ABSTRAK
Tujuan penelitian ini untuk untuk mengetahui bagaimana angka kecukupan gizi
rumah tangga yang terdiri dari penilaian Angka kecukupan Energi (AKE), Angka
Kecukupan Protein (AKP) dan Angka Kecukupan Lemak (AKL); dan untuk
menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi angka kecukupan gizi di
Kecamatan Medan Deli.
Metode analisis penelitian ini yaitu metode analisis deskriptif-kuantitatif dan
metode regresi linear berganda dengan alat bantu spss 16.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa bahwa Angka Kecukupan Gizi terhadap
Energi (AKE), Angka Kecukupan Gizi terhadap Protein (AKP) dan Angka
Kecukupan Gizi terhadap Lemak (AKL) tergolong kedalam klasifikasi defisit
tingkat berat (<70%); Faktor pendidikan ibu rumah tangga dan faktor pendapatan
keluarga berpengaruh nyata terhadap angka kecukupan gizi di daerah penelitian
sedangkan faktor jumlah anggota keluarga tidak berpengaruh nyata secara parsial
terhadap angka kecukupan gizi di daerah penelitian.
ABSTRACT
The objective of the research was to determine how the nutritional adequacy rate
which is consist of nutritional adequacy rate to energy, nutritional adequacy rate
to protein, and nutritional adequacy rate to fat and to analyze the factors affect on
the nutritional adequacy rate in kecamatan of Medan Deli.
Data analysis technique used in this research is a descriptive-quantitative method
and Multiple linear regression analysis method by SPSS 16 software program. The
research results showed that the nutritional adequacy rate to energy, nutritional
adequacy rate to protein, and nutritional adequacy rate to fat belong as the deficit
levels of weight (<70%;. The factors of education level of housewife and family
income had a very significant affect on the nutritional adequacy rate in the study
area where as the factor of number of family members did not have any significant
affect on the nutritional adequacy rate in the study area.
Latar Belakang
Gizi merupakan pondasi yang sangat penting dalam kehidupan dan memberikan
kontribusi terhadap pembangunan suatu bangsa. Keberhasilan pembangunan
sebuah bangsa ditentukan oleh ketersediaan sumberdaya manusia (SDM) yang
berkualitas, yaitu yang memiliki fisik yang tangguh, mental yang kuat, kesehatan
yang prima dan pikiran yang cerdas (Berg, 1986).
Kecukupan gizi masyarakat dipengaruhi oleh banyak faktor dan saling berkaitan
satu dengan yang lainnya. Pada tingkat rumah tangga, dipengaruhi oleh
kemampuan suatu rumah tangga untuk menyediakan makanan yang cukup baik dari
segi kuantitas maupun kualitasnya, pola asuh anak, pengetahuan gizi dan faktor
sosial budaya. Hal ini menunjukkan adanya hubungan erat antara konsumsi pangan
dengan status gizi dan kesehatan masyarakat. Konsumsi, jumlah, dan jenis pangan
dipengaruhi oleh sejumlah faktor. Faktor-Faktor yang sangat mempengaruhi
konsumsi pangan adalah jenis, jumlah produksi dan ketersediaan pangan.
Tujuan Penelitian
Adapun Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
(1) Untuk mengetahui Angka Kecukupan Gizi (AKG) rumah tangga di Kecamatan
Medan Deli.
(2) Untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi Angka Kecukupan Gizi
(AKG) rumah tangga di Kecamatan Medan Deli.
TINJAUAN PUSTAKA
Tinjauan Pustaka
Angka Kecukupan Gizi (AKG) yang dianjurkan yaitu suatu kecukupan rata-rata zat
gizi yang dikonsumsi setiap hari oleh seseorang menurut golongan umur, jenis
kelamin, ukuran tubuh dan aktivitas untuk mencapai derajat kesehatan yang
optimal. Dalam menghitung kecukupan gizi yang dianjurkan umumnya sudah
diperhitungkan faktor keberagaman terhadap kebutuhan individu sehingga AKG
merupakan nilai rata-rata yang dicapai penduduk dengan indikator yang sudah
ditetapkan sebelumnya (Badan Ketahanan Pangan, 2016).
Menurut Widya Karya Nasional Pangan dan Gizi (2012), Kerawanan atau
kecukupan pangan gizi dapat diukur dari persentase Angka Kecukupan Gizi yang
terdiri dari: (1) Persentase Angka Kecukupan Gizi terhadap Energi (AKE),
merupakan pembagian dari AKE aktual dibagi dengan AKE normatif dikali 100,
(2) Persentase Angka Kecukupan Gizi terhadap Protein (AKP), merupakan
pembagian dari AKP aktual dibagi AKP normatif dikali 100. Dikatakan rawan gizi
apabila persentase AKE dan AKP kurang dari 70 %, (3) Persentase Angka
Kecukupan Gizi terhadap lemak (AKL), angka lemak aktual dihitung 15 % dari
energi yang diserap oleh responden, kemudian AKL aktual dibagi dengan AKL
normatif dikali 100. Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi VIII (WNPG) tahun
2012 menganjurkan konsumsi energi dan protein penduduk Indonesia masing-
masing adalah 2.150 kkal/kap/hari dan 57 gram/kap/hari.
Landasan Teori
Menurut Suhardjo (1989), faktor – faktor yang mempengaruhi konsumsi pangan
sehari hari sebagian besar masyarakat adalah persediaan pangan, tingkat
pendapatan, pengetahuan gizi, dan jumlah anggota keluarga. Kecukupan Gizi
setiap rumah tangga berbeda-beda. Perbedaan ini dipengaruhi oleh beberapa faktor-
faktor antara lain :
Teori Pendidikan
Konsep UNICEF dalam Banjarnahor (2015) menyatakan bahwa semakin tinggi
tingkat pendidikan maka semakin terbuka untuk menerima pengetahuan dari
berbagai sumber, termasuk masalah gizi serta pemilihan terhadap jenis makanan di
rumah tangga sehingga diharapkan tingkat asupan makanan anggota keluarga akan
tercukupi dan status gizinya dapat meningkat.
Teori Pendapatan
Kurva Engel adalah kurva yang menunjukkan hubungan antara pendapatan dan
kuantitas yang diminta. Hukum engel, berbunyi: “semakin besar pendapatan,
semakin kecil bagian pendapatan yang digunakan untuk konsumsi kebutuhan
pokok, dan semakin kecil pendapatan semakin besar pula bagian pendapatan yang
digunakan untuk konsumsi barang mewah”.
Kerangka Pemikiran
Angka Kecukupan Gizi yaitu suatu kecukupan rata-rata zat gizi setiap hari. Angka
kecukupan gizi merupakan indikator ketahanan pangan di tingkat rumah tangga
yang dapat diukur melalui kecukupan energi, protein dan lemak. Di Kecamatan
Medan Deli, yang merupakan salah satu kecamatan di Kota Medan meliputi kajian
analisis pengaruh pendapatan keluarga, pendidikan Ibu rumah tangga, jumlah
anggota keluarga dimana masing masing faktor tersebut berpengaruh terhadap
Angka Kecukupan Gizi masyarakat. Dengan analisis kecukupan gizi akan diperoleh
angka kecukupan energi, protein dan lemak yang dibutuhkan oleh masyarakat.
METODE PENELITIAN
𝐁𝐏𝐉 𝐁𝐝𝐝𝐣
𝐆𝐢𝐣 = × × 𝐊𝐆𝐢𝐣
𝟏𝟎𝟎 𝟏𝟎𝟎
Keterangan :
KGij : kandungan zat gizi tertentu (i) dari pangan j atau makanan yang dikonsumsi
sesuai dengan satuannya.
BPj : Berat makanan atau pangan j yang dikonsumsi (gr)
Bddj : Bagian yang dapat dimakan (%)
Gij : zat gizi yang dikonsumsi dari pangan atau makanan j
Hasilnya dibandingkan dengan DAKG (Daftar Kecukupan Gizi yang
Dianjurkan), Selanjutnya pencapaian Angka Kecukupan Gizi, dinilai dalam bentuk
persentase (%) kata gori dengan meggunakan rumus :
𝑲
AKG = x100%
𝑲𝑪
Dimana:
AKG = Angka kecukupan gizi
K = Konsumsi
KC = Konsumsi yang dianjurkan (AKG 2012)
Tingkat kecukupan energi protein, dan lemak dinyatakan dalam persen. Klasifikasi
tingkat kecukupan energi dan zat gizi menurut Kemenkes (2015) disajikan pada
Tabel 1.
Tabel 1. Klasifikasi Tingkat Kecukupan Energi dan Zat Gizi
Energi dan Zat Gizi Klasifikasi Tingkat Kecukupan
Energi dan protein a. Defisit tingkat berat (<70% angka
kebutuhan)
b. Defisit tingkat sedang (70-79% angka
kebutuhan)
c. Defisit tingkat ringan (80-89% angka
kebutuhan)
d. Normal (90-119% angka kebutuhan)
e. Di atas angka kebutuhan (≥120% angka
kebutuhan)
Sumber : Widya Karya Pangan Nasional, 2012
Dimana:
b. Heteroskedastisitas
Dasar pengambilan keputusannya adalah dengan melihat grafik scatterplot, jika
titik-titik atau poin-poin yang ada membentuk suatu pola tertentu yang teratur maka
terjadi heteroskedastisitas. Jika tidak ada terbentuk pola yang jelas, serta titik-titik
menyebar dibawah dan diatas angka 0 pada sumbu Y maka tidak terjadi
heterokedastisitas.
c. Uji Multikolinieritas
Kriteria nilai uji yang digunakan yakni:
1. Jika nilai VIF < 10, maka model tidak mengalami multikolinieritas
2. Jika nilai tolerance > 0, 10, maka model mengalami multikolinieritas
Uji Hipotesis
1. Uji Serempak (Uji F)
Uji F adalah uji secara serempak (simultan) signifikansi pengaruh
perubahan variabel independen terhadap variabel dependen. Kriteria pengujian:
Jika sig. F ≤ 0,05 maka H0 ditolak dan H1 diterima.
Jika sig. F > 0,05 maka H0 diterima dan H1 ditolak.
2. Uji Parsial (Uji t)
Uji parsial (t test) bertujuan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh
masing-masing variable independen terhadap variabel dependen.
Kriteria Pengujian:
Jika sig. t ≤ 0,05 maka H0 ditolak dan H1 diterima.
Jika sig. t > 0,05 maka H0 diterima dan H1 ditolak.
Dari model dihasilkan nilai koefisien determinasi sebesar 0916. Hal ini
menunjukkan bahwa 91,6 % variasi variabel terikat (Angka kecukupan gizi) dapat
dijelaskan oleh variabel bebas (Pendidikan Ibu rumah tangga, pendapatan keluarga
dan jumlah anggota keluarga). Sedangkan sisanya 8,4 % dipengaruhi oleh variabel
bebas lain yang belum dimasukkan ke dalam model. Secara serempak pengaruh
variabel pendidikan Ibu rumah tangga dan pendapatan rumah tangga, dan jumlah
anggota keluarga nyata pada taraf 95%. Hal ini dapat dilihat dari hasil analisis,
diperoleh nilai nilai F hitung sebesar 348,033 > F tabel sebesar 2,70 dan signifikasi
F adalah sebesar 0.000 < 0,05.
Dari hasil analisis regresi dapat dilihat juga bahwa secara parsial pendidikan Ibu
rumah tangga, pendapatan keluarga dan jumlah anggota keluarga dijelaskan sebagai
berikut:
1. Koefisien regresi X1 (Pendidikan Ibu Rumah Tangga) bernilai 1,085, artinya
setiap kenaikan pendidikan sebanyak 1 tahun, maka angka kecukupan gizi akan
meningkat sebesar 1,085 %, dengan asumsi variabel lain kosntan. Tanda positif
pada pendidikan Ibu Rumah Tangga menunjukkan pengaruh positif pada angka
kecukupan gizi, yang artinya apabila tingkat pendidikan Ibu Rumah Tangga
meningkat maka angka kecukupan gizi juga akan meningkat. Berdasarkan nilai
signifikansi 0,000 < α 5% yang berarti terima H1 artinya tingkat pendidikan Ibu
Rumah Tangga berpengaruh nyata secara parsial terhadap angka kecukupan
gizi. Hal ini sesuai dengan Konsep UNICEF dalam Banjarnahor (2015) juga
menyatakan bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan maka semakin terbuka
untuk menerima pengetahuan dari berbagai sumber, termasuk masalah gizi
serta pemilihan terhadap jenis makanan di rumah tangga sehingga diharapkan
tingkat asupan makanan anggota keluarga akan tercukupi dan status gizinya
dapat meningkat. Hal ini dikarenakan dengan pendidikan yang tinggi, maka
masyarakat di daerah penelitian memiliki pola pikir bagaimana konsumsi
pangan yang akan di konsumsinya memiliki manfaat dari segi kesehatan
tubuhnya terhadap makanan yang akan dikonsumsinya tersebut.
Kesimpulan
1. Angka kecukupan Gizi Terhadap Energi (AKE), Angka Kecukupan Gizi
Terhadap Protein (AKP) dan Angka Kecukupan Gizi Terhadap Lemak (AKL)
di Kecamatan Medan Deli tergolong ke dalam defisit tingkat berat ( <70%).
2. Faktor pendidikan Ibu rumah tangga dan pendapatan keluarga berpengaruh
nyata terhadap angka kecukupan gizi di daerah penelitian, sedangkan faktor
jumlah anggota keluarga tidak berpengaruh nyata terhadap angka kecukupan
gizi di daerah penelitian.
Saran
1. Kepada masyarakat sekitar disarankan agar dapat meningkatkan kesadaran
akan pentingnya pola pangan yang beragam dan bergizi seimbang.
2. Kepada pemerintah disarankan agar dapat melakukan upaya perbaikam
konsumsi pangan antara lain dengan meningkatkan pendapatan dan daya beli
masyarakat yang diikuti dengan perbaikan pengetahuan gizi dengan
mensosialisasikan pentingnya masyarakat untuk dapat mengkonsumsi
makanan yang bergizi.
3. Kepada peneliti selanjutnya disarankan untuk manganalisis faktor – faktor
yang mempengaruhi pola konsumsi di daerah penelitian tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
Widya Karya Nasional Pangan dan Gizi. 2012. Penyempurnaan Kecukupan Gizi
untuk Indonesia. Jakarta: WNPG-X.