Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Perpajakan 2
Petunjuk:
1. Jawablah setiap soal dengan jelas dan sistematis
2. Selalu cantumkan referensi peraturan/undang-undang yang menjadi dasar jawaban
and a
3. Apabila terdapat keterangan yang tidak disebutkan di soal, gunakan asumsi anda
yang sesuai dengan peraturan perpajakan.
SOAL I (25%)
1. Jelaskan perbedaan antara pajak daerah dengan pajak pusat, dilihat dari fungsi, cara
pemungutan, dan jenis-jenis pajaknya.
2. Jelaskan fun gsi dari bea materai, besar tarifnya serta konsekuensi apabila suatu
dokum en tidak dibubuhi materai. Jelaskan apa yang dimaksud dengan pemeteraian
kemudian.
4. Pada tahun 2013, Bapak Husen memiliki dua aset berupa tanah dan bangunan di daerah
Jakarta Timur, yaitu:
a. Rumah tinggal
Luas Tanah 200m2
Luas bangunan 150m2
Luas jalan masuk dari pagar ke pintu rumah 20m2
b. Hotel
Luas Tanah 800m2
Luas Bangunan 1500m2.
Fasilitas hotel :
- Kolam renang 25m2
- Jalan masuk menuju bangunan hotel 100m2
NJOP tanah dan bangunan untuk kedua objek tersebut adalah sama, yaitu:
NJOP Tanah Rp5juta/m2
NJOP Bangunan Rp2juta/m2
Asumsi:
Berdasarkan Perda DKI Jakarta No. 16 Tahun 2011:
NJOPTKP Rp15.000.000
Tarif PBB:
NJOP Tanah dan bangunan < Rp200 juta 0,01%
NJOP Tanah dan bangunan ~ Rp200 juta dan< Rp2M 0,1%
NJOP Tanah dan bangunan ~ Rp2M dan< Rp10M 0,2%
NJOP Tanah dan bangunan ~ Rp10M 0,3%
SOAL II (40%)
Di tahun 2012, Pe rusahaan mengalami penu runan l aba karena turunnya nilai penjualan dan
meningkatnya biaya produksi. Ka rena penurunan tersebut, Perusahaan mengalami lebih bayar
dalam SPT Tahunan PPh Badan tahun 2012 yang dilaporkan tanggal 15 April 2013 dan mengajukan
restitusi atas kelebihan baya r t erseb ut.
Karena Perusaha an melaporkan SPT Lebih Bayar, KPP Tangerang metaku kan pemeriksaan atas
semua perpajakan Perusahaan yang dimulai di bulan Juni 2013. Pemeriksaan dilakukan kurang leb ih
5 bulan. Pemeriksa memberitahukan Hasil Pemeriksaannya pada tanggal 5 November 2013 dan
ditanggapi oleh Perusahaan pada tanggat 10 November 2013. Pada tanggal 15 November 2013, KPP
Tangerang mengeluarkan SKPKB sebagai berikut:
1. SKPKB PPh Badan sebesar Rp225 juta (Pokok Rp200juta, bunga Rp25juta)
2. SKPKB PPh Pasal 21 sebesar Rp55juta (Pokok Rp50 juta, bunga Rp5juta)
3. SKPKB PPN sebesar Rp18juta (Pokok Rp15juta, Bunga Rp3juta)
Berikut adalah sebagian koreksi yang dilakukan fiskus berkaitan dengan penerbitan SKPKB di atas:
)
1. SKPKB PPh Badan ·.
- Fiskus melakukan koreksi atas biaya penyis ihan piutang sebesar Rp 200juta karena menurut
f iskus biaya penyisihan piutang meru pakan non deductible expense .
- Selain itu, berkaitan dengan biaya gaji, di dalamnya termasu k medical expense sebesar
Rp600juta yang menurut fiskus tidak boleh dijadikan biaya oleh perusah aa n.
3. SKPKB PPN
Berdasa rkan pengujian fi skus atas SPT PPN dan transaksi di laporan keuangan, Fiskus
menemukan bahwa terda pat penjualan aset tetap berupa mobil sedan yang sebelum nya
digunakan untuk kendaraan dinas, dengan harga jual Rp150juta . Perusahaan tidak memungut
PPN atas tra nsaksi penjualan tersebut. Menurut fiskus, Perusahaan seharusnya memungut PPN
10% atas transaksi tersebut .
Berikut adalah informasi-informasi dari sehubungan dengan akun-a kun yang dikoreksi oleh Fiskus :
- dari ledger tahu n 2012 (sebelum j urnal penutup ) diketahui hal-hal sebagai berikut:
Sal do awal 2012 akun allowance for doubtful acccount: RpSOjuta
Saldo akhir 2012 akun allowance for doubtful acccount: Rp150juta
Saldo akhir 2012 akun bad debt expense: Rp300j uta
Perusahaan melakukan penghapusan piutang sebesar Rp200j uta (sudah sesuai dengan
peraturan)
medico( expense diberikan dengan 3 skema, yaitu:
a. Berupa reimbursement (penggantian ) biaya pengobatan karyawa n level manager sebesar
Rp150juta. Jumlah tersebut tidak dimasukkan ke dalam komponen gaji karyawan dalam
menghitung PPh Pasal 21.
b. Berupa reimbursement (penggantia n) biaya pengobatan Direksi sebesar Rp250juta. Jumlah
tersebut t elah dimasukkan ke dalam komponen gaji karyawan dalam menghitung PPh Pasal
21
c. Berupa pengobatan Cuma-Cuma untuk level staf sebesar Rp200juta. Jumlah t ersebut t idak
dimasukkan ke dalam kom ponen gaji karyawan dalam menghitung PPh Pasal 21
biaya direksi adalah penggantian biaya yang tel ah dikeluarkan oleh direksi ya ng melakukan
perjalanan se hubungan dengan kegiatan operasional perusahaan seperti biaya tiket, akomodasi
dan sebagainya. Bukti pendukung atas semua pengeluaran tersebut diberikan oleh direksi
kepada Perusaha an.
Dalam tanggapannya pada tanggal10 November 2013, Perusahaan hanya menyetujui bahwa kurang
bayar PPh Badan senilai RplOOjuta sedangkan kurang bayar PPh Pasal 21 sebesar Rp25juta dan PPN
tidak ada yang disetujui. Oleh karen a itu, Perusahaan mengajukan keberatan atas SKPKB PPh
Badan, SKPKB PPh Pasal 21/26, dan SKPKB PPN dalam satu Surat Keberatan yang diserahkan pada
tanggal 10 Februari 2014. Sebelum mengajukan Surat Keberatan, Perusahaan telah membayar
sejumlah yang dia setujui pada tanggal1 Februari 2014.
Asumsikan Surat Keberatan Perusahaan diproses. Setelah mempelajari kasusnya maka Dirjen Pajak
mengeluarkan Keputusan Keberatan pada tanggal1 Mei 2014 dengan hasil sebagai berikut:
Menerima sebagian surat keberatan atas SKPKB PPh Badan sebesar Rp150 juta
Menolak seluruhnya surat keberatan atas SKPKB PPh Pasal 21
Berdasarkan informasi di atas:
f. Jika Perusahaan akhirnya menyetujui hasil dari Keputusan Keberatan maka kapan dan berapa
Perusahaan harus membayar pajak kurang bayar (pokok dan sanksi) tersebut?
g. Jika Perusahaan akhirnya menyetujui hasil dari Keputusan Keberatan dan membayar pajak
kurang bayar pada tanggal10 Juni 2014 maka berapa denda yang harus dibayar Perusahaan?
h. Jika Perusahaan menolak seluruh Keputusan Keberatan dan mengajukan banding, dan oleh
Pengadilan Pajak bandingnya ditolak seluruhnya, berapakah pajak kurang bayar (pokok dan
sanksi) yang harus di bayar Perusahaan.
PT Juara Abadi adalah perusahaan yang bergerak di bidang pembuatan sepatu dengan
peredaran usaha bruto per tahun rata-rata sebesar RpS0-60 Milyar. Pada bulan Februari
2013, KPP Pratama Grogol, tempat PT Juara Abadi terdaftar, melakukan pemeriksaan untuk
semua pajak PT Juara Abadi tahun 2012 karena KPP Pratama Grogol melihat bahwa hasil
kinerja PT Juara Abadi yang direfleksikan dalam laporan keuangan, memiliki perbedaan
signifikan dengan rata-rata perusahaan lainnya yang sejenis.
Sebelum menyerahkan data-data yang diminta oleh pemeriksa, PT Juara Abadi melakukan
review atas SPT PPh Badan tahun 2012. Berdasarkan review tersebut, PT Juara Abadi
menemukan bahwa terdapat penjualan sepatu di akhir Desember 2012 yang be!um
dilaporkan di SPT Badan "P h Tahun 2012 sebesar RpSOO Juta. Seluruh biaya dari penjualan
tersebut sudah dibukukan dan dilaporkan dalam SPT PPh Badan t ahun 2012 . Kare na
kesadarannya sendiri, PT Juara Abadi langs ung melakukan pembetulan SPT PPh Bad an tahun
2012.
Pemeriksaan pajak akhirnya selesai pada bulan Agustus 2013, dan berdasarka n Pe mbetulan
SPT PPh Badan tahun 2012, Pemeriksa menemukan bahwa t erda pat beberapa biaya
PT Juara Abadi yang seharusnya tidak dapat dibiayakan karena tidak berhubungan dengan
kegiatan usaha PT Juara Abadi, sehingga PT Juara Abadi mem iliki kekurangan pembayaran
PPh Bada n sebesar Rp250juta. Atas keku ra ngan pembayaran te rsebut, Pemeriksa
menerbitkan SKP KB PPh Badan pada ta nggal 12 Sept ember 2013.
Terkait dengan hal tersebut, Pemeri ksa juga mengkoreksi PPN Masukan dari biaya-biaya
t ersebut yang sebelumnya dikompensasi ke PPN keluaran, karena menurut pemeriksa, PPN
Masukan tersebut seharusnya tidak dikompensasi dengan PPN keluaran karena t id ak
berhubungan langsung dengan kegiatan usaha. Atas koreksi PPN Masu kan tersebut,
pemeriksa menetapkan kurang bayar PPN sebesar Rp25juta dan atas kekurangan tersebut,
pemeriksa menerbitkan SKPKB PPN pada tangga l12 September 2013 .
Setelah SKPKB diterbitkan, pada bulan Desem ber 2013, PT Juara Abadi menemukan bahwa
masih terdapat penjualan yang belum dibuku kan, karena tagihannya t erselip, sebesar
Rp300juta. Karena ingin menjadi waji b pajak yang patuh, PT Juara Abadi berenca na untuk
mel akuka n pembetulan kembali.
Pertanyaan:
1. Apakah PT Juara Abadi dapat melakukan pembetulan sedangkan KPP telah
melakukan pemeriksaan atas SPT Tahunan PPh Badan tersebut? Jelaskan
konsekuensi apabila PT Juara Abadi melakukan pembetulan dalam kondisi tersebut.
2. Hitunglah SKPKB (pokok dan bunga) yang diterbitkan ber dasa rkan hasil peme riksaan
3. Apakah PT Juara Abadi dapat melakukan pembetula n sedangkan KP P t elah
menyelesaikan pemeriksaan atas SPT Tahunan PPh Badan tersebut dan SKPKB t elah
diterbitkan? Jelaskan konsekuensi apabila PT Juara Abadi melakukan pembetulan
dalam kondisi tersebut.
Dilarang memperbanyak Mojakoe ini tanpa seizin SPA FEUI
Pemeteraian kemudian:
Pemeteraian kemudian adalah suatu cara pelunasan Bea Meterai yang dilakukan oleh
Pejabat Pos atas permintaan pemegang dokumen yang Bea Meterainya belum dilunasi
sebagaimana mestinya. (Pasal 1 ayat (2) huruf d)
MOJAKOE Perpajakan 2 UTS Semester Genap 2013/2014
Dilarang memperbanyak Mojakoe ini tanpa seizin SPA FEUI
MOJAKOE Perpajakan 2 UTS Semester Genap 2013/2014
Dilarang memperbanyak Mojakoe ini tanpa seizin SPA FEUI
4. Perhitungan PBB
Item Penghitungan Jumlah
NJOP Bumi
Rumah Rp 5.000.000 x 200 Rp 1.000.000.000
Hotel Rp 5.000.000 x 800 Rp 4.000.000.000
Total NJOP Bumi Rp 5.000.000.000
NJOP Bangunan
Rumah Rp 2.000.000 x 150 Rp 300.000.000
Jalan ke pintu rumah Rp 2.000.000 x 20 Rp 40.000.000
Hotel Rp 2.000.000 x 1500 Rp 3.000.000.000
Jalan ke hotel Rp 2.000.000 x 100 Rp 200.000.000
Kolam renang hotel Rp 2.000.000 x 25 Rp 50.000.000
Total NJOP Bangunan Rp 3.590.000.000
Soal 2 (40%)
MOJAKOE Perpajakan 2 UTS Semester Genap 2013/2014
Dilarang memperbanyak Mojakoe ini tanpa seizin SPA FEUI
c. Ketentuan formal Surat Keberatan belum sepenuhnya dipenuhi oleh perusahaan. Salah
satu yang terlihat jelas di soal adalah satu surat keberatan untuk semua surat ketetapan
pajak (dalam hal ini PPh Badan, PPh 21/26, PPN), padahal seharusnya satu surat untuk
satu surat ketetapan pajak. (PMK No. 194/PMK.03/2007)
d. Terkait pembayaran 1 Februari 2014, perusahaan tidak dikenakan denda. Dalam hal ini
perusahaan mengajukan keberatan, sehingga batas waktu pembayaran kekurangan
pajak tertangguh sampai dengan satu bulan sejak terbitnya Surat Keputusan Keberatan,
sesuai Pasal 25 ayat (7) UU KUP berikut,
“Dalam hal Wajib Pajak mengajukan keberatan, jangka waktu pelunasan pajak
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (3) atau ayat (3a) atas jumlah pajak yang
belum dibayar pada saat pengajuan keberatan, tertangguh sampai dengan 1 (satu)
bulan sejak tanggal penerbitan Surat Keputusan Keberatan.”
Akan tetapi, perusahaan dikenakan sanksi administrasi berupa bunga atas pajak kurang
bayar yang disetujuinya.
Bunga = 2% x 10 (dari 15 april-1 februari) x Rp 100.000.000 = Rp 20.000.000
e. Abaikan.
f. Perusahaan harus membayar pajak kurang bayar paling lambat satu bulan sejak
terbitnya Surat Keputusan Keberatan (dalam hal ini 1 Juni 2014)
Besaran yang harus dibayar perusahaan:
Pajak Kurang Bayar
PPh Badan = Rp 150.000.000 – Rp 100.000.000 = Rp 50.000.000
PPh 21 = Rp 50.000.000
Total Pajak Kurang Bayar = Rp 100.000.000
Denda = 50% x Rp 100.000.000 = Rp 50.000.000
Total yang harus dibayar = Rp 150.000.000
MOJAKOE Perpajakan 2 UTS Semester Genap 2013/2014
Dilarang memperbanyak Mojakoe ini tanpa seizin SPA FEUI
Soal 3
1. PT Juara Abadi masih bisa melakukan pembetulan meskipun DJP telah melakukan
pemeriksaan, asalkan DJP belum menerbitkan Surat Ketetapan Pajak (Pasal 8 ayat 4 UU
KUP)
Konsekuensi: pajak yang kurang dibayar yang timbul sebagai akibat dari pengungkapan
ketidakbenaran pengisian Surat Pemberitahuan sebagaimana dimaksud pada ayat (4)
beserta sanksi administrasi berupa kenaikan sebesar 50% dari pajak yang kurang dibayar
harus dilunasi oleh Wajib Pajak sebelum laporan tersendiri dimaksud disampaikan (Pasal 8
ayat 5 UU KUP).
Besar pajak kurang dibayar= 150% x (25% x Rp 500.000.000) = Rp 187.500.000
Namun, pemeriksaan tetap dilanjutkan. Apabila hasil pemeriksaan terbukti bahwa laporan
pengungkapan ternyata tidak sesuai dengan keadaan yang sebenarnya, atas ketidakbenaran
pengungkapan tersebut dapat diterbitkan surat ketetapan pajak.
3. PT Juara Abadi masih bisa melakukan pembetulan meskipun DJP telah menyelesaikan
pemeriksaan dan menerbitkan SKPKB
Konsekuensi: …., terhadap ketidakbenaran perbuatan Wajib Pajak tersebut tidak akan
dilakukan penyelidikan, apabila Wajib Pajak mengungkapkan ketidakbenaran perbuatannya
tersebut dengan disertai pelunasan kekurangan pembayaran jumlah pajak yang sebenarnya
terutang beserta sanksi administrasi berupa denda sebesar 150% dari jumlah pajak kurang
dibayar (Pasal 8 ayat 3 UU KUP).
Besar pajak kurang dibayar = Rp 300.000.000 + 150% x Rp 300.000.000
= Rp 750.000.000
MOJAKOE Perpajakan 2 UTS Semester Genap 2013/2014
MOJAKOE
PAJAK 2
Soal 1 (10%)
Adinda mendapat hibah wasiat dari kakeknya sebuah rumah yang terletak di daerah Cikarang
dengan NJOP PBB senilai Rp. 600.000.000. Nilai pasar atas properti tersebut adalah sebesar Rp.
750.000.000.
a. Berapakah BPTHB yang terhutang oleh Bapak Semar ketika mendaftarkan perolehan
haknya tersebut?
b. Berapakah PBB yang terhutang oleh Bapak Semar dari objek pajak tersebut? (Asumsi
NJOPTKP adalah sebesar Rp. 12.000.000)
Soal 2 (15%)
PT Dunia Indah bergerak dalam bidang konsultasi perpajakan yang berlokasi di Cilandak Jakarta
Selatan. Pada bulan Maret 2010 PT Dunia Indah berniat membuka dua cabang baru di Bandung
dan Surabaya.
Berdasarkan keterangan di atas, jelaskan:
1. Bagaimana ketentuan mengenai keharusan NPWP bagi PT Dunia Indah dan cabang-
cabangnya!
2. Bagaimana PT Dunia Indah menjalankan kewajiban penyetoran dan pelaporan pajaknya!
Soal 3 (30%)
Pada bulan Agustus 2011, PT Bintang Kejora diperiksa oleh KPP untuk PPh Badan dan PPh 21
tahun 2009. Dalam SPT PPh Badan 2009 perusahaan melaporkan PPh terhutang sebesar Rp 200
juta dan PPh 21 selama tahun 2009 adalah sebesar 150 juta.
Berdasarkan hasil pemeriksaan, diterbitkan SKPKB secara jabatan karena pihak pemeriksa
menganggap PT Bintang Kejora tidak kooperatif dalam pemeriksaan. Besarnya pajak yang kurang
dibayar adalah:
PPh Badan Rp 300 juta
PPh 21 Rp 180 juta
Perusahaan memutuskan untuk tidak mengajukan keberatan atas SKPKB tersebut. Pada bulan
Desember 2011, seorang pegawai baru perusahaan menemukan bahwa perusahaan melakukan
kesalahan dalam penghitungan PPh 21 di mana perusahaan tidak memasukkan premi asuransi
yang ditanggung perusahaan ke dalam objek PPh 21. Berdasarkan perhitungan ulang yang
dilakukan ditemukan bahwa terjadi kekurangan pembayaran pajak sebagai berikut:
- Untuk PPh 21 2009, masih terdapat kurang bayar Rp 20 juta dibandingkan hasil
pemeriksaan
- Untuk PPh 21 2010, terdapat kurang bayar Rp 50 juta. Belum dilakukan pemeriksaan
pajak untuk PPh 21 2010
Soal 4 (45%)
PT Indah merupakan sebuah perusahaan yang bergerak dalam bidang pabrikan olahraga. Pada
tanggal 15 Agustus 2010 perusahaan mendapat surat perintah pemeriksaan dari KPP tempatnya
terdaftar untuk PPh Badan tahun pajak 2009 dan pemeriksaan tersebut selesai pada tanggal 20
Oktober 2010. SKPKB diterbitkan 25 Oktober 2010 dengan koreksi sebagai berikut:
Pemeriksa melakukan koreksi positif atas penghasilan usaha sebesar Rp 800 juta karena
terdapat perbedaan jumlah penghasilan usaha dalam PPh Badan dengan total omset PPN
Januari-Desember 2009. Perusahaan berstatus PKP dan seluruh produknya adalah BKP.
Pemeriksa melakukan koreksi positif berupa pengurangan beban pegawai sebesar Rp 500
juta dikarenakan pemeriksa menganggap beban tersebut tergolong natura. Beban yang
dikoreksi oleh pengusaha tersebut adalah pajak penghasilan yang ditanggung oleh
perusahaan. Perusahaan menganggap beban ini adalah tunjangan pajak dan telah
memasukkannya ke dalam perhitungan PPh 21 tahun 2009
Pemeriksa melakukan koreksi positif sebesar Rp 100 juta atas beban jamuan tamu karena
perusahaan tidak mencantumkan instansi tamu yang dijamu dalam daftar yang dibuatnya.
Perusahaan tidak mengetahui bahwa hal tersebut harus dicantumkan dalam daftar
norminatif
Pemeriksa melakukan koreksi atas beban bonus pegawai sebesar Rp 100 juta karena
beban ini dianggap merupakan penyisihan perusahaan dan bonus sebenarnya baru
dibayarkan pada tahun 2010
Kredit pajak PPh 23 perusahaan sebesar Rp 10 juta tidak diakui karena konfirmasi yang
dikirimkan KPP kepada pemotong pajak tidak dijawab
Perusahaan berniat mengajukan keberatan atas SKPKB yang diterbitkan tersebut karenanya dalam
pembahasan akhir hasil pemeriksaan perusahaan hanya bersedia membayar sebesar 20%. Surat
keberatan dikirimkan perusahaan pada tanggal 5 November 2010, karena direktur utama
perusahaan tidak ada di tempat, surat tersebut ditandatangani oleh manager keuangan
perusahaan.
Jawaban:
Soal 1
a. BPTHB yang terhutang = 5% * (NPOP-NPOPTKP) * 50%
= 5% * (750.000.000-300.000.000) * 50%
= 22.500.000 * 50%
= 11.250.000
Note: 50% dikarenakan hibah wasiat
Soal 2
1. PT Dunia Indah dalam kasus ini telah memenuhi persyaratan subjektif dan objektif. Oleh karena
itu PT Dunia Indah wajib mendaftarkan diri ke KPP wilayah tempat menjalankan usaha (sesuai
dengan UU KUP No 28 Tahun 2007 yang telah direvisi menjadi UU pasal 16 Tahun 2009, pasal 2
ayat 1). Setelah itu, PT Dunia Indah akan diberikan NPWP. Jadi, NPWP dari PT Dunia Indah akan
berstatus di wilayah Cilandak.
Adapun Fungsi dari NPWP ini adalah untuk sarana dalam administrasi perpajakan, identitas
wajib pajak, dan menjaga ketertiban pembayaran pajak.
Dalam kasus ini, PT Dunia Indah berniat membuka 2 cabang baru di Bandung dan Surabaya.
Dan pusat serta cabang pada prinsipnya adalah satu entitas. Oleh karena itulah ketika pusat telah
dikukuhkan/memperoleh NPWP, maka cabang hanya perlu meminta NPWP tersebut. Apabila WP
pemohon berstatus cabang, maka harus melampirkan fotokopi kartu NPWP atau bukti pendaftaran
WP kantor pusatnya untuk dapat memperoleh NPWP.
Digit NPWP:
xx (Jenis WP) xxxxxx (Kode WP) x (Cek Digit) xxx (Kode KPP) xxx (Kode Cabang)
Dari digit NPWP ini, cabang dari PT Dunia Indah (di Bandung dan Surabaya) akan terlihat dari
digit kode KPP atau digit kode cabang.
2. Pembayaran dan penyetoran pajak diatur dalam UU KUP pasal 9 dan 10, serta diatur lebih
lanjut dalam PMK No. 184/ PMK. 03/2007.
Dalam PMK No. 184/ PMK. 03/2007, dijelaskan bahwa pembayaran dan penyetoran pajak
dilakukan di kantor pos atau bank yang ditunjuk oleh Mentri Keuangan. Dalam KUP pasal 10 ayat
1, dijelaskan bahwa pembayaran dan penyetoran pajak harus dilakukan dengan menggunakan
formulir surat setoran pajak (SSP) atau sarana administrasi lain yang disamakan dengan SSP. Lalu
dalam KUP pasal 10 ayat 2 juga dijelaskan mengenai fungsi SSP untuk bukti pembayaran pajak
hanya apabila telah disahkan oleh pejabat kantor penerima pembayaran yang berwenang atau
apabila telah medapatkan validasi dan menjadi dianggap sah apabila telah divalidasi dengan NTPN
(Nomor Transaksi Penerimaan Pajak).
Dalam pasal 9 ayat 1 UU KUP No 28 Tahun 2007 yang telah direvisi menjadi UU No 16 Tahun
2009, dijelaskan bahwa jatuh tempo pembayaran dan penyetoran pajak adalah paling lama 15
hari setelah saat terhutangnya pajak atau berakhirnya masa pajak. Dalam pasal 3 ayat 1 PMK No.
184/ PMK. 03/2007, yaitu dalam hal tanggal jatuh tempo pembayaran atau penyetoran pajak
bertepatan dengan hari libur, maka pembayaran atau penyetoran dapat dilakukan pada hari kerja
sebelumnya.
PT Dunia Indah wajib menyampaikan SPT (pelaporan) ke KPP tempat PT Dunia Indah terdaftar.
Batas waktu penyampaian SPT diatur dalam UU KUP pasal 3 ayat 3:
1. SPT Masa : paling lama 20 hari setelah akhir tahun pajak
2. SPT Tahunan PPh Orang Pribadi : paling lama 3 bulan setelah akhir tahun pajak
3. SPT Tahunan Badan : paling lama 4 bulan setelah akhir tahun pajak
Jadi, PT Dunia Indah harus melakukan pelaporan SPT-nya paling lambat 4 bulan setelah akhir
tahun pajak. Dalam pasal 6, dijelaskan bahwa SPT dapat disampaikan secara langsung ataupun
melalui pos.
Pasal 8 ayat 2 PMK No. 184/ PMK. 03/ 2007, yaitu dalam hal batas akhir pelaporan bertepatan
dengan hari libur, maka pelaporan dapat dilakukan pada hari kerja berikutnya.
Dalam UU KUP pasal 3 ayat 4, PT Dunia Indah dapat memperpanjang jangka waktu pelaporan
paling lama 2 bulan dengan cara menyampaikan pemberitahuan secara tertulis Kepada Direktur
Jendral Pajak dan juga penghitungan sementara pajak terhutang berdasarkan ketentuan Peraturan
Menteri Keuangan.
Soal 3
1. Berdasarkan soal, dijelaskan bahwa SKPKB diterbitkan secara jabatan dan besarnya pajak yang
kurang dibayar adalah PPh Badan 300 juta dan PPh 21 180 juta.
Atas kurang bayar inilah, perusahaan akan dikenakan sanksi administrasi berupa bunga 2%
(sesuai dengan pasal 13 ayat 2) serta dikenakan sanksi administrasi berupa kenaikan 50% untuk
PPh Badan dan kenaikan 100% untuk PPh 21-PPh Potput (sesuai dengan pasal 13 ayat 3).
Jumlah yang ditagih dalam SKPKB:
1. PPh Badan = 300 juta + (2% * 17 bulan * 300 juta) + (50% * 300 juta)
= 300 juta + 102 juta + 150 juta
= 552 juta
2. PPh 21 = 180 juta + (2% * 17 bulan * 180 juta) + (100% * 180 juta)
= 180 juta + 61.2 juta + 180 juta
= 421.2 juta
*asumsi refer ke UU baru – PPh badan jatuh tempo 4 bulan setelah akhir tahun pajak
Menurut UU KUP pasal 9 ayat 3, dijelaskan bahwa perusahaan harus melunasi dalam jangka waktu
1 bulan sejak tanggal SKPKB tersebut diterbitkan. Jadi paling lama harus dilunasi sebelum 19
Oktober 2011.
2. Untuk PPh 21 tahun 2009, menurut pasal 15 ayat 3 UU KUP, dijelaskan bahwa kenaikan sebesar
100% atas terbitnya SKPKBT tidak akan dikenakan kepada WP apabila SKPKBT tersebut
dikeluarkan berdasarkan keterangan tertulis dari WP atas kehendak sendiri, dengan syarat DJP
belum melakukan pemeriksaan lagi.
Jadi, jika perusahaan melakukan pemberitahuan bahwa masih terdapat kurang bayar 20 juta
untuk PPh 21 tahun 2009, maka DJP akan tetap mengeluarkan SKPKBT, namun perusahaan tidak
dikenakan sanksi administrasi berupa kenaikan 100% (dalam soal dijelaskan bahwa DJP belum
melakukan pemeriksaan lagi).
Berdasarkan pasal 8 ayat 1a, dijelaskan bahwa SPT dapat dibetulkan paling lama 2 tahun
sebelum daluwarsa penetapan (belum ada pemeriksaan – pasal 8 ayat 1).
Kasus untuk PPh 2010 ini belum dilakukan pemeriksaan, jadi perusahaan masih dapat
melakukan pembetulan SPT (selain itu, masih belum melewati jangka waktu 2 bulan sebelum
daluwarsa penetapan). Namun, karena pembetula ini menyebabkan hutang pajak menjadi lebih
besar 50 juta, maka kepada perusahaan tersebut dikenai sanksi berupa bunga sebesar 2% atas
jumlah pajak yang kurang dibayar, dihitung sejak saat penyampaian surat pemberitahuan berakhir
sampai dengan tanggal pembayaran. Hal ini sesuai dengan UU KUP pasal 8 ayat 2.
Soal 4
1. ~ Mengajukan keberatan
- pemeriksaan hanya membandingkan antara jumlah penghasilan usaha dengan total omset
PPN. Perusahaan bisa saja memperoleh penghasilan usaha lain, selain dari omset PPN
tersebut. Dalam UU PPh pasal 4 ayat 1, dijelaskan berbagai macam jenis pendapatan. Oleh
karena itu, perusahaan seharusnya mengajukan keberatan.
- bukti yang akan disertakan : tanda bukti/ hasil penerimaan (print out) yang menunjukkan
bahwa perusahaan memperoleh penghasilan lain selain dari omset PPN.
~ Tidak mengajukan keberatan
- Pemeriksaan yang dilakukan oleh pemeriksa sudah tepat karena sesuai dengan UU PPh pasal
9 ayat 1 huruf h, yakni pajak penghasilan itu merupakan objek pajak yang tidak boleh
dikurangkan dalam menghitung PKP dari wajib pajak.
~ Mengajukan keberatan
- Beban jamuan tamu tersebut dilakukan oleh perusahaan dengan diberikan kepada semua
karyawan (pengeluaran untuk penyediaan makanan/minuman bagi seluruh karyawan) sesuai
dengan 466/ KMK. 04/ 2000
- Bukti yang akan disertakan : bukti yang menunjukkan bahwa jamuan tersebut berlaku umum.
~ Tidak mengajukan keberatan
- Sebenarnya jika bonus tersebut dibayarkan pada tahun 2009, perusahaan harus mengajukan
keberatan karena bonus adalah salah satu yang boleh dibebankan (UU PPh pasal 6 ayat 1
huruf a(2)). Namun, karena ini adalah bonus untuk tahun 2010, maka pemeriksaan sudah
tepat.
~ Mengajukan keberatan
- Jika perusahaan sudah benar-benar membayar, maka kredit pajak tersebut seharusnya
diakui.
- Bukti yang disertakan : tanda bukti/fotokopi bukti telah dilakukannya pemotongan atas PPh
23.
2. Berdasarkan PMk No 194/ PMK. 03/ 2007, dijelaskan bahwa surat keberatan ditandatangani
oleh WP, dan dalam hal surat keberatan ditandatangani oleh bukan WP, surat keberatan tersebut
harus dilampiri dengan surat kuasa khusus.
Surat keberatan dari PT Indah yang ditandatangani oleh manager keuangan perusahaan harus
disertai dengan surat kuasa khusus agar surat keberatan tersebut diterima dan akan
dipertimbangkan oleh DJP.
3. Perusahaan hanya membayar 20% dari jumlah yang ditagih dalam SKPKB ini akan memiliki
resiko yang sangat besar bagi perusahaan jika keputusan dari keberatan tersebut adalah menolak
atau hanya diterima sebagian. Menurut UU KUP pasal 25 ayat 9, dijelaskan bahwa keberatan WP
yang ditolak atau dikabulkan sebagian, maka WP tersebut akan dikenai sanksi administrasi berupa
denda sebesar 50% dari jumlah pajak berdasarkan keputusan keberatan dengan pajak yang telah
dibayar sebelum mengajukan keberatan.
Oleh karena itu, resiko terbesar yang akan dihadapi oleh perusahaan adalah sanksi denda
sebesar 50% jika keberatan ditolak atau diterima sebagian.
4. Yang akan terjadi adalah DJP melakukan restitusi pajak dan adanya imbalan bunga. Sesuai
dengan UU KUP pasal 27 a ayat 1, WP akan diberikan imbalan bunga sebesar 2% per bulan untuk
paling lama 24 bulan. Dan karena ini adalah masalah SKPKB, maka imbalan bungan tersebut
dihitung sejak tanggal pembayaran yang menyebabkan kelebihan pembayaran pajak sampai
dengan diterbitkannya surat keputusan keberatan.
“In SPA, we believe that associates are our most valuable assets, that’s why we transform
them from good to become excellent”
MOJAKOE
PERPAJAKAN 2
Jawaban :
Soal 1
a)
Deskripsi a b c cara
Rp
Tanah 10,000 394000 3,940,000,000.00 axb
Tipe
Rp
21 300 21 365000 2,299,500,000.00 axbxc
Rp
36 200 36 365000 2,628,000,000.00 axbxc
Rp
48 100 48 365000 1,752,000,000.00 axbxc
Sarana
Rp
Tangga + Lobi 1,500 365000 547,500,000.00 axb
Area jalan + tempat Rp
parkir 2,000 365000 730,000,000.00 axb
Rp
NJOP Gabungan 11,897,000,000.00
Rp
NJOPKP 16,205,246 x 0,25% 16,205,245.90
Rp
PBB Terutang 40,513.11
b)
NPOP Rp 800,000,000.00
NPOPTKP Rp 100,000,000.00
Rp 700,000,000.00
5%
Rp 35,000,000.00
Bea
Materai 6000
Soal 2
1. KUP Pasal 3 ayat 4 dan 5
Ahmadi dapat memperpanjang jangka waktu penyaimpaian SPT paling lama 2 bulan.
Cara nya menyampaikan pemberitahuan tertulis kepada DJP. Dimana Ahmadi harus
menyertakan perhitungan sementara pajak yang terutang dalam 1 tahun pajak dan
SSP sebagai bukti pelunasan kekurangan pajak yang terutang.
2. 20 Juta
3. KUP Pasal 9 ayat 2b
Iya ada sanksi, sebesar 2% . Jadi sanksi -> 2%*1*20.000.000 = 400.000
4. Iya Berpengaruh. Ahmadi harus melakukan pembetulan SPT.
Ada sanksi atas hal ini yaitu 2% sebulan atas pajak yang kurang bayar. (KUP Pasal 8 Ayat 2)
Perhitungan tidak dapat dilakukan , karena informasi mengenai jumlah kredit pajak tidak
tersedia.
5. Tidak, karena setiap wajib pajak yang memenuhi persyaratan subjektif dan objektif wajib
mendaftarkan diri untuk mendapat NPWP. KUP Pasal 2 ayat 1
6. Bisa, dasar hukumnya KUP Pasal 13 ayat 1 e
7. Yang harus dilakukan oleh fiskus adalah menerbitkan STP (Pasal 14 atat 1 KUP)
8. Sanksi telat bayar
Pasal Denda
Rp
21/26 100,000.00
Rp
23/26 100,000.00
Rp
4(2) 100,000.00
Rp
PPN 500,000.00
Soal 3
a)
1. Pendapatan dari beda kurs bukan merupakan pajak final, jadi jumlap pendapatan
kena pajaknya Understated
2. Pasal 8 KUP ayat 1
Wajib pajak dapat membetulkan sendiri SPT dengan syarat menyampaikan
peraturan tertulis ke DJP
b)
1. Pengantian biaya berobat ini bukan natura. Jadi dari sisi pegawai ini menambah
penghasilan (Taxable), dan dari sisi perusahaan ini Deductable. Pasal 4 Ayat dan 9 ayat 1
e UU PPH
2. Berdasarkan pasal 9 ayat 1 g UU PPH, pajak penghasilan adalah non deductable
expense. Selain itu beban yang terkait dengan pajak final juga tidak boleh dibebankan.
c) J
1. Dengan asumsi perusahaan belum melakukan pembetulan SPT, maka karena sudah
dilakukan pemeriksaan denda nya adalah 150% . Pasal 8 ayat 3 KUP
2. Koreksi pertama diterima, karena pajak untuk pendapatan perbedaan kurs bukan
pajak final. Koreksi kedua tidak diterima, karena biaya pengobatan tersebut dapat
dibebankan oleh perusahaan.
3.
Rp Rp
Jumlah biaya 5,596,974,983.00 5,476,572,604.00
Rp Rp
Laba Kena Pajak 1,120,955,841.00 2,509,736,642.00
Rp Rp
Pajak Terutang 280,238,960.25 627,434,160.50
Rp
PPh 23-dipotong 120,402,379.00
Rp
Sisa utang pajak 507,031,781.50
Presented By Tax Study Division Mojakoe Perpajakan 2
MOJAKOE
PERPAJAKAN 2
Jawaban :
Soal 1
a)
Deskripsi a b c cara
Rp
Tanah 10,000 394000 3,940,000,000.00 axb
Tipe
Rp
21 300 21 365000 2,299,500,000.00 axbxc
Rp
36 200 36 365000 2,628,000,000.00 axbxc
Rp
48 100 48 365000 1,752,000,000.00 axbxc
Sarana
Rp
Tangga + Lobi 1,500 365000 547,500,000.00 axb
Area jalan + tempat Rp
parkir 2,000 365000 730,000,000.00 axb
Rp
NJOP Gabungan 11,897,000,000.00
Rp
NJOPKP 16,205,246 x 0,25% 16,205,245.90
Rp
PBB Terutang 40,513.11
b)
NPOP Rp 800,000,000.00
NPOPTKP Rp 100,000,000.00
Rp 700,000,000.00
5%
Rp 35,000,000.00
Bea
Materai 6000
Soal 2
1. KUP Pasal 3 ayat 4 dan 5
Ahmadi dapat memperpanjang jangka waktu penyaimpaian SPT paling lama 2 bulan.
Cara nya menyampaikan pemberitahuan tertulis kepada DJP. Dimana Ahmadi harus
menyertakan perhitungan sementara pajak yang terutang dalam 1 tahun pajak dan
SSP sebagai bukti pelunasan kekurangan pajak yang terutang.
2. 20 Juta
3. KUP Pasal 9 ayat 2b
Iya ada sanksi, sebesar 2% . Jadi sanksi -> 2%*1*20.000.000 = 400.000
4. Iya Berpengaruh. Ahmadi harus melakukan pembetulan SPT.
Ada sanksi atas hal ini yaitu 2% sebulan atas pajak yang kurang bayar. (KUP Pasal 8 Ayat 2)
Perhitungan tidak dapat dilakukan , karena informasi mengenai jumlah kredit pajak tidak
tersedia.
5. Tidak, karena setiap wajib pajak yang memenuhi persyaratan subjektif dan objektif wajib
mendaftarkan diri untuk mendapat NPWP. KUP Pasal 2 ayat 1
6. Bisa, dasar hukumnya KUP Pasal 13 ayat 1 e
7. Yang harus dilakukan oleh fiskus adalah menerbitkan STP (Pasal 14 atat 1 KUP)
8. Sanksi telat bayar
Pasal Denda
Rp
21/26 100,000.00
Rp
23/26 100,000.00
Rp
4(2) 100,000.00
Rp
PPN 500,000.00
Soal 3
a)
1. Pendapatan dari beda kurs bukan merupakan pajak final, jadi jumlap pendapatan
kena pajaknya Understated
2. Pasal 8 KUP ayat 1
Wajib pajak dapat membetulkan sendiri SPT dengan syarat menyampaikan
peraturan tertulis ke DJP
b)
1. Pengantian biaya berobat ini bukan natura. Jadi dari sisi pegawai ini menambah
penghasilan (Taxable), dan dari sisi perusahaan ini Deductable. Pasal 4 Ayat dan 9 ayat 1
e UU PPH
2. Berdasarkan pasal 9 ayat 1 g UU PPH, pajak penghasilan adalah non deductable
expense. Selain itu beban yang terkait dengan pajak final juga tidak boleh dibebankan.
c) J
1. Dengan asumsi perusahaan belum melakukan pembetulan SPT, maka karena sudah
dilakukan pemeriksaan denda nya adalah 150% . Pasal 8 ayat 3 KUP
2. Koreksi pertama diterima, karena pajak untuk pendapatan perbedaan kurs bukan
pajak final. Koreksi kedua tidak diterima, karena biaya pengobatan tersebut dapat
dibebankan oleh perusahaan.
3.
Rp Rp
Jumlah biaya 5,596,974,983.00 5,476,572,604.00
Rp Rp
Laba Kena Pajak 1,120,955,841.00 2,509,736,642.00
Rp Rp
Pajak Terutang 280,238,960.25 627,434,160.50
Rp
PPh 23-dipotong 120,402,379.00
Rp
Sisa utang pajak 507,031,781.50
MOJAKOE
Perpajakan
2
MOJAKOE Perpajakan 2
Ujian Tengah Semester
Semester Gasal Tahun 2012/2013
Soal
1
Pak
Waluyo
yinggal
di
Jalan
Harapan
I,
Depok.
Rumahnya
memiliki
luas
120
m2
dan
berdiri
di
atas
tanah
seluas
200
m2.
NJOP
bangunan
untuk
rumahnya
adalah
Rp
1.650.000/m2
sementara
NJOP
atas
tanahnya
adalah
Rp
600.000/m2.
Selain
itu,
Pak
Waluyo
juga
memiliki
sebidang
lahan
di
Jalan
Kekupu,
Depok
seluas
100
m2
dengan
NJOP
Rp
820.000/m2.
Pak
Waluyo
telah
melaporkan
seluruh
propertinya
ini
dalam
SPOP-‐PBB
sesuai
kondisi
1
Januari
2011.
Pada
tanggal
3
Maret
2011,
Pak
Waluyo
selesai
melakukan
perluasan
rumah
dengan
menambahkan
sebuah
kamar
seluas
10
m2.
Meskipun
penambahan
kamar
ini
belum
dilaporkan
dalam
SPOP-‐PBB
2011
namun
Pak
Waluyo
telah
melunasi
SPPT-‐PBB
2011
tepat
pada
waktunya.
Pemerintah
Kota
Depok
telah
menetapkan
peraturan
PBB
sebagai
pajak
daerah
dengan
ketentuan
NJOPTKP
Rp
120.000.000,
tidak
ada
NJKP,
dan
tarif
PBB
0,3%.
Pada
pertengahan
tahun
2011,
Pak
Waluyo
menerima
warisan
berupa
tanah
seluas
500
m2
di
Ungaran
dari
orang
tuanya
yang
baru
saja
meninggal
dunia.
Nilai
pasar
untuk
tanah
warisan
tersebut
adalah
Rp
450.000.000
sementara
NJOP
nya
Rp
800.000/m2.
Di
atas
tanah
warisan
tersebut
berdiri
rumah
seluas
150
m2
dengan
NJOP
bangunan
Rp
1.460.000/m2
yang
menjadi
hak
waris
Ibu
Widyawati,
adik
Pak
Waluyo.
Berdasarkan
kesepakatan,
rumah
warisan
tersebut
dijual
oleh
Ibu
Widyawati
kepada
Pak
Waluyo
seharga
Rp
500.000.000.
Dokumen-‐dokumen
terkait
transaksi
ini
seperti
akta
waris,
akta
jual
beli,
bukti
transfer
uang
melalui
bank,
dan
Izin
Mendirikan
Bangunan
(IMB)
telah
lengkap.
Pemerintah
Kabupaten
Ungaran
telah
menetapkan
BPHTB
sebagai
pajak
daerah
dengan
ketentuan
NPOPTKP
untuk
hak
waris
sebesar
Rp
300.000.000
dan
NPOPTKP
untuk
selain
hak
waris
sebesar
Rp
60.000.000.
Setelah
membeli
rumah
dari
adiknya,
Pak
Waluyo
memutuskan
untuk
pindah
ke
Ungaran
dan
menjual
seluruh
propertinya
di
Depok
pada
akhir
tahun
2011.
Harga
penjualan
seluruh
properti
Pak
Waluyo
di
Depok
tersebut
adalah
Rp
600.000.000.
Dahulu,
Pak
Waluyo
menghabiskan
biaya
sebesar
Rp
260.000.000
untuk
membeli
tanah
dan
membangun
rumah
di
Jalan
Harapan
I,
sedangkan
lahan
di
Jalan
Kekupu
sebelumnya
dibeli
Pak
Waluyo
seharga
Rp
125.000.000.
Dari
transaksi
penjualan
ini
Pak
Waluyo
telah
menerima
uang
muka
sebesar
Rp
400.000.000.
Dokumen-‐dokumen
terkait
transaksi
ini
seperti
kuitansi
penerimaan
uang
muka,
akta
jual
beli,
dan
IMB
telah
lengkap.
Pertanyaan:
A. Hitung
PBB
yang
terutang
atas
properti
Pak
Waluyo
di
Depok
sebelum
akhirnya
dijual.
B. Hitung
BPHTB
yang
terutang
atas
transaksi
penerimaan
tanah
warisan
dan
pembelian
rumah
dari
Ibu
Widyawati.
Tanah
Jalan
Kekupu
Jenis
Luas
NJOP
Total
Tarif
PBB
terutang
Tanah
100
Rp820,000
Rp82,000,000
NJOPTKP
Rp120,000,000
NJOP
PBB
Rp-‐
0,3%
Rp-‐
B.
BPHTB
Warisan
dan
Pembelian
Rumah
Tanah
Warisan
BPHTB
Jenis
Luas
NJOP
Total
Tarif
terutang
Tanah
500
Rp800,000
Rp400,000,000
NPOPTKP
Rp300,000,000
NPOP
Rp100,000,000
5%
x
50%
Rp2,500,000.0
*Tarif
BPHTB
warisan
=
50%
x
tarif
5%
Pembelian
Bangunan
BPHTB
Jenis
Luas
NJOP
Total
Tarif
terutang
Rumah
150
Rp1,460,000
Rp219,000,000
NPOPTKP
Rp60,000,000
NPOP
Rp159,000,000
5%
Rp7,950,000
C.
PPh
Harga
Jual
Tarif
Rp600,000,000
5%
Rp30,000,000
Rp2,656,000,000
Rp1,756,000,000
Laba
Firma
Rp1,844,400,700
Rp2,744,400,700
b.
Karena
peredaran
bruto
di
bawah
Rp
4.800.000.000,-‐
sehingga
tarif
PPh
Badan
sebesar
50%
x
25%
(Pasal
31E
UU
PPh)
Pajak
Firma:
25%
x
50%
x
Rp
2.744.400.700,-‐
=
Rp
343.050.087,50
Laba
setelah
pajak:
Rp
2.744.400.700
–
Rp
343.050.087,50
=
Rp
2.401.350.612,50
Bagian
Pak
Amir:
35%
x
Rp
2.401.350.612,50
=
Rp
840.472.714,38
c.
PPh
untuk
jasa
konstruksi
bersifat
final
(UU
PPh
pasal
4
ayat
2).
Bunga
deposito
dan
giro
bersifat
final
(UU
PPh
pasal
4
ayat
2).
+
-‐
Fiskal
Konstruksi
Rp1,159,856,755
Rp-‐
Rp1,159,856,755
Rp-‐
Indo
non
final
Rp2,154,091,963
Rp-‐
Rp195,826,542
Rp1,958,265,421
Malaysia
Rp1,759,268,555
Rp-‐
Rp-‐
Rp1,759,268,555
Deposito
giro
Rp500,000,000
Rp-‐
Rp500,000,000
Rp-‐
Rp5,573,217,273
Rp3,717,533,976
Biaya
langsung
Rp3,422,583,000
Rp450,455,650
Rp-‐
Rp2,972,199,350
Tidak
langsung
Rp1,450,000,555
Rp1,450,000,555
Laba
Rp700,633,718
Rp(704,665,929)
Perpajakan 2
UTS Semester Genap 2013/2014
NJOPTKP (15,000,000)
2. Tanah WARNO
Luas tanah 600m2
Nilai pasar (600m2) Rp 600.000.000
NJOP Rp 880.000/m2
Pembebasan lahan 300m2
NPOPTKP Rp 325.000.000 ! karena tanah merupakan warisan langsung kepada Warno
TANAH WIWIK
Luas tanah 650m2
NJOP Rp 760.000/m2
Harga transaksi/jual Rp 540.000.000
Nilai pasar Rp 430.000.000
NPOPTKP (waris) Rp 310.000.000
NPOPTKP (jual) Rp 61.000.000
NPOPKP 275,000,000
NPOPKP (25,000,000)
NPOPKP 184,000,000
**menurut PP No. 111 Tahun 2000, BPHTB atas waris hanya dikenakan sebesar 50% dari NPOPKP
NPOPKP 479,000,000
Penjelasan u/ PPh 25 :
a. SPT Tahunan selesai akhir bulan April.
b. Sebelum Bulan April, PPh mengikuti PPh 25 Tahun sebelumnya.
c. Sementara mulai bulan April sampai seterusnya, mengikuti PPh 25 baru.
d. Asumsi perhitungan PPh 25 tahun 2014 telah selesai sebelum membayar PPh 25 Masa April, sehingga besaran
PPh 25 April adalah Rp 0 (NIHIL).
PPh dan PPN dibayarkan dengan jumlah yang sama setiap bulannya, kecuali dikatakan lain.
2. Perusahaan melaporkan SPT PPh Badan tahun 2013 pada tanggal 1 Mei 2014 karena tanggal 30 April 2014
merupakan hari libur.
a. Tidak ada sanksi berkaitan dengan tanggal pelaporan pajak yang dilakukan oleh perusahaan, karena tanggal
30 April 2014 adalah hari libur, sehingga perusahaan dapat melaporkan pajak tersebut di 1 hari kerja
berikutnya setelah hari libur tersebut.
b. Saat perusahaan melaporkan terjadinya lebih bayar atas PPh 25, maka akan dilakukan pemeriksaan oleh
fiskus untuk membuktikan adanya lebih bayar tersebut.
Jika terbukti benar bahwa lebih bayar, maka fiskus akan mengeluarkan SKP LB dan perusahaan bisa
mendapatkan restitusi atau pengembalian atas jumlah yang lebih bayar tersebut (dengan tambahan imbalan
bunga jika fiskus mengembalikan pajak lebih bayar tersebut diatas 1 bulan setelah SKP LB dikeluarkan).
Jika tidak terbukti terjadi lebih bayar, maka fiskus dapat mengeluarkan Surat Ketetapan Pajak (SKP) untuk
menagih pajak jika malah terjadi kurang atau belum dibayarkan oleh perusahaan, sehingga perusahaan
harus melunasi pajak yang tertera di SKP beserta dengan sanksi-nya.
SOAL 3
1. Apabila perusahaan ingin melakukan keberatan, surat-surat yang manakah yang dapat diajukan keberatan?
Tanggal berapa surat pengajuan harus diajukan? Berapa jumlah pajak yang harus disetorkan sebelum keberatan
diajukan?
a. Surat-surat yang dapat diajukan keberatan :
SKP KB PPN
SKP KB PPh 21
SKP LB PPh Badan
b. Tanggal pengajuan keberatan :
Paling lambat 3 bulan setelah diterima SKP
Tanggal penerimaan SKP : 15 Maret 2013
Batas pengajuan keberatan : 15 Juni 2013
c. Jumlah yang harus disetorkan sebelum keberatan diajukan :
Harus menyetorkan sesuai dengan kesepakatan pada pembahasan sebelum mengajukan kebeatan
PPN (Kurang Bayar) 150.000.000
PPh 21 (Kurang Bayar) 25.000.000
PPh Badan (Lebih Bayar) 0
2. Apabila perusahaan kemudian berubah pikiran dan tidak jadi mengajukan keberatan dan kemudian melakukan
pembayaran pajak yang ditagih dengan SKP KB dan STP tersebut pada tanggal 13 Juli 2013, apakah ada
konsekuensinya?
Jika Perusahaan ingin mencabut pengajuan keberatan, harus menyampaikan permohonan ke DJP sebelum
tanggal diterimanya Surat Pemberitahuan untuk Hadir oleh WP sesuai pasal 11 PMK No.9/PMK.03/2013.
Konsekuensinya, pajak yang masih harus dibayar dalam SKPKB atau SKPKBT yang tidak disetujui dalam
pembahasan akhir hasil pemeriksaan/pembahasan akhir hasil verifikasi, menjadi utang pajak sejak
tanggal penerbitan surat ketetapan pajak; dan perusahaan tidak dapat lagi mengajukan keberatan atas
SKP yang sama dikemudian hari.
Perusahaan melunasi SKP pada tanggal 13 Juli 2013.
Jika tidak mengajukan keberatan, seharusnya pembayaran dilakukan paling lambat 1 bulan setelah
diterimanya SKP.
Akan tetapi, perusahaan baru melunasi SKP pada tanggal 13 Juli 2013 (3 bulan setelah batas akhir
pelunasan pajak dalam SKP).
Oleh karena itu, perusahaan terkena sanksi bunga :
SKP KB PPN (2% x 3 x Rp 750.000.000) Rp 45.000.000
SKP KB PPh 21 (2% x 3 x Rp 250.000.000) Rp 15.000.000
STP PPN (2% x 3 x Rp 15.000.000) Rp 900.000
TOTAL SANKSI BUNGA Rp 60.900.000
Dan mendapatkan imbalan bunga :
SKP LB PPh Badan (2% x 3 x Rp 500.000.000) Rp 30.000.000 ! asumsi DJP mengembalikan jumlah
yang lebih bayar tersebut pada tanggal 13 Juli juga.
3. Hitunglah sanksi / imbalan bunga terkait penerbitan Surat Keputusan Keberatan :
a. PPh Badan (lebih bayar) ! tidak mendapatkan imbalan bunga, karena keberatan ditolak seluruhnya;
sehingga
perusahaan hanya mendapat pengembalian atas pokok lebih bayar sebesar Rp
500.000.000.
b. PPN (kurang bayar) ! terkena sanksi sebesar Rp 200.000.000 [50% x
(550.000.000-150.000.000)]
c. PPh 21 (kurang bayar) ! terkena sanksi sebesar Rp 25.000.000 [50%*(75.000.000-25.000.000)]
**Sanksi (dan imbalan bunga) tidak perlu dibayarkan apabila perusahaan mengajukan banding.
4. Apabila perusahaan ingin mengajukan banding, tanggal berapa surat pengajuan harus diajukan? Berapa jumlah
pajak yang harus disetorkan sebelum banding diajukan?
a. Tanggal pengajuan banding :
Paling lambat 3 bulan setelah diterima Surat Keputusan Keberatan
Tanggal penerimaan SKK : 20 Desember 2013
Batas pengajuan banding : 20 Maret 2014
b. Jumlah yang harus disetorkan sebelum banding diajukan :
Rp 0, karena jumlah pajak yang harus disetorkan hanya saat mengajukan keberatan saja (pasal 25 ayat (3a)
UU KUP).
Di soal disebutkan bahwa perusahaan membayar Rp 200.000.000 untuk PPN sebelum mengajukan
banding. Hal tersebut diperbolehkan, jika memang perusahaan ingin membayar; akan tetapi bukan
merupakan keharusan karena tidak diatur dalam UU.
M at a Kuliah : PERPAJAKAN 2
Hari/Tanggal : Seni n I 23 Desem ber 2013
Dosen : PARALEL SEMUA KELAS
1. Tub agus Chairul Amachi
2. Novita Budi Su list yarini
Waktu : 180 menit
Sif at : Open All Printed M aterials
Petunjuk :
1. Jawabl ah setiap soal dengan jelas dan sistem atis
2. Selalu ca nt umkan ref erensi peraturan/ undang-undang yang menjadi dasar jawaban
and a
3. Apabila terdapat keterangan yang t idak disebutka n di soal, gunaka n asumsi and a
yang sesuai dengan perat uran perpajaka n.
PT Bangun Karya ("Perusah aan" ) adalah perusahaan yang bergerak di bidang jasa konstru ksi
dan penjual an material bangunan dan memulai kegiatan operasinya di ta hun 2011.
Berikut ini adalah lapo ran keuangan Peru sahaa n t ahun 2012 dan 2013 (dalam Rupiah):
. 2012 2013
Pendapatan
Jasa Konstruksi 2.500.000.000 6.000.000.000
Penjua la n Materia l Ba ng una n 1.000.000.000 4.000.000.000
3.500.000.000 10.000.000.000
HPP
Jasa Konstruksi 2.000.000.000 2.500.000.000
Penjua la n Ma te rial Ba ng una n 850.000.000 1.500.000.000
2.850 .000.000 4.000.000.000
La ba ko tor 650.000.000 6.000.000.000
- Divisi penjua la n 40.000 .000 5 -)'' 8 .000.000 io .c'" ~ :;:.·1 ) -?.., L\1Dc-\,;.b
Kendaraan
- Sedan dinas Direks i 400.000.000 II 5 .:\ r 80.000.000 'c c.C':· v·:... \ ; ·\: (.'(: .:.. ('t...
244.000.000
6. Rugi fiskal tahun 2011 adalah sebesar Rp250.000.000 dim lebih bayar Rp30.000.000
7. PPh Pasal 25 yang dibayarkan di t ah un 2012 sebesar Rp75.000.000 dan STP sebesa r
Rp25.000.000 (termasuk sanksi RpS.OOO.OOO)
Pertanyaan:
1. Hitun glah Beban PPh Badan dan PPh terutang/lebih bayar untu k tahun 2012 dan
2013 dengan menggunakan tarif PPh Badan yang berlaku dan buatlah jurnal t erkait.
2. Hitunglah aset/kewajiban paja k tangguh an dan penghasilan/beban pajak tangguhan
untuk tahun 2012 dan 2013 dengan menggunakan asumsi tarif PPh 25% dan buatlah
jurnal terkait.
PT Gemar Membaca ("Perusahaan") ada lah perusahaan yang bergerak di bidang publ ikasi
bu ku-b uku umum. Perusahaan mendistribusikan buku-bukunya melalui toko bukunya
sendiri dan toko buku lain. Untuk t oko buku lain, Perusahaan menggunakan skema
konsinyasi dan beli putus. Kantor pusat Perusahaan berada di Jaka rta dan toko bukunya
bera da di Bandung dan Surabaya. Perusa haan melakukan pemusatan untuk ka ntor pusat
dan toko buku di Bandung. Bi aya produksi per buku adalah Rp20.000 dengan harga jual ke
konsumen sebesar RpSO.OOO
Berikut ini adalah transaksi Perusahaan di bulan Januari dan Februari 2013.
5 Januari 2013
1. Mengirim 1000 buku ke toko buku di Bandung -) 'r. ,t~· '"-
2. Mengirim 3000 buku ke toko buku di Surabaya ·) \--~-- u __
3. Mengirim 2000 buku ke toko buku Grademia dengan sistem pembayaran 30% di
1
akhir bulan dan 70% di bulan berikutnya -"1 !l.J- .,.,.c,· ·
4. Mengirim 1000 buku ke toko buku Berjaya dengan sistem konsinyasi, dimana
pembayaran untuk buku yang terjual akan dilakukan di akhir bulan berikutnya
dengan kom isi 30% -) IJ, \ ,.. ~~ A·1o"-1~·- ~ ,_J_ 13,_, c J-c '4"'-~~ ok ~.1.--~-v>t.....
5. Menerima DP sebesar 20% dari Yayasan Berbagi Buku untuk pemesanan 500 buku
dengan diskon 10% dari harga jual
6. Membeli tunai kertas dari PT Pulp Fiction (PKP) dengan tagihan sebesar
Rp100.000.000 (belum termasuk PPN)
7. Membayar biaya-biaya impor atas impor tinta dari China dengan nilai pembelian
RpSO.OOO.OOO
30 Januari 2013
1. Menerima pembayaran DP dari toko buku Grademia
5 Februari 2013
1. Mengirimkan buku pesanan Yayasan Berbagi Buku sebanyak 500 buku dan menerima
pelunasannya
2. Menerima uang hasil penjualan dari toko buku di Bandung, dimana terdapat 300
buku yang terjual
3. Menerima uang hasil penjualan dari toko buku di Surabaya, dimana terdapat 500
buku yang terjual
4. Menerima uang hasil penjualan dari toko buku Berjaya, setelah dipotong komisi,
dimana terdapat 200 buku yang terjual
5. Menerima retur dari toko buku Berjaya sebanyak 100 buku karena rusak
. . - - __
28 Februari 2013
1. Menerima pelunasan dari toko buku Grademia, namun ternyata terdapat 50 buku
yang covernya agak lecek1 sehingga Perusahaan setuju untuk memberikan diskon
sebesar 20% kepada toko buku Grademia atas ke-50 buku tersebut.
2. Mengembalikan kertas kepada PT Pulp Fiction senilai RplO.OOO.OOO karena rusak dan
langsung menerima uang pengembalian.
--------
Pertanyaan:
1. Untuk masing-masing transaksi di masing-masing tanggal:
a. Jetaskan aktivitas Perusahaan yang terkait dengan penerbitan faktur pajak dan
nota retur dan pembetutan faktur pajak (jika ada)
b. buatlah jurnal terkait
2. Berapakah PPN yang harus disetor Perusahaan untuk masa Januari dan Februari
2013 (serta pembetutannya, jika ada).
Soallll- Pajak Untuk lndustri Migas (30%)
2012 2013
65 45 155 115
Beban Lain-lain
Bunga 0 0 15 9 Lihat Keterangan 5
PPh Final 60 0 PPh = non-deductible 75 0 PPh = non-deductible
Lain-lain 2 2 8 8
62 2 98 17
1
MOJAKOE Perpajakan 2 UAS Semester Gasal 2013/2014
Keterangan:
1. Beban Lain-Lain muncul karena jumlah dari semua beban umum dan adm tidak sesuai dengan jumlah yang
diberikan di soal. Namun demikian, perhitungan akhir (laba/rugi) sesuai apabila menggunakan jumlah yang
diberikan di soal. Maka dari itu, secara diasumsikan kesalahan terjadi pada item beban. Asumsi: Beban lain-
lain non-deductible.
2. Penyusutan: Penyusutan atas Divisi Konstruksi tidak boleh dibebankan karena penghasilan atas konstruksi
dikenakan pajak Final. (Peraturan terkait: PP 94 Tahun 2010).
a. Penyusutan Bangunan
Depresiasi yang diakui = 1/3 x 2.000.000.000/20 = Rp 33.333.333/tahun
b. Inventaris Kantor
Depresiasi yang diakui = Rp 0
c. Sedan Dinas Direksi
Depresiasi yang diakui = (400.000.000/8) x 50% = Rp 25.000.000/tahun
d. Minibus antar Jemput Karyawan
Depresiasi yang diakui = 200.000.000/8 = Rp 25.000.000/tahun
>> Dasar Hukum: KEP - 220/PJ./2002
Total Penyusutan = Rp 93,3 Juta
3. Hanya sumbangan tertentu, seperti sumbangan atas bencana nasional, penelitian, dsb. yang deductible
(Pasal 6 UU PPh). Karena tidak ada keterangan dengan jelas, maka di asumsikan sumbangan tersebut sebagai
sumbangan biasa dan dengan demikian non-deductible.
4. Seluruh beban jasa konsultan adalah deductible kecuali jasa konsultan Hukum dan Pajak. (Dasar Hukum: PP
No.138 Tahun 2000 dan Kep-170/PJ./2002)
5. Pinjaman Rp 125.000.000
Deposito (Tabungan) Rp 50.000.000
Pinjaman yang benar-benar dibutuhkan Rp 75.000.000
Bunga Pinjaman yang diakui = 12% x Rp 75.000.000 = Rp 9.000.000
6. Diasumsikan bahwa kelebihan bayar pajak selalu di restitusi. Restitusi Pajak merupakan objek pajak (Pasal 4
ayat 5e UU PPh) dengan demikian diperhitungkan dalam laba fiskal.
7. Karena tidak diberi keterangan dengan jelas mengenai pajak apa, maka diasumsikan STP tersebut atas
angsuran PPh 25. Karena perusahaan mengalami rugi fiskal pada tahun 2012, maka STP tersebut tidak perlu
dibayarkan, namun demikian, hal ini tidak berarti perusahaan tidak perlu menghiraukan SPT tersebut.
Perusahaan butuh untuk memberikan surat permohonan pembatalan STP tersebut. Jika tidak, maka
Direktorat Jenderal Pajak akan terus mengejar perusahaan untuk melunasi SPT tersebut, terlepas dari
keadaan rugi fiskal. Mengenai ketentuan tata cara pembatalan SPT dapat dilihat pada PMK
No.8/PMK.03/2013.
8. Karena perusahaan mengalami rugi fiskal, dan tidak ada informasi atas rutinitas pendapatan maupun biaya,
maka angsuran PPh 25 untuk tahun 2013 diasumsikan nihil atau 0.
Jurnal:
31 Des 11 Aset Pajak Tangguhan Rp 62.500.000
Deferred Tax Revenue Rp 62.500.000
2012 Kas Rp 30.000.000
Pendapatan Restitusi Pajak Rp 30.000.000
31 Des 12 Aset Pajak Tangguhan Rp 172.575.000
Deferred Tax Revenue Rp 172.575.000
2012 Kas Rp 75.000.000
Pendapatan Restitusi Pajak Rp 75.000.000
31 Des 13 Income Tax Expense Rp 298.675.000
Benefit due to loss carryfoward Rp 235.075.000
Income Tax Payable Rp 63.600.000
2
MOJAKOE Perpajakan 2 UAS Semester Gasal 2013/2014
2. Deferred Tax
Akun Deferred Tax adalah akun yang muncul akibat adanya perbedaan temporer antara akuntansi (komersil)
dan peraturan perpajakan (fiskal). Sesuai dengan namanya, perbedaan ini hanyalah bersifat sementara sehingga
suatu saat nanti keduanya akan mencapai suatu titik di mana pencatatan secara komersil dan fiskal akan bernilai
sama.
Jurnal
31 Des 12 Aset Pajak Tangguhan Rp 3.750.000
Deferred Tax Expense Rp 500.000
Utang Pajak Tangguhan Rp 500.000
Deferred Tax Revenue Rp 3.750.000
3
MOJAKOE Perpajakan 2 UAS Semester Gasal 2013/2014
Problem 2. Pajak Pertambahan Nilai dan Akuntansi Perpajakan (35%)
1a. aktivitas Perusahaan
Faktur/ Nota/ PK/
No. DPP PPN Keterangan
Pembetulan PM
05 Januari 2013
1 Faktur PK 1.000 x 20.000 2.000.000 Pengiriman dari Pusat ke Cabang
2 Faktur PK 3.000 x 20.000 6.000.000 Pengiriman dari Pusat ke Cabang
3 Faktur PK 2.000 x 50.000 10.000.000 Penjualan secara kredit
4 Faktur PK 1.000 x 50.000 5.000.000 Konsinyasi
20% x 90% x 500
5 Faktur PK 450.000 Penerimaan Pembayaran Termin
x 50.000
6 Faktur PM 100.000.000 10.000.000 Pembelian Kertas
7 Faktur PM 50.000.000 5.000.000 Pembelian Tinta dari China
30 Januari 2013
Faktur telah dibuat atas seluruh
1 Tidak ada entry
transaksi sejak penyerahan barang
05 Februari 2013
80% x 90% x 500 Penyerahan seluruh barang (DP telah
1 Faktur PK 1.800.000
x 50.000 diterima)
2 Tidak ada entry
3 Tidak ada entry
Faktur telah dibuat sejak barang
4 Tidak ada entry
diserahkan
5 Nota Retur PK 100 x 50.000 500.000 Retur Buku Rusak
28 Februari 2013
Diskon setelah pembuatan faktur tidak
1 Tidak ada entry dapat mengurangi DPP. Asumsi tidak
ada FP pengganti.
2 Nota Retur PM 10.000.000 1.000.000 Retur kertas rusak
4
MOJAKOE Perpajakan 2 UAS Semester Gasal 2013/2014
Kas Rp 5.000.000
PPN Keluaran Rp 5.000.000
(Pengiriman barang konsinyasi)
5. Kas Rp 4.950.000
Pendapatan diterima di muka Rp 4.500.000
PPN Keluaran Rp 450.000
(Penerimaan Pembayaran DP dari Yayasan berbagi buku)
6. Persediaan Kertas Rp 100.000.000
PPN Masukan Rp 10.000.000
Kas Rp 110.000.000
(Pembelian kertas)
7. Persediaan Tinta Rp 50.000.000
PPN Masukan Rp 5.000.000
Kas Rp 55.000.000
(Pembelian tinta)
30 Januari 2013
1. Kas Rp 40.000.000
Piutang Usaha Rp 40.000.000
(Penerimaan Pembayaran pertama, 30%, dari Grademia. Jumlah: 30% pembayaran + Pajak Terutang)
5 Februari 2013
1. Harga Pokok Penjualan Rp 10.000.000
Inventori Pusat Rp 10.000.000
Kas Rp 15.300.000
Pendapatan diterima di muka Rp 4.500.000
Pajak Keluaran Rp 1.800.000
Penjualan Rp 18.000.000
(Pengiriman Barang yang telah dipesan oleh Yayasan Berbagi Buku)
2. Kas Rp 15.000.000
Kas Cabang Bandung Rp 15.000.000
Harga Pokok Penjualan Rp 6.000.000
Inventori Cabang Bandung Rp 6.000.000
(Penyerahan hasil penjualan dari Cabang di Bandung)
3. Kas Rp 25.000.000
Kas Cabang Surabaya Rp 25.000.000
Harga Pokok Penjualan Rp 10.000.000
Inventori Cabang Surabaya Rp 10.000.000
(Penyerahan hasil penjualan dari Cabang di Surabaya)
4. Kas Rp 7.000.000
Pendapatan Konsinyasi (neto) Rp 7.000.000
Harga Pokok Penjualan Rp 4.000.000
Inventori Konsinyasi – Berjaya Rp 4.000.000
(Penyerahan hasil penjualan konsinyasi dari Berjaya)
5. Inventori Pusat Rp 2.000.000
Inventori Konsinyasi – Berjaya Rp 2.000.000
Pajak Keluaran Rp 500.000
Kas Rp 500.000
(Retur barang konsinyasi)
28 Februari 2013
1. Kas Rp 69.500.000
Diskon Penjualan Rp 500.000
Piutang Usaha Rp 70.000.000
(Pelunasan dari Grademia – Diskon karena rusak)
2. Kas Rp 11.000.000
Persediaan Kertas Rp 10.000.000
Pajak Masukan Rp 1.000.000
(Retur Pembelian Kertas)
5
MOJAKOE Perpajakan 2 UAS Semester Gasal 2013/2014
2. PPN disetor
Bulan Januari
PPN Keluaran = Rp 23.450.000 (2.000rb + 6.000rb + 10.000rb + 5.000rb + 450rb)
PPN Masukan = Rp 15.000.000 (10.000rb + 5.000rb)
PPN yang masih harus di setor = Rp 8.450.000
Bulan Februari
PPN Keluaran = Rp 1.300.000 ...............................(1.800rb – 500rb)
PPN Masukan = Rp (1.000.000) .............................(-1.000rb)
PPN yang masih harus di setor = Rp 2.300.000
Problem 3
Problem 3 ini tergantung dari pertemuan khusus yang dibawakan di masing-masing kelas perpajakan 2. Untuk
Perpajakan 2 (3 sks) mungkin mengenai materi perpajakan oleh industri tertentu. Sementara untuk Perpajakan 2
(2 sks) mungkin mengenai perpajakan di UMKM. Kemungkinan yang lain adalah mengenai etika dalam
perpajakan.
6
MOJAKOE Perpajakan 2 UAS Semester Gasal 2013/2014
Presented By: SPA-Tax Study Division Perpajakan 2
MOJAKOE
PERPAJAKAN 2
Soal :
PT Indoelectric Persada (“Perusahaan”) didirikan berdasarkan akta notaris Dude Herlambang, S.H. No 103
tanggal 02/01.th 96 tanggal 15 oktober 2006 adan dimumumkan dalam Berita Negara Republik Indonesia
N0. 25, Tambahan No.2245 tanggal 3 November 2006. Perusahaan berkedudukan di Jalan Jendral
Sudirman No. 21, Jakarta Pusat sedangkan pabrik berada di Karawang Industri Cikarang. NPWP dan
NPPKP perusahaan :01.550.056.9.022.000. Pembukuan dilakukan dengan menggunakan Bahasa Indonesia
dan mata uang rupiahdengan metode akrual. Ruang lingkup kegiatan usaha perusahaan meliputi bidang
produksi dan penjualan alat-ala elektronik ke pasar domestik.
Pada Juni 2010, Dwi Darmawan bekerja di Perusahaan sebagai manajer pajak. Masuknya dwi bertepatan
dengan dimulainya pemeriksaan pajak penghasilan Perusahaan untuk tahun 2009 oleh KPP (fiskus).
Pemeriksaan dilakukan kurang lebih 6 bulan. Pada tanggal 15 Desember 2010, KPP mengeluarkan SKPKB
sebagai berikut:
Berikut keterangan yang diberikan oleh fiskus berkaitan dengan penerbitan SKPKB di atas:
Berikut adalah informasi-informasi dari staf Dwi sehubungan dengan akun-akun yang dikoreksi oleh
Fiskus:
Biaya pengobatan merupakan akun untuk biaya yang naturenya adalah biaya pengobatan
karyawan di klinik yang dimiliki perusahaan. Perusahaan menganggap bahwa biaya kesehatan
karyawan adalah deductible expense karena berhubungan dengan kondisi karyawan yang
akan mempengaruhi kegiatan operational perusahaan
Biaya pemeliharaan merupakan akun biaya pemeliharaan gedung , kendaraan, dan mesin-
mesin yag dimiliki. Termasuk didalamnya biaya pemeliharaan gedung yang disewakan kepada
pihak ketiga senilai 50 juta
Akun biaya beasiswa merupakan biaya beasiswa yang diberikan Perusahaan,baik kepada
pegawai perusahaan maupun kepada mahasiswa dan pelajar di institusi-institusi pendidikan.
Para pemegang saham perusahaan adalah sebagai berikut:
Pemegang Saham Kepemilikan
XYZ (Perusahaan asing) 45%
Tuan X 30%
PT HIJ 15%
Tuan Y 10%
Berikan pendapat anda (setuju atau tidak setuju) atas koreksi yang dilakukan fiskus terhadap masing-
masing item ang menimbulkan SKPKB si atas! Jelaskan alasan yang melatarbelakangi pendapat anda
tersebut serta jangan lupakan berikan dasar hukumnya.
Jawaban :
1. Berkaitan dengan SKPKB PPh Badan sebesar 400 juta yang dikeluarkan fiskus untuk koreksi :
Berkaitan dengan biaya gaji, didalamnya termasuk biaya pengobatan yang menurut fiskus tidak
boleh dijadikan biaya oleh perusahaan sekitar 90 juta. Dimana Biaya pengobatan merupakan
akun untuk biaya yang naturenya adalah biaya pengobatan karyawan di klinik yang dimiliki
perusahaan. Perusahaan menganggap bahwa biaya kesehatan karyawan adalah deductible
expense karena berhubungan dengan kondisi karyawan yang akan mempengaruhi kegiatan
operational perusahaan. Maka dengan asumsi bahwa biaya pengobatan adalah natura, koreksi
fiskus pajak sudah tepat karena pada dasarnya natura adalah non deductible expense, kecuali
natura yang sesuai dengan PMK No.83/PMK.03/2009.
Di peraturan tersebut, biaya pengobatan tidak termasuk dalam kategori natura di pasal 2(c) dan
pasal 5 PMK diatas tentang pemberian natura dan kenikmatan yang merupakan keharusan dalam
pelaksanaan pekerjaan sebagai sarana keselamatan kerja atau karena sifat pekerjaan tersebut
mengharuskan. Biaya pengobatan ini juga tidak memenuhi kondisi sebagaimana dalam pasal 2 (b)
dan pasal 4 PMK diatas, karena letak perusahaan yang berada di Jakarta tidak memenuhi kondisi
sebagai “daerah tertentu” sebagaimana dalam PMK diatas.
Berkaitan dengan biaya pemeliharaan fiskus melakukan koreksi sebesar 50 juta karena menurut
fiskus biaya pemeliharaan tersebut non deductible expense. dimana Biaya pemeliharaan
merupakan akun biaya pemeliharaan gedung , kendaraan, dan mesin-mesin yag dimiliki.
Termasuk didalamnya biaya pemeliharaan gedung yang disewakan kepada pihak ketiga senilai 50
juta. Maka dengan asumsi bahwa koreksi 50 juta oleh fiskus hanya terkait dengan biaya
pemeliharaan gedung yang disewakan kepada pihak ketiga senilai 50 juta, maka dengan
beberapa dasar hukum yang akan dijelaskan lebih lanjut, koreksi fiskus sudah tepat.
Berdasarkan pasal 4 ayat 2 huruf d UU No 36 th 2008 tantang pajak penghasilan, “penghasilan
dari transaksi pengalihan harta berupa tanah dan/atau bangunan, usaha jasa konstruksi, usaha
real estate, dan pesewaan tanah dan/atau bangunan” termasuk penghasilan yang dapat
dikenakan pajak bersifat final. Dimana dalam kasus gedung perusahaan disewakan kepada pihak
ketiga sehingga memenuhi kondisi untuk dikenalan PPh Final. Dan semua beban yang terkait
dengan penghasilan yang dikenakan PPh final pada dasarnya adalah non deductible expense.
Berkaitan dengan biaya beasiswa, fiskus melakukan koreksi sebesar Rp 50 juta karena menurut
fiskus biaya beasiswa untuk selain pegawai perusahaan merupakan non deductible expense,
dimana Akun biaya beasiswa merupakan biaya beasiswa yang diberikan Perusahaan,baik kepada
pegawai perusahaan maupun kepada mahasiswa dan pelajar di institusi-institusi pendidikan.
Maka dengan asumsi biaya beasiswa ini adalah dalam rangka peningkatan SDM, nilai nya sudah
wajar dan berdasarkan dasar hukum yang akan dijelaskan lebih lanjut, maka koreksi fiskus atas
hal ini tidak tepat.
Dalam penjelasan pasal 6 ayat 1 huruf g UU No 36 th 2008, dijelaskan bahwa “biaya yang
dikeluarkan untuk keperluan beasiswa, magang, dan pelatihan dalam rangka peningkatan kualitas
sumber daya manusia dapat dibebankan sebagai biaya perusahaan dengan memperhatikan
kewajaran, termasuk beasiswa yang dapat dibebankan sebagai biaya adalah beasiswa yang
diberikan kepada pelajar, mahasiswa dan pihak lain”.
2. Berkaitan dengan SKPKB PPh Pasal 23/26 sebesar 80 juta tentang koreksi oleh fiksus , kerana:
Perusahaan belum memotong PPh Pasal 23 yang terutang atas pembayaran bunga pinjaman
kepada PT Bank ABC (salah satu bank BUMN) senilai 40 juta, koreksi fiskus tidak tepat karena
berdasarkan pasal 23 ayat 4 huruf a UU No 36 th 2008, pemotongan pajak untuk bunga tidak
dilakukan atas penghasilan yang dibayarkan atau terutang kepada bank.
Perusahaan belum memotong PPh Pasal 26 yang terutang atas pembayaran bunga pinjaman
kepada Bank of London (salah satu bank di Inggris) senilai 40 juta, koreksi fiskus sudah tepat
karena berdasarkan pasal 26 ayat 1 huruf b UU No 36 th 2008, bunga yang dibayarkan kepada
wajib pajak luar negeri selain BUT tetap di Indonesia dipotong pajak 20% bruto oleh pihak yang
membayarkan.
Perusahaan belum memotong pajak atas pembayaran dividen kepada para pemegang sahamnya
dengan total deviden yang dibayarkan sebesar 150 juta. Dimana :
Pemegang Saham Kepemilikan
XYZ (Perusahaan asing) 45%
Tuan X 30%
PT HIJ 15%
Tuan Y 10%
Maka dalam hal ini karena pembahasan adalah terkait dengan PPh 23 /26 maka yang akan diperhatikan
adalah deviden ke Perusahaan XYZ dan PT HIJ.
Terkait dengan kewajiban perusahaan untuk memotong PPh 23 atas deviden ke PT HIJ, koreksi fiskus
sudah tepat karena berdasarkan pasal 4 ayat 1 huruf g serta pasal 23 ayat 1 huruf a (1), deviden yang
kepada wajib pajak dalam negeri dipotong pajak oleh pihak yang membayarkan sebesar 15 % bruto.
Terkait dengan kewajiban perusahaan untuk memotong PPh 26 atas deviden ke Perusahaan XYZ , koreksi
fiskus sudah tepat karena berdasarkan karena berdasarkan pasal 26 ayat 1 huruf a UU No 36 th 2008,
deviden yang dibayarkan kepada wajib pajak luar negeri selain BUT tetap di Indonesia dipotong pajak 20%
bruto oleh pihak yang membayarkan.
PAJAK 2
FINAL EXAM
SEMESTER GASAL 2010/2011
Soal 1 (30%)
a. Pada tahun 2010, PT Imporindo, yang memiliki Angka Pengenal Impor (API), membeli suku
cadang kendaraan bermotor dengan nilai Rp100.000.000. Asuransi yang dibayar di luar
negeri sebesar 2% dari harga impor dan bea masuk yang dikenakan sebesar 4% dari harga
impor. Berapa PPh pasal 22 Impor?
b. Membayar tagihan (Tidak termasuk PPN) kepada PT Indah atas pengerjaan konstruksi
pembuatan gedung dengan perincian sebagai berikut:
Material/ bahan bangunan sebesar Rp160.000.000
Jasa Pelaksanaan konstruksi sebesar Rp80.000.000
Jumlah tagihan belum termasuk PPN.
Jelaskan aspek pemotongan PPh-nya dan hitung berapa PPh yang harus dipotong apabila
diketahui PT Indah adalah perusahaan konstruksi yang memiliki kualifikasi usaha kecil? Dan
apakah perbedaannya apabila PT Indah memiliki tidak memiliki sertifikasi usaha konstruksi?
c. PT Jaya menyewa truk kontainer dari CV. Angkutan Kota untuk keperluan perusahaan dengan
total sewa Rp5 juta. Jelaskan aspek pemotongan PPh-nya!
d. PT Bosung Indonesia membayar gaji kepada salah seorang Expatriate dari Jepang, Mr.
Ajinomoto yang dikontrak perusahaan untuk selama 2 bulan. Gaji yang dibayarkan kepada Tn.
Ajinomoto untuk bulan September adalah US$ 7,000 (Kurs Menteri Keuangan yang berlaku
adalah Rp9.200/ US$ 1, sedangkan kurs tengah Bank Indonesia adalah Rp9.700/ US$1).
Jelaskan aspek pemotongan PPh-nya!
e. Donny bekerja sebagai pegawai tetap pada PT Utama sejak 1 April 2007, menikah tanpa anak
memperoleh gaji sebulan Rp5.000.000. PT Utama mengikuti program Jamsostek, premi
Jaminan Kecelakaan Kerja dan Premi Jaminan Kematian dibayar oleh pemberi kerja dengan
jumlah masing-masing 0,5% dan 0,3% dari gaji. PT Utama menanggung iuran jaminan Hari
Tua setiap bulan sebesar 3,7% dari gaji sedangkan Donny membayar Iuran Jaminan hari Tua
setiap bulan sebesar 2,00% dari gaji setiap bulan.
Di samping itu PT Utama juga mengikuti program pensiun untuk pegawainya. PT Utama
membayar iuran pensiun untuk Donny ke dana pensiun, yang pendiriannya telah disahkan
oleh Menteri Keuangan, setiap bulan sebesar Rp70.000.000 sedangkan Donny membayar
iuran pensiun sebesar Rp50.000. Bonus dibagikan di bulan Desember 2007 sebesar Rp10 juta.
a. Hitunglah PPh Pasal 21 yang terutang atas seluruh penghasilan Donny di tahun 2010
b. Hitunglah PPh Pasal 21 atas bonus yang diterima Donny di tahun 2010.
Soal 2 (30%)
Berikut ini adalah informasi terkait transaksi PT ABC selama tahun 2010:
Pemegang saham PT ABC adalah PT DEF (Konsultan manajemen) dengan kepemilikan saham
60% dan PT GHI (perusahaan pemasaran) dengan kepemilikan 40%.
Besarnya penghasilan usaha yang dilaporkan dalam laporan laba rugi perusahaan tahun 2010
adalah Rp8 milyar.
Omset PPN yang dilaporkan PT Bintang Kejora selama tahun 2010 adalah Rp9 milyar.
Pada bulan Desember 2009 perusahaan membuat kontrak senilai Rp800 juta yang sampai
dengan akhir Desember 2009 belum diterima pembayarannya. Faktur pajak dibuat perusahaan
pada bulan Januari 2010.
Pada bulan Juli 2010, perusahaan menyumbangkan barang produksi senilai Rp100 juta kepada
SMK Pelangi.
Jumlah penyerahan konsinyasi yang dilakukan perusahaan pada tahun 2010 adalah sebesar
Rp500 juta dan jumlah pembayaran yang diterima perusahaan atas penyerahan konsinyasi
tahun 2010 tersebut adalah sebesar Rp400 juta. Perusahaan telah membuatkan faktur pajak
untuk seluruh penyerahan konsinyasi di tahun 2010.
Perusahaan memiliki rata-rata deposito selama tahun 2010 sebesar Rp2 milyar dengan tingkat
suku bunga 10%. Sedangkan rata-rata pinjaman yang dimiliki perusahaan senilai Rp2,5 Milyar
dengan tingkat suku bunga 12%.
Perusahaan menyediakan makan siang untuk seluruh karyawannya di kantin, namun biasanya
para direksi dan manajer tidak ikut makan siang bersama di kantin melainkan membeli sendiri
makan siangnya. Besarnya beban terkai dengan makan siang karyawan selama tahun 2010
adalah Rp200 juta. Jumlah direksi dan manajer PT ABC adalah 15 orang. Sementara jumlah
karyawan lain adalah 185 orang.
Perusahaan tidak pernah memberikan dividen kepada para pemegan sahamnya. Namun
perusahaan selalu menggunakan jasa dari para pemegang sahamnya, dan memberikan fee
yang lebih besar dibandingkan fee jasa sejenis di pasaran.
Pertanyaan :
1. Jelaskan hal-hal yang menyebabkan terjadinya perbedaan omset usaha perusahaan dalam
laporan laba rugi dengan yang terdapat di SPT PPN. Apakah diperlukan koreksi fiskal atas
penghasilan usaha yang dilaporkan dalam laporan laba rugi perusahaan? Jelaskan jawaban
anda!
2. Berapa beban bunga dan beban makan siang karyawa yang boleh dibebankan perusahaan?
3. Bagaimana perlakuan pembebanan fee jasa yang dibayarkan kepada para pemegang saham?
Soal 3 (10%)
1. Jelaskan beberapa konsep-konsep dasar yang digunakan dalam pemungutan PPN, yaitu :
Indirect Substraction Method
Destination Principle
Consumption Tax
2. Berikan contoh penerapan masing-masing konsep tersebut dalam pasal-pasal UU PPN yang
berlaku sekarang!
Soal 4 (30%)
PT Matsui Indonesia, perusahaan PMA dari Jepang, telah memutuskan untuk menempatkan salah
satu direktur dari Perusahaan Holdingnya, Tn. Nakamura yang tinggal di Kyoto untuk ditempatkan
di lokasi pabriknya di Semarang. Untuk itu, Nakamura akan membawa peralatan kerja khususnya
untuk Quality Control dan barang-barang pribadi lainnya. Untuk memindahkan barang-barang
tersebut ke Semarang kantor Pusat PT Matsui Indonesia di Jakarta menunjuk PT Lancar Angkut
Forwarder (PT LAF) untuk mengurus pemindahan barang Nakamura. PT. LAF kemudian
rekanannya di Jepang Tokai Maru Forwarder, Inc. untuk membantu melakukan pengerjaan
pengepakan dsb di Jepang, kemudian mengurus pengangkutannya ke Jakarta, dari Jakarta sampai
Semarang dan penataan di Semarang akan dikerjakan oleh PT LAF. Untuk tanggung jawab
pelaksanaan keseluruhan tetap tanggung jawab PT LAF, dan pembayaran kepada Tokai Maru
Forwarder juga melalui PT. LAF. Tokai Maru akan menagih US$ 10.000 (melalui PT. LAF), yang
kemudian kaan menagih kepada PT Matsui Indonesia, dengan fee sebesar Rp30 juta ditambah
supervision fee sebesar 2% atas fee dari Tokai Maru Inc. PT LAF akan membuat kontrak kerja
dengan PT Matsui Indonesia untuk pekerjaan tersebut dengan cara cost plus fee, yang telah
disetujui oleh kedua bela pihak. Berarti pembayaran oleh PT LAF ke Nakamura akan digantikan/di-
reimburse oleh PT Matsui Indonesia.
Pertanyaan:
1. Apakah pada waktu PT LAF membayar ke Nakamura harus membayar PPN dan memotong
PPh 26? Jelaskan alasan saudara!
2. Pada saat membayar tersebut bagaimana pencatatan dan pembukuan PT LAF (buatlah
jurnalnya!)
3. Pada saat penagihan dilakukan oleh PT LAF ke PT Matsui Indonesia, bagaimana jurnalnya dan
pajak apa yang sudah harus dicatat oleh kedua belah pihak?
4. Dokumen apa saja yang harus diserahkan kepada PT Matsui Indonesia pada saat penagihan
terkait permintaan reimbursemen biaya Nakamura?
5. Pada saat pembayaran kepada PT LAF oleh PT Matsui Indonesia, bagaimana jurnalnya di
kedua belah pihak dan dokumen apa saja yang penting harus diterima oleh PT LAF?
Jawaban:
Soal 1 (30%)
c. Penyewaan truk kontainer dari PT CV Angkutan Kota ke PT Jaya yang digunakan untuk
keperluan perusahaan dikenakan tarif PPh sebesar 2%, sebagaimana diatur dalam pasal
23 ayat 1 (c1). Dengan demikian, maka PPh yang dipotong oleh PT Jaya selaku penyewa
akan memotong PPh atas penyewaan sebesar:
2% * Rp 5.000.000 = Rp 100.000
d. Berdasarkan PPh pasal 26 ayat 1, maka atas upah yang dibayarkan kepada Mr. Ajinomoto
akan dipotong tarif PPh sebesar 20%, sehingga:
PPh yang dipotong = 20% * ($7000*Rp 9.200/ US$1)
= Rp 12.880.000
e. PPh 21 terhutang:
Pengurang:
1.Biaya Jabatan Rp 252.000 (5% * 5.040.000)
2.Iuran Pensiun Rp 50.000
3.Iuran Jaminan Hari Tua Rp 100.000
Jumlah Pengurang (Rp 402.000)
PTKP:
Dari WP Sendiri Rp 15.840.000
Status Kawin Rp 1.320.000
Jumlah PTKP Rp17.160.000
Pengurang:
1.Biaya Jabatan Rp 252.000 (5% * 5.040.000)
2.Iuran Pensiun Rp 50.000
3.Iuran Jaminan Hari Tua Rp 100.000
Jumlah Pengurang (Rp 402.000)
PTKP:
Dari WP Sendiri Rp 15.840.000
Status Kawin Rp 1.320.000
Jumlah PTKP Rp17.160.000
Soal 2 (30%)
1. Pada dasarnya omset usaha dalam SPT PPN adalah besarnya Dasar Pengenaan Pajak yang
akan dikalikan dengan tarif PPN untuk mendapatkan nilai PPN Keluaran. DPP ini
merupakan jumlah Barang dan Jasa Kena Pajak yang dijual perusahaan. Apabila ada
bagian dari penjualan perusahaan bukan merupakan Barang dan Jasa Kena Pajak (Pasal
4A UU PPN) maka nilai barang ini dapat menjadi perbedaan omset dalam L/R dan SPT PPN
Kesalahan waktu dalam penerbitan faktur pajak atau faktur pajak dibuat sebelum penyerahan
barang. Omset perusahaan ditentukan oleh nominal yang tercatat dalam faktur pajak. Jika
faktur pajak dibuat melintasi tahun seperti jika ada pembayaran dimuka di tahun sebelumnya
akan menyebabkan pendapatan diakui PPN sebelum pendapatan menurut Laba Rugi.
1. Adanya transaksi antar cabang ketika menganut prinsip desentralisasi. Jika
membandingkan consolidated L/R perusahaan dengan omset PPN akan mengalami
perbedaan karena PPN akan mengakui pendapatan yang berasal dari transfer antar cabang
sedangkan L/R perusahaan tidak.
2. Adanya pemakaian sendiri. Pemakaian sendiri menurut PPN merupakan suatu komponen
yang terkena PPN sebesar tarif dikalikan dengan HPPnya. Sehingga dengan kata lain
perusahaan memasukkan pemakaian sendiri sebagai komponen pendapatan perusahaan.
3. Adanya pemberian cuma-cuma. Pemberian ini merupakan komponen penjualan
perusahaan menurut PPN yang harus dikenakan PPN Keluaran. Hal ini tidak diakui dalam
laporan laba rugi perusahaan sebagai pendapatan
4. Adanya barang konsinyasi yang tidak diakui sebagai pendapatan dalam L/R tetapi diakui
dalam SPT PPN
Penghasilan berdasarkan PPh Badan 8.000.000.000
Faktur pajak dikoreksi dari omset PPN karena pendapatan tersebut merupakan pendapatan
untuk tahun 2009. Namun secara PPN diakui tahun 2010 karena faktur pajaknya baru
dibuat januari.
Dalam UU PPN pasal 1A ayat 1 huruf d, sumbangan yang merupakan pemberian cuma-
cuma. Pemberian ini merupakan komponen penjualan perusahaan menurut PPN yang
harus dikenakan PPN Keluaran. Hal ini tidak diakui dalam laporan laba rugi perusahaan
sebagai pendapatan
Barang konsinyasi tidak diakui sebagai pendapatan dalam L/R tetapi diakui dalam SPT PPN
(UU PPN pasal 1A ayat 1 huruf a). Hal ini dikarenakan barang konsinyasi sudah diserahkan
dan atas penyerahan tersebut dibuatkan faktur pajak.
2. Beban bunga:
“Apabila jumlah rata-rata pinjaman lebih besar dari jumlah rata-rata dana yang
ditempatkan dalam bentuk deposito atau tabungan lainnya, maka bunga atas pinjaman
yang boleh dibebankan sebagai biaya adalah bunga yang dibayar atau terutang atas rata-
rata pinjaman yang melebihi jumlah rata-rata dana yang ditempatkan sebagai deposito
berjangka atau tabungan lainnya.”
= 60.000.000
Dalam Soal:
Artinya:
Perusahaan telah menyediakan makan siang pada seluruh karyawan, baik Direksi, manajer
sampai karyawan level bawah. (deductible exp). Sehingga yang dibebankan adalah
seluruhnya Rp 200.000.000. asalkan dalam biaya tersebut tidak termasuk membelikan
makan siang secara khusus pada direksi dan manajer perusahaan.
Jadi, biaya makan siang karyawan yang dapat dibebankan adalah sebesar Rp
200.000.000.
3. Dalam UU PPh pasal 9 ayat 1 (f) disebutkan bahwa jumlah yang melebihi kewajaran yang
dibayarkan kepada pemegang saham atau kepada pihak yang mempunyai hubungan
istimewa sebagai imbalan sehubungan dengan pekerjaan yang dilakukan merupakan objek
pajak yang tidak boleh dikurangkan (non-deductible expense).
Selain itu, atas selisih antara fee yang lebih besar dibandingkan fee jasa sejenis di pasaran
juga diperlakukan sebagai deviden mengingat bahwa pada tahun tersebut perusahaan
tidak membagikan deviden sehingga selisih tersebut dianggap sebagai deviden
terselubung yang harus dipotong PPh Pasal 23.
Soal 3 (10%)
Atau Indirect Substraction Method adalah metode penghitungan PPN yang akan disetor
ke kas Negara dengan cara mengurangkan pajak atas perolehan dengan pajak atas
penyerahan barang dan jasa
Apabila barang atau jasa itu akan dikonsumsi di luar negeri, tidak dikenakan PPN di
Indinesia. Ini sesuai dengan destination principle (prinsip tempat tujuan) yang
digunakan dalam pengenaan PPN yaitu PPN dikenakan di tempat tujuan barang atau
jasa akan dikonsumsi.
PPN sebagai pajak atas konsumsi memberikan indikasi bahwa PPN bukan pajak atas
kegiatan bisnis. Sifat ini menunjukkan perbedaan yang mendasar dengan Pajak
penghasilan yang merupakan pajak yang dikenakan atas kegiatan bisnis.
PPN
Sistem Pemungutan
PPN atas
Nilai Tambah
Harga Beli Harga Jual
Bh Baku = 500
Bh Pembantu
Biaya
1.700
Suku Cadang = 300 Penyusutan = 100
Dll = 200 Bunga = 150
Jumlah 1.000 Manajemen = 150
Gaji/Upah = 200
Laba Usaha =100
Jumlah 700
Nilai Tambah
700
Subtraction Addition
Indirect Subtraction/
Credit/Invoice
Dalam skema diatas digambarkan proses produksi suatu barang oleh pengusaha di
bidang industry. Untuk menghasilkan produknya, membeli bahan baku, bahan
pembantu suku cadang dan lain-lain yang terkait sebanyak 1.000, sedangkan biaya
yang dikeluarkan dan laba yang diperhitungkan sebesar 700, supaya tidak mengalami
kerugian maka produknya akan dijual dengan harga jual 1.700.
Angka 700 itulah yang dinamakan “nilai tambah”, nilai tambah adalah penjumlahan
unsur-unsur biaya dan laba dalam rangka proses produksi atau distribusi barang atau
jasa. Jadi nilai tambah tidak semata-mata dihasilkan dari perubahan bentuk atau sifat
suatu barang dalam kegiatan produksi.
Nilai tambah sebesar 700 inilah yang menjadi sasaran pengenaan PPN, bukan harga
jual sebesar 1.700. Untuk mengenakan PPN atas nilai tambah ini dapat dilakukan
melalui tiga metode, yaitu:
1. Substraction method (metode pengurangan secara langsung) yaitu dengancara
mengalikan tariff PPN dengan selisih antara harga jual dan harga beli.
2. Indirect subtraction method (metode pengurangan secara tidak langsung), yait
dengan cara mengurangkan PPN yang dipungut oleh penjual atau pengusaha
jasa atas penyerahan barang atau jasa, dengan PPN yang dibayar kepada
penjual atau pengusaha jasa lain atas perolehan barang atau jasa.
3. Additional method (metode penghitungan nilai tambah), yaitu mengalikan
tariff PPN dengan hasil penjumlahan unsure-unsur nilai tambah.:
Cara kerja ketiga metode ini dapat disimak pada skema gambar berikut ini
PPN
Metodepenghitungan
(calculation method)
b. Destination Principle: Impor komputer dari luar negeri dikenakan PPN, karena akan
dikonsumsi di dalam negeri. Demikian pula komputer produksi dalam negeri yang
dijual di dalam negeri dikenakan PPN. Dengan destination principle, PPN tidak bersifat
diskriminatif. Produk domestic atau komoditi impor, sama-sama dikenakan PPN.
c. Consumption Tax:
SISTEM PEMUNGUTAN
PAJAK PENJUALAN
BARANG JASA
NETRAL
INTERNAL EKSTERNAL
NEUTRALITY NEUTRALITY
DESTINATION
CONSUMPTION
PRINCIPLE
PRODUCTION
&DISRTRIBUTION
Pada gambar diatas, PPN mampu merealisasi dirinya netral dalam dunia perdagangan
baik domestic maupun internasional. PPN tidak menghendaki dirinya mempengaruhi
kompetisi dalam dunia bisnis. Salah satu legal karakter PPN adalah pajak atas
konsumsi. Karena yang dapat dikonsumsi bukan hanya barang, tetapijuga jasa, maka
PPN memberikan perlakuan yang sama terhadap konsumsi barang dan konsumsi jasa,
yaitu kedua-duanya dikenakan PPN. Jadi meskipun nilai tambah jasa sebenarnya sulit
diukur atau dihitung , PPN tetap dikenakan atas konsumsi jasa. Bahkan secara ideal,
sebenarnya PPN tidak menghendaki adanya pengecualian atau pembebasan, atau
fasilitas. Oleh karena itu, dalam UU PPN 1984, dikenal ada pengecualian objek dan
sejak 1 Januari 1995 mulai diatur secara transparan tentang fasilitas di bidang PPN
meskipun akibatnya menurunkan prosi netralitas PPN.
Soal 4 (30%)
“In SPA, we believe that associates are our most valuable assets, that’s why we
transform them from good to become excellent”