Oleh:
Kelompok 11
Rhabilla widyansari (1810532037)
Arief Gunawan (1810532040)
Rizka Wahyuni (1810532041)
JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS ANDALAS
TAHUN AJARAN 2018/2019
1. Pengertian Hukum Perlindungan Konsumen
Hukum perlindungan konsumen adalah keseluruhan asas –asas dan kaidah yang mengatur
dan melindungi konsumen dalam hubungan dan masalah penyediaan dan penggunaan
produk konsumen antara penyedia dan penggunaanya daam bermasyarakat.20 Menurut
Prof. Dr. Mochtar Kusumaatmadja, hukum konsumen adalah : keseluruhan asas- asas dan
kaidah – kaidah yang mengatur hubungan dan masalah penyediaan dan penggunaan
produk barang dan/atau jasa, antara penyedia dan penggunaannya, dalam kehidupan
bermasyarakat. Sedangkan batasan berikutnya adalah batasan hukum perlindungan
konsumen, sebagai bagian khusus dari hukum konsumen, dan dengan penggambaran
masalah yang terlah diberikan dimuka, adalah “keseluruhan asas- asas dan kaidah –
kaidah yang mengatur dan melindungi konsumen dalam hubungan dan masalah
penyediaan dan penggunaan produk konsumen antara penyedia dan penggunaannya,
dalam kehidupan bermasyarakat”.
Jadi pada umumnya, hukum umum yang berlaku dapat pula merupakan hukum
konsumen, sedang bagian – bagian tertentunya yang mengandung sifat –sifat
membatasai, mengatur syarat – syarat tertentu prilaku kegiatan usaha dan atau
melindungi kepentingan konsumen, merupakan hukum perlindungan konsumen.
Kegiatan perlindungan konsumen, seperti halnya juga pengaturan perilaku persaingan
tidak wajar, monopoli atau oligopoli dari pengusaha, diakui berfungsi sebagai dorongan
efisiensi dalam kegiatan usaha dan kesejahteraan masyarakat. Karena itu seharusya upaya
perlindungan konsumen mendapat porsi yang seimbang dengan perlindungan pada
pengusaha yang jujur dan beritikad baik serta pencegaham berbagai perilaku kegiatan
usaha yang menimbulkan dampak negatif terhadap kesejahteraan masyarakat.
2. Asas Dan Tujuan
yang relevan dalam pembangunan nasional, yakni asas manfaat, asas keadilan, asas
keseimbangan, asas keamanan dan keselamatan konsumen, dan asas kepastian hukum.
1. Asas Manfaat
Asas manfaat adalah segala upaya dalam menyelenggarakan perlindungan konsumen
harus memberikan manfaat sebesar-besarnya bagi kepentingan konsumen dan pelaku
usaha secara keseluruhan.
2. Asas Keadilan
Asas keadilan adalah memberikan kesempatan kepada konsumen dan pelaku usaha untuk
memperoleh haknya dan melaksanakan kewajiban secara adil.
3. Asas Keseimbangan
Asas keseimbangan adalah memberikan keseimbangan antara kepentingan konsumen,
pelaku usaha, dan pemerintah dalam arti materil maupun spiritual.
4. Asas Keamanan dan Keselamatan Konsumen
Asas keamanan dan keselamatan konsumen adalah untuk memberikan jaminan atas
keamanan dan keselamatan kepada konsumen dalam penggunaan, pemakaian, dan
pemanfaatan barang dan atau jasa yang dikonsumsi atau digunakan.
5. Asas Kepastian Hukum
Asas kepastian hukum, yakni baik pelaku maupun konsumen mentaati hukum dan
memperoleh keadilan dalam penyelenggaraan perlindungan konsumen serta negara
menjamin kepastian hukum.
Sementara itu, tujuan perlindungan konsumen meliputi :
a. Hak untuk didengar pendapat dan keluhannya atas barang dan atau jasa yang
digunakan.
b. Hak untuk mendapatkan advokasi perlindungan konsumen dan upaya
penyelesaian sengketa perlindungan konsumen secara patut.
c. Hak untuk mendapatkan pembinaan dan pendidikan konsumen.
d. Hak untuk diperlakukan atau dilayani secara benar dan jujur serta tidak
diskriminatif berdasarkan suku, agama, budaya, daerah, pendidikan, kaya, miskin,
dan atau sosial lainnya.
e. Hak untuk mendapatkan konpensansi ganti rugi dan atau penggantian apabila
barang dan atau jasa yang diterima tidak sesuai dengan perjanjian atau tidak
sebagaimana mestinya.
f. Hak-hak yang diatur didalam ketentuan peraturan perundangan-undangan lainnya.
1. Kewajiban Konsumen
a. Membaca, mengikuti petunjuk informasi, dan prosedur pemakaian, atau
pemanfaatan barang dan atau jasa demi keamanan dan keselamatan.
b. Beritikad baik dalam melakukan transaksi pembelian barang dan atau jasa.
c. Membayar sesuai dengan nilai tukar yang disepekati.
d. Mengikuti upaya penyelesaian hukum sangketa perlindungan konsumen secara
patut.
Berdasarkan pasal 6 dan 7 undang-undang nomor 8 tahun 1999 hak dan kewajiban pelaku
Dalam Pasal 8 sampai dengan Pasal 17 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 mengatur
perbuatan hukum yang dilarang bagi pelaku usaha adalah larangan dalam
jasa, misalnya
a. Tidak memenuhi atau tidak sesuai dengan standar yang dipersyaratkan dalam
b. Tidak sesuai dengan berat bersih, isi bersih atau neto, dan jumlah dala hitungan
c. Tidak sesuai dengan ukuran, takaran, timbangan, dan jumlah dalam hitungan
dinyatakan dalam label, etiket, atau keterangan barang dan/atau jasa tersebut.
e. Tidak sesuai dengan mutu, tingkatan, komposisi, proses pengolahan, gaya, mode,
f. Tidak sesuai dengan janji yang dinyatakan dalam label, etiket, keterangan, iklan,
i. Tidak memasang label atau membuat penjelasan barang yang memuat barang,
ukuran, berat/isi bersih atau neto, komposisi, aturan pakai, tanggal pembuatan,
akibat sampingan, nama dan alamat pelaku usaha, serta keterangan lain untuk
bekas, dan tercemar tanpa informasi secara lengkap dan benar atas barang dimaksud.
Sementara itu, pelaku usaha yang melakukan pelanggaran atas larangan tersebut
diatas, dilarang memperdagangkan barang dan/atau jasa tersebut serta wajib menariknya
dari peredaran.
pangan yang rusak, cacat atau bekas dan tercemar, dengan atau tanpa memberikan
a. Barang tersebut telah memenuhi dan/atau memiliki potongan harga, harga khusus,
standar mutu tertentu, gaya atau mode tertentu, karakteristik tertentu, sejarah atau
guna tertentu.
c. Barang dan atau jasa tersebut telah mendapat atau memiliki sponsor, persetujuan,
i. Secara langsung atau tidak langsung merendahkan barang atau jasa lain.
Dengan demikian, pelaku usaha dalam menawarkan barang dan ata jasa yang ditujukan
c. Kondisi, tangguan, jaminan, hak atau ganti rugi atas suatu barang dan atau jasa.
Pelaku usaha dalam menawarkan barang dan atau jasa, dilarang melakukan dengan cara
pemaksaan atau cara lain yang dapat menimbulkan dengan cara pemaksaan atau cara lain yang
Sementara itu, pelaku usaha dalam menawarkan barang dan atau jasa melaui pesanan
dilarang, misalnya :
a. Tidak menepati pesanan dan atau jasa kesepakan waktu penyelesaian sesuai dengan
yang dijanjikan.
b. Tidak menepati janji atau pelayanan dan atau prestasi.
Pelaku usaha penjualan yang dilakukan melaui cara obral atau lelang, dilarang
a. Menyatakan barang dan atau jasa tersebut seolah-olah telah memenuhi standar
mutu tertentu.
e. Tidak menyediakan jasa dalam kapasitas tertentu atau dalam jumlah cukup
barang jasa.
pernikahan.
menawarkan barang dan jasa yang ditujukan untuk diperdangankan dilarang membuat atau
mencantukan klausula baku pada setiap dokumen dan atau perjanjian, antara lain :
2. Menyatakan bahwa usaha berhak menolak penyerahan kembali barang yang dibeli
konsumen.
3. Menyatakan bahwa pelaku usaha berhak menolak penyerahan kembali uang yang
4. Menyatakan pemberian kuasa dari konsumen kepada pelaku usaha baik secara langsung
maupun tidak langsung untuk melakukan segala tindakan sepihak yang berkaitan dengan
5. Mengatur perihal pembuktian atas hilangnya kegunaan barang atau pemanfaatan jasa
6. Memberi hak kepada pelaku usaha untuk mengurangi manfaat jasa atau mengurangi harta
7. Menyatakan tunduknya konsumen kepada peraturan peraturan yang berupa aturan baru,
tambahan, lanjutan dan atau pengubahan lanjutan yang dibuat sepihak oleh pelaku usaha
8. Menyatakan bahwa konsumen memberi kuasa kepada pelaku usaha untuk pembebanan
hak tanggungan, hak gadai, atau hak jaminan terhadap barang yang dibeli oleh
Pelaku usaha dilarang mencantumkan klausula bak yang letak atau bentuknya sulit terihat
atau dapat dibaca secara jelas atau yang pengungkapannya sulit dimengerti sebagai
konsekuensinya setiap klausula baku yang telah ditetapkan oleh pelaku usaha dalam dokumen
atau perjanjian yang memenuhi ketentuan sebagaimana diatas telah dinyatakan batal demi
hukum. Oleh karena itu, pelaku usaha diwajibkan untuk menyesuaikan klausula baku yang
Setiap pelaku usaha harus bertanggung jawab atas produk yang dihasilkan atau
Bentuk kerugian konsumen dengan ganti rugi berupa pengembalian uang, penggantian
barang dan atau jasa yang sejenis atau setara nilainya, perawatan kesehatan atau pemberian
Sementara itu, pasal 20 dan pasal 21 mengatur beban dan tanggung jawab pelaku usaha
tanpa menutup kemungkinan bagi jaksa untuk melakukan pembuktian, sedangkan pasal 22
menentukan bahwa pembuktian terdapat ada tidaknya unsur kesalahan dalam kasus pidana
terbalik. Jika usaha menolak dan tidak memberi tanggapan atau tidak memenuhi ganti rugi
atas tuntutan konsumen maka menurut pasal 23 dapat digugat melalui badan penyelesaian
Didalam pasal 27 disebutkan hal-hal yang membebaskan pelaku usaha dari tanggung
1. Barang tersebut terbukti seharusnya tidak diedarkan atau tidak dimaksud untuk
diedarkkan.
2. Cacat barang akibat ditaati ketentuan mengenai kualifikasi barang.
5. Lewatnya jangka waktu penuntutan 4 tahun sejak barang dibeli atau lewat jagka yang
diperjanjikan.
10. Sanksi
Sanksi yang diberikan oleh undang-undang nomor 8 tahun 1999, yang tertulis dalam
pasal 60 sampai dengan pasal 63 dapat berupa sanksi administratif, dan sanksi pidana
pokok, serta tambahan berupa perampasan barang tertentu, pengumuman keputusan
hakim, pembayaran ganti rugi, perintah penghentian kegiatan tertentu yang
menyebabkan timbulnya kerugian konsumen, kewajiban penarikan barang dari peredaran,
atau pencabutan izin usaha.