Anda di halaman 1dari 5

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Masalah remaja (usia >10-1,9 tahun) merupakan masalah yang perlu diperhatikan dalam
pembangunan nasional di Indonesia. Masalah remaja terjadi, karena mereka tidak
dipersiapkan mengenai pengetahuan tentang aspek yang berhubungan dengan masalah
peralihan dari masa anak ke dewasa. Masalah kesehatan remaja mencakup aspek fisik
biologis dan mental, sosial. Perubahan fisik yang pesat dan perubahan endokrin/ hormonal
yang sangat dramatik merupakan pemicu masalah kesehatan remaja serius karena
timbuhnya dorongan motivasi seksual yang menjadikan remaja rawan terhadap penyakit
dan masalah kesehatan reproduksi, kehamilan remaja dengan segala konsekuensinya yaitu:
hubungan seks pranikah, aborsi, PMS & RIV-AIDS serta narkotika.
Permasalahan remaja seringkali berakar dari kurangnya informasi dan pemahaman serta
kesadaran untuk mencapai sehat secara reproduksi. Di sisi lain, remaja sendiri mengalami
perubahan fisik yang cepat.
Akses untuk mendapatkan informasi bagi remaja banyak yang tertutup. Dengan
memperluas akses informasi tentang kesehatan reproduksi remaja yang benar dan jujur
bagi remaja akan membuat remaja makin sadar terhadap tanggung jawab perilaku
reproduksinya. Dengan makin banyaknya persoalan kesehatan reproduksi remaja, maka
pemberian informasi, layanan dan pendidikan kesehatan reproduksi remaja menjadi sangat
penting.

B. Rumusan Masalah
Dari gambaran latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam malakah ini adalah
pentingnya informasi kesehatan reproduksi remaja.

C. Tujuan Penulisan
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui pentingnya informasi kesehatan
reproduksi remaja.

BAB II
PEMBAHASAN

Di masyarakat, kasus-kasus kehamilan yang tidak dikehendaki selalu dipandang dengan


muatan-muatan yang sarat dengan moral. Masyarakat cenderung menyalahkan korban,
bukannya empati. Akibatnya, terjadi stigmatisasi dan diskriminasi dan menjadikan kasus ini
tabu untuk dibicarakan secara terbuka.
Akibat kehamilan yang tidak dikehendaki ini, hampir bisa dipastikan (khususnya siswi) yang
mengalami kasus ini harus berhenti dari sekolah atau dikeluarkan. Pihak sekolah selalu
beralasan, dengan memberikan izin sekolah bagi siswi hamil, nama baik sekolah akan
tercermar dan perbuatan tersebut akan ditiru oleh murid-murid lainnya. Pendapat ini baru
asumsi/ pandangan dan belum tentu kebenarannya. Dengan demikian, pihak perempuanlah
yang paling dirugikan bila kasus ini benar-benar terjadi.
Kasus kehamilan yang tidak dikehendaki ini merupakan kasus yang berakibat terjadinya
diskriminasi dan merupakan pelanggaran atas hak-hak anak, paling tidak hak untuk
mendapatkan pendidikan sesuai dengan Konvensi Hak Anak, sehingga harus ada
perubahan cara pandang atas kasus ini dari muatan moral menjadi muatan empati, di mana
hak-hak korban harus dilindungi dan diperjuangkan secara bersama-sama, bukan lagi
menyalahkan korban dengan alasan-alasan yang tidak rasional, seperti menuduh korban
sebagai pihak yang memicu terjadinya perbuatan tersebut dengan memakai pakaian-
pakaian seksi dan sejenisnya.
Mengacu pada isu-isu global, seperti yang dibahas di International Conference of Population
and Development (ICPD) di Kairo tahun 1994, maka setiap orang (laki-laki dan perempuan,
tanpa diskriminasi, termasuk anak dan remaja) harus mendapatkan pelayanan kesehatan
reproduksi yang memadai. Maka bila ada golongan tertentu (anak/remaja) yang karena
sebab-sebab tertentu tidak dapat mengakses pelayanan, maka hal tersebut termasuk
pelanggaran hak.

A. Kesehatan Reprosuksi Remaja


Kesehatan reproduksi menurut WHO adalah suatu keadaan fisik, mental dan sosial yang
utuh, bukan hanya bebas dari penyakit atau kecacatan dalam segala aspek yang
berhubungan dengan sistem reproduksi, fungsi serta prosesnya. Atau Suatu keadaan
dimana manusia dapat menikmati kehidupan seksualnya serta mampu menjalankan fungsi
dan proses reproduksinya secara sehat dan aman.

Tumbuh Kembang Remaja.


1. Masa remaja dibedakan dalam :
a. Masa remaja awal, 10 – 13 tahun.
b. Masa remaja tengah, 14 – 16 tahun.
c. Masa remaja akhir, 17 – 19 tahun.

2. Pertumbuhan fisik pada remaja perempuan :


a. Mulai menstruasi.
b. Payudara dan pantat membesar.
c. Indung telur membesar.
d. Kulit dan rambut berminyak dan tumbuh jerawat.
e. Vagina mengeluarkan cairan.
f. Mulai tumbuh bulu di ketiak dan sekitar vagina.
g. Tubuh bertambah tinggi.

3. Perubahan fisik yang terjadi pada remaja laki-laki :


a. Terjadi perubahan suara mejadi besar dan mantap.
b. Tumbuh bulu disekitar ketiak dan alat kelamin.
c. Tumbuh kumis.
d. Mengalami mimpi basah.
e. Tumbuh jakun.
f. Pundak dan dada bertambah besar dan bidang.
g. Penis dan buah zakar membesar.

4. Perubahan psikis juga terjadi baik pada remaja perempuan maupun remaja laki-laki,
mengalami perubahan emosi, pikiran, perasaan, lingkungan pergaulan dan tanggung jawab,
yaitu :
a. Remaja lebih senang berkumpul diluar rumah dengan kelompoknya.
b. Remaja lebih sering membantah atau melanggar aturan orang tua.
c. Remaja ingin menonjolkan diri atau bahkan menutup diri.
d. Remaja kurang mempertimbangkan maupun menjadi sangat tergantung pada
kelompoknya.
e. Hal tersebut diatas menyebabkan remaja menjadi lebih mudah terpengaruh oleh hal-hal
yang negatif dari lingkungan barunya.

5. Menstruasi atau haid.


Bila menstruasi baru mulai periodenya mungkin tidak teratur dan dapat terjadi sebulan dua
kali menstruasi kemudian beberapa bulan tidak menstruasi lagi. Hal ini memakan waktu kira-
kira 3 tahun sampai menstruasi mempunyai pola yang teratur dan akan berjalan terus
secara teratur sampai usia 50 tahun. Bila seorang wanita berhenti menstruasi disebut
menopause. Siklus menstruasi meliputi :
a. Indung telur mengeluarkan telur (ovulasi) kurang lebih 14 hari sebelum menstruasi yang
akan datang.
b. Telur berada dalam saluran telur, selaput lendir rahim menebal.
c. Telur berada dalam rahim, selaput lendir rahim menebal dan siap menerima hasil
pembuahan.
d. Bila tidak ada pembuahan, selaput rahim akan lepas dari dinding rahim dan terjadi
perdarahan. Telur akan keluar dari rahim bersama darah.
e. Panjang siklus menstruasi berbeda-beda setiap perempuan. Ada yang 26 hari, 28 hari, 30
hari, atau bahkan ada yang 40 hari. Lama menstruasi pada umumnya 5 hari, namun
kadang-kadang ada yang lebih cepat 2 hari atau bahkan sampai 5 hari. Jumlah seluruh
darah yang dikeluarkan biasanya antara 30 – 80 ml. Selama masa haid, yang perlu
diperhatikan adalah kebersihan daerah kewanitaan dengan mengganti pembalut sesering
mungkin.

6. Mimpi Basah, Bagaimana Bisa Terjadi


Ketika seseorang laki-laki memasuki masa pubertas, terjadi pematangan sperma didalam
testis. Sperma yang telah diproduksi ini akan dikeluarkan melalui Vas Deferens kemudian
berada dalam cairang mani yang diproduksi oleh kelenjar prostat. Air mani yang telah
mengandung sperma ini akan keluar yang disebut ejakulasi. Ejakulasi yang tanpa
rangsangan yang nyata disebut mimpi basah.

7. Kehamilan.
Merupakan akibat utama dari hubungan seksual. Kehamilan dapat terjadi bila dalam
berhubungan seksual terjadi pertemuan antara sel telur (ovum) dengan sel sperma. Proses
kehamilan dapat diilustrasikan sebagai berikut :
a. Sel telur yang keluar dari indung telur pada saat ovulasi akan masuk kedalam sel telur.
b. Sperma yang tumpah didalam saluran vagina waktu senggama akan bergerak masuk
kedalam rahim dan selanjutnya ke saluran telur.
c. Di saluran telur ini, sperma akan bertemu dengan sel telur dan langsung membuahi.

8. Tanda-tanda kehamilan :
a. Sering mual-mual, muntah dan pusing pada saat bangun tidur (morning sickness) atau
sepanjang hari.
b. Mengantuk, lemas, letih dan lesu.
c. Amenorhea (tidak mengalami haid).
d. Nafsu makan menurun, namun pada saat tertentu menghendaki makanan tertentu
(nyidam).
e. Dibuktikan melalui tes laboratorium yaitu HCG Test dan USG.
f. Perubahan fisik seperti payudara membesar dan sering mengeras, daerah sekitar Aerola
Mammae (sekitar puting) membesar.

9. Kehamilan di bawah usia 20 tahun Organ reproduksi belum sempurna sehingga pada
saat persalinan akan mengalami kesulitan.
a. Belum siap mental sebagai ibu.
b. Bila tidak diinginkan akan dilakukan abortus (abotus : suatu kejadian keluarnya hasil
kehamilan sebelum janin dapat hidup diluar kandungan).
c. Abortus Spontan (tidak disengaja)
d. Provokatus (disengaja)

B. Perlunya Pendidikan
Melihat besarnya permasalahan dan dampaknya di masa depan untuk generasi
mendatang, maka dalam rangka menjamin pemenuhan hak seksual dan kesehatan
reproduksi untuk remaja, maka ada beberapa upaya yang harus dilakukan secara
terpadu dan lintas sektor.
Untuk itu, perlu dibangun komitmen bersama antar elemen, baik pemerintah
maupun masyarakat, yang menetapkan kesehatan reproduksi remaja sebagai
agenda/isu bersama dan penting.
Harus ada keyakinan bersama bahwa membangun generasi penerus yang
berkualitas perlu dimulai sejak anak, bahkan sejak dalam kandungan. Untuk itu,
harus ada kesadaran bersama bahwa upaya yang dilakukan saat ini tidak serta
merta tampak hasilnya, namun perlu waktu panjang untuk memetik hasilnya.
Upaya-upaya yang perlu dilakukan adalah pemberian informasi kesehatan
reproduksi dalam berbagai bentuk sedini mungkin kepada seluruh segmen remaja,
baik di perkotaan maupun di pedesaan. Pemberian informasi ini dengan tujuan
meningkatkan pengetahuan yang pada gilirannya mampu memberikan pilihan kepada
remaja untuk bertindak secara bertanggung jawab, baik kepada dirinya maupun
keluarga dan masyarakat.
Untuk itu, pemerintah bersama LSM dan masyarakat dapat menjadi inisiator lahirnya
kebijakan. Kebijakan itu misalnya dengan memberikan keputusan bahwa seluruh sekolah,
baik negeri maupun swasta mempunyai kewajiban memberikan informasi kesehatan
reproduksi remaja mulai SD hingga SMU. Dengan lahirnya kebijakan ini, maka sudah tidak
ada alasan lagi bagi berbagai pihak yang menentang pemberian informasi kesehatan
reproduksi dengan alasan-alasan yang tidak rasional.
Informasi ini memberikan makna kepada kita bahwa bila para stakeholder pendidikan,
terutama Dinas Pendidikan dan Pemerintah Provinsi mempunyai komitmen yang kuat, maka
dapat saja hal itu dilakukan. Oleh karena itu, diharapkan ada perlakukan yang sama untuk
memberlakukan pendidikan kesehatan reproduksi remaja sebagai muatan lokal di seluruh
jenjang pendidikan dari SD hingga SMU. Tentunya di tiap jenjang pendidikan, kurikulum
pendidikan kesehatan reproduksi remaja juga berbeda antara yang diberikan kepada SD
ataupun SMU. Pendidikan kesehatan reproduksi yang dimaksud di sini tidak ada
hubungannya dengan teknik-teknik hubungan seks, namun merupakan sekumpulan
pengetahuan yang berisi tentang pengenalan dan fungsi-fungsi organ reproduksi (termasuk
di dalamnya proses terjadinya menstruasi dan mimpi basah), proses terjadinya pembuahan,
pengetahuan infeksi, HIV/AIDS, pengetahuan tentang gender dan risiko-risiko hubungan
seks yang tidak bertanggung jawab.
Dengan memberikan waktu khusus pendidikan kesehatan reproduksi remaja dalam sekolah,
maka akan ada upaya-upaya sistematis dan terencana dalam pemberian informasi kepada
anak didik, sehingga pada gilirannya mereka dapat mengetahui dan bertanggung jawab atas
perilaku seksualnya di masa depan.
Sisi lainnya adalah memberikan benteng/pertahanan kepada remaja itu sendiri untuk secara
tegas dapat bersikap atas maraknya informasi pornografi yang beredar di masyarakat, baik
dalam bentuk tulisan, maupun elektronik. Upaya ini memerlukan dukungan dari berbagai
pihak, terutama para stakeholder dalam pendidikan yang berani berpikir secara kreatif dan
inovatif dalam melahirkan kebijakan-kebijakan yang berpihak kepada remaja di Jawa
Tengah.
Sudah saatnya diakhiri hal-hal yang kontraproduktif dan polemik yang mempertentangkan
antara pendidikan kesehatan reproduksi dengan pornografi. Area pembatas kedua hal ini
sudah sangat jelas dan dapat dipertanggungjawabkan. Kekhawatiran bahwa dengan
informasi pendidikan kesehatan reproduksi para murid (anak didik) akan meniru juga
berlebihan, karena di dalam informasi pendidikan kesehatan reproduksi remaja memang
tidak ada sesuatu yang patut ditiru. Jadi sebenarnya tidak ada sesuatu yang patut dicurigai
atau bahkan dikhawatirkan.
Kita sepakat, tidak rela melihat anak-anak kita menjadi generasi penerus yang lemah dan
menderita hanya gara-gara mereka melakukan praktik-praktik seksual yang tidak
bertanggungjawab di masa mendatang disebabkan pengetahuan mereka yang rendah.
Upaya lainnya adalah memberikan porsi dan kesempatan yang seluas-luasnya pendidikan
moral/agama kepada seluruh anak/remaja, dengan memberikan informasi yang
komprehensif bahaya dan akibat-akibat yang ditanggung remaja bila melakukan perilaku
seksual yang tidak bertanggung jawab. Informasi kerugian fisik, mental dan spiritual harus
dijelaskan secara seimbang dengan hal-hal yang terkait dengan moral /agama bila sampai
terjadi perilaku seks yang tidak bertanggung jawab. Bagaimanapun juga, mencegah
terjadinya perilaku seksual yang tidak bertanggung jawab jauh lebih baik dari pada harus
menyelesaikannya bila hal tersebut sungguh-sungguh terjadi. (29) -Farid Husni, Direktur
Pelaksana Daerah PKBI Jawa Tengah, LSM yang aktif di bidang kesehatan reproduksi.

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Masalah kesehatan remaja mencakup aspek fisik biologis dan mental, sosial. Perubahan
fisik yang pesat dan perubahan endokrin/ hormonal yang sangat dramatik merupakan
pemicu masalah kesehatan remaja serius karena timbuhnya dorongan motivasi seksual
yang menjadikan remaja rawan terhadap penyakit dan masalah kesehatan reproduksi,
kehamilan remaja dengan segala konsekuensinya yaitu: hubungan seks pranikah, aborsi,
PMS & RIV-AIDS serta narkotika.
Permasalahan remaja seringkali berakar dari kurangnya informasi dan pemahaman serta
kesadaran untuk mencapai sehat secara reproduksi. Di sisi lain, remaja sendiri mengalami
perubahan fisik yang cepat. Harus ada keyakinan bersama bahwa membangun generasi
penerus yang berkualitas perlu dimulai sejak anak, bahkan sejak dalam kandungan.
Pemberian informasi ini dengan tujuan meningkatkan pengetahuan yang pada gilirannya
mampu memberikan pilihan kepada remaja untuk bertindak secara bertanggung jawab, baik
kepada dirinya maupun keluarga dan masyarakat.

B. Saran
1. Perlu dibangun komitmen bersama antar elemen, baik pemerintah maupun masyarakat
yang menetapkan kesehatan reproduksi remaja sebagai agenda/isu bersama dan penting.
2. Perlu pendekatan kepada pihak yang berkompeten dalam pembinaan remaja melalui
pembekalan.

Anda mungkin juga menyukai