I IP UM
XI
AS
GA
KEL
si
13
BUN
Se
KIMIA
GAN
Unsur (Bagian V): Unsur Radioaktif
Unsur-unsur di alam terdiri dari beberapa macam isotop. Isotop adalah unsur yang atom-
atomnya memiliki jumlah proton yang sama, tetapi memiliki jumlah neutron yang berbeda.
Sebagai contoh, unsur karbon memiliki tiga isotop, yaitu C-12, C-13, dan C-14. Ketiga isotop
tersebut memiliki nomor massa yang berbeda, dan dengan demikian memiliki jumlah neutron
yang berbeda. Isotop C-13 dan C-14 memiliki kemampuan memancarkan partikel atau sinar
berenergi tinggi secara spontan yang disebut partikel/sinar radioaktif. Isotop yang memiliki
kemampuan seperti ini disebut isotop radioaktif.
Pada tahun yang sama, Ernest Rutherford dan Frederick Soddy menemukan adanya
unsur radon yang dapat memancarkan radiasi seperti sinar-X, tetapi dengan radiasi yang
berbeda dengan sinar-X. Dari percobaannya, mereka menemukan tiga jenis sinar yang
dipancarkan oleh unsur radioaktif, yaitu sinar α, β, dan γ. Ketiga sinar tersebut kemudian
disebut sinar radioaktif.
1
Ketiga sinar radioaktif tersebut memiliki karakteristik yang berbeda. Sinar α dapat
menembus lempeng logam dengan ketebalan kurang dari 100 cm. Sinar β dapat
menembus logam setebal 100 cm. Sinar γ memiliki daya tembus yang lebih kuat, bahkan
dapat menembus lempeng timbal hingga beberapa centimeter. Pengamatan Rutherford
pada pengaruh medan listrik terhadap ketiga sinar radioaktif tersebut menunjukkan bahwa
sinar α bermuatan positif dan sinar β bermuatan negatif, sedangkan sinar γ merupakan
gelombang elektromagnetik yang tidak bermuatan.
Untuk mengetahui lebih jauh tentang ketiga sinar radioaktif tersebut, Rutherford
menampung masing-masing sinar tersebut dalam ruang kaca yang tidak tembus sinar
tersebut, kemudian mengamati spektrumnya. Dari pengamatannya, ternyata perbandingan
massa dan muatan sinar α sama dengan perbandingan massa dan muatan serta spektrum
dari He2+, sehingga disimpulkan bahwa sinar α memiliki inti helium. Dengan cara yang
sama, disimpulkan bahwa sinar β merupakan elektron. Dari pengamatan selanjutnya,
ternyata dalam proses perubahannya isotop radioaktif melibatkan beberapa partikel
subatomik lain, di antaranya adalah positron, proton, dan neutron serta inti atom yang
lebih besar.
B. KERADIOAKTIFAN
Bila ditinjau dari partikel-partikel penyusunnya, setiap atom memiliki partikel-partikel
penyusun yang sama sehingga kereaktifan suatu unsur tidak bergantung pada sifat
partikelnya. Perbedaan satu isotop dengan isotop lainnya terletak pada jumlah proton
dan jumlah neutron dalam inti atomnya. Bila dibuat kurva perbandingan jumlah proton
dan neutron di dalam inti atomnya, maka akan terdapat suatu pola di mana suatu isotop
tidak bersifat radioaktif (stabil). Kurva tersebut disebut pita kestabilan. Isotop-isotop
yang berada di luar pita kestabilan cenderung bersifat radioaktif, karena inti atom dari
isotop-isotop tersebut cenderung mengalami perubahan untuk menjadi stabil dengan
memancarkan sinar radioaktif. Perubahan ini disebut peluruhan radioaktif. Peluruhan
radioaktif juga harus memenuhi kaidah hukum kekekalan massa dan muatan.
Berdasarkan perbandingan jumlah proton dan neutron, terdapat tiga jenis radioaktif, yaitu
isotop yang kekurangan proton (daerah A), isotop yang kelebihan proton (daerah B), dan
radioaktif yang kelebihan proton dan neutron.
1. Isotop Kekurangan Proton (Daerah A)
Isotop ini terletak di atas pita kestabilan dan memiliki perbandingan n/p lebih besar
daripada nilai n/p isotop stabil. Untuk mencapai kestabilan, isotop ini akan mengubah
neutron menjadi proton dengan memancarkan sinar β.
2
2. Isotop Kelebihan Proton (Daerah B)
Isotop ini terletak di bawah pita kestabilan dan memiliki perbandingan n/p lebih
kecil daripada nilai n/p isotop stabil. Untuk mencapai kestabilan, isotop ini akan
mengubah proton menjadi neutron dengan memancarkan positron.
3. Isotop Kelebihan Proton dan Neutron (Daerah C)
Isotop dengan nomor atom lebih dari 83 (jumlah proton lebih dari 83) memiliki
kecenderungan bersifat radioaktif karena memiliki jumlah proton dan neutron yang
terlalu besar. Untuk mencapai kestabilan, unsur-unsur ini akan mengurangi jumlah
proton dan neutronnya dengan memancarkan sinar α.
Secara umum, reaksi yang dialami oleh unsur-unsur radioaktif yang melibatkan berbagai
partikel atau sinar radiasi disebut reaksi transmutasi. Peluruhan radioaktif merupakan
contoh reaksi transmutasi yang berlangsung secara alami. Beberapa unsur dapat
memancarkan sinar radioaktif melalui penembakan unsur tersebut dengan partikel atau
sinar radiasi. Selain peluruhan radioaktif, reaksi fisi dan fusi juga merupakan contoh reaksi
transmutasi. Reaksi fisi adalah reaksi di mana suatu unsur dengan inti atom yang besar
mengalami pembelahan membentuk inti-inti yang lebih kecil. Reaksi fusi adalah kebalikan
dari reaksi fisi, yaitu penyatuan dua inti kecil membentuk inti yang lebih besar. Reaksi fusi
terjadi di matahari ketika atom-atom hidrogen mengalami reaksi fusi yang membentuk
inti helium.
N = No ⋅ e −λt
dengan
N = jumlah inti isotop radioaktif yang masih ada setelah waktu t
N0 = jumlah inti isotop radioaktif pada t = 0
λ = konstanta laju peluruhan
t = waktu.
Waktu paruh (half-life) adalah waktu yang diperlukan oleh suatu unsur radioaktif untuk
meluruh hingga menyisakan setengah dari jumlahnya mula-mula. Waktu paruh suatu
3
unsur radioaktif tidak bergantung pada jumlah awal isotop radioaktif tersebut. Dari rumus
di atas, dapat diturunkan rumus berikut:
x
1
N = No
2
t
x=
t 0 ,5