Anda di halaman 1dari 23

BAB I

PENDAHULUAN

Kelopak mata adalah bagian mata yang sangat penting. Kelopak mata
melindungi kornea dan berfungsi dalam pendistribusian dan elaminasi air mata.
Kelainan yang dapat terjadi pada kelopak mata bermacam-macam, salah satunya
adalah infeksi.1
Hordeolum merupakan salah satu infeksi yang sering terjadi pada kelopak
mata yang biasanya disebabkan oleh Staphylococcus. 2
Hordeolum adalah kelainan kelopak mata yang cukup sering ditemukan di
masyarakat. Infeksi ini dapat mengenai semua usia, tetapi lebih sering terjadi pada
orang dewasa karena dipengaruhi oleh beberapa faktor dan dapat terjadi pada
orang-orang dengan tingkat kebersihan yang kurang.1,2
Penderita hordeolum biasanya menunjukkan gejala radang pada kelopak
mata seperti bengkak, terasa mengganjal, kemerahan disertai nyeri jika ditekan.2
Pada umumnya hordeolum dapat sembuh sendiri (self-limited). Namun tak jarang
memerlukan pengobatan secara khusus, obat topikal dan antibiotik topikal maupun
obat antibiotika sistemik.2,3 Jika tidak membaik perlu dilakukan insisi pada daerah
abses dengan fluktuasi terbesar. Hordeolum dapat dicegah dengan cara mencuci
tangan terlebih dahulu ketika hendak menyentuh mata atau kelopaknya.1-3
Penyulit hordeolum dapat berupa selulitis palpebra yang merupakan radang
jaringan ikat jarang palpebra di depan septum orbita dan abses palpebra.1
Prognosis umumnya baik, karena proses peradangan pada hordeolum bisa
mengalami penyembuhan dengan sendirinya, asalkan kebersihan daerah mata tetap
dijaga dan dilakukan kompres hangat pada mata yang sakit serta terapi yang sesuai.6

BAB II
LAPORAN KASUS

1
3.1 IDENTITAS PASIEN

Nama : Nn. A
Umur : 9 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Suku : Jambi
Pekerjaan : Pelajar
Alamat : Telanaipura
MR : 921178
Tanggal Pemeriksaan : 27 Juni 2019

3.2 ANAMNESIS

a. Keluhan Utama : Benjolan di kelopak mata kiri atas sejak ± 1 minggu SMRS
b. Riwayat penyakit sekarang
Pasien datang ke Poliklinik Mata Raden Mattaher dengan keluhan ada
benjolan di kelopak mata kiri atas bagian luar sejak ± 1 minggu SMRS.
Awalnya berupa benjolan kecil seperti jerawat yang terasa nyeri bila ditekan
dan gatal, kemudian semakin lama semakin membesar sehingga kelopak mata
kiri atas merah dan bengkak. Benjolan terasa lunak. Sekarang benjolan masih
terasa nyeri namun pasien merasa mengganjal di bagian kelopak mata kiri atas.
Riwayat trauma sebelumnya disangkal serta riwayat pada keluarga mempunyai
penyakit yang sama juga disangkal oleh pasien. Keluar kotoran, mata merah,
mata berair dan penglihatan kabur disangkal oleh pasien. Pasien tidak
mengalami demam.

c. Riwayat Penyakit Dahulu


- Pasien sebelumnya pernah mengalami penyakit serupa di bagian yang
hampir sama seperti yang dialami sekarang ± 1 bulan yang lalu, lalu hilang
dengan pemberian obat tetes mata, tetapi pasien lupa nama obat tersebut.

2
- Riwayat menggunakan kacamata disangkal
- Riwayat mengalami benturan atau trauma benda lain pada mata disangkal

d. Riwayat Penyakit Keluarga


Tidak ada keluarga yang mengalami keluhan yang sama seperti pasien.

e. Riwayat Pemakaian Obat


Pasien memakai obat tetes mata yang dibeli apotik, tetapi pasien lupa nama
obat.
f. Riwayat Kebiasaan Sosial
Pasien seorang pelajar SD yang beraktifitas dengan menggunakan
kendaraan roda dua untuk mobilitas, pasien tinggal bersama kedua orang tua
dengan tingkat higienitas yang cukup baik. Pasien tinggal dikamar sendiri.

3.3 PEMERIKSAAN FISIK


a. Status Present
Keadaan Umum : Baik
Kesadaran : Compos Mentis
Tekanan Darah : 120/80 mmHg
Frekuensi Jantung : 78 x/menit, reguler
Frekuensi Nafas : 20 x/menit
Temperatur : 36,6 0C

b. Status Oftalmologi
Foto Klinis pasien :

3
Pemeriksaan OD OS

Visus 6/6 6/6

Kedudukan Bola Mata

Posisi Ortoforia Ortoforia

Pergerakan bola mata

- Duksi Baik Baik

4
- Versi Baik Baik

Palpebra

Superior Hiperemis (-), edema (-) Benjolan pada kulit


kelopak mata bagian luar
, uk : diameter 0,3cm,
hiperemis (+), Pus (-),
Nyeri tekan (+)

Hiperemis (-), edema (-),


Inferior Hiperemis (-), edema (-),
laserasi (-)
laserasi (-)

Cilia

Trichiasis - -

Madarosis - -

Aparatus Lacrimalis

Lakrimasi - -

Konjungtiva

Konjungtiva tarsus Hiperemis (-), anemis (-), Hiperemis (-), anemis (-),
superior Papil (-), folikel (-), lytiasis Papil (-), folikel (-),
(-) lytiasis (-)

5
Konjungtiva tarsus Hiperemis (-), Anemis (-), Hiperemis (-), Anemis (-
inferior Papil (-), folikel (-), lytiasis ), Papil (-), folikel (-),
(-) lytiasis (-)

Konjungtiva bulbi Injeksi konjungtiva (-), Injeksi konjungtiva (-),


Injeksi Silier (-), jar. Injeksi Silier (-), jar.
Fibrovascular (-), sekret (-) Fibrovasular (-), sekret (-
)

Kornea

Jernih + Injeksi perikornea (+)

Darah - -

Edema - -

Ulkus - -

Perforasi - -

Makula - -

Leukoria - -

Kripta iris - -

Laserasi - -

Bekas jahitan - -

Jaringan - -
fibrovaskuler
-
Infiltrat

COA

6
Kedalaman Sedang Sedang

Hipopion - -

Hipema - -

Sklera

Sklera biru - -

Episkleritis - -

Skleritis - -

Laserasi - -

Iris

Warna Cokelat Kehitaman Cokelat Kehitaman

Prolaps - -

Pupil

Bentuk Bulat Bulat

Isokoria Anisokor Anisokor

Ukuran 3mm 3 mm

RCL + +

RCTL + +

Lensa

Kejernihan Jernih Jernih

Pemeriksaan Tonometri

7
Schiotz Tidak dilakukan Tidak dilakukan

Digital Tidak dilakukan Tidak dilakukan

Pemeriksaan
Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Funduskopi

Visual Field Normal Normal

3.4 RESUME
Pasien perempuan berusia 9 tahun datang dengan keluhan benjolan kelopak
mata kiri atas bagian luar sejak ± 1 minggu SMRS. Awalnya berupa benjolan kecil
seperti jerawat yang terasa nyeri dan gatal kemudian semakin lama semakin
membesar sehingga kelopak kiri atas merah dan bengkak. Sekarang benjolan masih
terasa nyeri. Pasien juga mengaku jarang membersihkan muka sehabis melakukan
aktifitas.
Dari pemeriksaan oftalmologi didapatkan pada palpebra inferior Benjolan
pada kulit kelopak mata bagian luar , uk : diameter 0,3cm, hiperemis (+), Pus (-),
Nyeri tekan (+),Dari pemeriksaan visus mata didapatkan VOD 6/6 dan VOS 6/6.

3.5 DIAGNOSA BANDING


1. Kalazion OS
2. Blefaritis OS

3.6 DIAGNOSIS KERJA


Hordeolum eksternum palpebra superior OS

3.7 TATALAKSANA
A. Non-medikamentosa
Kompres hangat selama 10-15 menit 4 kali sehari.

8
B. Medikamentosa
- Doxicycline 2 x 100 mg
- cendo cenfresh 4 x 1 tetes
- Cendo mycoz (pagi dan sore)
C. Edukasi
- Menganjurkan pasien untuk lebih menjaga kebersihan diri
terutama bagian mata.
- Menganjurkan kepada pasien untuk selalu mencuci tangan
sebelum menyentuh daerah mata.
-Apabila berkendara motor menggunakan helem/penutup kepala
dan bagian mata sehingga tidak langsung terkenan debu, asap, dan
kotoran.

3.8 PROGNOSIS
Quo ad Vitam : Dubia ad bonam
Quo ad Functionam : Dubia ad bonam
Quo ad Sanactionam : Dubia ad bonam

9
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Anatomi dan Fisiologi Kelopak Mata

Gambar 2.1. Anatomi Palpebra

Palpebra atau kelopak mata adalah lipatan tipis kulit, otot, dan jaringan
fibrosa yang berfungsi melindungi struktur-struktur jaringan mata, serta
mengeluarkan sekresi kelenjar yang membentuk film air mata disepan kornea.

10
Palpebra merupakan alat menutup mata yang berguna untuk melindungi bola mata
terhadap trauma, trauma sinar, dan pengeringan bola mata.1,3
Palpebra mempunyai lapisan kulit yang tipis pada bagian depan sedangkan
dibagian belakang ditutupi selaput lendir tarsus yang disebut konjungtiva tarsal.
Palpebra terdiri beberapa bagian, yaitu :
1. Kelenjar
Seperti kelenjar sebasea, kelenjar Moll atau kelenjar keringat, kelenjar Zeis
pada pangkal rambut, dan kelenjar Junibom pada tarsus.

2. Otot
Seperti M. orbikularis okuli yang berjalan melingkar didalam kelopak mata
atas dan bawah, dan terletak dibawah kulit kelopak. Pada tepi margo
palpebra terdapat otot orbikularis okuli yang disebut M.Rioland.
M.orbikularis okuli berfungsi menutup bola mata yang dipersarafi oleh
N.fasial. M.levator palpebra yang berorigo pada annulus foramen orbita dan
berinsersi pada tarsus atas dengan sebagian menembus M.orbikularis okulli
menuju kulit kelopak bagian tengah. Bagian kulit tempat insersi M.levator
palpebra terlihat sebagai sulkus palpebra. Otot ini dipersarafi oleh N.III
yang berfungsi untuk mengangkat kelopak mata atau membuka mata.3
3. Tarsus
Didalam kelopak mata terdapat tarsus yang merupakan jaringan ikat dengan
kelenjar didalamnya atau kelenjar Junibom yang bermuara pada margo
palpebra.3
4. Septum orbita
Septum orbita merupakan jaringan fibrosis yang berasal dari rima orbita
merupakan pembatas isi orbita dengan palpebra superior.3

11
Gambar 2.2 Bagian-bagian Palpebra

Margo palpebra dipisahkan oleh garis abu-abu (batas mukokutan) menjadi


margo anterior dan posterior. Margo anterior terdiri dari bulu mata, glandula Zeiss
dan Moll.Glandula Zeiss adalah modifikasi kelenjar sebasea kecil yang bermuara
dalam folikel rambut pada dasar bulu mata.Glandula Moll adalah modifikasi
kelenjar keringat yang bermuara ke dalam satu baris dekat bulu mata.Margo
posterior berhubungan dengan bola mata, dan sepanjang margo ini terdapat muara-
muara kecil dari kelenjar sebasesa yang telah dimodifikasi (glandula Junibom atau
tarsal). 1,3
Punktum lakrimalis terletak pada ujung medial dari margo posterior
palpebra. Punktum ini berfungsi menghantarkan air mata ke bawah melalui
kanalikulus ke sakus lakrimalis. 1,3
Fisura palpebrae adalah ruang elips di antara kedua palpebra yang
dibuka.Fisura ini berakhir di kantus medialis dan lateralis. Kantus lateralis kira-kira
0,5 cm dari margo lateral orbita dan membentuk sudut tajam. Septum orbital adalah
fascia di belakang bagian muskularis orbikularis yang terletak di antara margo
orbita dan tarsus dan berfungsi sebagai pemisah antara palpebra orbita. Septum

12
orbitale superius menyatu dengan tendo dari levator palpebra superior dan tarsus
superior; septum orbitale inferius menyatu dengan tarsus inferior. 1,3
Pembuluh darah yang memperdarahi palpebrae adalah a. Palpebra.
Persarafan sensorik kelopak mata atas didapatkan dari ramus frontal nervus V,
sedang kelopak mata bawah oleh cabang kedua nervus V. 1,3

2.2 Definisi
Hordeolum merupakan infeksi lokal atau peradangan supuratif kelenjar
kelopak mata. Hordeolum biasanya merupakan infeksi Staphylococcus pada
kelenjar sebasea kelopak mata.3

2.3 Epidemiologi
Data epidemiologi internasional menyebutkan bahwa hordeolum
merupakan jenis penyakit infeksi kelopak mata yang paling sering ditemukan pada
praktek kedokteran. Insiden tidak bergantung pada ras dan jenis kelamin. Infeksi
ini dapat mengenai semua usia, tetapi lebih sering terjadi pada orang dewasa,
kemungkinan karena kombinasi dari beberapa faktor seperti tingginya level
androgen.4

2.4 Etiologi
Penyebab terjadinya hordeolum adalah kuman Staphylococcus.
Staphylococcus Aureus adalah penyebab pada 90-95% kasus hordeolum.penyakit
ini juga dapat dicetuskan oleh beberapa faktor seperti:
1. Stress
2. Nutrisi yang buruk
3. Peradangan pada kelopak mata seperti Blefaritis
4. Kebersihan diri dan lingkungan yang tidak bersih
Infeksi ini mudah menyebar sehingga diperlukan pencegahan terutama
mengenai kebersihan individual, yaitu dengan tidak menyentuh mata yang
terinfeksi, pemakaian kosmetik bersama-sama, pemakaian handuk dan washcloth
bersama-sama.3,5

13
2.5 Klasifikasi
Terdapat 2 bentuk hordeolum, yaitu
1. Hordeolum eksternum, merupakan infeksi pada kelenjar Zeiss atau Moll.
Hordeolum eksternum akan menunjukkan penonjolan terutama ke daerah
kulit kelopak dan nanah dapat keluar dari pangkal rambut.
2. Hordeolum internum, merupakan infeksi kelenjar Junibom yang terletak
didalam tarsus. Hordeolum internum memberikan penonjolan terutama ke
daerah konjungtiva tarsal.3

Gambar 2.3 Bentuk-bentuk Hordeolum


2.6 Tanda dan gejala
Hordeolum memberikan gejala radang pada kelopak mata seperti bengkak,
mengganjal dengan rasa sakit, merah, dan nyeri bila ditekan. Hordeolum internum
biasanya berukuran lebih besar dibandingkan hordeolum eksternum. Adanya
pseudoptosis atau ptosis terjadi akibat bertambah beratnya kelopak sehingga sukar
diangkat. Pada pasien hordeolum, kelenjar preaurikel biasanya turut membesar.
Sering hordeolum ini membentuk abses dan pecah dengan sendirinya.6,7
Gejala-gejala pada hordeolum adalah :
1. Pembengkakan didaerah kelopak mata
2. Rasa nyeri pada kelopak mata
3. Perasaan tidak nyaman dan sensasi terbakar pada kelopak mata

14
4. Riwayat penyakit yang sama
Tanda-tanda pada hordeolun meliputi:
1. Eritema
2. Edema
3. Nyeri bila ditekan didekat pangkal bulu mata
4. Seperti gambaran abses kecil

2.7 Patofisiologi
Hordeolum eksternum timbul dari blokade dan infeksi dari kelenjar Zeis dan
Moll. Hordeolum internum timbul dari infeksi pada kelenjar Junibom yang terletak
didalam tarsus. Obstruksi dari kelenjar-kelenjar ini memberikan reaksi pada tarsus
dan jaringan sekitarnya. Kedua tipe hordeolum dapat timbul dari komplikasi
blefaritis.2,7
Patogenesis terjadinya hordeolum eksternum diawali dengan pembentukan
nanah dalam lumen kelenjar oleh infeksi Staphylococcus Aureus. Selanjutnya
terjadi pengecilan lumen dan statis hasil sekresi kelenjar. Secara histologi akan
tampak gambaran abses, dengan ditemukannya PMN dan debris nekrotik.2,7

2.8 Diagnosa Banding


Diagnosa banding untuk kasus hordeolum meliputi :
1. Kalazion
Kalazion merupakan peradangan kelenjar Junibom yang tersumbat.
Pada kalazion terjadi penyumbatan kelenjar Junibom dengan infeksi ringan
yang mengakibatkan peradangan kronis kelenjar tersebut.
Kalazion akan memberikan gejala adanya benjolan pada kelopak,
tidak hiperemi, tidak ada nyeri tekan dan adanya pseudoptosis. Kelenjar
preurikel tidak membesar. Kadang-kadang mengakibatkan perubahan
bentuk bola mata akibat tekanannya sehingga terjadi kelainan refraksi pada

15
mata tersebut. Terkadang kalazion sembuh atau hilang dengan sendirinya
akibat diabsorpsi.2,3

Gambar 2.4 Kalazion

2. Blefaritis
Blefaritis adalah radang pada kelopak mata atau tepi kelopak.
Blefaritis dapat disebabkan infeksi dan alergi berjalan kronis ataupun
menhun. Blefaritis alergi dapat terjadi akibat debu, asap, bahan kimia
iritatif, dan bahan kosmetik. Infeksi kelopak mata disebabkan kuman
Streptococcus alfa atau beta, pneumococcus dan pseudomonas. Gejala
umum pada blefaritis adalah kelopak mata merah, bengkak, nyeri, eksudat
lengket dan epiforia.2,3

16
Gambar 2.5 Blefaritis
3. Karsinoma palpebra

Gambar 2.6 Adenocarsinoma palpebra superior

Salah satu karsinoma palpebra yang paling sering terjadi adalah


karsinoma sel basal, yang merupakan keganasan yang berasal dari sel
nonkeratosis yang berasal dari lapisan basal epidermis. Paling sering
mengenai pinggir bawah palpebra (50-60%) dan dekat kantus medial (25-
30%), jarang mengenai palpebra superior (15%). Berupa benjolan yang
transparan, bagian sentral benjolan tersebut mencekung dan halus. Tumbuh

17
lambat dan disertai ulserasi dan menyebabkan kerusakan hebat
disekitarnya. Umumnya ditemukan didaerah berambut dan jarang
bermetastase.6,7

Gambar 2.7 Karsinoma sel basal palpebra

2.9 Tatalaksana
Pada umunnya hordeolum dapat sembuh sendiri dalam 1-2 minggu. Namun
tak jarang memerlukan pengobatan secara khusus, obat topikal (salep atau tetes
mata antibiotic) maupun kombinasi dengan obat antibiotik oral.3,8
Urutan tatalaksana hordeolum adalah:
- Kompres hangat selama 10-15 menit, 4 kali sehari.
- Antibiotik topikal (salep, tetes mata) misalnya : Gentamisin, Kloramfenikol,
Dibekasin, dan lain-lain. Obat topikal digunakan selama 7-10 hari sesuai
anjuran dokter, terutama pada fase peradangan.
- Antibiotik oral seperti Eritomisin 250 mg atau Dikloksasilin 125-250 mg 4
kali sehari, dapat juga diberikan Tetrasiklin, Gol.quinolon. Antibiotik oral
digunakan jika hordeolum tidak menunjukkan perbaikan dengan antibiotk
topikal.

18
- Obat-obat simptomatik dapat diberikan untuk meredakan keluhan nyeri,
seperti asam mefenamat atau ibuprofen.
- Pada nanah dan kantong nanah yang tidak dapat dikeluarkan maka akan
dilakukan insisi, pada insisi hordeolum terlebih dahulu diberikan anestesi
topikal dengan pantokain tetes mata. Dilakukan anestesi infiltrat dengan
prokain atau lidokain di daerah hordeolum dan dilakukan insisi yang bila :
1. Hordeolum internum dibuat insisi pada daerah fluktuasi pus, tegak lurus
pada margo palpebra.
2. Hordeolum eksternum dibuat insisi sejajar dengan margo palpebra.
Setelah dilakukan insisi, dilakukan ekskohleasi atau kuretase seluruh isi
jaringan meradang didalam kantongnya dan kemudian diberi salep
antibiotik. 8

2.10 Komplikasi
Komplikasi hordeolum adalah selulitis palpebra, yang merupakan radang
jaringan ikat palpebra didepan septum orbita, dan abses palpebra.3

2.11 Pencegahan
Pencegahan hordeolum dapat dilakukan dengan menjaga kebersihan wajah
dan membiasakan mencuci tangan sebelum menyentuh wajah agar hordeolum tidak
mudah berulang, menjaga kebersihan peralatan alat make-up mata agar tidak
terkontaminasi oleh kuman, dan menggunakan kacamata pelindung jika bepergian
di daerah berdebu. 2,6

19
BAB IV
ANALISA KASUS

Berdasarkan hasil anamnesa dan pemeriksaan fisik pasien ini didiagnosis


dengan hordeolum eksternum palpebra superior OS. Dimana dari hasil anamnesa
didapatkan bahwa pasien mengeluhkan benjolan di kelopak mata kiri sejak 1
minggu yang lalu yang awalnya kecil, semakin lama semakin membesar. Benjolan
terasa nyeri berwarna merah, dan terasa mengganjal. Pasien juga mengeluhkan dari
benjolan tersebut mengeluarkan cairan seperti nanah.
Salah satu penyakit yang dapat menimbulkan gejala pembengkakan pada
kelopak mata adalah infeksi seperti hordeolum. Sesuai dengan teori bahwa
hordeolum merupakan infeksi yang terjadi pada kelopak mata, yang ditandai
dengan gejala radang pada kelopak mata seperti bengkak, mengganjal dengan rasa
sakit, merah, dan nyeri bila ditekan. Pada hordeolum juga sering terjadinya abses
yang diawali oleh pembentukan pus oleh Staphylococcus yang akhirnya dapat
pecah dan dapat memicu infeksi sekunder. 2,3
Pasien adalah seorang pelajar, sering terpapar debu dan panas matahari,
pasien juga sering mengucek-ngucek matanya menggunakan tangan. Salah satu
faktor yang menjadi pemicu terjadinya hordeolum adalah faktor kebersihan diri dan
lingkungan. Kondisi kelopak mata yang kotor atau kebiasaan mengucek-ngucek
mata dengan tangan kotor dapat memicu terjadinya infeksi. Hordeolum merupakan
infeksi yang menular, oleh karena itu sangat penting untuk menjaga kebersihan
terutama daerah mata.2
Pada pemeriksaan fisik oftalmologi pada pasien ini didapatkan Massa (+)
pada kulit kelopak mata bagian luar, uk : diamter 0,3 cm , konsistensi kenyal,
Edema (+), hiperemis (+), sikatriks (-), hematom (-), pus (-), nyeri tekan (+), tidak
ptosis, tidak ada entropion dan ekstropion. Dari pemeriksaan visus mata didapatkan

20
VOD 6/6 dan VOS 6/6. Pembengkakan yang terjadi pada kulit kelopak mata
menunjukkan bahwa hordeolum yang terjadi adalah hiordeolum eksternum.
Hordeolum eksternum merupakan infeksi pada kelenjar Zeiss atau Moll.
Hordeolum eksternum akan menunjukkan penonjolan terutama ke daerah kulit
kelopak dan nanah dapat keluar dari pangkal rambut. 4,6
Pada penatalaksanaan kasus ini, pasien mendapatkan antibiotik oral yaitu
Doxycycline, kortikosteroid topikal dan antibiotik topikal Cendo mycoz ointment,
dan cendo cenfresh untuk mengurangi iritasi pada mata yang kering. Pada umunya
hordeolun dapat sembuh dengan sendirinya. Tetapi pada beberapa kasus, infeksi ini
harus memerlukan tatalaksaa. Tatalaksana awal yang biasanya dilakukan adalah
kompres hangat yang berfungsi untuk mempercepat peradangan kelenjar.
Pengangkatan bulu mata juga dapat dilakukan untuk drainase nanah. Pada fase
peradangan umunya diberikan antibiotik topikal berupa tetes mata atau salep mata.
Bila tidak ada perubahan, maka dapat diberikan antibiotik sistemik. Apabila pus
atau nanah tidak dapat dikeluarkan maka dapat dilakukan insisi sesuai dengan
indikasinya.3,6,8

21
BAB V
KESIMPULAN

Hordeolum merupakan infeksi lokal atau peradangan supuratif kelenjar


kelopak yang biasanya disebabkan oleh infeksi Staphylococcus. Infeksi ini dapat
mengenai semua usia, tetapi lebih sering terjadi pada orang dewasa.
Terdapat dua bentuk hordeolum yaitu hordeolum eksternum yang timbul
dari blokade dan infeksi dari kelenjar Zeis dan Mol dan hordeolum internum yang
timbul dari infeksi pada kelenjar Junibom yang terletak didalam tarsus. Hordeolum
memberikan gejala radang pada kelopak mata seperti bengkak, mengganjal dengan
rasa sakit, merah, dan nyeri bila ditekan.
Pada umunnya hordeolum dapat sembuh sendiri dalam 1-2 minggu. Namun
tak jarang memerlukan pengobatan secara khusus, obat topikal (salep atau tetes
mata antibiotik) maupun kombinasi dengan obat antibiotik oral serta tindakan insisi
untuk menangani infeksi yang disertai dengan pembentukan pus.
Umumnya prognosis pada penyakit ini baik, dan penyakit ini dapat dicegah
dengan beberapa cara, salah satunya adalah menjaga kebersihan diri.

22
DAFTAR PUSTAKA

1. Pearce, E. 2010. Anatomi dan Fisiologi Untuk Paramedis. Jakarta : PT


Gramedia
2. Vaughan, DG. 2012. Oftalmologi Umum. Jakarta : Widya Medika
3. Ilyas S, Yulianti SR. 2011. Ilmu Penyakit Mata Edisi Keempat. Jakarta:
Balai Penerbit FKUI
4. Ellen R, Wald MD. Periorbital and Orbital Infections. Infections of the
Head and Neck; 2007 : 21(2)
5. Lindsley K, Nichols JJ. Interventions for Acute Internal Hordeolum. Wiley
Online Library; 2013 : 30(4)
6. Reisa R, Usak J, dkk. Sistem Pakar Untuk Diagnosis Penyakit Mata.
JSIKA; 2013 : 2(2)
7. Yanoff M, Sassani JW. 2002. Ocular Pathology Sixth Edition. Piledelphia
: Mosby Elseveir
8. Leonita. Rasionalitas Penggunaan Antibiotika Dalam Penatalaksanaan
Hordeolum di RSUP DR.Kariadi Semarang. 2011 : FK UNDIP

23

Anda mungkin juga menyukai