Kesenjangan ekonomi atau ketimpangan antara kelompok masyarakat
berpendapatan tinggi dan kelompok masyarakat berpendapatan rendahserta tingkat
kemiskinan atau jumlah orang yang berada dibawah garis kemiskinan merupakan dua masalah besar di berbagai negara berkembang. Kemiskinan adalah keadaan dimana terjadi ketidakmampuan untuk memenuhi kebutuhan dasar seperti makanan, pakaian, tempat berlindung, pendidikan, dan kesehatan. Kemiskinan dapat disebabkan oleh kelangkaan alat pemenuh kebutuhan dasar ataupun sulitnya akses terhadap pendidikan dan pekerjaan. Pulau Jawa merupakan pulau yang sangat padat penduduk sehingga berpotensi terjadi kesenjangan sosial seperti kota Surabaya. Surabaya merupakan kota yang besar dan padat penduduk. Kota ini memiliki masalah yang sama seperti kota-kota besar lainnya yaitu tentang kemiskinan. Masalah tersebut timbul karena meningkatnya pertumbuhan penduduk di kota Surabaya. Hal tersebut dapat memicu terjadinya peningkatan angka pengangguran dan juga angka kemiskinan. Adanya pertumbuhan penduduk yang besar akan memperkecil peluang kerja dan semakin banyaknya saingan untuk mencari kerja. Selain kurangnya lapangan pekerjaan, kurangnya tempat tinggal semakin meningkat dan menyebabkan adanya rumah-rumah yang tidak layak huni. Pada tahun 2018 jumlah masyarakat Surabaya yang dibawah garis kemiskinan sebanyak 530.178 dan meningkat hamper 56 ribu dibanding pada tahun 2017. Hal tersebut mengakibatkan munculnya rumah-rumah kumuh di bantaran kali maupun dibantaran rel kereta api. Apabila masalah kesenjangan sosial dan kemiskinan tidak ditindak akan menimbulkan berbagai macam kriminalitas yang membahayakan bagi semua warga yang tinggal ditempat tersebut. Melihat dari capaian serta masalah yang masih tersisa adalah bagaimana mengatasi kesenjangan sehingga capaian ekonomi bisa dirasakan warga biasa. Idealnya, pertumbuhan ekonomi diikuti oleh penurunan kesenjangan. Hal ini bisa dilakukan apabila program pemerataan bisa berjalan dengan baik.Salah satu yang perlu dirancang adalah, pertama, melakukan pengelompokan dan keterhubungan antara wilayah industri dan jasa inti dengan wilayah penunjang. Dengan keunggulan yang dimiliki masing-masing wilayah, Upaya ini diperkuat dengan komitmen anggaran pemerintah provinsi sejak tahun 2016 di mana pembangunan infrastruktur senilai hampir Rp 7 triliun dan terbagi ke dalam 614 proyek. Anggaran ini diupayakan meningkat hingga 15 triliun per tahun dengan alokasi untuk pembangunan proyek dan infrastruktur baru di luar pemeliharan.Melalui infastruktur yang baik, kelancaran dan mobilisasi infrasturktur eknomi dapat terwujud. Ada kemudahan untuk mengakses semua wilayah dan meningkatkan distribusi komoditas sektor industri dan perdagangan. Dengan cara ini, diharapkan wilayah pelosok dan terisolir juga memperoleh kemudahan akses. Kedua, memfokuskan pemberdayaan di daerah-daerah tertinggal, terutama menstimulan lahirnya indsutri kecil menengah di daerah. Salah satu masalah yang dihadapi Usaha Mikro, Kecil dan Menengah adalah pada keberlanjutan karena berbagai sebab, terutama proses produksi dan pemasaran. Padahal ada banyak potensi UMKM yang dapat dimaksimalkan.Penguatan UMKM penting mengingat sumbangan industri dan UMKM pada PDRB Jatim mencapai 54,98 persen. Jawa Timur setidaknya mempunyai 6 juta pengusaha UMKM, dengan 95 persen merupakan usaha mikro, 3 persen usaha kecil dan sisanya usaha menengah. Tenaga kerja yang terserap di UMKM bahkan mencapai 11 juta orang. Karena itu, intervensi pemerintah yang lebih menyeluruh terhadap sektor UMKM merupakan upaya yang penting.
Ketiga, kebijakan afirmasi kepada daerah-daerah tertinggal, terutama di bidang
pendidikan dan kesehatan. Pemerintah provinsi perlu menjamin bahwa pendidikan dan kesehatan, yang saat ini merupakan kebutuhan dasar dapat diakses dengan mudah oleh semua warga. Kebijakan afirmasi di dua bidang ini akan diberikan terutama bagi warga miskin yang kesulitan memperoleh akses pendidikan dan kesehatan.Perhatian penting dalam pembangunan pendidikan di kesehatan adalah pada peningkatan anggaran. Meski anggaran untuk pendidikan dan kesehatan dalam APBD Jatim belum maksimal, tetapi melalui koordinasi dengan pemerintah kabupaten dan kota, program pendidikan dan kesehatan dapat dioptimalkan.