PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Permukiman adalah bagian dari lingkungan hidup diluar kawasan lindung, baik
yang berupa kawasan perkotaan maupun perdesaan yang berfungsi sebagai lingkungan
tempat tinggal atau lingkungan hunian dan tempat kegiatan yang mendukung
perikehidupan dan penghidupan. Permukiman mengandung unsur isi dan unsur wadah.
Unsur isi terdiri dari manusia sebagai individu (man) dan manusia sebagai makhluk
sosial (society). Sedangkan unsur wadah terdiri dari tiga bagian yaitu alam (nature),
lingkungan (shells) dan jejaring (network). Menurut Doxiadis, shells atau ruang
bangunan atau bangunan gedung hingga kelompok yang mencapai skala permukiman,
kampung, kota, dan aglomerasi fisik wilayah, tempat manusia tinggal.
Berdasarkan latar belakang masalah maka dapat dibuat rumusan masalah sebagai
berikut :
1. Bagaimana unsur shell makro pada Permukiman Pesisir Sungai Desa Pajukukang?
2. Bagaimana unsur shell mikro pada Permukiman Pesisir Sungai Desa Pajukukang?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah maka dapat dibuat tujuan dari
penelitian ini:
1. Untuk mengetahui unsur shell makro pada Permukiman Pesisir Sungai Desa
Pajukukang.
2. Untuk mengetahui unsur shell mikro pada Permukiman Pesisir Sungai Desa
Pajukukang.
D. Manfaat Penelitian
E. LINGKUP PEMBAHASAN
TINJAUAN PUSTAKA
A. STUDI TEORITIK
1. Definisi Wilayah Pesisir
2. Definisi Permukiman
3. Shell
Shell (lindungan) adalah tempat manusia berlindung, tinggal dan bertempat
di dalamnya, menciptakan sebuah lindungan berupa tempat tertutup yang dapat
mewadahi segala aktifitasnya dan terlindung dari kondisi cuaca dan alam secara
langsung.
Shells atau ruang bangunan atau bangunan gedung hingga kelompok yang
mencapai skala permukiman, kampung, kota, dan aglomerasi fisik wilayah, tempat
manusia tinggal (Doxiadis).
4. Definisi Rumah
Rumah adalah salah satu bangunan yang dijadikan tempat tinggal selama
jangka waktu tertentu. Rumah bisa menjadi tempat tinggal manusia maupun
hewan, namun untuk istilah tempat tinggal yang khusus bagi hewan adalah
sangkar, sarang, atau kandang. Dalam arti khusus, rumah mengacu pada konsep-
konsep sosial-kemasyarakatan yang terjalin di dalam bangunan tempat tinggal,
seperti keluarga, hidup, makan, tidur, beraktivitas, dan lain-lain.
5. Definisi Bentuk
Bentuk ialah satu titik temu antara ruang dan massa. Bentuk juga
merupakan penjabaran geometris dari bagian semesta bidang yang di tempati
oleh objek tersebut, yaitu ditentukan oleh batas-batas terluarnya namun tidak
tergantung pada lokasi (koordinat) dan orientasi (rotasi)-nya terhadap bidang
semesta yang di tempati. Bentuk objek juga tidak tergantung pada sifat-sifat
spesifik seperti: warna, isi, dan bahan. Seorang ahli matematika dan statistik dari
Inggris, David George Kendall mendefinisikan "bentuk" sebagai berikut : Bentuk
adalah seluruh informasi geometris yang akan tidak berubah ketika parameter
lokasi, skala, dan rotasinya diubah.
6. Bentuk Arsitektural
Bentuk arsitektural adalah titik temu antara massa dan ruang. Bentuk-
bentuk arsitektural, tekstur, material, pemisahan antara cahaya dan bayangan,
warna, merupakan perpaduan dalam menentukan mutu atau jiwa dalam
penggambaran ruang. Mutu arsitektur akan ditentukan oleh keahlian seorang
perancang dalam menggunakan dan menyatukan unsure-unsur tadi, baik dalam
pembentukan ruang dalam (interior) maupun ruang-ruang luar (eksterior) di
sekeliling bangunan-bangunan” Edmund N. Bacon, Perancangan Kota, 1974.
a. Wujud
1. Dimensi
Dimensi fisik suatu bentuk berupa panjang, lebar dan tebal. Dimensi-
dimensi ini menentukan proporsi dari bentuk, sedangkan skalanya ditentukan oleh
ukuran relatifnya terhadap bentuk-bentuk lain dalam konteksnya.
2. Warna
3. Tekstur
Tekstur adalah kualitas yang dapat diraba dan dapat dilihat yang diberikan
ke permukaan oleh ukuran, bentuk, pengaturan dan proporsi bagian benda.
Tekstur juga menentukan sampai di mana permukaan suatu bentuk mementulkan
atau menyerp cahaya dating.
Semua bentuk dapat dipahami sebagai hasil dari perubahan benda pejal
utama, melalui variasi-variasi yang timbul akibat manipulasi dimensinya, atau
akibat penambahan maupun pengurangan elemen-elemennya.
1. Perubahan Dimensi
Suatu bentuk dapat diubah dengan menggai salah satu atau beberapa
dimensi-dimensinya dan tetap mempertahankan identitasnya sebagai anggota
bagain dari suatu bentuk.
Rumah adat suku Bugis dapat di bedakan berdasarkan status sosial orang
yang menempatinya, beberapa di antaranya : Saoraja (Sallasa) berarti rumah
besar yang di tempati oleh keturunan raja (kaum bangsawan) dan Bola adalah
rumah yang di tempati oleh rakyat biasa.
Perbedaannya adalah saoraja dalam ukuran yang lebih luas begitu juga
dengan tiang penyangganya, atap berbentuk prisma sebagai penutup bubungan
yang biasa di sebut timpak laja yang bertingkattingkat antara tiga sampai lima
sesuai dengan kedudukan penghuninya.
Rumah bugis sebenarnya tahan gempa dan banjir. Karena Rumah bugis
yang sebenarnya menggunakan parelepang (fattoppo dan fadongko) yang tidak
disambung. Karena struktur kayu yang tidak disambung dapat meredam getaran
hingga getaran yang frekuensinya tinggi. Namun sekarang mencari kayu yang
sangat panjang sangatlah sulit, sehingga parelepang diganti dengan pattolo
(ukurannya lebih kecil). Jadi, kalau tinggal di daerah rawan gempa, Rumah bugis
adalah solusi yang tepat agar rumah Anda tidak terporaporandakan gempa. Begitu
juga dengan banjir, asal banjirnya tidak melebihi 2 meter dan pondasinya tidak
mudah terbawa arus.
1. Alliri (Tiang)
Awa bola ialah kolong yang terletak pada bagian bawah, yakni antara lantai
dengan tanah. Kolong ini biasa pada zaman dulu dipergunakan untuk menyimpan
alat pertanian, alat berburu, alat untuk menangkap ikan dan hewanhewan
peliharaan yang di pergunakan dalam pertanian.
Pada setiap tiang dibuat lubang segi empat untuk menyisipkan balok pipih
penyangga lantai (arateng) dan balok pipih penyangga loteng (ware’), yang
menghubungkan panjang rangka rumah. Dahulu, rumah yang tiangnya ditanam
tidak menggunakan balok penyangga loteng, dan balok penyangga lantai tidak
disisipkan pada tiang, tetapi diikat.
Ale bola ialah badan rumah yang terdiri dari lantai dan dinding yang terletak
antara lantai dan loteng. Pada bagian ini terdapat ruanganruangan yang
dipergunakan dalam aktivitas seharihari seperti menerima tamu, tidur,
bermusyawarah, dan berbagai aktifitas lainnya. Badan rumah tediri dari beberapa
bagian rumah seperti: Lotang risaliweng, Pada bagian depan badan rumah di
sebut yang berfungsi sebagai ruang menerima tamu, ruang tidur tamu, tempat
bermusyawarah, tempat menyimpan benih, tempat membaringkan mayat sebelum
dibawa ke pemakaman.
Rumah Bugis memiliki struktur dasar yang terdiri atas 3 kali 3 tiang (3
barisan tiang memanjang dan 3 baris melebar) berbentuk persegi empat dengan
satu tiang ditiap sudutnya, dan pada setiap sisi terdapat satu tiang tengah, serta
tepat di tengah persilangan panjang dan lebar terdapat tiang yang disebut ”pusat
rumah”(posi bola). Umumnya, rumah orang biasa terdiri atas empat tiang untuk
panjang dan empat untuk lebar rumah.
6. Timpa’ Laja
7. Addengeng (Tangga)
8. Tamping
Selain sebagai hiasan rumah, anjong juga memiliki makna tertentu bagi
orang bugis. Anjong merupakan salah satu ciri khas orang bugis, dimana pada
rumah orang bangsawan memiliki lebih dari dua anjong. Sedangkan anjong pada
rumah orang biasa tidak lebih dari dua.
Pada dasarnya, rumah tersebut memiliki atap (pangate’) dua latar dengan
sebuah bubungan lurus (alekke’), yang berbeda dengan bubungan lengkung yang
terdapat pada rumah toraja, Batak, dan Minangkabau, serta pada rumah Jawa.
Dindingnya (renring) terbuat dari bahan ringan, sementara lantainya (salima)
berjarak sekitar 2meter / kadangkadang lebih dari permukaan tanah dan kolong
rumah (awa bola) biasanya dibiarkan terbuka.