alginolyticus ​dapat menimbulkan infeksi telinga. Gejala yang mungkin timbul
setelah terinfeksi bakteri ​Vibrio ​yaitu diare, disertai kram perut, mual, muntah, demam, dan
menggigil yang terlihat setelah 24 jam-3 hari (Hatmanti 2003). Cacing Nematoda (​Anisakis
physeteris,​ ​Anisakis simplex​, ​Porrocaecum ​sp​., ​Contracaecum sp​., ​Spinitectus sp​.) merupakan
endoparasit yang menyebabkan penyakit Anisakiasis, yaitu salah satu penyakit parasit pada
cumi-cumi dan dapat menular menginfeksi kepada manusia (Mercado et al. 2001). Larva
Nematoda yang termakan, kemudian masuk melalui saluran pencernaan manusia akan
menembus dinding lambung atau usus sehingga mengakibatkan granuloma eosinofilik yang
parah, dengan gejala seperti nyeri perut, mual, muntah, reaksi alergi. Gejala yang hampir sama
juga terjadi bila mengonsumsi cumi-cumi yang terinfeksi Cetoda (​Tentacularia coryphaenae​,
Pelichnibothrium speciosum​, ​Hepatoxylon trichiuri​) dan Trematoda (​Didymozoidae​), namun
sebagian besar tidak menunjukkan gejala apapun. Gejala mulai muncul setelah 30 menit-
beberapa jam (Muttaqin dan Abdulgani 2013).

Simpulan
Mikroorganisme patogen pada cumi-cumi, yaitu ​V. alginolyticus dan ​V. parahaemolyticus
,​Tentacularia coryphaenae​, ​Pelichnibothrium speciosum,​ ​Hepatoxylon trichiuri​, ​Anisakis
physeteris,​ ​Anisakis simplex​, ​Porrocaecum ​sp​., ​Contracaecum sp​., ​Spinitectus sp​., dan
Didymozoidae​. Mikroorganisme tersebut akan menginfeksi manusia yang mengonsumsi
cumi-cumi bila belum dimasak dengan benar. Gejala yang terjadi hampir mirip dengan waktu
infeksi yang berbeda antara bakteri dan parasit (cacing).

Daftar Pustaka
Hatmanti A. 2003. Penyakit bakterial pada budidaya krustasea serta cara penanganannya.
Jurnal Oceana.​ 27(3): 1-10.
Iannacone, J. and L. Alvarino. 2009. Catastre of endoparasite fauna of jumbo flying squid
Dosidicus gigas (​ Cephalopoda) in the North of Peru. ​Neotrop Helminthol​. 3(2):89-100.
Indaryanti W. 1999.​ Kelulushidupan dan daya tahan tubuh benih ikan lele dumbo yang diberi
vaksin hidrovet pada infeksi beberapa strain bakteri Aeromonas hydrophyla​ [Skripsi].
Purwekerto (ID) : Universitas Soedirman.
Mercado R, Patricio T, Victor M, Warne A. 2001. Human infection by ​Pseudoteranova
(nematoda, anisakidae) in Chile. ​Report of seven cases.​ 96 (5): 653-655.
Muttaqin MZ, Abdulgani N. 2013. Prevalensi dan derajat infeksi ​Anisakis sp​. pada saluran
pencernaan ikan kakap merah (Lutjanus malabaricus) di Tempat Pelelangan ikan
brondong lamongan. ​Jurnal Sains dan Seni Pomits.​ 2(1):30-33.

Anda mungkin juga menyukai