Anda di halaman 1dari 10

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Program bimbingan dan konseling (BK) merupakan bagian yang terpadu dari

keseluruhan program pendidikan di sekolah. Oleh karena itu, upaya guru membimbing

maupun berbagai aspek yang terlingkup dalam program merupakan bagian yang tidak

terpisahkan dari seluruh kegiatan yang diarahkan kepada pencapaian tujuan pendidikan

di lembaga yang bersangkutan. Bimbingan dan Konseling diposisikan oleh negara

sebagai profesi yang terintegrasikan sepenuhnya dalam bidang pendidikan, yaitu

dengan menegaskan dalam Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang sistem

Pendidikan Nasional. Dalam Undang-Undang tersebut ditegaskan bahwa konselor

adalah pendidik profesional, sebagaimana juga guru, dosen, dan pendidik lainya.

Dunia pendidikan di Indonesia sekarang ini sedang ramai-ramainya

membicarakan tentang kurikulum 2013. Sosialisasi kurikulum 2013 sedang

dilaksanakan disetiap daerah sampai pelosok. Melihat maraknya pembicaraan tentang

kurikulum 2013, membuat suatu motivasi bagi konselor untuk mengetahui, bagaimana

posisi bimbingan dan konseling dalam kurikulum 2013, dan ternyata hal ini telah ramai

juga dibicarakan oleh masyarakat bimbingan dan konseling dalam mebahas fungsi dan

peran bimbingan dan konseling dalam impelemntasi kurikulum 2013.

Berkenaan dengan implementasi kurikulum 2013 khusus untuk kegiatan

bimbingan dan konseling menegaskan adanya daerah garapan yang disebut peminatan

siswa. Bidang peminatan ini menjadi substansi pokok pekerjaan para konselor atau guru

bimbingan dan konseling di sekolah-sekolah. Program Bimbingan dan Konseling

diarahkan kepada upaya yang memfasilitasi siswa untuk mengenal dan menerima

dirinya sendiri serta lingkungannya secara positif dan dinamis, dan mampu mengambil

1
keputusan yang bertanggung jawab, mengembangkan serta mewujudkan diri secara

efektif dan produktif, sesuai dengan peranan yang diinginkan di masa depan, serta

menyangkut upaya memfasilitasi peserta didik agar mampu mengembangkan potensi

dirinya ataau mencapai tugas-tugas perkembangannya.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang permasalahan di atas maka dirumuskan permasalahan

sebagai berikut:

1. Bagaimana implementasi program Bimbingan dan Konseling pada Kurikulum 2013

2. Bagaimana pelaksanaan layanan peminatan di Lembaga Satuan Pendidikan

C. Tujuan

Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan penyusunan laporan observasi

ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui implementasi Bimbingan dan Konseling pada Kurikulum 2013

2. Untuk mengetahui pelaksanaan layanan peminatan di Lembaga Satuan Pendidikan

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Bimbingan dan Konseling dalam Kurikulum 2013

Bimbingan dan konseling adalah upaya pendidikan dan merupakan bagian

integral dari pendidikan yang secara sadar memposisikan “… kemampuan peserta didik

untuk mengeksplorasi, memilih, berjuang meraih, serta mempertahankan karier itu

ditumbuhkan secara isi-mengisi atau komplementer oleh guru bimbingan dan konseling

atau konselor dan oleh guru mata pelajaran dalam setting pendidikan khususnya dalam

jalur pendidikan formal, dan sebaliknya tidak merupakan hasil upaya yang dilakukan

sendirian oleh Konselor, atau yang dilakukan sendirian oleh Guru. (ABKIN: 2007).

Pada tahun 2013 ditetapkan Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan

Republik Indonesia Nomor 81A Tahun 2013 tentang Implementasi Kurikulum. Khusus

Lampiran IV tentang Pedoman Umum Pembelajaran Bagian VIII mengenai Konsep

dan Strategi Layanan Bimbingan dan Konseling. Peraturan ini paling lengkap memuat

substansi tentang Bimbingan dan Konseling dan secara jelas menyebutkan hal-hal

pokok yang menjadi kelengkapan substansi pelayanan Bimbingan dan Konseling baik

dalam implementasinya Peraturan Meteri Pendidikan dan Kebudayaan ini di satuan-

satuan pendidikan maupun sebagai suatu profesi. Substansi Peraturan Menteri

Pendidikan dan Kebudayaan ini memberikan konsep tentang arah layanan dan

pengembangan BK, komponen dan strategi layanan, arah pelaksanaan, dan pelaksana

layanan yaitu Guru BK atau Konselor dan pihak-pihak yang terkait demi suksesnya

pelayanan BK dalam rangka keseluruhan proses pembelajaran di satuan-satuan

pendidikan.

3
Ini berarti bahwa proses peminatan, yang difasilitasi oleh layanan bimbingan

dan konseling, tidak berakhir pada penetapan pilihan dan keputusan bidang atau

rumpun keilmuan yang dipilih peserta didik di dalam mengembangkan potensinya,

yang akan menjadi dasar bagi perjalanan hidup dan karir selanjutnya, melainkan harus

diikuti dengan layanan pembelajaran yang mendidik, aksesibilitas perkembangan yang

luas dan terdiferensiasi, dan penyiapan lingkungan perkembangan/belajar yang

mendukung. Dalam konteks ini bimbingan dan konseling berperan dan berfungsi,

secara kolaboratif, dalam hal-hal berikut:

a. Menguatkan Pembelajaran yang Mendidik

Untuk mewujudkan arahan Pasal 1 (1), 1 (2), Pasal 3, dan Pasal 4 (3) Undang-

undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional secara utuh,

kaidah-kaidah implementasi Kurikulum 2013 sebagaimana dijelaskan harus

bermuara pada perwujudan suasana dan proses pembelajaran mendidik yang

memfasilitasi perkembangan potensi peserta didik. Suasana belajar dan proses

pembelajaran dimaksud pada hakikatnya adalah proses mengadvokasi dan

memfasilitasi perkembangan peserta didik yang dalam implementasinya

memerlukan penerapan prinsip-prinsip bimbingan dan konseling. Bimbingan dan

konseling harus meresap ke dalam kurikulum dan pembelajaran untuk

mengembangkan lingkungan belajar yang mendukung perkembangan potensi

peserta didik. Untuk mewujudkan lingkungan belajar dimaksud, guru hendaknya:

(1) memahami kesiapan belajar peserta didik dan penerapan prinsip bimbingan dan

konseling dalam pembelajaran, (2) melakukan asesmen potensi peserta didik, (3)

melakukan diagnostik kesulitan perkembangan dan belajar peserta didik, (4)

mendorong terjadinya internalisasi nilai sebagai proses individuasi peserta didik.

4
Perwujudan keempat prinsip yang disebutkan dapat dikembangkan melalui

kolaborasi pembelajaran dengan bimbingan dan konseling.

b. Memfasilitasi Advokasi dan Aksesibilitas

Kurikulum 2013 menghendaki adanya diversifikasi layanan, jelasnya layanan

peminatan. Bimbingan dan konseling berperan melakukan advokasi, aksesibilitas,

dan fasilitasi agar terjadi diferensiasi dan diversifikasi layanan pendidikan bagi

pengembangan pribadi, sosial, belajar dan karir peserta didik. Untuk itu kolaborasi

guru bimbingan dan konseling/konselor dengan guru mata pelajaran perlu

dilaksanakan dalam bentuk: (1) memahami potensi dan pengembangan kesiapan

belajar peserta didik, (2) merancang ragam program pembelajaran dan melayani

kekhususan kebutuhan peserta didik, serta (3) membimbing perkembangan pribadi,

sosial, belajar dan karir.

c. Menyelenggarakan Fungsi Outreach

Dalam upaya membangun karakter sebagai suam keutuhan perkembangan,

sesuai dengan arahan Pasal 4 (3) UU No. 20/2003, Kurikulum 2013 menekankan

pembelajaran sebagai proses pemberdayaan dan pembudayaan. Untuk mendukung

prinsip dimaksud bimbingan dan konseling tidak cukup menyelenggarakan fungsi-

fungsi inreach tetapi juga melaksanakan fungsi outreach yang berorientasi pada

penguatan daya dukung lingkungan perkembangan sebagai lingkungan belajar.

Dalam konteks ini kolaborasi guru bimbingan dan konseling/konselor dengan guru

mata pelajaran hendaknya terjadi dalam konteks kolaborasi yang lebih luas, antara

lain: (1) kolaborasi dengan orang tua/keluarga, (2) kolaborasi dengan dunia kerja

dan lembaga pendidikan, (3) “intervensi” terhadap institusi terkait lainnya dengan

tujuan membantu perkembangan peserta didik.

5
B. Pelaksanaan Layanan Peminatan di Satuan Pendidikan

Peminatan berasal dari kata minat yang berarti kecenderungan atau keinginan

yang cukup kuat berkembang pada diri individu yang terarah dan terfokus pada

terwujudkannya suatu kondisi dengan mempertimbangkan kemampuan dasar, bakat,

minat dan kecenderungan pribadi individu. Dalam dunia pendidikan, peminatan

individu atau peserta didik pertama-tama terarah dan terfokus pada peminatan studi dan

karir atau pekerjaan. Pelayanan arah peminatan studi peserta didik merupakan upaya

untuk membantu peserta didik dalam memilih dan menjalani program atau kegiatan

studi dan mencapai hasil sesuai dengan kecenderungan hati atau keinginan yang cukup

atau bahkan sangat kuat terkait dengan program pendidikan/pembelajaran yang diikuti

pada satuan pendidikan dasar dan menengah (SD/MI, SMP/MTs/SMPLB,

SMA/MA/SMALB dan SMK/MAK).

Pelayanan Bimbingan dan Konseling merupakan bagian integral dari kegiatan

pendidikan yang mengimplementasikan kurikulum tersebut. Dalam hal ini, pelayanan

Bimbingan dan Konseling juga merupakan bagian integral dalam pelaksanaan

Kurikulum Tahun 2013 oleh satuan pendidikan dalam rangka memperkuat proses

pembelajaran yang diharapkan benar-benar mengupayakan pengembangan potensi

peserta didik secara optimal, termasuk di dalamnya peminatan peserta didik. Dalam

penyiapan implementasi Kuriklum 2013, Pengurus Bersar Asosiasi Bimbingan dan

Konseling Indonesia (ABKIN) secara langsung diikutsertakan. Dengan demikian

Pengurus Besar ABKIN memahami secara menyeluruh isi dan konstruksi Kurikulum

2013, termasuk arah dan posisi pelayanan Bimbingan dan Konseling dalam kurikulum

tersebut. Dengan latar belakang tersebut Pengurus Besar ABKIN ditugasi untuk

menyusun Panduan Pelayanan Bimbingan dan Konseling pada jenjang pendidikan

dasar dan menengah.

6
Pelayanan Arah Peminatan Siswa merupakan bagian yang tidak terpisahkan dan

terintegrasi dalam program pelayanan bimbingan dan konseling pada satuan

pendidikan, khususnya dalam jenjang pendidikan dasar dan menengah. Artinya,

program pelayanan bimbingan dan konseling pada satuan pendidikan yang lengkap dan

penuh harus memuat kegiatan pelayanan arah peminatan siswa. Upaya ini mengacu

kepada program pelaksanaan Kurikulum Tahun 2013, khususnya terkait dengan

peminatan akademik, peminatan kejuruan, pilihan lintas minat dan pendalaman minat

mata pelajaran, dan peminatan studi lanjutan. Program bimbingan dan konseling

dengan pelayanan arah peminatan siswa itu sepenuhnya berada di bawah tanggung

jawab Guru Bimbingan dan Konseling (Guru BK) atau Konselor di setiap satuan

pendidikan.

Tingkatan dan Aspek-aspek Arah Peminatan

Tingkat Arah Posisi Peserta didik di Arah Peminatan


Peminatan Akademik
SD/MI/ SDPLB Meminati semua
1. Arah peminatan mata pelajaran
pertama

SMP/MTs/SMPLB/ Meminati semua


2. Arah peminatan kedua SMPLB mata pelajaran

SMA/MA/ SMALB Meminati semua


3. Arah peminatan ketiga mapel wajib, pilihan
umum dan lintas mapel

SMK/MAK Meminati mapel


4. Arah peminatan ketiga wajib, pilihan dan
khusus lintas mapel/
kejuruan
Tamat SMA/MA/ Bekerja atau kuliah
5. Arah peminatan SMALB/ SMK/MAK sesuai dengan pilihan
keempat mapel dan lintas
mapel/ kejuruan di
SLTA

7
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Bimbingan dan konseling harus meresap ke dalam kurikulum dan pembelajaran

untuk mengembangkan lingkungan belajar yang mendukung perkembangan potensi

peserta didik. Untuk mewujudkan lingkungan belajar dimaksud, guru hendaknya: (1)

memahami kesiapan belajar peserta didik dan penerapan prinsip bimbingan dan

konseling dalam pembelajaran, (2) melakukan asesmen potensi peserta didik, (3)

melakukan diagnostik kesulitan perkembangan dan belajar peserta didik, (4)

mendorong terjadinya internalisasi nilai sebagai proses individuasi peserta didik.

Peminatan berasal dari kata minat yang berarti kecenderungan atau keinginan

yang cukup kuat berkembang pada diri individu yang terarah dan terfokus pada

terwujudkannya suatu kondisi dengan mempertimbangkan kemampuan dasar, bakat,

minat dan kecenderungan pribadi individu. Dalam dunia pendidikan, peminatan

individu atau peserta didik pertama-tama terarah dan terfokus pada peminatan studi dan

karir atau pekerjaan. Pelayanan arah peminatan studi peserta didik merupakan upaya

untuk membantu peserta didik dalam memilih dan menjalani program atau kegiatan

studi dan mencapai hasil sesuai dengan kecenderungan hati atau keinginan yang cukup

atau bahkan sangat kuat terkait dengan program pendidikan/pembelajaran yang diikuti

pada satuan pendidikan dasar dan menengah (SD/MI, SMP/MTs/SMPLB,

SMA/MA/SMALB dan SMK/MAK).

Secara umum panduan palayanan Bimbingan dan Konseling tentang Arah

Peminatan Siswa bertujuan untuk memberikan panduan bagi Guru BK atau Konselor

dan pihak-pihak lain terkait, seperti pimpinan satuan pendidikan, guru mata pelajaran,

guru kelas dan wali kelas, serta orangtua dalam membantu siswa SD/MI,

8
SMP/MTs/SMPLB, SMA/MA/SMALB dan SMK menetapkan pilihan dan pendalaman

mata pelajaran yang diikuti pada satuan pendidikan yang sedang ditempuh, arah pilihan

karir dan/atau pilihan studi lanjutan sampai ke perguruan tinggi..

B. Saran
Dengan dibuatnya makalah ini penulis berharap semoga pembaca dapat
mengambil manfaat dan menerapkan isi makalah ini pada pelaksanaan pendidikan
sebagai penunjang pelayanan BK di sekolah.

9
DAFTAR PUSTAKA

Anas,Salahudin.2010. Bimbingan Konseling.Bandung : Pustaka Setia.

Hasyim Farid. 2010. Bimbingan dan Konseling Religius. Jakarta: ar-ruzz media.

Panduan Khusus Bimbingan dan Konseling Pelayanan Arah Peminata Peserta Didik. 2013.
ABKIN.

Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No. 81 Tahun 2013 tentang Implementasi
Kurikulum.

10

Anda mungkin juga menyukai