Anda di halaman 1dari 20

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

DAFTAR GAMBAR

DAFTAR TABEL

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

1.2 Rumusan Masalah

1.3 Tujuan

1.4 Manfaat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi

2.2 Sejarah

2.3 Dasar Keilmuan Dari Ergonomi


BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Indonesia merupakan negara padat karya dan merupakan negara


berkembang. Dengan penduduk yang mencapai lebih dari 237 juta jiwa pada
tahun 2010(Badan Pusat Statistik), indonesia menjadi negara terbesar ke empat di
dunia. Indonesia merupakan negara dengan jumlah tenaga kerja yang cukup
besar.Dalam dunia kerja terdapat Undang-Undang yang mengatur tentang
ketenagakerjaan yaitu Undang-Undang No. 14 tahun 1969 tentang ketentuan-
ketentuan pokok tenaga kerja merupakan subyek dan obyek pembanguna.

Sebagai negara yang berkembang kemampuan tenaga manusia sejauh ini


masih diandalakan dibandingkan dengan tenaga mesin yang biasa diistilahkan
sebagai pekerjaan dengan Penanganan material secara manual.Penanganan
material secara manual adalah istilah yang diberikan untuk proses penanganan
material yang dilakukan dengan menggunakan tenaga manusia (Tompkins,
2003).Pekerjaan yang membutuhkan penanganan material secara manual masih
banyak ditemui di Indonesia. Sehingga peran serta dari manusia dalam segala
jenis pekerjaan masih sangat diandalkan.. Salah satu pekerjaan yang
menggunakanpenanganan material secara manual adalah kuli angkut. Di
Indonesia terdapat banyak jenis kuli angkut, antara lain kuli angkut terigu, gula,
maupun kuli angkut barang yang banyak beroperasi di pasar dan stasiun.

Kuli angkut merupakan pekerjaan dengan resiko sakit akibat kerja yang
tinggi. gangguan otot rangka atau Musculoskeletal Disorders (MSDs) merupakan
fenomena yang banyak dialami oleh pekerja yang melakukan penanganan material
secara manual. Ganguan tersebut dapat terjadi karena posisi atau keadaan ketika
bekerja yang tidak ergonomis. Ergonomik yang bersasaran akhir efisiensi dan
keserasian kerja memiliki arti penting bagi tenaga kerja, baik sebagai subyek
maupun obyek. Akan tetapi sering kali suatu tempat kerja mengesampingkan
aspek ergonomik bagi para pekerjanya, hal ini tentunya sangat merugikan para
pekerja itu sendiri.Pada dewasa kini banyak dilakukan pengembangan metode
penilaian risiko ergonomi pada pekerjaan dengan penanganan material secara
manual.REBA (Rapid Entire Body Assessment) dan QEC (Quick Exposure Check)
merupakan dua metode yang umum digunakan dalam penilaian risiko ergonomi.

Pekerjaan dengan penanganan material secara manual selalu dikaitkan


dengan peningkatan biaya kesehatan, penurunan produktivitas, dan rendahnya
kualitas hidup (Karwowski dan Marras, 2003). Pekerjaan kuli angkut merupakan
pekerjaan dengan resiko tersubut, hal tersebut dikarenakan tingkat pengetahuan
dan kesadaran kuli angkut yang masih rendah tentang keamanan serta pencegahan
penyakit akibat kerja. Ergonimi merupakan unsur higiene perusahaan dan
kesehatan kerja (hiperkes). Fungsi pembinaan ergonomik secara teknis merupakan
tugas pemerintah. Pusat Bina Hiperkes dan Keselamatan Kerja memiliki fungsi
pembinaan ini melalui pembinaan keahlian dan pengembangan penerapannya.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apakah yang dimaksud dengan ergonomi ditempat kerja ?

2. Bagaimana penerapan ergonomi kepada pekerja kuli angkut tepung?

3. Apakah metode yang tepat dipakai untuk menilai resiko ergonomi pada pekerja
angkut tepung ?

1.3 Tujuan

1. Menegetahui penegrtian tentang ergonomi ditempat kerja

2. Mengetahui penerapan ergonomi pada pekerja kuli angkut tepung

3. Mengetahui metode yang tepat diterapkan pada pekerja kuli angkut tepung.

1.4 Manfaat

Memberikan tambahan pengetahuan tentang penerapan ergonomi ditempat


kerja serta metode yang diterapkan sesuai dengan pekerjaan yang ada dilapangan.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi

Istilah “ergonomi” berasal dari bahasa Latin yaitu ERGON (KERJA) dan
NOMOS (HUKUM ALAM) dan dapat didefinisakn sebagai studi tentang aspek –
aspek manusia dalam lingkungan kerjanya yang ditinjau secara anatomi, fisiologi,
psikologi, engineering, manajemen dan desain/perancangan. Ergonomi berkenaan
pula dengan optimasi, efisiensi, kesehatan, keselamatan dan kenyaman manusia di
tempat kerja, di rumah, dan tempat rekreasi. Didalam ergonomi dibutuhkan studi
tentang sistem dimana manusia, fasilitas kerja dan lingkungannya saling
berinteraksi dengan tujuan utama yaitu menyesuaikan suasana kerja dengan
manusianya. Ergonomi disebut juga sebagai “Human Factors”. Ergonomi juga
digunakan oleh berbagai macam ahli pada bidangnya misalnya : ahli anatomi,
arsitektur, perancangan produk industri, fisika, fisioterapi, terapi pekerjaan,
psikologi, dan teknik industri. (Definisi diatas adalah berdasar pada Internasional
Ergonomics Association). Selain itu ergonomi juga dapat diterapkan untuk bidang
fisiologi, psikologi, perancangan

2.2. Sejarah

Istilah “ergonomi”mulai dicetuskan pada tahun 1949, akan tetapi aktivitas


yang berkenaan dengannya telah bermunculan puluhan tahun sebelumnya.
Beberapa kejadian penting diilustrasikan sebagai berikut:

2.2.1 C.T. THACKRAH, ENGLAND, 1831.

Trackrah adalah seorang dokter dari Inggris/England yang meneruskan


pekerjaan dari seorang Italia bernama Ramazzini, dalam serangkaian kegiatan
yang berhubungan dengan lingkungan kerja yang tidak nyaman yang dirasakan
oleh para operator di tempat kerjanya. Ia mengamati postur tubuh pada saat kerja
sebagai bagian dari masalah kesehatan. Pada saat itu Thackrah mengamati seorang
penjahit yang bekerja dengan posisi dan dimensi kursi/meja yang kurang sesuai
secara antropometri, secara pencahayaan yang tidak ergonomis sehingga
mengakibatkan membungkuknya badan dan iritasi indra penglihatan. Disamping
itu juga mengamati para pekerja yang berada pada lingkungan kerja dengan
temperatur tinggi, kurangnya ventilasi, jam kerja yang panjang, dan gerakan kerja
yang berulang – ulang (repetitive work).

2.2.2 F.W. TAYLOR, U.S.A., 1898

Frederick W. Taylor adalah seorang insinyur Amerika yang menerapkan


metode ilmiah untuk menentukan cara yang terbaik dalam melakukan suatu
pekerjaan. Beberapa metodenya merupakan konsep ergonomi dan manajemen
modern.

2.2.3 F.B. GILBRETH, U.S.A., 1911.

Gilbreth juga mengamati dan mengoptimasi metode kerja, dalam hal ini
mendetail dalam analisa gerakan dibandingkan dengan Taylor. Dalam bukunya
Motion Studyyang diterbitkan pada tahun 1911 ia menunjukkan bagaimana postur
membungkuk dapat diatasi dengan mendesain suatu sistem meja yang dapat diatur
naik turun.

2.2.4 E. MAYO dan teman – temannya, U. S. A., 1933

Elton Mayo seorang warga negara Australia, memulai beberapa studi di suatu
perusahaan listrik yaitu western electric company howthorne, Chicago. Tujuan
studynya adalah untuk menkuantifikasi pengaruh dari variabel fisik seperti
misalnya pencahayaan dan lamanya waktu istirahat terhadap faktor efisiensi dari
para operator kerja pada unit prakitan.

2.2.5 PERANG DUNIA KEDUA, ENGLAND AND U.S.A

Masalah operational yang terjadi pada peralatan militer yang berkembang


secara cepat (seperti misalnya peswat terbang harus melibatkan sejumlah
kelompok interdisiplin ilmu secara bersama sama sehingga mempercepat
perkembangan ergonomi pesawat terbang. Masalah yang pada saat itu adalah
penempatan dan idetifikasi untuk pengendali pesawat terbang, efektifitas alat
peraga (display), handel pembuka, ketidak nyamanan karena terlalu panas atau
terlalu dingin, desain pakaian untuk suasana kerja yang terlalu panas atau terlalu
dingin dengan pengaruhnya dengan kinerja operator.

2.2.6 PEMBENTUKAN KELOMPOK ERGONOMI

Pembentukan masyarakat peneliti ergonomi (the Ergonomi Research


Society) di England pada tahu 1949 melibatkan beberapa profesional yang telah
banyak berkecimpung dalam bidang ini. Hal ini menghasilkan jurnal (majalah
ilmiah) pertama dalam bidang ergonomi pada november 1957. Perkumpulan
ergonomi International (The International ergonomics association) terbentuk pada
tahun 1957, dan the human factor society di Amerika pada tahun yang sama

2.3 Dasar keilmuan dari ergonomi

Banyak penerapan ergonomi yang hanya berdasarkan sekedar “Common


sense “(dianggap suatu hal yang biasa terjadi) dan hal itu benar, juka sekiranya
suatu keuntungan yang besar bisa didapat hanya sekedar dengan penerapan suatu
prinsip yang sederhana. Hal ini biasanya merupakan kasus dimana ergonomi
belum dapat diterima dengan sepenuhnya sebagai alat untuk proses desain, akan
tetapi masih banyak aspek ergonomi yang jauh dari kesadaran manusia.
Karakteristik fungsional dari manusia seperti kemampuan pengindraan,
waktu,respon,daaya ingat ,posisi optimum tangan dan kaki untuk efesiensi kerja
otot dll. Adalah meruupakan suatu hal yang belum sepenuhnya belum dipahami
oleh masyarakat awam. Agar dapat suatu perancangan pekerjaan maupun produk
yang optimum tergantung dan harus dengan “ trial and error” maka pendekatan
ilmiah harus segera diadakan

Ilmu-ilmu terapan yang banyak berhubungan dengan fungsi tubuh manusia


adalah anatomi dan fisiologi. Untuk menjadi ergonom diperlukan pengetahuan
daasar dari fungsi dan sistem kerangka otot. Yang berhubungan dengan hal
tersebut adalah KINESIOLOGI (mekanika penggerakan manusia) dan
BOIMEKANIKA (aplikasi ilmu mekanika teknik untuk analisis sistem kerangka
otot manusi ). Ilmu-ilmu ini akan memberikan modal dasar untuk mengatasi
masalah postur dan pergeraakan manusia ditempat dan rung kerjanya
Disamping itu , suatu hal yang vital pada penerapan ilmiah untuk ergonomi adalah
antropometri (kalibrasi tubuh manusia ). Dalam hal ini terjadi penggabungan dan
pemakaian data antropometri dengan ilmu – ilmu statistik yang menjadi prasyarat

2.4. Penanggulangan

1. Menode QEC ( Quick Exposure Check)

Quick Exposure Check (QEC) merupakan salah satu metode pengukuran beban
postur yang diperkenalkan oleh Dr.Guanyang Li dan Peter Buckle. QEC menilai
pada empat area tubuh yang terpapar pada risiko yang tertinggi untuk tejadinya
work musculoskeletal disorders (WMSDs) pada seseorang ataupun operator. QEC
dikembangkan untuk (Li dan Bucke, 1998):

1. Menilai perubahan paparan pada tubuh yang berisiko terjadinya


muskuloskeletal sebelum dan sesudah intervensi ergonomi.

2. Melibatkan pengamat dan juga pekerja dalam melakukan penilaian dan


mengidentifikasi kemungkinan untuk perubahan pada sistem kerja.

3. Membandingkan paparan risiko cedera diantara dua orang atau lebih yang
melakukan pekerjaan yang sama, atau diantara orang-orang yang melakukan
pekerjaan yang berbeda.

4. Meningkatkan kesadaran diantara para manajer, engineer, desainer,


praktisi, keselamatan dan kesehatan kerja dan para operator mengenai faktor
risiko musculoskeletal pada stasiun kerja.

2. Metode REBA (Rapid Entire Body Assessment)

Rapid Entire Body Assessment (REBA) adalah sebuah metode dalam bidang
ergonomi yang digunakan secara cepat untuk menilai postur leher, punggung,
lengan, pergelangan tangan, dan kaki seorang pekerja. REBA memiliki kesamaan
yang mendekati metode RULA (Rapid Upper Limb Assessment), tetapi metode
REBA tidak sebaik metode RULA yang menunjukkan pada analisis pada
keunggulan yang sangat dibutuhkan dan untuk pergerakan pada pekerjaan
berulang yang diciptakan, REBA lebih umum, dalam penjumlahan salah satu
sistem baru dalam analisis yang didalamnya termasuk faktor-faktor dinamis dan
statis bentuk pembebanan interaksi pembebanan perorangan, dan konsep baru
berhubungan dengan pertimbangan dengan sebutan “The Gravity Attended” untuk
mengutamakan posisi dari yang paling unggul.

Metode REBA telah mengikuti karakteristik, yang telah dikembangkan untuk


memberikan jawaban untuk keperluan mendapatkan peralatan yang bisa
digunakan untuk mengukur pada aspek pembebanan fisik para pekerja. Analisa
dapat dibuat sebelum atau setelah sebuah interferensi untuk mendemonstrasikan
resiko yang telah dihentikan dari sebuah cedera yang timbul. Hal ini memberikan
sebuah kecepatan pada penilaian sistematis dari resiko sikap tubuh dari seluruh
tubuh yang bisa pekerja dapatkan dari pekerjaannya.

Pengembangan dari percobaan metode REBA adalah:

1. Untuk mengembangkan sebuah sistem dari analisa bentuk tubuh yang


pantas untuk resiko musculoskeletal pada berbagai macam tugas

2. Untuk membagi tubuh kedalam bagian-bagian untuk pemberian kode


individual, menerangkan rencana perpindahan

3. Untuk mendukung sistem penilaian aktivitas otot pada posisi statis


(kelompok bagian, atau bagian dari tubuh), dinamis (aksi berulang, contohnya
pengulangan yang unggul pada veces/minute, kecuali berjalan kaki), tidak cocok
dengan perubahan posisi yang cepat.

4. Untuk menggapai interaksi atau hubungan antara seorang dan beban


adalah penting dalam manipulasi manual, tetapi itu tidak selalu bisa dilakukan
dengan tangan.

5. Termasuk sebuah faktor yang tidak tetap dari pengambilan untuk


manipulasi beban manual

6. Untuk memberikan sebuah tingkatan dari aksi melalui nilai akhir dengan
indikasi dalam keadaan terpaksa
Metode REBA juga dilengkapi dengan faktor coupling, beban eksternal aktivitas
kerja. Dalam metode ini, segmen-segmen tubuh dibagi menjadi dua group, yaitu
group A dan group B. Group A terdiri dari punggung (batang tubuh), leher, dan
kaki. Sedangkan group B terdiri dari lengan atas, lengan bawah, dan pergelangan
tangan. Penilaian postur kerja pada masing-masing group tersebut didasarkan
pada postur-postur.
BAB III

STUDI KASUS

Aktivitas pekerja memiliki berbagai resiko salah satunya yang ada pada
studi kasus yakni aktivitas penanganan material secara manual merupakan bagian
dari ilmu ergonomi. Dalam beberapa waktu terakhir banyak dilakukan
pengembangan metode penilaian risiko ergonomi pada pekerjaan dengan
penanganan material secara manual. Keluhan atau gangguan otot rangka atau
musculoskeletal disorders (MSDs) merupakan fenomena yang banyak dialami
oleh pekerja yang melakukan penanganan material secara manual.

Di Indonesia terdapat banyak jenis kuli angkut, antara lain kuli angkut
terigu, gula, maupun kuli angkut barang (porter) yang banyak beroperasi di pasar
dan stasiun. Selain kuli angkut, pekerjaan pemanenan kelapa sawit dapat juga
menimbulkan risiko MSDs sehingga diperlukan perhatian bagi perusahaan untuk
melakukan pemeriksaan kesehatan mengenai keluhan otot rangka (Hendra dan
Rahardjo, 2009). Perkerjaan yang sederhana namun memerlukan kajian ergonomi
salah satuya pada kuli angkut terigu. Pengangkatan barang dilakukan pada
Penempatan barang atau produk dapat aktivitas order picking karena pada
disimpan di gudang. Sebagian besar aktivitas ini paling banyak pengangkatan
gudang dibuat karena kebutuhan dari barang menggunakan tenaga manusia.
penggunanya.

Proses pengangkutan tepung terigu dilakukan secara manual tanpa


menggunakan alat bantu dan mengandalkan kekuatan dari tubuh pekerja. Dalam
proses pengangkutan terigu , Gerakan yang dilakukan adalah menerima,
mengangkat, memindahkan, dan meletakkan karung terigu. Pertama-tama kuli
angkut menerima karung terigu dari truk supplier, dan di dalam truk biasanya
sudah ada kuli angkut lainnya yang membantu meletakkan karung terigu ke atas
bahu. Selanjutnya kuli angkut akan memindahkan karung terigu ke dalam tempat
yang sudah disediakan, jarak yang ditempuh masing-masing kuli angkut
bervariasi tergantung dari letak gudang tempat penyimpanan terigu. Penilaian
postur tubuh kuli angkut terbagi menjadi tiga postur, yaitu loading, moving, dan
unloading. Pembagian ini dilakukan untuk memudahkan pennetuan sudut dan
analisis penilaian risiko ergonomi. Pada postur loading, kuli angkut akan
mengambil posisi untuk menerima karung terigu dari kuli lainnya yang berada di
atas truk. Postur moving dimulai setelah karung terigu dipegang dengan benar dan
berada pada posisi tepat di bahu atau pundak kuli angkut, kemudian kuli angkut
akan berjalan membawa karung terigu ke gudang penyimpanan. Postur terakhir
dari proses kerja kuli angkut terigu adalah unloading, di mana postur ini diawali
dengan dua tangan memegang karung terigu dari bahu untuk kemudian diletakkan
dan disusun dalam gudang penyimpanan. Kegiatan pengangkutan terigu dilakukan
terus-menerus hingga jumlah karung terigu yang ada di truk supplier habis dan
seorang kuli angkut terigu rata-rata mengangkut 50 karung terigu dengan tanpa
istirahat selama pengangkutan untuk satu truk selesai dilakukan.
BAB IV

PEMBAHASAN

4.1 Tahapan proses kerja kuli angkut terigu

Proses pengangkutan terigu dilakukan secara manual tanpa menggunakan


alat bantu apapun masing-masing oleh satu kuli angkut. Gerakan yang dilakukan
adalah menerima, mengangkat, memindahkan, dan meletakkan karung terigu.
Pertama-tama kuli angkut menerima karung terigu dari truk supplier, dan di dalam
truk biasanya sudah ada kuli angkut lainnya yang membantu meletakkan karung
terigu ke atas bahu. Selanjutnya kuli angkut akan memindahkan karung terigu ke
dalam tempat yang sudah disediakan, jarak yang ditempuh masing-masing kuli
angkut bervariasi tergantung dari letak gudang tempat penyimpanan terigu.

Penilaian postur tubuh kuli angkut terbagi menjadi tiga postur, yaitu
loading, moving, dan unloading. Pembagian ini dilakukan untuk memudahkan
pennetuan sudut dan analisis penilaian risiko ergonomi. Pada postur loading, kuli
angkut akan mengambil posisi untuk menerima karung terigu dari kuli lainnya
yang berada di atas truk. Postur moving dimulai setelah karung terigu dipegang
dengan benar dan berada pada posisi tepat di bahu atau pundak kuli angkut,
kemudian kuli angkut akan berjalan membawa karung terigu ke gudang
penyimpanan. Postur terakhir dari proses kerja kuli angkut terigu adalah
unloading, di mana postur ini diawali dengan dua tangan memegang karung terigu
dari bahu untuk kemudian diletakkan dan disusun dalam gudang penyimpanan.

Kegiatan pengangkutan terigu dilakukan terus-menerus hingga jumlah


karung terigu yang ada di truk supplier habis. Rata-rata dalam satu hari, seorang
kuli angkut terigu rata-rata mengangkut 50 karung terigu dengan tanpa istirahat
selama pengangkutan untuk satu truk selesai dilakukan.

4.2 Penilaian Risiko Ergonomi dengan Metode REBA

Postur yang digunakan untuk penilaian risiko ergonomi dapat dilihat pada
Gambar 2, Gambar 3, dan Gambar 4. Gambar postur tersebut menggambarkan
proses perpindahan karung dari truk supplier ke gudang penyimpanan. Proses
penanganan karung terigu terdiri dari menurunkan karung terigu ke bahu kuli
angkut, kemudian karung terigu dibawa ke tumpukan karung di gudang
penyimpanan.
Berdasarkan hasil perhitungan dengan menggunakan metode REBA, dapat
dilihat bahwa postur yang memiliki nilai terbesar adalah Postur b dan c yaitu
sebesar 9. Nilai ini termasuk ke dalam kategori perlu dilakukan perbaikan
secepatnya (High risk, investigate and implement change).

4.3 Penilaian risiko ergonomi dengan metode QEC

Penilaian yang dilakukan dengan menggunakan metode QEC adalah cara


penilaian yang mudah, cepat, dan tidak memerlukan pelatihan khusus untuk dapat
menggunakannya. Dalam melakukan penilaian, ditentukan terlebih dahulu
pekerjaan apa yang akan dinilai. Bila merupakan pekerjaan yang berulang,
sebaiknya pengamatan dilakukan antara 20-30 buah siklus sebelum mengisi form
(University of Surrey, QEC Reference Guide) Pengisian form biasanya akan
memakan waktu sekitar 10 menit.
4.4 Hasil Penilaian Ergonomi pada Pekerjaan Kuli Angkut Terigu

Besarnya beban kerja yang dialami oleh pekerja ketika melakukan proses
penanganan material secara manual dapat mempengaruhi kesehatan pekerja itu
sendiri, di mana kesehatan pekerja dapat diukur salah satunya dengan menilai
risiko cedera yang mungkin terjadi dari besarnya beban kerja tersebut. Hasil
penilaian risiko ergonomi dengan metode REBA akan menentukan apakah
pekerjaan kuli angkut terigu termasuk ke dalam pekerjaan dengan risiko cedera
tinggi atau rendah. Dari hasil penilaian diketahui bahwa pekerjaan kuli angkut
terigu memiliki nilai REBA sebesar 9. Angka 9 ini diperoleh dari nilai skor REBA
yang paling maksimum dari semua postur yang ada.

Postur b dan c adalah postur yang dianggap memiliki risiko cedera yang
tinggi. Secara umum, besarnya nilai REBA dikarenakan besarnya beban yang
harus ditangani secara manual oleh kuli angkut yaitu di atas 22 pon (10,5 kg).
Rata-rata berat material yang harus ditangani oleh kuli angkut adalah sekitar 25 kg
– 75 kg dan dilakukan dengan menaruh seluruh beban tersebut hanya pada satu
bahu saja. Hal ini sebanding dengan besarnya nilai Upper Arm pada penilaian
risiko ergonomi metode REBA.
Pekerjaan kuli angkut terigu dinilai dengan metode QEC menghasilkan
skor total sebesar 137. Nilai ini dapat dikatakan sebanding dengan penilaian
berdasarkan metode REBA yaitu 9. Menurut metode QEC dengan nilai sebesar
137 termasuk dalam kategori pekerjaan (aktivitas) dengan tingkat risiko yang
sangat berbahaya. Pekerjaan ini termasuk dalam kategori aktivitas yang
melibatkan manual handling karena peran kuli angkut sangat diperlukan.

4.4 Pengendalian

Setelah kita mengetahui tingkat resiko ergonomi pada pekerja serta


penilaiannya, selanjutnya dilakukan tindakan pengendalian. Pengendalian tersebut
dapat didasarkan pada masing-masing faktor resiko yang ada :

1. Postur janggal
Misalnya meletakkan persendian pada posisi netral, hindari bekerja dengan
tangan diatas kepala atau bahu, hindari membungkuk, hindari perputaran
tulang belakang, hindari pergerakan dan kekuatan mendadak, hindari
posisi yang sama dalam waktu yang lama, pengaturan perlengkapan kerja,
agar berada pada jarak terjangkau, modifikasi tinggi tempat kerja dan
tinggi monitor, penggunaan platforms.
2. Frekuensi
Misalnya pengaturan pekerjaan untuk menghindari gerakan yang tidak
perlu, bekerja bergantian jika memungkinkan, hindari pergerakan sama
dalam waktu lama, dan modifikasi pola kerja.
3. Durasi
Misalnya dengan pengaturan jam kerja, stretchin, istirahat pendek.
4. Beban kerja
Misalnya dengan mendekatkan beban atau pekerjaan pada tubuh pekerja,
penggunaan alat bantu mekanik, penggunaan tangga untuk meraih objek di
tempat yang tinggi, penyimpanan objek yang sedang tidak digunakan,
cegah kelelahan otot baik besar atau kecil.
4.5 Aturan Penanggulangan Faktor Risiko Bahaya Pekerjaan Kuli Panggul

1. Cara-Cara Memindahkan Barang yang Benar dan Aman :

Langkah I

1. Posisi jongkok, tumpuan pada tengah badan dan salah satu kaki menjadi
pengungkit.
2. Benda yang diangkat harus dekat dengan tubuh.
3. Kedua tangan memegang sisi barang yang akan diangkat.
4. Punggung tegak lurus.

Langkah II

1. Benda diangkat pelan-pelan.


2. Punggung tetap tegak lurus.

Langkah III

1. Benda diangkat setinggi perut dan siap dipindahkan.


2. Badan tetap tegak.
3. Kaki melangkah menuju tempat barang akan dipindahkan.

Gambar : 5

Posisi sebelah kiri bukan cara yang tepat untuk mengankut barang dari
lantai, posisi yang benar adalah yang sebelah kanan. Analisisnya adalah sebagai
berikut: posisi sebelah kiri menyebabkan beban tumpuan berada pada daerah
pinggang dimana pada daerah tersebut sangat memungkinkan terjadi pergeseran
otot yang menyebabkan rasa sakit pada pinggang (bahasa jawanya ’sakit encok’),
sebaliknya posisi sebelah kanan mengalihkan beban tumpuan ke daerah kaki
(betis, lutut, dan paha) yang notabene lebih kuat daripada daerah pinggang. Bukan
berarti bahwa kita tidak bisa mengangkut barang dengan posisi sebelah kiri,
namun karena kemungkinan besar terjadinya resiko sakit tersebut (apalagi jika
barang yang diangkut punya beban yang sangat berat) jadi sebaiknya gunakanlah
posisi sebelah kanan.

2. Penggunaan Forklift

Forklift adalah suatu alat/kendaraan yang menggunakan garpu atau clamp


dipasang pada mast untuk mengangkat, menurunkan dan memindahkan suatu
benda dari suatu tempat ke tempat lain. sistem pengangkat adalah gabungan dari
dua batang rail vertikal sebagai penuntun disebut mast, garpu (media pengangkat
lain) bergerak naik/turun pada mast dan sistem hydraulic yang menggerakkannya.
Mast dihubungkan ke badan forklift oleh hydraulic silinder yang menggerakkan
mast ke depan dan ke belakang. Badan forklift mempunyai banyak keutamaan
seperti mobil: sebuah tenaga penggerak (dengan mesin, kopling, transmisi dan
gardan) axle depan dan belakang rem dan chassis. sedangkan dalam forklift
battery tenaga berupa penggerak battery, controller dan motor listrik. umumnya
roda depan sebagai roda penggerak, sedangkan belakang sebagai kemudi.

Gambar 6 : contoh ekskavator


BAB IV

Kesimpulan dan Saran

Kesimpulan

Dapat ditarik kesimpulan bahwa

Daftar Pust

Anda mungkin juga menyukai