Anda di halaman 1dari 15

I KONSEP DASAR PENYAKIT

1. DEFINISI

Ensefalitis adalah radang jaringan otak yang dapat disebabkan oleh bakteri, cacing, protozoa,
jamur, ricketsia atau virus (Arif Mansur : 2000).

Encephalitis adalah suatu peradangan dari otak. Ada banyak tipe-tipe dari encephalitis,
kebanyakan darinya disebabkan oleh infeksi-infeksi. Paling sering infeksi-infeksi ini disebabkan oleh
virus-virus. Encephalitis dapat juga disebabkan oleh penyakit-penyakit yang menyebabkan
peradangan dari otak.

Ensefalitis adalah infeksi yang mengenai CNS yang disebabkan oleh virus atau mikro organisme
lain yang non purulent.

Ensefalitis adalah peradangan akut otak yang disebabkan oleh infeksi virus. Terkadang
ensefalitis dapat disebabkan oleh infeksi bakteri, seperti meningitis, atau komplikasi dari penyakit
lain seperti rabies (disebabkan oleh virus) atau sifilis (disebabkan oleh bakteri). Penyakit parasit dan
protozoa seperti toksoplasmosis, malaria, atau primary amoebic meningoencephalitis juga dapat
menyebabkan ensefalitis pada orang yang sistem kekebalan tubuhnya kurang. Kerusakan otak
terjadi karena otak terdorong terhadap tengkorak dan menyebabkan kematian.

2. ETIOLOGI

Berbagai macam mikroorganisme dapat menimbulkan ensefalitis, misalnya bakteria, protozoa,


cacing, jamur, spirochaeta, dan virus. Bakteri penyebab ensefalitis adalah Staphylococcus aureus,
streptokok, E. Coli, M. Tuberculosa dan T. Pallidum. Encephalitis bakterial akut sering disebut
encephalitis supuratif akut (Mansjoer, 2000). Penyebab lain dari ensefalitis adalah keracunan arsenik
dan reaksi toksin dari thypoid fever, campak dan chicken pox/cacar air. Penyebab encephalitis yang
terpenting dan tersering ialah virus. Infeksi dapat terjadi karena virus langsung menyerang otak, atau
reaksi radang akut infeksi sistemik atau vaksinasi terdahulu.

Klasifikasi encephalitis berdasar jenis virus serta epidemiologinya ialah:

a. Infeksi virus yang bersifat endemik

1) Golongan enterovirus : Poliomyelitis, virus Coxsackie, virus ECHO.

2) Golongan virus Arbo : Western equine encephalitis, St. Louis encephalitis, Eastern equine
encephalitis, Japanese B encephalitis, Russian spring summer encephalitis, Murray valley
encephalitis.

b. Infeksi virus yang bersifat sporadik : Rabies, Herpes simpleks, Herpes zoster, Limfogranuloma,
Mumps, Lymphocytic choriomeningitis, dan jenis lain yang dianggap disebabkan oleh virus tetapi
belum jelas.

c. Encephalitis pasca-infeksi : pasca-morbili, pasca-varisela, pasca-rubela, pasca-vaksinia, pasca-


mononukleosis infeksius, dan jenis-jenis lain yang mengikuti infeksi traktus respiratorius yang tidak
spesifik. (Robin cit. Hassan, 1997).
3. Manifestasi Klinis

Adapun gejala-gejala yang mungkin timbul pada masalah ensefalitis adalah :

a. Panas badan meningkat.

b. Sakit kepala.

c. Muntah-muntah lethargi.

d. Kaku kuduk apabila infeksi mengenai meningen.

e. Gelisah kadang disertai perubahan tingkah laku.

f. Gangguan penglihatan, pendengaran, bicara dan kejang.

4. Klasifikasi

Ensefalitis diklasifikasikan menjadi :

a. Ensefalitis Supurativa

1) Patogenesis

Peradangan dapat menjalar ke jaringan otak dari otitis media, mastoiditis, sinusitis, atau dari
piema yang berasal dari radang, abses di dalam paru, bronkiektasi, empiema, osteomeylitis
cranium, fraktur terbuka, trauma yang menembus ke dalam otak dan tromboflebitis. Reaksi
dini jaringan otak terhadap kuman yang bersarang adalah edema, kongesti yang disusul
dengan pelunakan dan pembentukan abses. Disekeliling daerah yang meradang
berproliferasi jaringan ikat dan astrosit yang membentuk kapsula. Bila kapsula pecah
terbentuklah abses yang masuk ventrikel.

b. Manifestasi Klinis

Secara umum gejala yang timbul dapat berupa trias ensefalitis seperti :

1) Demam.

2) Kejang.

3) Kesadaran menurun.

4) Bila ensefalitis berkembang menjadi abses serebri akan timbul gejala-gejala infeksi umum, tanda-
tanda meningkatnya tekanan intrakranial yaitu nyeri kepala yang kronik dan progresif, muntah,
penglihatan kabur, kejang, dan kesadaran menurun.

5) Pada pemeriksaan mungkin terdapat edema papil.


6) Tanda-tanda defisit neurologis tergantung pada lokasi dan luas abses.

c. Terapi pada ensefalitis supurativa adalah dengan pemberian:

1) Ampisillin 4 x 3-4 g per oral selama 10 hari.

2) Cloramphenicol 4 x 1g/24 jam intra vena selama 10 hari.

b. Ensefalitis Siphylis

1. Patogenesis

Disebabkan oleh Treponema pallidum. Infeksi terjadi melalui permukaan tubuh umumnya
sewaktu kontak seksual. Setelah penetrasi melalui epithelium yang terluka, kuman tiba di sistem
limfatik, melalui kelenjar limfe kuman diserap darah sehingga terjadi spiroketemia. Hal ini
berlangsung beberapa waktu hingga menginvasi susunan saraf pusat. Treponema pallidum akan
tersebar diseluruh korteks serebri dan bagian-bagian lain susunan saraf pusat.

2. manifestasi klinis

Adapun gejala ensefalitis sifilis terdiri dari dua bagian yaitu :

1) Gejala-gejala neurologis

a) Kejang-kejang yang datang dalam serangan-serangan.

b) Afasia.

c) Apraksia.

d) Hemianopsia.

e) Penurunan kesadaran

f) Pupil Agryll- Robertson.

g) Nervus opticus dapat mengalami atrofi.

h) Pada stadium akhir timbul gangguanan-gangguan motorik yang bersifat progresif.

2) Gejala-gejala mental

a) Timbulnya proses dimensia yang progresif.

b) Intelgensia yang mundur perlahan-lahan yang mula-mula tampak pada kurang efektifnya kerja.

c) Daya konsentrasi mundur.

d) Daya ingat berkurang.


e) Daya pengkajian terganggu.

3. Terapi pada ensefalitis siphylis

1) Penisillin G 12-24 juta unit/hari dibagi 6 dosis selama 14 hari.

2) Penisillin prokain G 2,4 juta unit/hari intra muskular + probenesid 4x500mg oral 14 hari.

3) Bila alergi pada penisilin, maka bisa diberikan :

a) Tetrasiklin 4 x 500 mg per oral selama 30 hari.

b) Eritromisin 4 x 500 mg per oral selama 30 hari.

c) Cloramfenicol 4 x 1 g intra vena selama 6 minggu.

d) Seftriaxon 2 g intra vena/intra muscular selama 14 hari.

c. Ensefalitis Virus

Adapun virus yang dapat menyebabkan radang otak pada manusia adalah sebagai berikut :

a. Virus RNA

1) Paramikso virus : virus parotitis, irus morbili.

2) Rabdovirus : virus rabies.

3) Togavirus : virus rubella flavivirus (virus ensefalitis Jepang B, virus dengue).

4) Picornavirus : enterovirus (virus polio, coxsackie A, B, echovirus).

5) Arenavirus: virus koriomeningitis limfositoria.

b. Virus DNA

1) Herpes virus : herpes zoster-varisella, herpes simpleks, sitomegalivirus, virus Epstein-barr Poxvirus :
variola, vaksinia.

2) Retrovirus: AIDS.

c. Manifestai Klinis

1) Demam.

2) Nyeri kepala

3) Vertigo.
4) Nyeri badan.

5) Nausea.

6) Kesadaran menurun.

7) Kejang-kejang.

8) Kaku kuduk.

9) Hemiparesis dan paralysis bulbaris.

d. Terapi pada ensefalitis karena virus

1) Pengobatan simtomatis

a) Analgetik dan antipiretik : Asam mefenamat 4 x 500 mg.

b) Anticonvulsi : Phenitoin 50 mg/ml intravena 2 x sehari.

2) Pengobatan antivirus diberikan pada ensefalitis virus dengan penyebab herpes zoster-varicella.

3) Asiclovir 10 mg/kgBB intra vena 3 x sehari selama 10 hari atau 200 mg peroral tiap 4 jam selama 10
hari.

d. Ensefalitis Karena Parasit

1. Malaria Serebral

Plasmodium falsifarum penyebab terjadinya malaria serebral. Gangguan utama terdapat


didalam pembuluh darah mengenai parasit. Sel darah merah yang terinfeksi plasmodium falsifarum
akan melekat satu sama lainnya sehingga menimbulkan penyumbatan-penyumbatan. Hemorrhagic
petechia dan nekrosis fokal yang tersebar secara difus ditemukan pada selaput otak dan jaringan
otak.

Gejala-gejala yang timbul adalah demam tinggi, kesadaran menurun hingga koma. Kelainan
neurologik tergantung pada lokasi kerusakan-kerusakan yang terjadi.

b. Toxoplasmosis

Toxoplasma gondii pada orang dewasa biasanya tidak menimbulkan gejala-gejala kecuali
dalam keadaan dengan daya imunitas menurun. Didalam tubuh manusia parasit ini dapat bertahan
dalam bentuk kista terutama di otot dan jaringan otak.

c. Amebiasis

Amuba genus Naegleria dapat masuk ke tubuh melalui hidung ketika berenang di air yang
terinfeksi dan kemudian menimbulkan meningoencefalitis akut.
Gejala-gejalanya adalah demam akut, nausea, muntah, nyeri kepala, kaku kuduk dan
kesadaran menurun.

d. Sistiserkosis

Cysticercus cellulosae ialah stadium larva taenia. Larva menembus mukosa dan masuk
kedalam pembuluh darah, menyebar ke seluruh badan. Larva dapat tumbuh menjadi sistiserkus,
berbentuk kista di dalam ventrikel dan parenkim otak. Bentuk rasemosanya tumbuh didalam
meninges atau tersebar didalam sisterna. Jaringan akan bereaksi dan membentuk kapsula
disekitarnya. Gejala-gejala neurologik yang timbul tergantung pada lokasi kerusakan yang terjadi.

e. Terapi pada ensefalitis karena parasit

1) Malaria serebral : Kinin 10 mg/KgBB dalam infuse selama 4 jam, setiap 8 jam hingga tampak
perbaikan.

2) Toxoplasmosi

a) Sulfadiasin 100 mg/KgBB per oral selama 1 bulan.

b) Pirimetasin 1 mg/KgBB per oral selama 1 bulan.

c) Spiramisin 3 x 500 mg/hari.

3) Amebiasis : Rifampicin 8 mg/KgBB/hari.

e. Ensefalitis Karena Fungus

Fungus yang dapat menyebabkan radang antara lain : candida albicans, Cryptococcus
neoformans, Coccidiodis, Aspergillus, Fumagatus dan Mucor mycosis. Gambaran yang ditimbulkan
infeksi fungus pada sistem saraf pusat ialah meningo-ensefalitis purulenta. Faktor yang
memudahkan timbulnya infeksi adalah daya imunitas yang menurun.

a. Terapi pada ensefalitis karena fungus

1) Amfoterisin 0,1- 0,25 g/KgBB/hari intravena 2 hari sekali minimal 6 minggu.

2) Mikonazol 30 mg/KgBB intra vena selama 6 minggu.

F. Riketsiosis Serebri

Riketsia dapat masuk ke dalam tubuh melalui gigitan kutu dan dapat menyebabkan
Ensefalitis. Di dalam dinding pembuluh darah timbul noduli yang terdiri atas sebukan sel-sel
mononuclear, yang terdapat pula disekitar pembuluh darah di dalam jaringan otak. Didalam
pembuluh darah yang terkena akan terjadi trombosis.

Gejala-gejalanya ialah nyeri kepala, demam, sukar tidur, kemudian mungkin kesadaran dapat
menurun. Gejala-gejala neurologik menunjukan lesi yang tersebar.
a. Terapi pada riketsiosis serebri

1) Cloramphenicol 4 x 1 g intra vena selama 10 hari.

2) Tetrasiklin 4x 500 mg per oral selama 10 hari.

5. PATWAY

Virus / Bakteri

Mengenai CNS

Ensefalitis

TIK

Kejaringan Susunan Saraf Pusat

Panas/sakit kepala

Disfungsi hipotalamus

Hipertermi

Kerusakan Susunan Saraf Pusat

- Gangguan penglihatan

- Kejang spastik

- Gangguan bicara

- Gangguan pendengaran

- Kelemahan gerak

Resiko cedera

Gangguan rasa nyaman

Inflamatorykepala

Hipertemi

Hipermetabolik

Gangguan sensorik dan motorik


6. PENATALAKSANAAN

Penatalaksanaan yang dilakukan pada ensefalitis antara lain :

a. Isolasi : isolasi bertujuan mengurangi stimuli/rangsangan dari luar dan sebagai tindakan pencegahan.

b. Terapi antimikroba, sesuai hasil kultur. Obat yang mungkin dianjurkan oleh dokter :

1) Ampicillin : 200 mg/kgBB/24 jam, dibagi 4 dosis.

2) Kemicetin : 100 mg/kgBB/24 jam, dibagi 4 dosis.

3) Bila encephalitis disebabkan oleh virus (HSV), agen antiviral acyclovir secara signifikan dapat
menurunkan mortalitas dan morbiditas HSV encephalitis. Acyclovir diberikan secara intravena
dengan dosis 30 mg/kgBB per hari dan dilanjutkan selama 10-14 hari untuk mencegah kekambuhan
(Victor, 2001).

4) Untuk kemungkinan infeksi sekunder diberikan antibiotika secara polifragmasi.

c. Mengurangi meningkatnya tekanan intrakranial : manajemen edema otak

1) Mempertahankan hidrasi, monitor balans cairan : jenis dan jumlah cairan yang diberikan tergantung
keadaan anak.

2) Glukosa 20%, 10 ml intravena beberapa kali sehari disuntikkan dalam pipa giving set untuk
menghilangkan edema otak.

3) Kortikosteroid intramuscular atau intravena dapat juga digunakan untuk menghilangkan edema
otak.

d. Mengontrol kejang : Obat antikonvulsif diberikan segera untuk memberantas kejang. Obat yang
diberikan ialah valium dan atau luminal.

1) Valium dapat diberikan dengan dosis 0,3-0,5 mg/kgBB/kali.

2) Bila 15 menit belum teratasi/kejang lagi bia diulang dengan dosis yang sama.

3) Jika sudah diberikan 2 kali dan 15 menit lagi masih kejang, berikan valium drip dengan dosis 5
mg/kgBB/24 jam.

e. Mempertahankan ventilasi : Bebaskan jalan nafas, berikan O2 sesuai kebutuhan (2-3l/menit).

f. Penatalaksanaan shock septik.

g. Mengontrol perubahan suhu lingkungan.

h. Untuk mengatasi hiperpireksia, diberikan kompres pada permukaan tubuh yang mempunyai
pembuluh besar, misalnya pada kiri dan kanan leher, ketiak, selangkangan, daerah proksimal betis
dan di atas kepala. Sebagai hibernasi dapat diberikan largaktil 2 mg/kgBB/hari dan phenergan 4
mg/kgBB/hari secara intravena atau intramuscular dibagi dalam 3 kali pemberian. Dapat juga
diberikan antipiretikum seperti asetosal atau parasetamol bila keadaan telah memungkinkan
pemberian obat per oral (Hassan, 1997).

7. PEMERIKSAAN PENUNJANG

a. Biakan :

1) Dari darah : viremia berlangsung hanya sebentar saja sehingga sukar untuk mendapatkan hasil yang
positif.

2) Dari likuor serebrospinalis atau jaringan otak (hasil nekropsi), akan didapat gambaran jenis kuman
dan sensitivitas terhadap antibiotika.

3) Dari feses, untuk jenis enterovirus sering didapat hasil yang positif .

4) Dari swap hidung dan tenggorokan, akan didapat hasil kultur positif.

b. Pemeriksaan serologis : uji fiksasi komplemen, uji inhibisi hemaglutinasi dan uji neutralisasi. Pada
pemeriksaan serologis dapat diketahui reaksi antibodi tubuh, IgM dapat dijumpai pada awal gejala
penyakit timbul.

c. Pemeriksaan darah : terjadi peningkatan angka leukosit.

d. Punksi lumbal Likuor serebospinalis sering dalam batas normal, kadang-kadang ditemukan sedikit
peningkatan jumlah sel, kadar protein atau glukosa.

e. EEG/ Electroencephalography EEG sering menunjukkan aktifitas listrik yang merendah sesuai
dengan kesadaran yang menurun. Adanya kejang, koma, tumor, infeksi sistem saraf, bekuan darah,
abses, jaringan parut otak, dapat menyebabkan aktivitas listrik berbeda dari pola normal irama dan
kecepatan. (Smeltzer, 2002).

f. CT scan Pemeriksaan CT scan otak seringkali didapat hasil normal, tetapi bisa pula didapat hasil
edema diffuse, dan pada kasus khusus seperti Ensefalitis herpes simplex, ada kerusakan selektif pada
lobus inferomedial temporal dan lobus frontal (Victor, 2001).
II. KONSEPASUHAN KEPERAWATAN ENSEFALITIS

1 Pengkajian

a. Identitas : Ensefalitis dapat terjadi pada semua kelompok umur.

b. Keluhan Utama, berupa panas badan meningkat, kejang, dan kesadaran menurun.

c. Riwayat Penyakit Sekarang : Mula-mula anak rewel, gelisah, muntah-muntah, panas badan
meningkat kurang lebih 1-4 hari, sakit kepala.

d. Riwayat Penyakit Dahulu : Klien sebelumnya menderita batuk, pilek kurang lebih 1-4 hari, pernah
menderita penyakit Herpes, penyakit infeksi pada hidung, telinga dan tenggorokan.

e. Riwayat Penyakit Keluarga : Keluarga ada yang menderita penyakit yang disebabkan oleh virus
contoh : Herpes dan lain-lain. Bakteri contoh : Staphylococcus Aureus,Streptococcus, E, Coli, dan
lain-lain.

f. Imunisasi : Kapan terakhir diberi imunisasi DTP, karena ensefalitis dapat terjadi pada post
imunisasi pertusis.

2. Pola-pola Fungsi Kesehatan

1. Pola persepsi dan tata laksana hidup sehat.

a) Kebiasaan : sumber air yang dipergunakan dari PAM atau sumur, kebiasaan buang air besar di
WC, lingkungan penduduk yang berdesaan (daerah kumuh).

b) Status Ekonomi: Biasanya menyerang klien dengan status ekonomi rendah.

2. Pola nutrisi dan metabolisme

a) Menyepelekan anak yang sakit, tanpa pengobatan yang semestinya.

b) Biasanya klien dengan gizi kurang asupan makanan dan cairan dalam jumlah kurang dari
kebutuhan tubuh.

c) Pada klien dengan Ensefalitis biasanya ditandai dengan adanya mual, muntah, kepala pusing,
dan kelelahan.

3. Status Gizi yang berhubungan dengan keadaan tubuh. Postur tubuh biasanya kurus, rambut
merah karena kekurangan vitamin A, berat badan kurang dari normal.3 Pola eliminasi

a) Kebiasaan Defekasi sehari-hari. Biasanya pada klien Ensefalitis karena klien tidak dapat
melakukan mobilisasi maka dapat terjadi obstivasi.

b) Kebiasaan BAK sehari-hari. Biasanya pada klien Ensefalitis kebiasaan miksi normal frekuensi
normal.
c) Jika terjadi gangguan kebutuhan cairan maka produksi urine akan menurun, konsentrasi urine
pekat.

4. Pola tidur dan istirahat. Biasanya pola tidur dan istirahat pada klien Ensefalitis biasanya tidak dapat
dikaji karena klien sering mengalami apatis sampai koma.

5. Pola Aktivitas

a) Aktivitas sehari-hari : klien biasanya terjadi gangguan karena klien Ensefalitis mengalami
kelemahan penurunan kesadaran.

b) Kebutuhan gerak dan latihan : bila terjadi kelemahan maka latihan gerak dilakukan latihan
positif.

c) Upaya pergerakan sendi : bila terjadi atropi otot pada klien gizi buruk maka dilakukan latihan
pasif sesuai ROM.

d) Kekuatan otot berkurang karena klien Ensefalitis dengan gizi buruk .

e) Kesulitan yang dihadapi bila terjadi komplikasi ke jantung ,ginjal ,mudah terkena infeksi, anemia
berat, aktifitas fagosit turun, Hb turun, punurunan kadar albumin serum, gangguan pertumbuhan.

6. Pola hubungan dengan peran. Interaksi dengan keluarga atau orang lain biasanya pada klien dengan
Ensefalitis kurang karena kesadaran klien menurun mulai dari apatis sampai koma.

7. Pola persepsi dan pola diri. Pada klien Ensenfalitis umur > 4, pada persepsi dan konsep diri yang
meliputi Body Image, self Esteem, identitas deffusion deper sonalisasi belum bisa menunjukkan
perubahan.

8. Pola sensori dan kuanitif. Daya penciuman, rasa, raba, penglihatan, pendengaran tidak dapat
dievaluasi.

9. Pola reproduksi seksual. Bila anak laki-laki apakah testis sudah turun, fimosis ada/tidak.

10. Pola penanggulangan stres. Pada klien Ensefalitis karena terjadi gangguan kesadaran :

a) Stress fisiologi ( anak hanya dapat mengeluarkan air mata saja , tidak bisa menangis dengan
keras (rewel) karena terjadi afasia.

b) Stress Psikologi tidak di evaluasi.

11. Pola tata nilai dan kepercayaan. Anak umur 18 bulan belum bisa dikaji.

3. Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan adalah suatu penyatuan dari masalah pasien yang nyata maupun
potensial berdasarkan data yang telah dikumpulkan (Boedihartono, 1994). Diagnosa keperawatan
yang mungkin muncul pada masalah ensefalitis adalah :
a. Nyeri akut b/d agen pencedera fisiologis inflamasi

b. Hipertemi b/d proses penyakit infeksi

c. Gangguan sensorik motorik (penglihatan, pendengaran, gaya bicara) b/d kerusakan susunan saraf
pusat.

d. Resiko terjadi kontraktur b/d spastik berulang.

4. Intervensi Keperawatan

Intervensi adalah penyusunan rencana tindakan keperawatan yang akan dilaksanakan untuk
menanggulangi masalah sesuai dengan diagnosa keperawatan (Boedihartono, 1994). Intervensi
keperawatan pasien dengan masalah ensefalitis adalah :

a. nyeri akut

Tujuan : Nyeri teratasi.

Kriteria hasil :

1) Melaporkan nyeri hilang atau terkontrol.

2) Menunjukkan postur rileks dan mampu tidur/istirahat dengan tepat.

INTERVENSI RASIONAL

Mandiri :

Berikan tindakan nyaman. Tindakan non analgetik dapat


menghilangkan ketidaknyamanan
dan memeperbesar efek terapi
analgetik.

Berikan lingkungan yang Menurunkan reaksi terhadap


tenang, ruangan agak gelap stimulasi dari luar atau sensitivitas
sesuai indikasi. terhadap cahaya dan meningkatkan
istirahat/relaksasi.
Kaji intensitas nyeri. Untuk menentukan tindakan yang
akan dilakukan kemudian.

Tingkatkan tirah baring, bantu Menurunkan gerakan yang dapat


kebutuhan perawatan diri meningkatkan nyeri.
pasien.

Berikan latihan rentang gerak Dapat membantu merelaksasikan


aktif/pasif secara tepat dan ketegangan otot yang meningkatkan
masase otot daerah leher/bahu. reduksi nyeri atau rasa tidak nyaman
tersebut.

Kolaborasi :

Berikanan algesik sesuai Obat ini dapat digunakan untuk


indikasi. meningkatkan kenyamanan
/istirahat umum.

b. Hipertermi b/d reaksi inflamasi.

Tujuan : Suhu tubuh normal.

Kriteria hasil : Mendemonstrasikan suhu dalam batas normal, bebas dari kedinginan.

INTERVENSI RASIONAL

Mandiri : 1

Pantau suhu pasien, perhatikan Suhu 38,9-41,1 C menunjukkan


menggigil/ diaforesis. proses penyakit infeksius akut.

Pantau suhu lingkungan, batasi Suhu ruangan/jumlah selimut harus


/ tambahkan linen tempat tidur diubah untuk mempertahankan suhu
sesuai indikasi. mendekati normal.

Berikan kompres mandi hangat, Dapat membantu mengurangi


hindari penggunaan alkohol. demam.

Kolaborasi :

Berikan antipiretik sesuai Digunakan untuk mengurangi


indikasi. demam dengan aksi sentralnya pada
hipotalamus.

c. Gangguan sensorik motorik (penglihatan, pendengaran, gaya bicara) b/d kerusakan susunan saraf
pusat.
Tujuan : Memulai/mempertahankan tingkat kesadaran dan fungsi perseptual.

Kriteria hasil : Mengakui perubahan dalam kemampuan dan adanya keterlibatan residual.

Mendemonstrasikan perilaku untuk mengkompensasi terhadap hasil.

INTERVENSI RASIONAL

Mandiri : Kesadaran akan tipe/daerah yang


terkena membantu. dalam
Lihat kembali proses patologis mengkaji/ mengantisipasi defisit
kondisi individual. spesifik dan keperawatan

Munculnya gangguan penglihatan


Evaluasi adanya gangguan dapat berdampak negatif terhadap
penglihatan kemampuan pasien untuk
menerima lingkungan.

Menurunkan/ membatasi jumlah


Ciptakan lingkungan yang
stimuli yang mungkin dapat
sederhana, pindahkan perabot yang
menimbulkan kebingungan bagi
membahayakan.
pasien.

d. Resiko terjadi kontraktur b/d spastik berulang.

Tujuan : Tidak terjadi kontraktur.

Ktiteria hasil : Tidak terjadi kekakuan sendi.

Dapat menggerakkan anggota tubuh.

INTERVENSI RASIONAL

Mandiri: Berikan penjelasan


Dengan diberi penjelasan diharapkan
pada keluarga klien tentang penyebab
keluarga mengerti dan mau membantu
terjadinya spastik dan terjadi kekacauan
program perawatan.
sendi.

Lakukan latihan pasif mulai ujung ruas jari Melatih melemaskan otot-otot,
secara bertahap. mencegah kontraktor.

Dengan melakukan perubahan posisi


Lakukan perubahan posisi setiap 2 jam. diharapkan perfusi ke Jaringan lancar,
meningkatkan daya pertahanan tubuh.

Kolaborasi untuk pemberian pengobatan Diberi dilantin / valium , kejang / spastik


spastik dilantin / valium sesuai Indikasi. hilang.
DAFTAR PUSTAKA
Standar diagnostik keperawatan indonesia edisi I
Corwin, E. (2001). Buku Saku Patofisiologi. Jakarta: EGC
Setiadi. (2007). Anatomi Fisiologi Manusia.Yogyakarta: Graha Ilmu
Nursalam, et al.(2007). Asuhan Keperawatan Bayi dan Anak .Jakarta: EGC.
Wong, D.(2004).Pedoman Klinis Keperawatan Pediatrik Edisi 4.Jakarta:EGC
http://askepyoelisyam.blogspot.com/2013/01/laporan-pendahuluan-ensefalitis.html
http://askep-askep-motivasi.blogspot.com/2010/06/askep-encephalitis.html

Anda mungkin juga menyukai