Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN


KLIEN TRAUMA ABDOMEN

UNIVERSITAS SARIPUTRA INDONESIA TOMOHAN

FAKULTAS KEPERAWATAN
2018
KATA PENGANTAR

Puji syukur terhadap Tuhan Yang Maha Esa yang telah membantu kami
dalam menyelesaikan makalah Keperawatan Gawat Darurat yang berjudul
“Asuhan Keperawatan Pada Klien Trauma Abdomen”. Dalam makalah ini
kami menjelaskan tentang tinjauan teoritis klien dengan trauma Abdomen.
Makalah ini bisa terbentuk karena dibimbing oleh
Ibu Ns. Estefin.Makausy ,S.Kep. sebagai dosen Mata kuliah Keperawatan
Gawat Darurat
Apabila terdapat kesalahan dan kekurangan dalam penyusunan
makalah ini, harap dimaklumi karena kami juga seorang mahasiswa yang
sedang belajar. Semoga makalah ini bisa bermanfaat bagi pembaca.

Tomohon,September 2018

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR
DAFTAR
ISI...............................................................................................................
BAB I TINJAUAN TEORITIS
1.1. Definisi…………………………………………………………………...
1.2. Etiologi…………………………………………………………………….
1.3. Patofisiologi……………………………………………………………….
1.4. WOC………………………………………………………………………
1.5. Manifestasi klinis…………………………………………………………..
1.6. Komplikasi…………………………………………………………………
1.7. Penatalaksanaan……………………………………………………………
BAB II ASKEP TEORITIS
2.1. Pengkajian…………………………………………………………………
2.2. Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul……………………………
2.3. Rencana Asuhan Keperawatn (NCP)……………………………………...
BAB III PENUTUP
3.2 Kesimpulan………………………………………………………………..
3.2 Saran………………………………………………………………………
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
TINJAUAN TEORITIS

1. DEFINISI

Trauma adalah cedera atau kerugian psikologis atau


emosional ( Dorland, 2002 )

Trauma abdomen adalah cedera pada abdomen, dapat berupa


trauma tumpul dan tembus serta trauma yang disengaja atau tidak
disengaja (Smeltzer, 2001).

Trauma perut merupakan luka pada isi rongga perut dapat terjadi
dengan atau tanpa tembusnya dinding perut dimana pada
penanganan/penatalaksanaan lebih bersifat kedaruratan dapat pula
dilakukan tindakan laparatomi (FKUI, 1995).

Trauma adalah cedera fisik dan psikis, kekerasan yang


mengakibatkan cedera (Sjamsuhidayat, 1997).

2. ETIOLOGI

Berdasarkan mekanisme trauma, dibagi menjadi 2 yaitu :


1) Trauma tembus (trauma perut dengan penetrasi kedalam rongga
peritonium).
Disebabkan oleh :
 Luka akibat terkena tembakan
 Luka akibat tikaman benda tajam
 Luka akibat tusukan
2) Trauma tumpul (trauma perut tanpa penetrasi kedalam rongga
peritonium).
Disebabkan oleh :
 Terkena kompresi atau tekanan dari luar tubuh
 Hancur (tertabrak mobil)
 Terjepit sabuk pengaman karna terlalu menekan perut
 Cidera akselerasi / deserasi karena kecelakaan olah raga
3. PATOFISIOLOGI

Bila suatu kekuatan eksternal dibenturkan pada tubuh manusia (akibat


kecelakaan lalu lintas, penganiayaan, kecelakaan olahraga dan terjatuh dari
ketinggian), maka beratnya trauma merupakan hasil dari interaksi antara
faktor – faktor fisik dari kekuatan tersebut dengan jaringan tubuh. Berat
trauma yang terjadi berhubungan dengan kemampuan obyek statis (yang
ditubruk) untuk menahan tubuh. Pada tempat benturan karena terjadinya
perbedaan pergerakan dari jaringan tubuh yang akan menimbulkan disrupsi
jaringan. Hal ini juga karakteristik dari permukaan yang menghentikan tubuh
juga penting. Trauma juga tergantung pada elastitisitas dan viskositas dari
jaringan tubuh. Elastisitas adalah kemampuan jaringan untuk kembali pada
keadaan yang sebelumnya. Viskositas adalah kemampuan jaringan untuk
menjaga bentuk aslinya walaupun ada benturan. Toleransi tubuh menahan
benturan tergantung pada kedua keadaan tersebut.. Beratnya trauma yang
terjadi tergantung kepada seberapa jauh gaya yang ada akan dapat melewati
ketahanan jaringan. Komponen lain yang harus dipertimbangkan dalam
beratnya trauma adalah posisi tubuh relatif terhadap permukaan benturan.
Hal tersebut dapat terjadi cidera organ intra abdominal yang disebabkan
beberapa mekanisme :
1. Meningkatnya tekanan intra abdominal yang mendadak dan hebat
oleh gaya tekan dari luar seperti benturan setir atau sabuk pengaman
yang letaknya tidak benar dapat mengakibatkan terjadinya ruptur dari
organ padat maupun organ berongga.
2. Terjepitnya organ intra abdominal antara dinding abdomen anterior
dan vertebrae atau struktur tulang dinding thoraks.
3. Terjadi gaya akselerasi-deselerasi secara mendadak dapat
menyebabkan gaya robek pada organ dan pedikel vaskuler.

4. MANIFESTASI KLINIS
a. Trauma tembus (trauma perut dengan penetrasi kedalam rongga
peritonium) :
 Hilangnya seluruh atau sebagian fungsi organ
 Respon stres simpatis
 Perdarahan dan pembekuan darah
 Kontaminasi bakteri
 Kematian sel

b. Trauma tumpul (trauma perut tanpa penetrasi kedalam rongga


peritonium).
 Kehilangan darah.
 Memar/jejas pada dinding perut.
 Kerusakan organ-organ.
 Nyeri tekan, nyeri ketok, nyeri lepas dan kekakuan (rigidity) dinding perut.
 Iritasi cairan usus.

5. PENATALAKSANAAN

A. Penanganan awal
 trauma non- penetrasi (trauma tumpul)
a. Stop makanan dan minuman
b. Imobilisasi
c. Kirim kerumah sakit.
 Penetrasi (trauma tajam)
a. Bila terjadi luka tusuk, maka tusukan (pisau atau benda tajam lainnya)
tidak boleh dicabut kecuali dengan adanya tim medis
b. Penanganannya bila terjadi luka tusuk cukup dengan melilitkan
dengan kain kassa pada daerah antara pisau untuk memfiksasi pisau
sehingga tidak memperparah luka.
c. Bila ada usus atau organ lain yang keluar, maka organ tersebut tidak
dianjurkan dimasukkan kembali kedalam tubuh, kemudian organ yang
keluar dari dalam tersebut dibalut kain bersih atau bila ada verban
steril.
d. Imobilisasi pasien
e. Tidak dianjurkan memberi makan dan minum
f. Apabila ada luka terbuka lainnya maka balut luka dengan menekang.
g. Kirim ke rumah sakit

B. penanganan dirumah sakit


 Segera dilakukan operasi untuk menghentikan perdarahan secepatnya.
Jika penderita dalam keadaan syok tidak boleh dilakukan tindakan selain
pemberantasan syok (operasi)
 Lakukan prosedur ABCDE.
 Pemasangan NGT untuk pengosongan isi lambung dan mencegah
aspirasi.
 Kateter dipasang untuk mengosongkan kandung kencing dan menilai urin
yang keluar (perdarahan).
 Pembedahan/laparatomi (untuk trauma tembus dan trauma tumpul jika
terjadi rangsangan peritoneal : syok ; bising usus tidak terdengar ; prolaps
visera melalui luka tusuk ; darah dalam lambung, buli-buli, rektum ; udara
bebas intraperitoneal ; lavase peritoneal positif ; cairan bebas dalam
rongga perut)
 Pasien yang tidak stabil atau pasien dengan tanda-tanda jelas yang
menunjukkan trauma intra-abdominal (pemeriksaan peritoneal, injuri
diafragma, abdominal free air, evisceration) harus segera dilakukan
pembedahan
 Trauma tumpul harus diobservasi dan dimanajemen secara non-operative
berdasarkan status klinik dan derajat luka yang terlihat di CT
 Pemberian obat analgetik sesuai indikasi
 Pemberian O2 sesuai indikasi
 Lakukan intubasi untuk pemasangan ETT jika diperlukan
 Kebanyakan GSW membutuhkan pembedahan tergantung kedalaman
penetrasi dan keterlibatan intraperitoneal
 Luka tikaman dapat dieksplorasi secara lokal di ED (di bawah kondisi
steril) untuk menunjukkan gangguan peritoneal ; jika peritoneum utuh,
pasien dapat dijahit dan dikeluarkan
 Luka tikaman dengan injuri intraperitoneal membutuhkan pembedahan
 Bagian luar tubuh penopang harus dibersihkan atau dihilangkan dengan
pembedahan

6. KOMPLIKASI

Segera : hemoragi, syok, dan cedera.


Lambat : infeksi
 Trombosis Vena
 Emboli Pulmonar
 Stress Ulserasi dan perdarahan
 Pneumonia
 Tekanan ulserasi
 Atelektasis
 Sepsis
BAB II
ASKEP TEORITIS

1. PENGKAJIAN

a. Identitas
Nama anak, umur, jenis kelamin, alamat, nama KK, pekrjaan, pendidikan, dll.
b. keluhan utama
sering menjadi alasan untuk meminta pertolongan kesehatan adalah nyeri
pada abdomen.
c. Riwayat kesehatan

1. Riwayat kesehatan sekarang


Penderita trauma abdomen menampakkan gejala nyeri dan
perdarahan
2. Riwayat kesehatan yang lalu
Pasien belum pernah mengalami penyakit trauma abdomen seperti yang
diderita pasien sekarang
3. Riwayat kesehatan keluarga
Berkaitan erat dengan penyakit keturunan dalam keluarga,misalnya ada
anggota keluarga yang pernah menderita penyakit yang sama

d. Data primer
A : Airway : Tidak ada obstruksi jalan nafas
B : Breathing (pernapasan) : Ada dispneu, penggunaan otot bantu napas
dan napas cuping hidung.
C : Circulation (sirkulasi) : Hipertensi, perdarahan , tanda Cullen, tanda Grey-
Turner, tanda Coopernail, tanda balance.,takikardi,diaforesis
D : Disability (ketidakmampuan ) : Nyeri, penurunan kesadaran, tanda Kehr

2. PRIORITAS KEPERAWATAN

 Menghentikan perdarahan
 menghilangkan/mengurangi nyeri
 menghilangkan cemas pasien
 mencegah komplikasi
 memberikan informasi tentang penyakit dan kebutuhan pasien

4. pemeriksaan fisik
Tanda-tanda vital :
TD : 100/65 mmHg
ND : 120 x/menit
RR : 30 x/menit
Inspeksi :
o Adanya ekimosis
o Adanya hematom
Auskultasi :
o Menurun/tidak adanya suara bising usus
Palpasi :
o Pembengkakan pada abdomen
o Adanya spasme pada abdomen
o Adanya masa pada abdomen
o Nyeri tekan
Perkusi :
o Suara dullness

3. DIAGNOSA KEPERAWATAN

1) Defisit Volume cairan dan elektrolit b/d perdarahan


2) Nyeri b/d adanya trauma abdomen atau luka penetrasi abdomen.
3) Kerusakan integritas kulit b/d trauma tajam/tumpul ditandai dengan
adanya hematoma, ekimosis, luka terbuka, jejas pada daerah
abdomen
4) Perubahan perfusi jaringan b/d hypovolemia, penurunan suplai darah
ke seluruh tubuh yang ditandai dengan suhu kulit bagian akral dingin,
capillary refill lebih dari 3 detik dan penurunan produksi urine.
5) Resiko tinggi infeksi b/d kontaminasi bakteri dan feses
4. ANALISA DATA

No Data Etiologi Masalah keperawatan


1 DO: Karena Pendarahan
klien tampak pucat, Defisit volume cairan dan
lemah, terjadi elektrolit b/d pendarahan
pendarahan
DS:
klien mengatakan
badannya terasa
lemah
2 DO:
klien tampak Trauma abdomen atau Nyeri berhubungan
gelisah, meringis, dan luka penetrasi abdomen dengan adanya trauma
merintih abdomen atau luka
klien penetrasi abdomen.
mengatakan nyeri
3 DO: Tindakan pembedahan, Resiko
Klien tampak tidak adekuatnya infeksi b/dKerusakan
pucat, gelisah, dan pertahanan tubuh integritas kulit
luka yang terbuka
Klien
mengatakan perutnya
terasa bengkak
1. NCP
N Diagnosa Tujuan Kriteria Intervensi Rasional
o Keperaw Hasil
atan
1 Defisit Setelah T Mandiri : mengidenti
Volume dilakukan anda-tanda Panta fikasi kondisi
cairan asuhan perdarahan u TTV pasien.
dan keperawatan (-) Panta Mengidenti
elektrolit selama 2 x 4 T u tanda- fikasi adanya
b/d jam TV normal ( tanda perdarahan,
pendarah diharapkan Nadi = 60- perdarahan. membantu
an perdarahan 100 x/menit Panta dalam
dapat ; TD = 110- u tanda- pemberian
dihentikan/te 140/70-90 tanda intervensi yang
ratasi mmHg ; perubahan tepat.
Suhu = 36, sirkulasi ke Mengetah
5 – 37, 50 C jaringan ui keadekuatan
; dan RR = perifer aliran darah.
16-24 (CRT dan Trombosit
x/menit) sianosis). sebagai indicator
C Kolaborasi : pembekuan
RT < 2 Panta darah.
detik u hasil Membantu
a laboratoriu pemenuhan
kral hangat m cairan dalam
(trombosit). tubuh.
Kolab Mencegah
orasi perdarahan lebih
pemberian lanjut.
cairan IV Membantu
(cairan memenuhi
kristaloid kebutuhan darah
NS/RL) dalam tubuh.
sesuai Membantu
indikasi. untuk
Berik menghentikan
an obat perdarahan
antikoagula dengan menutup
n, ex : area luka
LMWH (
Low
Molecul
With
Heparin).
Berik
an transfusi
darah.
Laku
kan
tindakan
pembedaha
n jika
diperlukan
sesuai
indikasi

2 Nyeri Setelah Pasien Mandiri : Mempengaruhi


berhubun dilakukan melaporkan Kaji nyeri pilihan/
gan tindakan nyeri secara pengawasan
dengan keperawatan berkurang komprehen keefektifan
adanya selama 2 x Pasien sif meliputi intervensi.
trauma 10 menit tampak lokasi, Petunjuk non-
abdomen diharapkan rileks karakteristik verbal dari nyeri
atau luka nyeri yang TTV , durasi, atau
penetrasi dialami dalam frekuensi, ketidaknyaman
abdomen pasien batas qualitas, memerlukan
. terkontrol normal (TD intensitas intervensi.
110-90/70- nyeri dan Tindakan
90 mmHg, faktor alternative untuk
nadi 60-100 presipitasi mengontrol nyeri
x/menit, RR Memfokuskan
Evaluasi
: 16-24 kembali
peningkatan
x/menit, perhatian,
iritabilitas,
suhu 36, 5 meningkatkan
tegangan
– 37, 50 C) rasa kontrol dan
Pasien otot, dapat
dapat gelisah, meningkatkan
menggunak perubahan kekuatan otot;
an teknik tanda-tanda dapat
non- vital. meningkatkan
analgetik Berikan harga diri dan
untuk tindakan kemampuan
menangani kenyamana koping.
nyeri. n, misalnya Menurunkan
perubahan stimulus nyeri
posisi, Dibutuhkan
masase untuk
Ajarkan menghilangkan
menggunak spasme/nyeri
an teknik otot.
non-
analgetik
(relaksasi
progresif,
latihan
napas
dalam,
imajinasi
visualisasi,
sentuhan
terapeutik,
akupresure)
Berik
an
lingkungan
yang
nyaman
Kolaborasi :
Berik
an obat
sesuai
indikasi :
relaksan
otot,
misalnya :
dantren;
analgesik

3 Kerusaka Mencapai tidak ada MANDIRI mengetahui


n penyembuha tanda-tanda Kaji kulit sejauh mana
integritas n luka pada infeksi dan perkembangan
kulit b/d waktu yang seperti pus. identifikasi luka
trauma sesuai luka pada tahap mempermudah
tajam/tu bersih tidak perkemban dalam
mpul lembab dan gan luka. melakukan
ditandai tidak kotor. Kaji tindakan yang
dengan lokasi, tepat.
adanya ukuran, mengidentifika
hematom warna, bau, si tingkat
a, serta jumlah keparahan luka
ekimosis, dan tipe akan
luka
terbuka, cairan luka. mempermudah
jejas Pantau intervensi.
pada peningkatan suhu tubuh
daerah suhu tubuh. yang meningkat
abdomen Berikan dapat
perawatan diidentifikasikan
luka dengan sebagai adanya
tehnik proses
aseptik. peradangan.
Balut luka tehnik aseptik
dengan membantu
kasa kering mempercepat
dan steril, penyembuhan
gunakan luka dan
plester mencegah
kertas. terjadinya
Jika infeksi.
pemulihan agar benda
tidak terjadi asing atau
kolaborasi jaringan yang
tindakan terinfeksi tidak
lanjutan, menyebar luas
misalnya pada area kulit
debridemen normal lainnya.
t. balutan dapat
Kolabora diganti satu atau
si dua kali sehari
pemberian tergantung
antibiotik kondisi parah/
sesuai tidak nya luka,
indikasi. agar tidak terjadi
infeksi.
antibiotik
berguna untuk
mematikan
mikroorganisme
pathogen pada
daerah yang
berisiko terjadi
infeksi.
BAB III
PENUTUP

1. Kesimpulan

Dalalam penulisan makalah ini, dilihat dari beberapa definisi diatas


penulis dapat menyimpulkan bahwa trauma abdomen dapat disebabkan oleh
berbagai faktor seperti yang tertera di bagian etiologi makalah ini. Trauma
abdomen yang disebabkan benda tumpul biasanya lebih banyak
menyebabkan kerusakan pada organ-organ padat maupun organ-organ
berongga abdomen dibandingkan dengan trauma abdomen yang disebabkan
oleh benda tajam.
2. Saran

Dalam pebuatan makalah ini juga penulis menyadari bahwa dalam


pebuatan makalah masi terdapat banyak kesalahan, kekurangan serta
kejanggalan baik dalam penulisan maupun dalam pengonsepan materi.
Utnuk itu, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun
agar kedepan lebih baik dan penulis berharap kepada semua pmbaca
mahasiswa khususnya, untuk lebih ditingkatkan dalam pembuatan makalah
yang akan datang.

DAFTAR PUSTAKA
Dorland,2002,Kamus Saku Kedokteran .Jakarta :EGC
Smeltzer C. Suzanne, Brunner & Suddarth. 2002. Buku Ajar Keperawatan
Medikal Bedah. EGC : Jakarta
American College of Surgeon Committee of Trauma,2004.Advanced Trauma Life
Support Seventh Edition.Indonesia: Ikabi
Scheets,Lynda J.2002.Panduan Belajar Keperawatan Emergency.Jakarta:
EGC
ENA (Emergency Nurse Association )2000.Emergency Nursing Core
Curiculum,5th,USA:W.B.Saunders Company
Catherino ,Jeffrey M.2003.Emergency Medicine Handbook.USA: Lipipincott
Williams
Marilynn E, Doengoes. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan Edisi 3. EGC :
Jakarta
Nanda. 2005. Panduan Diagnosa Keperawatan Nanda Definisi dan Klasifikasi
2005 -2006. Editor: Budi Sentosa. Jakarta : Prima Medika
Lynda Jual Carpenito-Moyet. 2006. Buku Saku Diagnosis Keperawatan.
Jakarta : EGC
Testa,A.Paul.2008.AbdominalTrauma.(Online)(http://emedicine.medscape.com/ar
ticle/822099-overview diakses pada tanggal 28 Juli 2008)

Anda mungkin juga menyukai