Anda di halaman 1dari 15

LEMBAR ASUHAN GIZI

ROTASI GIZI KLINIK


PEMBEKALAN PROGRAM STUDI DIETISIEN
DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT
INSTITUT PERTANIAN BOGOR

KASUS 5.11 BEDAH

Dikerjakan oleh:

KHOIRUNNISA PRIMINTAN HABIBILLAH

I92190011
A. PENDAHULUAN

Ileus adalah gangguan pasase/jalannya makanan di usus yang merupakan tanda


adanya obstruksi usus akut dan segera membutuhkan pertolongan atau tindakan. Ileus
obstruktif merupakan kegawatan yang paling tersering di jumpai pada kasus keganasan
kolorektal. Ileus obstruksi merupakan suatu penyumbatan mekanis baik total atau parsial
pada usus yang akan menganggu atau menghambat pasase cairan, gas maupun makanan.
Penyumbatan ini dapat terjadi pada setiap titik sepanjang traktus gastrointestinal dan gejala
klinis yang muncul tergantung pada tingkat obstruksi yang terjadi. Obstruksi menyebabkan
dilatasi usus bagian proksimal dan kolapsnya usus bagian distal. Obstruksi yang
disebabkan oleh tumor umunya adalah obstruksi sederhana yang jarang menyebabkan
strangulasi.Total angka kejadian obstruksi dari kanker kolorektal terjadi 8-10 %, 60 %
terjadi pada usia tua. Dua pertiga terjadi pada kolon kiri dan sepertiga di kolon kanan
(PNPK Kolorektal, 2018)
Ileus ada 2 macam yaitu ileus obstruktif dan ileus paralitik. Ileus obstruktif atau
disebut juga ileus mekanik adalah keadaan dimana isi lumen saluran cerna tidak bisa
disalurkan ke distal atau anus karena adanya sumbatan/hambatan mekanik yang
disebabkan kelainan dalam lumen usus, dinding usus atau luar usus yang menekan atau
kelainan vaskularisasi pada suatu segmen usus yang menyebabkan nekrose segmen usus.
ileus obstruktif dapat dibedakan menjadi 3 berdasarkan stadiumnya, antara lain :
1. Obstruksi sebagian (partial obstruction) : obstruksi terjadi sebagian sehingga makanan
masih bisa sedikit lewat, dapat flatus dan defekasi sedikit.
2. Obstruksi sederhana (simple obstruction) : obstruksi/sumbatan yang tidak disertai
terjepitnya pembuluh darah (tidak disertai gangguan aliran darah).
3. Obstruksi strangulasi (strangulated obstruction) : obstruksi disertai dengan terjepitnya
pembuluh darah sehingga terjadi iskemia yang akan berakhir dengan nekrosis
ataugangren.
B. ETIOLOGI
Penyebab terjadinya ileus obstruksi pada usus halus antara lain:
1. Hernia inkarserata : Usus masuk dan terjepit di dalam pintu hernia. Pada anak dapat
dikelola secara konservatif dengan posisi tidur Trendelenburg. Namun, jika percobaan
reduksi gaya berat ini tidak berhasil dalam waktu 8 jam, harus diadakan herniotomi
segera.
2. Non hernia inkarserata, antara lain :
a. Adhesi atau perlekatan usus Di mana pita fibrosis dari jaringan ikat menjepit usus.
Dapat berupa perlengketan mungkin dalam bentuk tunggal maupun multiple, bisa
setempat atau luas. Umunya berasal dari rangsangan peritoneum akibat peritonitis
setempat atau umum. Ileus karena adhesi biasanya tidak disertai strangulasi.
b. Invaginasi Disebut juga intususepsi, sering ditemukan pada anak dan agak jarang
pada orang muda dan dewasa. Invaginasi pada anak sering bersifat idiopatik
karena tidak diketahui penyebabnya. Invaginasi umumnya berupa intususepsi
ileosekal yang masuk naik ke kolon ascendens dan mungkin terus sampai keluar
dari rektum. Hal ini dapat mengakibatkan nekrosis iskemik pada bagian usus yang
masuk dengan komplikasi perforasi dan peritonitis. Diagnosis invaginasi dapat
diduga atas pemeriksaan fisik, dan dipastikan dengan pemeriksaan Rontgen
dengan pemberian enema barium.
c. Askariasis Cacing askaris hidup di usus halus bagian yeyunum, biasanya
jumlahnya puluhan hingga ratusan ekor. Obstruksi bisa terjadi di mana-mana di
usus halus, tetapi biasanya di ileum terminal yang merupakan tempat lumen paling
sempit. Obstruksi umumnya disebabkan oleh suatu gumpalan padat terdiri atas
sisa makanan dan puluhan ekor cacing yang mati atau hampir mati akibat
pemberian obat cacing. Segmen usus yang penuh dengan cacing berisiko tinggi
untuk mengalami volvulus, strangulasi, dan perforasi.
d. Volvulus Merupakan suatu keadaan di mana terjadi pemuntiran usus yang
abnormal dari segmen usus sepanjang aksis longitudinal usus sendiri, maupun
pemuntiran terhadap aksis radiimesenterii sehingga pasase makanan terganggu.
Pada usus halus agak jarang ditemukan kasusnya. Kebanyakan volvulus didapat
di bagian ileum dan mudah mengalami strangulasi. Gambaran klinisnya berupa
gambaran ileus obstruksi tinggi dengan atau tanpa gejala dan tanda strangulasi.
e. Tumor Tumor usus halus agak jarang menyebabkan obstruksi usus, kecuali jika
menimbulkan invaginasi. Proses keganasan, terutama karsinoma ovarium dan
karsinoma kolon, dapat menyebabkan obstruksi usus. Hal ini terutama disebabkan
oleh kumpulan metastasis di peritoneum atau di mesenterium yang menekan usus.
f. Batu empedu yang masuk ke ileus. Inflamasi yang berat dari kantong empedu
menyebabkan fistul dari saluran empedu keduodenum atau usus halus yang
menyeb abkan batu empedu masuk ke traktus gastrointestinal. Batu empedu yang
besar dapat terjepit di usus halus, umumnya pada bagian ileum terminal atau katup
ileocaecal yang menyebabkan obstruksi. Penyebab obstruksi kolon yang paling
sering ialah karsinoma, ter utama pada daerahrektosigmoid dan kolon kiri distal.
C. PATOFISIOLOGI

Perlengketan Intusupesi volvulus Hernia Tumor


(Adesi)

Lengkung usus Bagian usus Protrusi usus Tumor dalam


melekat pada area menyusup Usus mengalami dinding usus
jarngan paru pasca kedalam kolon pemuntiran
operasi hingga ke rektum

Aliran usus Meluas ke lumen


tersumbat usus
Perputaran
Gas dan cairan
lengkung usus
Penyempitan Lumen usus tersumbat
(setelah 3 – 4 hari
lumen usus tersumbat dalam usus
setelah pasca
yang terjebak
operasi Penyempitan Tekanan pada
aliran darah dinding usus

Lumen usus
Aliran usus Aliran darah ke usus tersumbat
tersumbat tersumbat sebagian

Ileus Obstruktif
FORMULIR ASUHAN GIZI

NRM -
Nama Ny. S
Jenis Kelamin Perempuan
Tanggal Lahir -
Usia 60 Tahun

Tanggal Masuk :-
Keluhan : Sejak 6 bulan SMRS pasien mengeluh BAB bercampur darah.
Dari hasil biopsy pasien didiagnosis Ca Kolon dan dijadwalkan
untuk menjalani operasi.
Diagnosis Medis : Ileus Obstruksi Parsial ec Ca Kolon

ASESMEN GIZI
SKRINING GIZI
Tidak ada data skrining gizi pasien Ny. S

Skrining MNA (The Mini Nutritional Assessment)


The Mini Nutritional Assessment (MNA) merupakan alat skrining yang sudah
divalidasi secara khusus untuk lansia. Memiliki sensitifitas yang tinggi, spesifik, dapat
diandalkan dan telah direkomendasikan oleh organisasi ilmiah dan klinis baik nasional
maupun internasional. Metode MNA mudah dan cepat dalam penggunaanya, tidak
memerlukan waktu lama untuk menjawab pertanyaan, tidak membutuhkan pelatihan khusus
serta tidak membutuhkan pemeriksaan laboratorium ( MNA (Mini Nutritional Assessment),
2011).
Total Skor
A. Apakah terjadi penurunan asupan makan selama 3 bulan terakhir 1
berkaitan dengan penurunan nafsu makan, gangguan saluran cerna,
kesulitan mengunyah, atau kesulitas menelan
0 = penurunan nafsu makan
1 = penurunan nafsu makan tingkat sedang
2 = tidak kehilangan penurunan nafsu makan
B. Penurunan berat badan selama 3 bulan terakhir 1
0 = penurunan berat badan > 3 kg (6,6 lbs)
1 = penurunan berat badan tidak diketahui
2 = penurunan berat badan antara 1 dan 3 kg (2,2 dan 6,6 lbs)
3 = tidak terjadi penurunan berat badan
C. Mobilitas 0
0 = hanya di atas kasur atau di kursi roda
1 = dapat beranjak dari kursi/kasur, tetapi tidak mampu beraktifitas
normal
2 = mampu beraktivitas normal
D. Menderita penyakit psikologis atau penyakit akut dalam 3 bulan terakhir 2
0 = ya
2 = tidak
E. Masalah neuropsikologis 2
0 = demensia tingkat berat atau depresi
1 = demensia tingkat sedang atau depresi
2 = tidak ada masalah psikologis
F. Body Mass Index (BMI) 0
0 = BMI < 19
1 = BMI 19 - <21
2 = BMI 21 - <23
3 = BMI ≥ 23
Total Skor 6
Keterangan :
Status Gizi Baik = 12 – 14
Risiko Malnutrisi = 8 – 11
Malnutrisi =0–7

Kesimpulan : Pasien Ny. S mengalami malnutrisi dengan total skor skrining MNA
adalah 6. Maka perlu dilakukan penanganan gizi untuk mengurangi risiko malnutrisi.

ANTROPOMETRI

BB = 48 Kg
TB = 163 cm
𝐵𝐵 (𝐾𝑔)
IMT =
𝑇𝐵 (𝑚2)

48
=
(1,63)2

= 18,06 Kg/𝑚2 (Gizi Kurang/Kurus)


Interpretasi hasil Indek Massa Tubuh (Depkes, 1994)
Gizi Kurang (Sangat Kurus) = < 17.00
Gizi Kurang (Kurus) = 17.00 – 18.49
Gizi Baik (Normal) = 18.50 – 24.99
Gizi Lebih (Gemuk) = 25.00 – 27.00
Gizi Lebih (Sangat Gemuk) = > 27.00
BIOKIMIA

Data Hasil Pemeriksaan Nilai Keterangan


Biokimia Lab Normal*
Pemeriksaan Hematologi
Hemoglobin 8,9 g/dl 12 - 16 g/dl Rendah
Hematocrit 27 % 35 - 45 % Rendah
Eritrosit 3,32 jt/UL 3,8 – 5,0 Rendah
jt/UL
Leukosit 8200/𝑚𝑚3 3200 – Normal
10,000/𝑚𝑚3
Trombosit 342.000/𝑚𝑚 3 170,000 – Normal
380,000/𝑚𝑚3
Pemeriksaan Fungsi Hati
Albumin 2,0 g/dl 3,5 – 5,0 g/dl Rendah
Protein Total 4,8 g/dl 6,3 – 8,2 g/dl Rendah
(Kemenkes, 2011)

Hasil : Nilai Hb, HCT dan Eritrosit rendah menunjukkan bahwa pasien mengalami
Anemia yang diakibatkan adanya perdarahan pada usus dibuktikan dengan BAB
bercampur darah dan perlu adanya tindakan transfusi darah. Nilai Albumin dan protein
total menunjukkan adanya malnutrisi, sindroma absorpsi dan perdarahan.
KLINIS/FISIK

Klinis
Fisik
Pemeriksaan Nilai Nilai Referensi Satuan
Tekanan darah 100/70 120/80 mmHg Ny. S tampak kurus,
Nadi 88 60-100 kali/menit lemah, pucat dan
Suhu Afebris 36-37 °C hanya bias berbaring
Respirasi 20 20-30 kali/menit di tempat tidur.

Kesimpulan : Pasien Ny. S dalam keadaan tampak kurus, lemah, pucat dan hanya bias
berbaring di tempat tidur memiliki tekanan darah normal, respirasi normal, denyut nadi
normal dan suhu afebris (tidak demam)

Tekanan darah normal : <120/<80 mmHg


Pre hipertensi : 120-139/80-89 mmHg
Hipertensi stage 1 : 140-159/90-99 mmHg
Hipertensi stage 2 : ≥160 - ≥ 100 mmHg
(JNC VII)
Nadi , respirasi dan suhu (Anggraeni, 2012)

RIWAYAT GIZI
Pasien Ny. S tidak memiliki riwayat alergi terhadap makanan. Pasien tidak suka ikan dan
jarang konsumsi buah dan sayuran. Setelah sakit, pasien makan lebih sedikit dari biasanya.
POLA MAKAN:
a. Kebiasaan makan SMRS
Sehari – hari pasien biasa mengkonsumsi nasi 2 – 3 x/hari dengan lauk yang sering
dikonsumsi adalah telur, daging dan ayam.
Pagi : Telur rebus ½ matang 2 butir, susu murni ½ gelas
Snack : Pisang kapok rebus 3 buah
Siang : Nasi ½ P, tumis pare 1P, tahu bacem ½ potong
Malam : Nasi ½ P, sup ayam 1 mangkuk kecil
Bahan makanan Nilai Kebutuhan % kecukupan
Energy 688,5 kkal 2135,6 kkal 32,2 %
Protein 27,5 gram 94,5 gram 29,1%
Lemak 21,5 gram 59,3 gram 36,3 %
Karbohidrat 101,4 gram 305,9 gram 33,1 %

Berdasarkan kebiasaan makan pasien Ny. S, asupan makan pasien kurang baik
karena % asupan kurang dari 80%.
Asupan Kurang = < 80%
Asupan Baik = 80 – 110 %
Asupan lebih = >110%
WNPG (2004).

PERKIRAAN KEBUTUHAN GIZI

BBI = 90% (TB - 100)


= 90% ( 163 – 100)
= 63 kg
AMB Harris Benedict = 655 + (9,6 x BBI) + (1,8 x TB) – (4,7 x U)
(ESPGHAN, 2005) = 655 + (9,6 x 63) + (1,8 x 163) – (4,7 x 60)
= 655 + 604,8 + 293,4 - 282
= 1271,2 kkal

Kebutuhan energi Total = AMB × FA × FS


= 1271,2 × 1,2 × 1,4
= 2135,6 kkal

Protein = 1,5 g/KgBB = 1,5 x 63 Kg = 94,5 gram x 4 = 378 kkal


Lemak = 25 % × 2135,6 kkal = 533,9 kkal = 59,3 gram
KH = KET – ( Protein + Lemak)
= 2135,6 – (378 + 533,9) kkal
= 2135,6 – 911,9 kkal
= 1223,7 kkal
= 305,9 g

RIWAYAT PERSONAL

Ny. S status menikah. Pasien dan suami bekerja sebagai PNS dengan penghasilan
cukup. Pasien mempunyai 3 orang anak yang sudak tidak tinggal dengan pasien.

RIWAYAT PENYAKIT
Pasien Ny. S tidak memiliki riwayat penyakit pendahulu
TERAPI MEDIS
Data terapi medis Ny. S tidak tercantum.

DIAGNOSIS GIZI

NI 2.1 Asupan oral inadekuat berkaitan dengan gangguan


penyumbatan pada usus dibuktikan asupan SMRS
kurang dari 80% (Energi 32,2%, Protein 29,1%, Lemak
36,3 % dan KH 33,1%).

NI 5.2 Malnutrisi berkaitan dengan Ca Kolon dibuktikan


dengan IMT 18,06 Kg/𝑚2 , Asupan SMRS tergolong
kurang <80% dan Kadar Albumin tergolong rendah 2,0
g/dl.

INTERVENSI GIZI

A. Tujuan
1. Mengusahakan agar status gizi pasien dalam keadaan optimal dengan pemberian
asupan secara bertahap sehingga tersedia cadangan untuk mempersiapkan operasi
bedah.

B. Preskripsi Diet
1. Energi diberikan sesuai kebutuhan yaitu 2135,6 kkal.
2. Protein diberikan pada pasien status gizi kurang, anemia dan albumin rendah maka
protein diberikan tinggi 1,5 – 2 g/kgBB.
3. Lemak diberikan cukup, yaitu 25% dari kebutuhan energy total.
4. Karbohidrat sisa dari kebutuhan protein dan lemak dari total energy.
5. Cairan diberikan 30 ml/kgBB/hari. Kebutuhan cairan pasien sebesar 1890 ml/hari
6. Rendah sisa agar mudah dilakukan pembersihan saluran cerna sehingga tidak
menganggu proses pembedahan.
7. Makanan diberikan dalam bentuk lunak diberikan pada hari ke 4 sebelum
pembedahan, pemberian makanan saring pada hari ke 3 dan pemberian makanan cair
1 sampai 2 hari sebelum pembedahan.
8. Makanan diberikan dalam porsi sedang, yaitu 3 kali makanan utama dan 2 kali
selingan.
IMPLEMENTASI GIZI

Jenis Diet, Bentuk makanan dan Cara pemberian


Jenis diet : Rendah Sisa
Bentuk makanan : Makanan Lunak
Cara pemberian : Oral (3x makanan utama dan 2 kali selingan)

MONITORING DAN EVALUASI

Indicator Intervensi Target

Berat badan Menimbang BB secara Berat badan meningkat secara bertahap


rutin
Fisik Klinis Pengukuran setiap hari Normal dan kondisi fisik pasien
dan dibantu oleh perawat membaik
bangsal

Pengetahuan Menanyakan materi Pengetahuan dan pemahaman pasien dan


pasien dan edukasi yang sudah keluarga meningkat sehingga dapat
keluarga diberikan kepada pasien mengaplikasikan jenis diet dan
dan keluarga pemberian makanan terlaksana dengan
tepat.
RENCANA KONSELING GIZI

RENCANA KONSULTASI GIZI


Tujuan Materi Konseling Keterangan
Edukasi 1. Menjelaskan dan Menginformasikan Metode : diskusi
Gizi memotivasi keluarga kondisi dan status gizi dan tanya jawab
tentang kondisi dan pasien serta kebutuhan
kebutuhan gizi pasien dan tatalaksana gizi Ny.S Sasaran : Pasien
2. Menjelaskan tata cara dan keluarga
dan pemilihan bahan Menjelaskan tentang tata pasien
makanan cara diet dan pemilihan
bahan makanan yang Ruang konsultasi
dianjurkan gizi
Media : Leaflet
Memberi contoh menu dan DBMP
sehari kepada pasien dan
memotivasi pasien Waktu :
beserta keluarga untuk 20 menit
komitmen dalam
menjalani diet
PERENCANAAN MENU
Waktu Menu Bahan makanan Berat (g) Energi (kkal) Protein Lemak (g) H A (g)
Makan Pagi Nasi Tim 150 175,7 3,3 0,3 38,6
Semur daging tahu Daging sapi 35 94,1 8,7 6,3 0
Tahu 50 38 4,1 2,4 0,9
Tumis labu siam Labu siam 100 20,1 0,9 0,3 4,3
Margarin 5 31,8 0 3,6 0
Papaya 100 39 0,6 0,1 9,8
Snack Siang Pudding Tepung maizena 15 57,1 0 0 13,7
Susu sapi 200 131,9 6,4 7,8 9,6
Gula pasir 30 116,1 0 0 30
Snack Siang Nasi tim 200 234,2 4,4 0,4 51,5
Sup ayam 40 114 10,8 7,6 0
Pepes tahu 50 38 4,1 2,4 0,9
Semangka 100 32 0,6 0,4 7,2
Snack Sore The manis Gula pasir 10 38,7 0 0 10
Makan Malam Nasi tim 200 234,2 4,4 0,4 51,4
Bola bola daging Daging sapi 70 175 16 11,7 0,1
Orak arik telur Telur ayam 110 170,6 13,9 11,7 1,2
Margarin 5 31,8 0 3,6 0
Susu sapi Susu sapi 100 66 3,2 3,9 4,8
Gula pasir 10 38,7 0 0 10
Total 1877 81,3 62,9 243,9
Kebutuhan 2135,6 94,5 59,3 305,9
Prosentase 87,8% 86% 106% 80%
RESUME

Ny. S status menikah. Pasien dan suami bekerja sebagai PNS dengan penghasilan cukup. Pasien
mempunyai 3 orang anak yang sudak tidak tinggal dengan pasien. Sejak 6 bulan SMRS pasien
mengeluh BAB bercampur darah. Dari hasil biopsy pasien didiagnosis Ca Kolon dan dijadwalkan
untuk menjalani operasi.
NI 2.1 Asupan oral inadekuat berkaitan dengan gangguan penyumbatan pada usus
dibuktikan asupan SMRS kurang dari 80% (Energi 32,2%, Protein 29,1%,
Lemak 36,3 % dan KH 33,1%).
NI 5.2 Malnutrisi berkaitan dengan Ca Kolon dibuktikan dengan IMT 18,06 Kg/𝑚2 ,
Asupan SMRS tergolong kurang <80% dan Kadar Albumin tergolong rendah
2,0 g/dl.

DAFTAR PUSTAKA

Administrator. Mini Nutritional Assessment. Style sheet : http://www.mna-


elderly.com/default.html. Diakses pada tanggal 1 September 2019.
Guyton A.C., Hall J.E. 2005a. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran . Edisi ke- 9. Jakarta : EGC
Widyakarya Nasional Pangan Gizi (WNPG). 2004. Jakarta : Lembaga IlmuPengetahuan
Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai