Anda di halaman 1dari 7

TUGAS PKSDA

Pembuatan Papan Partikel dari Limbah Kayu sebagai Usaha Konservasi SDA dalam
Sektor Pendidikan

Oleh :
Rahma Fidela Noviyani (14/363538/TK/41641)
Muhammad Reahan (15/385180/TK/43842)
Rahma Yulima (15/381204/TK/43382)
Suci Wulandari (15/390158/TK/44114)
Yugo Mandala Putra (15/385196/TK/43858)
I. LATAR BELAKANG

Indonesia merupakan negara yang kaya Sumber Daya Alam (SDA). Salah satunya adalah
hutan. Indonesia dikaruniai dengan salah satu hutan tropis yang paling luas dan paling
kayakeanekaragaman hayatinya di dunia. Puluhan juta masyarakat Indonesia mengandalkan
hidup dan mata pencahariannya dari hutan, baik dari mengumpulkan berbagai jenis hasil hutan
untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka atau bekerja pada sektor industri pengolahan kayu.
Hutan tropis ini merupakan habitat flora dan fauna yang kelimpahannya tidak tertandingi oleh
negara lain dengan ukuran luas yang sama. Bahkan sampai sekarang hampir setiap ekspedisi
ilmiah yang dilakukan di hutan tropis Indonesia selalu menghasilkan penemuan spesies baru.
Namun demikian, suatu tragedi terus berlangsung di Indonesia. Sekarang Indonesia
menjadi pusat perhatian dunia, karena kalangan di dalam negeri dan masyarakat internasional
begitu gusar menyaksikan perusakan sumber daya alam yang semena-mena di negeri ini.
“Keajaiban ekonomi” Indonesia pada tahun 1980-an dan 1990-an ternyata sebagian terjadi
dengan menghancurkan lingkungan dan pelanggaran hak dan tradisi mayarakat lokal. Sebagai
contoh, salah satu sektor perekonomian yang mengalami pertumbuhan paling pesat, yaitu
industri perkayuan khususnya mebel, ternyata didirikan tanpa terlebih dahulu membangun hutan
tanaman industri yang sangat diperlukan untuk menjamin pengadaan pasokan kayu.
Bahan baku industri perkayuan khususnya mebel makin lama makin sulit diperoleh
dalam jumlah dan kualitas yang diinginkan. Kelestarian hutan dan industri perkayuan akan
terancam bila pemanfaatan kayu yang tidak efisien dan tingginya limbah kayu di hutan dan sisa
industri perkayuan (penggergajian, kayu lapis dan mebel) (Marimin et. al., 2000; Enters, 2001;
Elias, 2002; Muhdi, 2006; Massijaya, 2007).
Beberapa hasil penelitan menunjukkan bahwa disamping keterbatasan sumber bahan
baku, volume limbah pemanenan kayu yang berasal di hutan tanaman juga sangat besar. Muhdi
(2003) menyatakan bahwa volume limbah kayu petak pemanenan kayu di hutan alam sebesar
13,70 m3/ha. Adapun limbah pemanenan kayu di hutan tanaman di Sumatera Utara rata-rata
mencapai sebesar 37,29 m3/ha (Muhdi et. al., 2010).
Papan partikel merupakan salah satu alternatif dalam pemenuhan kebutuhan kayu. Papan
partikel dibuat dari potongan-potongan kayu kecil (limbah kayu) maupun dari bahan
berlignoselulosa lainnya (Budiaman et al., 2005; Tinambunan, 2001). Kebutuhan papan partikel
terus meningkat. Tiap bulannya satu pabrik mebel (furniture) membutuhkan paling sedikit 3.000
m3 papan partikel, yang sebagian besar diimpor dari China dan Italia karena minimnya pasokan
lokal (Subiyanto, 2004).
Papan partikel merupakan produk yang didesain untuk mengatasi kekurangan bahan baku
kayu, yang dihasilkan dengan memampatkan partikel-partikel kayu sekaligus mengikatnya
dengan suatu perekat. Kelemahan dalam pembuatan papan partikel adalah peralatan yang
digunakan relatif memerlukan teknologi tinggi dan sulit dijangkau oleh industri kecil. Hal ini
menyebabkan pembuatan produk ini harus dikerjakan dengan skala industri besar.
Mahalnya teknologi yang dibutuhkan dalam proses pembuatan papan partikel menjadi
penghambat berkembangnya produk ini, khususnya dalam pengembangan skala kecil. Solusi
yang dapat ditawarkan adalah bagaimana membuat papan partikel dengan menggunakan alat-alat
yang sederhana atau sering dikenal dengan cara konvensional.
Oleh karena itu, diperlukan suatu langkah konservasi agar tidak terjadi penebangan hutan
yang masih marak akibat penggunaanya dalam industri pengrajin mebel. Salah satu hal yang
dapat dilakukan adalah pemanfaatan limbah pemanenan kayu akasia menjadi papan partikel yang
merupakan salah satu alternatif dalam rangka optimalisasi pemanfaatan sumber daya kayu yang
semakin terbatas dan diharapkan dapat memberikan nilai tambah.
II. TEKNOLOGI KONSERVASI

Pembuatan Papan Partikel sebagai Bahan Pembuatan Meja dan Kursi dari Limbah Kayu

Bahan :
a. Limbah Industri Mebel (Kikisan kayu / serbuk gergaji)
b. Perekat (Perekat Thermosething)
c. Pelumas (Minyak Nabati)

Alat :
1. Alat kempa manual hidrolik
2. Timbangan
3. Plat besi (Tebal = 1,2 cm)
4. Alumunium foil
5. Golok
6. Rotary Blender
7. Kaliper
8. Holder/cetakan besi
9. Universal testing machine

Cara pembuatan :
1. Limbah kayu dari indurstri mebel dicacah mengggunakan golok hingga berbentuk serpih
dan kurang lebih sama halusnya.
2. Serbuk limbah kayu kemudian dikeringkan dengan bantuan oven atau sinar matahari
langsung hingga kadar airnya 2-5%
3. Perekat yang digunakan dalam hal ini perekat Thermosething ditimbang menggunakan
timbangan sebesar 15% dari berat partikel/serbuk kayunya.
4. Serbuk kayu yang sudah kering kemudian dimasukkan kedalam Rotary Blender dan
kemudian Rotary Blender diputar.
5. Perekat disemprotkan kedalam blender dengan bantuan spray gun hingga habis dan
ditunggu hingga campuran merata.
6. Hasil campuran dicetak pada cetakan papan kayu (ukuran sesuai kebutuhan) lalu dikempa
dingin dengan penekanan secara manual.
7. Setelah itu dilakukan pengempaan pada suhu 160℃ selama 10 menit dengan tekanan 24
kg/cm2
8. Papan kayu didiamkan selama kurang lebih 2 minggu untuk proses pengeringan.
9. Dilakukan pengujian kekuatan papan kayu menggunakan alat Universal Testing Machine.

III. ANALISIS MANFAAT


Penggunaan limbah kayu sebagai bahan pembuatan papan partikel memiliki nilai tambah
dari aspek teknologi, sosial, lingkungan, dan ekonomi.
1. Aspek Teknologi
 Meningkatkan pengembangan proses dan teknologi dalam pengolahan limbah.
 Meningkatkan kemampuan dalam pembuatan papan partikel yang ramah
lingkungan.

2. Aspek Sosial
 Masyarakat lebih kreatif dan lebih sadar dalam memanfaatkan limbah.
 Membuka lapangan kerja.
Pembuatan papan partikel relatif menggunakan teknologi tinggi dan sulit
dijangkau oleh industri kecil, sehingga pembuatan produk ini harus dikerjakan
dengan skala industri besar.
 Mendorong masnyarakat, khususnya pelajar untuk terus melakukan penelitian.
Mahalnya teknologi dalam pembuatan papan partikel ini menghambat
berkembangnya produk ini khususnya dalam pengembangan skala kecil. Oleh
karena itu, hal ini mendorong masyarakat khususnya pelajar untuk melakukan
penelitian agar dapat memproduksi papan partikel secara konvensional.

3. Aspek Ekonomi
 Mendapatkan sumber bahan baku yang murah
Karena limbah kayu bisa digunakan sebagai alternatif bahan baku kayu, maka
akan didapatkan keuntungan ekonomi yang signifikan karena perbedaan harga
kedua bahan tersebut yang jauh
 Limbah kayu mendapatkan added value
Limbah kayu yang tidak bernilai bisa mendapatkan added value setelah diolah
menjadi papan partikel sehingga bisa dijual.

4. Aspek Lingkungan
 Mengurangi limbah kayu dari industri mebel
Limbah kayu industri mebel menjadi berkurang karena bisa digunakan
sebagai bahan pembuatan papan partikel. Dengan berkurangnya limbah, maka
lingkungan semakin terjaga. Hal ini membantu mencegah kerusakan
lingkungan seperti saluran air yang mampet karena sampah, pengotoran air,
dsb.
 Mengurangi penebangan hutan
Dengan memanfaatkan limbah kayu sebagai alternatif pemakaian kayu dari
hutan, maka jumlah kayu yang diperlukan dari hutan semakin berkurang
sehingga mengurangi penebangan hutan.

Anda mungkin juga menyukai