Anda di halaman 1dari 14

1.

Definisi
Katarak berasal dari bahasa Yunani Katarrhakies. Inggeris Cataract, dan Latin
cataracta yang berarti air terjun. Dalam bahasa Indonesia disebut bular dimana
penglihatan seperti tertutup air terjun akibat lensa yang keruh. Katarak adalah setiap
keadaan kekeruhan pada lensa yang dapat terjadi akibat hidrasi (penambahan cairan)
lensa, denaturasi protein lensa atau akibat kedua-duanya (Sidarta Ilyas, 2000).

Katarak merupakan keadaan di mana terjadi kekeruhan pada serabut atau bahan
lensa di dalam kapsul lensa. Umumnya terjadi akibat proses penuaan yang terjadi
pada semua orang yang berusia lebih dari 65 tahun. Penyebab terjadinya kekeruhan
lensa bisa disebabkan oleh gangguan perkembangan dan metabolisme dasar lensa atau
akibat sekunder dari tindakan pembedahan lensa, penggunaan kortikosteroid jangka
panjang, dan penyakit lokal ataupun umum (Vaughan, 1999).

Katarak adalah kekeruhan pada lensa mata yang menyebabkan gangguan


penglihatan. Category of Visual Implairment Level of Visual Aculty (Snellen).

Katarak adalah suatu opasifikasi dari lensa yang normalnya transparan seperti
kristal, jernih. Kondisi ini biasanya sebagai akibat dari penuaan namun dapat saja
terjadi saat lahir. Katarak juga dapat berkaitan dengan trauma tumpul atau penetrasi,
penggunaan kortikosteroid jangka panjang, penyakit sistemik seperti diabetes
mellitus, hipoparatiroidisme, pemajanan terhadap radiasi, pemajanan terhadap cahaya
yang terang atau cahaya matahari yang lama (cahaya ultraviolet), atau kelainan mata
lainnya (Brunner & Suddarth, 2000).

2. Klasifikasi

Berdasarkan usia, katarak diklasifikasikan dalam :

 Katarak congenital, katarak yang sudah terlihat pada usia dibawah 1 tahun
 Katarak juvenile, katarak yang terjadi sesudah usia 1 tahun
 Katarak senilis, katarak yang terjadi setelah usia 50 tahun

Bila mata sehat dan tidak terdapat kelainan sistemik maka hal ini biasanya terdapat
pada hampir semua katarak senilis, katarak herediter dan kongnital.

1) Katarak kongenital :
Katarak kongenital adalah katarak yang mulai terjadi sebelum atau segera setelah
lahir dan bayi berusia kurang dari 1 tahun. Katarak kongenital merupakan
penyebab kebutaan pada bayi yang cukup berarti terutama akibat penanganannya
yang kurang tepat.

Katarak kongenital digolongkan dalam katarak :

 Kapsulolentikuler dimana pada golongan ini termasuk katarak kapsular dan


katarak polaris.
 Katarak lentikular termasuk dalam golongan ini katarak yang mengenai
korteks dan nukleus lensa saja.

Dalam kategori ini termsuk kekeruhan lensa yang timbul sebagai kejadian primer
atau berhubungan dengan penyakit ibu dan janin local atau umum.

Untuk mengetahui penyebab katarak kongenital diperlukan pemeriksaan riwayat


prenatal infeksi ibu seperti rubella pada kehamilan trimester pertama dan
pemakaian obat selama kehamilan. Kadang-kadang pada ibu hamil terdapat
riwayat kejang, tetani, ikterus atau hepatosplenomegali. Bila katarak disertai
dengan uji reduksi pada urin yang positif, mungkin katarak terjadi akibat
galaktosemia. Sering katarak kongenital ditemukan pada bayi premature dan
gangguan sistem saraf seperti retardasi mental.

Pemeriksaan darah pada katarak kongenital perlu dilakukan karena ada hubungan
katarak congenital dengan diabetes mellitus, kalsium dan fosfor. Hampir 50% dari
katarak kongenital adalah sporadic dan tidak diketahui penyebabnya.

Penanganan tergantung pada unilateral dan bilateral, adanya kelainan mata lain,
dan saat terjadi katarak. Katarak kongenital prognosisnya kurang memuaskan
karena tergantung pada bentuk katarak dan mungkin sekali pada mata tersebut
telah terjadi ambliopia. Bila tredpat nistagmus maka keadaan ini menunjukkan hal
yang buruk pada katarak kongenital.

Pada katarak kongnital dapat dikenal beberapa bentuk :

 Katarak piramidalis atau Polaris anterior


 Katarak piramidalis atau Polaris posterior
 Katarak zonularis atau lamalaris
 Katarak pungtata dan lain-lain.

Pada pupil mata bayi yang menderita katarak kongenital akan terlihat bercak putih
atau leukokoria. Pada setiap leukokoria diperlukan pemeriksaan yang lebih teliti
untuk menyingkirkan diagnosis banding lainnya. Pemeriksaan leukokoria
dilakukan dengan melebarkan pupil.

Pada katarak kongenital total penyulit yang dapat terjadi adalah macula lutea yang
tidak cukup mendapat rangsangan. Macula ini tidak akan berkembang sempurna
walaupun dilakukan ekstraksi katarak maka visusnya biasanya tidak akan
mencapai 5/5. Hal ini disebut ambliopia sensoris (ambyopia ex anopsia). Katarak
congenital dapat menimbulkan komplikasi lain berupa nistagmus dan strabismus.

Katarak kongenital sering ditemukan pada bayi yang dilahirkan oleh ibu-ibu yang
menderita penyakit rubella, galaktosemia, homosisteinuria, inklusi sitomegalik,
diabetes mellitus, hipoparatiroidism, toksoplasmosis, dan histoplasmosis. Penyakit
lain yang menyertai katarak congenital biasanya merupakan penyakit-penyakit
herediter seperti mikroftalmus, aniridia, koloboma iris, karatoknus, iris
heterokromia, lensa ektopik, dysplasia retina, dan megalo kornea.

2) Katarak Juvenil
Katarak yang lembek dan terdapat pada orang muda, yang mulai terbentuknya
pada usia kurang dari 9 tahun dan lebih dari 3 bulan. Katarak juvenile biasanya
merupakan kelanjutan katarak congenital.
Katarak juvenile biasanya merupakan penyulit penyakit sistemik ataupun
metabolic dan penyakit lainnya seperti :

 Katarak metabolik
 Katarak diabetic dan galaktosemia (gula)
 Katarak hipokalsemik (tetanik)
 Katarak defisiensi gizi
 Katarak aminoasiduria (termasuk sindrom lowed an homosistinuria)
 Penyakit Wilson
 Katarak berhubungan dengan kelainan metabolik
 Otot
 Distrofi miotonik (umur 20 sampai 30 tahun)
 Katarak traumatic
 Katarak komplikata
 Kelainan congenital dan hereditary (siklopia, koloboma, mikroftalmia,
aniridia, pembuluh hialoid persisten, heterokromia iridis)
 Katarak degenerative (dengan myopia dan distrofi vitreoretinal),
seperti Wagner dan retinitis pigmentosa, dan neoplasma
 Katarak anoksik
 Toksid (kortikosteroid sistemik atau topical, ergot, naftalein,
dinitrofenol, triparanol [MER-29], antikolinesterase, klorpromazin,
miotik, busulfan, dan besi)
 Katarak radiasi

3) Katarak senile
Katarak senile adalah semua kekeruhan lensa yang terdapat pada usia lanjut, yaitu
usia di atas 50 tahun. Penyebabnya sampai sekarang tidak diketahui secara pasti.

Perubahan lensa pada usia lanjut:

 Kapsul
 Menebal dan kurang elastic (1/4 diabnding anak)
 Mulai presbiopia
 Bentuk lamel kapsul berkurang atau kabur
 Terlihat bahan granular
 Epitel – makin tipis
 Sel epitel (germinatif) pada ekuator bertambah besar dan berat
 Bengkak dan vakuolisasi mitokondria yang nyata
 Serat lensa
 Lebih irregular
 Pada korteks jelas kerusakan serat sel
 Brown sclerotic nucleus, sinar ultraviolet lama kelamaan merubah
protein nucleus (histidin, triptofan, metionin, sistein, dan tirosin) lensa,
sedang warna coklat protein lensa nukleus mengandung histidin dan
triptofan disbanding normal.
 Korteks tidak berwarna karena:
 Kadar a. askorbat tinggi dan menghalangi fotooksidasi
 Sinar tidak banyak mengubah protein pada serat muda

Kekeruhan lensa dengan nucleus yang mengeras akibat usia lanjut yang biasanya
mulai terjadi pada usia lebih dari 60 tahun.

Pada katarak senile sebaiknya disingkirkan penyakit mata local dan penyakit
sistemik seperti diabetes mellitus yang dapat menimbulkan katarak komplikata.
Katarak secara klinik dikenal dalam 4 stadium yaitu insipien, imatur, intumessen,
matur dan hipermatur.

Perbedaan stadium katarak senile :

Insipien Imatur Matur Hipermatur


Kekeruhan Ringan Sebagian Seluruh Masif
Berkurang
Bertambah
Cairan lensa Normal Normal (air+masa lensa
(masuk)
keluar)
Iris Normal Terdorong Normal Tremulans
Bilik mata
Normal Dangkal Normal Dalam
depan
Sudut bilik mata Normal Sempit Normal Terbuka
Shadow test Negatif Positif Negatif Pseudopos
Uveitis +
Penyulit – Glaukoma –
glaukoma

a) Katarak Insipien
Pada stadium ini akan terlihat hal-hal berikut :
Kekeruhan mulai dari tepi ekuator berbentuk jeriji menuju korteks anterior dan
posterior (katarak kortikal). Vakuol mulai terlihat didalam korteks.
Katarak subkapsular posterior, kekeruhan mulai terlihat anterior subkapsular
posterior, celah terbentuk antara serat lensa dan korteks berisi jaringan
degenaratif (benda morgagni) pada katarak insipien.
Kekeruhan ini dapat menimbulkan poliopia oleh karena indeks refraksi yang
tidak sama pada semua bagian lensa. Bentuk ini kadang-kadang menetap
untuk waktu yang lama.
b) Katarak Intumessen
Kekeruhan lensa disertai pembengkakan lensa akibat yang degenerative
menyerap air. Masuknya air ke dalam celah lensa mengakibatkan lensa
menjadi bengkak dan besar yang akan mendorong iris sehingga bilik mata
menjadi dangkal dibanding dengan keadaan normal. Pencembungan lensa ini
akan dapat memberikan penyulit glaucoma. Katarak intumessen biasanya
terjadi pada katarak yang berjalan cepat dan mengakibatkan myopia lentikular.
Pada keadaan ini dapat terjadi hidrasi korteks hingga lensa akan mencembung
dan daya biasnya akan bertambah yang akan memberikan miopisasi.
Pada pemeriksaan slitlamp terlihat vakuol pada lensa disertai peregangan jarak
lamel serat lensa.
c) Katarak Imatur
Sebagian lensa keruh atau katarak. Katarak yang belum mengenai seluruh
lapis lensa. Pada katarak imatur akan dapat bertambah volume lensa akibat
meningkatnya tekanan osmotik bahan lensa yang degenerative. Pada keadaan
lensa mencembung akan dapat menimbulkan hambatan pupil, sehingga terjadi
glaucoma sekunder.
d) Katarak Matur
Pada katarak matur kekeruhan telah mengenai seluruh masa lensa. Kekeruhan
ini bisa terjadi akibat deposisi ion Ca yang menyeluruh. Bila katarak imatur
atau intumessen tidak dikeluarkan maka cairan lensa akan keluar sehingga
lensa kembali pada ukuran yang normal. Akan terjadi kekeruhan seluruh lensa
yang bila lama akan mengakibatkan kelsifikasi lensa. Bilik mata depan akan
berukuran kedalaman normal kembali, tidak terdapat bayangan iris pada lensa
yang keruh, sehingga uji bayangan iris negative.
e) Katarak Hipermatur
Katarak hipermatur, katarak yang mengalami proses degenerasi lanjut, dapat
menjadi keras atau lembek dan mencair.
Masa lensa yang berdegenerasi keluar dari kapsul lensa sehingga lensa
menjadi mengecil, berwarna kuning dan kering. Pada pemeriksaan terlihat
bilik mata dalam dan lipatan kapsul lensa. Kadang-kadang pengkerutan
berjalan terus sehingga hubungan dengan zonula zinn menjadi kendor. Bila
proses katarak berjalan lanjut disertai dengan kapsul yang tebal maka korteks
akan memperlihatkan bentuk menjadi sekantong susu disertai dengan nucleus
yang terbenam didalam korteks lensa karena lebih berat. Keadaan ini disebut
sebagai katarak morgagni.

3. Etiologi

Penyebab sistemik katarak adalah diabetes, kelainan metabolik lain (termasuk


galaktosemia, penyakit fabry, hipokalsemia), cedera mata, obat-obatan sistemik
(terutama steroid, klorpomazin), infeksi (rubella konginetal), distrofi miotonik,
dermatitis atopik, sindrom sistemik (down, lowe), , konginetal, termasuk katarak
turunan, radiasi sinar x.

Pada banyak kasus, penyebabnya tidak diketahui. Katarak biasanya terjadi pada
usia lanjut dan bisa diturunkan. Pembentukan katarak dipercepat oleh faktor
lingkungan, seperti merokok atau bahan beracun lainnya. Katarak bisa disebabkan
oleh : cidera mata penyakit metabolik (misalnya diabetes) obat-obat tertentu
(misalnya kortikosteroid).

Katarak kongenitalis adalah katarak yang ditemukan pada bayi ketika lahir (atau
beberapa saat kemudian). Katarak kongenitalis bisa merupakan penyakit keturunan
(diwariskan secara autosomal dominan) atau bisa disebabkan oleh :

 Infeksi nosokomial, seperti campak jerman


 Berhubungan dengan penyakit metabolik, seperti galaktosemia.

Faktor resiko terjadinya katarak kongenitalis adalah :

 Penyakit metabolik yang diturunkan


 Riwayat katarak dalam keluarga
 Infeksi virus pada ibu ketika bayi masih dalam kandungan
Katarak pada dewasa biasanya berhubungan dengan proses penuaan. Katarak pada
dewasa dikelompokkan menjadi :

 Katarak immatur : lensa masih memiliki bagian yang jernih


 Katarak matur : lensa sudah seluruhnya keruh
 Katarak hipermatur : bagian permukaan lensa yang sudah merembes melalui
kapsul lensa dan bisa menyebabkan peradangan pada struktur mata lainnya.

Banyak penderita katarak yang hanya mengalami gangguan penglihatan yang ringan
dan tidak sadar bahwa mereka menderita katarak. Faktor yang mempengaruhi
terjadinya katarak adalah :

- Kadar kalsium darah yang rendah


- Diabetes
- Pemakaian kortikosteroid jangka panjang
- Berbagai penyakit peradangan dan penyakit metabolic
- Faktor lingkungan (trauma, penyinaran, sinar ultraviolet)

4. Manifestasi Klinis
1) Penglihatan akan suatu objek benda atau cahaya menjadi kabur, buram.
Bayangan benda terlihat seakan seperti bayangan semu atau seperti asap.
2) Kesulitan melihat ketika malam hari.
3) Mata terasa sensitif bila terkena cahaya.
4) Bayangan cahaya yang ditangkap seperti sebuah lingkaran.
5) Membutuhkan pasokan cahaya yang cukup terang untuk membaca atau
beraktifitas lainnya.
6) Sering mengganti kacamata atau lensa kontak karena merasa sudah tidak
nyaman menggunakannya.
7) Warna cahaya memudar dan cenderung beubah warna saat melihat, misalnya
cahaya putih yang ditangkap menjadi cahaya kuning.
8) Jika melihat hanya dengan satu mata, bayangan benda atau cahaya terlihat
ganda.

Pada beberapa pasien tajam penglihatan yang diukur di ruangan gelap mungkin
tampak memuaskan, sementara bila tes tersebut dilakukan dalam keadaan terang
maka tajam penglihatan akan menurun sebagai akibat dari rasa silau dan hilangnya
kontras.

Katarak terlihat hitam terhadap refleks fundus ketika mata diperiksa dengan
oftalmoskopi direk. Pemeriksaan slit lamp memungkinkan pemeriksaan katarak
secara rinci dan identifikasi lokasi opasitas dengan tepat. Katarak terkait usia biasanya
terletak didaerah nukleus, korteks, atau subkapsular. Katarak terinduksi steroid
umumnya terletak di subkapsular posterior. Tampilan lain yang menandakan
penyebab okular katarak dapat ditemukan , sebagai contoh deposisi pigmen pada
lensa menunjukkan inflamasi sebelumnya atau kerusakan iris menandakan trauma
mata sebelumnya.

5. Patofisiologi

Katarak secara kimiawi ditandai oleh penurunan penyerapan oksigen dan mula-
mula terjadi peningkatan kandungan air diikuti oleh dehidrasi. Kandungan natrium
dan kalsium meningkat; kandungan kalium, asam askorbat, dan protein berkurang.
Pada lensa yang mengalami katarak tidak ditemukan glutation. Usaha-usaha untuk
mempercepat atau menahan perubahan-perubahan kimiawi dengan terapi medis
sampai saat ini belum berhasil.

Selama beberapa tahun terakhir, semakin banyak ditemukan bukti bahwa radiasi
ultraviolet merupakan faktor signifikan dalam timbulnya katarak. Penelitian
epidemiologik telah membuktikan insidensi katarak subkapsul posterior dan kortikal
di tempat tempat banyak terdapat cahaya matahari.

6. Manifestasi Klinis
 Penglihatan akan suatu objek benda atau cahaya menjadi kabur, buram.
Bayangan benda terlihat seakan seperti bayangan semu atau seperti asap.
 Kesulitan melihat ketika malam hari.
 Mata terasa sensitif bila terkena cahaya.
 Bayangan cahaya yang ditangkap seperti sebuah lingkaran
 Membutuhkan pasokan cahaya yang cukup terang untuk membaca atau
beraktifitas lainnya.
 Sering mengganti kacamata atau lensa kontak karena merasa sudah tidak
nyaman menggunakannya.
 Warna cahaya memudar dan cenderung beubah warna saat melihat, misalnya
cahaya putih yang ditangkap menjadi cahaya kuning.
 Jika melihat hanya dengan satu mata, bayangan benda atau cahaya terlihat
ganda.

7. Pemeriksaan Penunjang
1) Kartu mata snellen / mesin telebinokuler : mungkin terganggu dengan
kerusakan kornea, lensa,akueus/vitreus humor, kesalahan refraksi, penyakit
sistem saraf, penglihatan retina.
2) Lapang penglihatan : penurunan mungkin karena massa tumor, karotis,
glukoma.
3) Pengukuran Tonografi : TIO (12-25 mmHg)
4) Pengukuran Gonioskopi membedakan sudut terbuka dari sudut tertutup
glukoma.
5) Tes Provokatif : menentukan adanya / tipe glukoma.
6) Oftalmoskopi : mengkaji struktur internal okuler, atrofi lempeng optik,
papiledema, perdarahan.
7) Darah lengkap, LED : menunjukkan anemi sistemik/ infeksi.
8) EKG, kolesterol serum, lipid, tes toleransi glukosa : kontrol DM.

8. Penatalaksaan

Meski telah banyak usaha yang dilakukan untuk memperlambat progresivitas atau
mencegah terjadinya katarak, tatalaksana masih tetap dengan pembedahan.

(Vaughan DG & Arif, Mansjoer)

Penatalaksanaan Non-Bedah

1) Terapi Penyebab Katarak


Pengontrolan diabetes mellitus, menghentikan konsumsi obat-obatan yang bersifat
kataraktogenik seperti kortikosteroid, fenotiasin, dan miotik kuat, menghindari
iradiasi (inframerah atau sinar-X) dapat memperlambat atau mencegah terjadinya
proses kataraktogenesis.
2) Memperlambat Progresivitas
3) Penilaian terhadap perkembangan visus pada katarak insipien dan imatur
a. Refraksi : dapat berubah sangat cepat, sehingga harus sering dikoreksi.
b. Pengaturan pencahayaan : pasien dengan kekeruhan di bagian perifer lensa
(area pupil masih jernih) dapat diinstruksikan menggunakan pencahayaan
yang terang. Berbeda dengan kekeruhan pada bagian sentral lensa, cahaya
remang yang ditempatkan di samping dan sedikit di belakang kepala pasien
akan memberikan hasil terbaik.
c. Penggunaan kacamata gelap : pada pasien dengan kekeruhan lensa di bagian
sentral, hal ini akan memberikan hasil yang baik dan nyaman apabila
beraktivitas diluar ruangan.
d. Midriatil : dilatasi pupil akan memberikan efek positif pada lateral aksial
dengan kekeruhan yang sedikit. Midriatil seperti fenilefrin 5% atau tropikamid
1% dapat memebrikan penglihatan yang jelas.

Pembedahan Katarak

Indikasi penatalaksanaan bedah pada kasus katarak mencakup :

1) Indikasi visus : merupakan indikasi paling sering.


2) Indikasi medis
3) Indikasi kosmetik

Tindakan operasi katarak merupakan cara yang efektif untuk memperbaiki lensa
mata, tetapi tidak semua kasus katarak memerlukan tindakan operasi. Operasi katarak
perlu dilakukan jika kekeruhan lensa menyebabkan penurunan tajam pengelihatan
sedemikian rupa sehingga mengganggu pekerjaan sehari-hari. Operasi katarak dapat
dipertimbangkan untuk dilakukan jika katarak terjadi berbarengan dengan penyakit
mata lainnya, seperti uveitis yakni adalah peradangan pada uvea. Uvea (disebut juga
saluran uvea) terdiri dari 3 struktur :

 Iris : cincin berwarna yang melingkari pupil yang berwarna hitam.


 Badan silier : otot-otot yang membuat lensa menjadi lebih tebal.
 Koroid : lapisan mata bagian dalam yang membentang dari ujung otot silier ke
saraf optikus di bagian belakang mata.

Sebagian atau seluruh uvea bisa mengalami peradangan. Peradangan yang terbatas
pada iris disebut iritis, jika terbatas pada koroid disebut koroiditis. Juga operasi
katarak akan dilakukan bila berbarengan dengan glaukoma, dan retinopati diabetikum.
Selain itu jika hasil yang didapat setelah operasi jauh lebih menguntungkan
dibandingkan dengan risiko operasi yang mungkin terjadi. Pembedahan lensa dengan
katarak dilakukan bila mengganggu kehidupan social atau atas indikasi medis lainnya.

9. Komplikasi

Komplikasi yang dapat terjadi pada katarak tergantung stadiumnya. Pada stadium
imatur dapat terjadi glaukoma sekunder akibat lensa yang mencembung, sehinnga
mendorong iris dan terjadi blokade aliran aqueus humor. Sedangkan pada stadium
hipermatur dapat terjadi glaukoma sekunder akibat penymbatan kanal aliran aquous
humor oleh masa lensa yang lisis, dan dapat juga terjadi uveitis fakotoksi.
Komplikasi juga dapat diakibatkan pasca operasi katarak, seperti ablasio retina,
astigmatisma, uveitis, endoftalmitis, glaukoma dan pendarahan.

10. Pencegahan
 Memeriksakan kondisi mata secara rutin
Jika Anda rutin memeriksakan kesehatan mata, dokter akan cepat mendeteksi
apabila muncul tanda-tanda mata katarak. Katarak yang masih berada pada tahap
awal dapat lebih mudah ditangani dan diobati dokter mata.
Orang dewasa dianjurkan untuk memeriksakan mata ke dokter tiap dua tahun
sekali sampai usia 50 tahun. Di atas usia 50 tahun, Anda disarankan
memeriksakannya sebanyak dua kali dalam setahun. Sementara, bagi orang
dengan riwayat diabetes yang lebih berisiko mengalami penyakit mata, disarankan
untuk lebih sering memeriksakan kondisi mata.
 Melindungi mata dari paparan sinar UV
Pajanan sinar ultraviolet (UV) pada mata dapat menambah risiko terjadinya mata
katarak, selain juga membuat katarak yang sebelumnya sudah dialami menjadi
makin parah. Hal ini karena sinar ultraviolet (UV) dapat merusak protein di lensa
mata. Hindari mata dari paparan sinar matahari langsung dengan menggunakan
kacamata hitam atau topi lebar, terutama saat sedang beraktivitas di bawah terik
matahari langsung. Pilihlah kacamata hitam yang dapat memblokir 100% sinar
UV dan berukuran lebar, sehingga perlindungan yang didapat maksimal.
 Menjaga kesehatan tubuh secara umum
Anda dianjurkan untuk selalu menjaga dan memantau kesehatan tubuh, sebab ada
beberapa penyakit yang dapat meningkatkan risiko mata terkena katarak.
Misalnya diabetes, kondisi mata yang tidak sehat, serta komplikasi dari operasi
mata yang pernah dijalani. Anda juga sebaiknya berhati-hati terhadap penggunaan
kortikosteroid jangka panjang, karena dapat mempertinggi risiko terkena katarak.
 Mengatur pola makan
Pilih makanan bernutrisi yang banyak mengandung vitamin serta antioksidan.
Selain menyehatkan tubuh, asupan makanan ini dapat menjaga berat badan
sekaligus mengurangi risiko terhadap katarak. Makanan bernutrisi yang baik
untuk mata misalnya biji-bijian, serta sayuran dan buah-buahan berwarna terang.
Contohnya bayam, brokoli, paprika, dan kacang-kacangan.
Penelitian menunjukkan bahwa konsumsi antiokisidan, seperti vitamin C dan
lutein, berdampak signifikan dalam menekan risiko terbentuknya katarak. Mata
katarak terjadi ketika lensa mata menjadi keruh karena oksidasi dalam jangka
panjang. Vitamin C dan lutein diketahui dapat menghentikan oksidasi pada
lensa mata. Sumber alami vitamin C di antaranya adalah jeruk, tomat, stroberi,
brokoli, melon, dan kiwi.
 Menjaga berat badan ideal
Kelebihan berat badan atau obesitas akan meningkatkan risiko terkena diabetes,
yang merupakan faktor risiko mata katarak. Cara yang dapat Anda lakukan adalah
menjaga pola makan yang baik dan nutrisi yang seimbang, diimbangi dengan rutin
berolahraga, seperti berenang, berlari, atau sekadar berjalan kaki ringan mengitari
lingkungan tempat tinggal di pagi hari.
 Hentikan kebiasaan merokok sekarang juga
Kebiasaan merokok dapat meningkatkan risiko terkena mata katarak. Merokok
menciptakan lebih banyak radikal bebas di mata Anda. Untuk menurunkan risiko
katarak, disarankan untuk mengurangi atau menghentikan kebiasaan merokok.
Apabila Anda merasa upaya ini begitu berat, cobalah berkonsultasi kepada dokter.
 Kurangi konsumsi minuman beralkohol
Jika Anda termasuk penggemar minuman keras, sebaiknya kurangi atau hentikan
kebiasaan mengonsumsi minuman keras sama sekali. Konsumsi alkohol yang
berlebihan dapat meningkatkan risiko terkena mata katarak.
DAFTAR PUSTAKA

Baughman, Diane C dan JoAnn C. Hackley. 2000. Keperawatan Medikal Bedah Buku Saku
dari Brunner & Suddarth. Jakarta : EGC
Engram, Barbara. 1998. Rencana Asuhan Keperawatan Medikal-Bedah Vol 2. Jakarta : EGC
Ilyas, Sidarta. 2000. Ilmu Penyakit Mata. Jakarta : Balai Penerbit FKUI

Insurance, Lippo. Katarak. 2016. https://www.lippoinsurance.com/katarak/. Diakses pada 03


Maret 2019 (20.00)

Anda mungkin juga menyukai