Abstract. Ciamis district is dengue hemorrhagic fever (DHF) endemic area that significantly
increased of number of cases on last three years period (2004-2006). This fact is a reason
to conduct research that aimed to know a description a society’s knowledge, attitude and
practice (KAP) and also to know relationships between that one with the occurrences of
DHF. The research was designed using cross sectional study; 195 respondents was inter-
viewed to know the level of society’s KAP. The final results of this research was showed that
the respondent’s KASP is good but does not give impact on occurrences of DHF cases be-
cause its practice was not done yet by societies in control DHF disease.
Key words : Knowledge, Attitude, Practice, Dengue Hemorrhagic Fever.
16
Gambaran Pengetahuan ......(Mara Ipa, et al.)
dilakukan studi dengan tujuan mengeta- variabel pada seluruh rsponden, maka
hui gambaran tingkat pengetahuan, sikap responden yang statusnya BAIK dijum-
dan praktek masyarakat berkaitan dengan lahkan, bila hasilnya > 60% dari jumlah
penularan dan pemberantasan DBD serta responden, maka kategori status variabel
hubungannya dengan kemunculan kasus tersebut adalah BAIK, bila < 60% katego-
DBD periode tahun 2004-2006. rinya BURUK.
Untuk mengetahui hubungan PST
BAHAN DAN METODE dengan kejadian kasus DBD, dilakukan
uji korelasi dengan variabel bebas katego-
Studi ini dilaksanakan dengan desa- ri PST dan variabel terikat kasus DBD.
in cross sectional study di Desa Panan-
jung dan Desa Pangandaran Kecamatan
Pangandaran Kabupaten Ciamis, mulai HASIL
Juni sampai dengan November 2006.
Dilakukan dengan cara melakukan wa- Pengetahuan
wancara tentang pengetahuan, sikap dan
Jumlah responden yang diwawanca-
tindakan (PST) responden berkaitan de-
rai adalah 195 orang, satu orang setiap
ngan DBD, terhadap kepala keluarga atau
keluarga dari jumlah populasi 695 ke-
orang dewasa yang ada pada keluarga
luarga.
sampel. Selain wawancara, juga dilaku-
kan pencatatan adanya kasus DBD pada Dari hasil wawancara dan analisa
anggota keluarga yang ada dalam sampel data tentang pengetahuan responden ten-
terpilih, selama periode tahun 2004 sam- tang DBD, diketahui bahwa variabel pe-
pai berakhirnya studi yaitu November ngetahuan yang sudah BAIK. Responden
2006; bila tercatat ada kejadian kasus yang mengetahui tanda penyakit sebesar
DBD, diberi kode 1 dan bila tidak ada 88,5%, bahaya penyakit sebesar 66,5%,
diberi kode 0. cara pemberantasan nyamuk dengan lar-
vasida sebesar 73,5%, manfaat larvasida
Jawaban responden dianalisa de-
sebesar 64% dan dengan fogging sebesar
ngan diawali dengan tabulasi, pengkode-
76%, kebiasaan nyamuk menggigit sebe-
an, serta interpretasi. Dalam pengkodean,
sar 64%, metode pencegahan dengan 3 M
setiap jawaban yang benar diberi kode 1
sebesar 83,0% serta pencegahan paling
sedangkan yang salah diberi kode 0. Pada
murah sebesar 60% (Tabel 1.).
variabel PST, masing-masing jawaban
responden dijumlahkan. Pada variabel pe- Dari jumlah responden, diketahui
ngetahuan, bila jumlahnya mencapai > 6 bahwa rata-rata pengetahuan tentang
maka dikategorikan BAIK, bila < 6 maka DBD adalah BAIK karena terdapat 124
dikategorikan BURUK; pada variabel si- responden (63,59%) status pengetahuan-
kap, bila jumlahnya > 5 maka dikatego- nya BAIK. Berdasarkan hasil wawancara
rikan BAIK dan bila < 5 maka dikatego- dan cross check di Puskesmas Pangandar-
rikan BURUK, serta pada variabel tindak- an, ditemukan 33 responden (16,92%) sa-
an, bila jumlahnya > 6 maka dikategori- lah satu anggota keluarganya ada yang
kan BAIK dan bila < 6% maka dikatego- menderita DBD, yaitu 15 orang (45,45%)
rikan BURUK. Jawaban pada ketiga pada responden dengan status pengeta-
variabel tersebut, selanjutnya dijumlah- huan BAIK dan 18 orang (54,55%) pada
kan; bila hasilnya > 17%, maka PST-nya responden dengan status pengetahuan
BAIK dan diberi kode 1, bila <17% maka BURUK.
dikategorikan BURUK dan diberi kode 0.
Untuk mengetahui status masing-masing
17
Aspirator Vol. 1 No. 1 Tahun 2009 : 16-21
18
Gambaran Pengetahuan ......(Mara Ipa, et al.)
19
Aspirator Vol. 1 No. 1 Tahun 2009 : 16-21
upaya pencegahan DBD, tapi tidak me- sepenuhnya mendukung upaya penang-
nyebabkan endemisitas DBD menjadi gulangan demam berdarah.
rendah. Hal ini karena masih banyak
faktor lain yang mempengaruhi tingkat Menurut L Green perilaku ditentu-
endemisitas DBD terutama faktor eks- kan oleh 3 faktor utama yaitu predispo-
ternal misalnya kondisi lingkungan dan sing (yang mempermudah terjadinya peri-
sosial ekonomi penduduk. laku), faktor pemungkin (pendukung peri-
laku) dan faktor penguat (tokoh masyara-
Hasil penelitian ini menunjukkan, kat, peraturan, UU, dsb)(4). Jadi meskipun
meskipun tingkat pengetahuan dan sikap pengetahuan dan sikap masyarakat terha-
sudah baik namun tidak diikuti dengan dap penanggulangan DBD sudah baik, ta-
tindakan dalam pencegahan dan pengen- pi belum cukup untuk mengurangi jum-
dalian DBD, tidak memberikan dampak lah kasus. Hal ini karena pengetahuan dan
yang signifikan terhadap jumlah kasus. sikap, bisa bermakna terhadap penurunan
Ini sesuai dengan hasil penelitian Koen- kasus bila dibarengi dengan pelaksanaan
raadt et al tentang pengaruh perilaku ter- pemberantasan, misalnya dengan melak-
hadap populasi Ae. aegypti di wilayah sanakan 3M (menguras, menutup dan
kamphaeng Phet, Thailand(5) yang menun- mengubur), abatisasi, dll.
jukkan meskipun penduduk sudah memi-
liki pengetahuan sikap dan tindakan yang Dari uji statistik, variabel PST tidak
baik terhadap pencegahan dan penularan berhubungan langsung dengan kejadian
DBD, tingkat infestasi nyamuk masih sa- kasus DBD pada keluarga responden. Hal
ngat tinggi sehingga kemungkinan terjadi- ini dimungkinkan karena faktor yang
nya kasus DBD juga tinggi. Hasil ini dominan dalam kejadian DBD adalah ke-
menunjukkan hubungan yang lemah anta- beradaan nyamuk Aedes spp. yang infek-
ra pengetahuan sikap dan tindakan terha- tif(12), sedangkan pengetahuan tidak serta
dap kejadian DBD. Pengetahuan sikap merta bisa merubah faktor lingkungan
yang baik tidak selalu diikuti dengan tin- yang berkaitan dengan keberadaan nya-
dakan pencegahan yang baik sehingga muk Aedes spp(4). Selain itu, wilayah Pa-
risiko terkena DBD menjadi berkurang. ngandaran merupakan daerah wisata, se-
Keadaan demikian tidak jauh berbeda hingga mobilisasi orang (baik yang da-
dengan hasil penelitian Kasnodiharjo di tang maupun pergi) dari dan ke Pangan-
Sumengen di Kodya Sukabumi dan Sub- daran, cukup tinggi. Karena itu, faktor
dit Arbovirosis P2MPLP di 9 kota, yang mobilisasi penduduk akan berpengaruh
menunjukkan perilaku masyarakat belum terhadap kejadian kasus DBD di Pangan-
20
Gambaran Pengetahuan ......(Mara Ipa, et al.)
daran karena DBD termasuk penyakit 5. Anonim. Register Kasus DBD. Puskesmas
yang mudah menular berkaitan dengan Pangandaran Kabupaten Ciamis.
Pangandaran. 2006.
mobilisasi manusia(1) yang salah satunya
dipengaruhi semakin baiknya transportasi 6. Kresno S. Aspek Sosial Budaya Yang
dari suatu daerah ke daerah lainnya(6). Berhubungan Dengan Perilaku Kesehatan.
Penerbit Rineka Cipta. Jakarta. 2005.
Terutama, kami sampaikan kepada 12. Gubler D.J. and Trent D.W. Emergence of
Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Cia- epidemic dengue/dengue hemorrhagic fever
as public health problem. Infectious Agent
mis beserta staf, Kepala Puskesmas Pa- Diseases. 1994. 2: 383-393).
ngandaran, Kepala dan masyarakat Desa
Pananjung dan Desa Pangandaran, Prof.
Dr. M. Sudomo, Bapak Anwar Musadad
dan semua pihak yang belum kami se-
butkan namanya satu per satu.
DAFTAR PUSTAKA
1. Anonim. Pencegahan dan Penanggulangan
Demam Dengue dan Demam Berdarah
Dengue. WHO dan Depkes RI. Jakarta. 2003.
21