I. PENDAHULUAN
Masa remaja merupakan periode terjadinya pertumbuhan dan
perkembangan yang sangat pesat baik secara fisik, psikologis, maupun
intelektual, naum remaja belum mempunyai kematangan dan kedewasaan dalam
bertindak, sehingga kondisi ini sering mendorong perilaku remaja yang tidak
sehat antara lain penyalahgunaan narkoba, pergaulan bebas, dan bahkan
kriminalitas.
Jumlah kasusu HIV dan AIDS di Indonesia yang dilaporkan hingga Juni
2012 HIV mencapai 86.762 dan AIDS mencapai 32.103 dengan jumlah kematian
5.623 jiwa. Hasil survei terakhir di 33 propinsi pada tahun 2008 yang dilakukan
oleh Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) dilaporkan 63%
remaja di Indonesia pada usia antaraSMP dan SMA sudah melakukan hubungan
seksual pranikah, ironisnya 21% diantaranya dilaporkan melakukan aborsi.
Persentase remaja yang melakukan hubungan seksual pranikah tersebut
mengalami peningkatan disbanding tahun-tahun sebelumnya (Kapan Lagi,
2008).
Pada usia remaja hormon-hormon reproduksi terpacu untuk diproduksi
lebih banyak. Hormon estrogen dan progresteron pada wanita dan hormon
testosteron pada pria. Produksi pada hormon tersebut akan mengakibatkan
perubahan pada remaja secara biologis, tumbuh tanda-tanda sekunder pada
wanita seperti payudara membesar, menstruasi, kulit lebih halus, suara lebih
lembut, ingin diperhatikan. Sedangkan pada pria suara lebih besar, pertumbuhan
lebih besar, mimpi basah.
Energi yang besar pada remaja, daya tarik, dan dorongan seksual yang
besar jika disalurkan secara salah akan mengakibatkan perilaku seksual yang
salah, perkembangan audiovisual tentang sex / film porno yang terbuka,
pendidikan sex yang kurang popular, mengakibatkan remaja melakukan
penyaluran-penyaluran yang salah.
III. TUJUAN
a. Tujuan Umum :
Setelah mengikuti penyuluhan remaja dapat memahami tentang Kesehatan
Reproduksi.
b. Tujuan Khusus :
Remaja memahami tentang pengertian Kesehatan Reproduksi
Remajas memahami tentang transformasi sosial dan perilaku kesehatan
remaja
Remaja memahami Aspek Pengetahuan Kesehatan Reproduksi Remaja
Remaja memahami Aspek Pranata Sosial dalam Perilaku Reproduksi
Remaja
Remaja memahami Aspek Simbolik Perilaku Reproduksi Remaja
Remaja tidak melakukan penyimpangan perilaku seksual
DASAR HUKUM
1. Amandemen UUD 1945 pasal 28B ayat 2, menyatakan bahwa setiap anak
berhak atas kelangsungan hidup, tumbuh dan berkembang serta berhak atas
perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi;
2. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak pada
pasal 8 menyebutkan bahwa setiap anak berhak memperoleh pelayanan
kesehatan dan jaminan sosial sesuai dengan kebutuhan fisik, mental, spritual,
dan sosial;
3. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 tentang
Kesehatan, Pasal 131
(1) Upaya pemeliharaan kesehatan bayi dan anak harus ditujukan untuk
mempersiapkan generasi yang akan datang yang sehat, cerdas, dan
berkualitas serta untuk menurunkan angka kematian bayi dan anak;
4. Permenkes RI No. 25 Tahun 2014 tentang Upaya Kesehatan Anak.
Dalam keadaan yang tidak terpimpin dan dengan pengetahuan yang tidak
memadai apabila jika tidak menjalankan dan mengamalkan agama secara aktif,
maka sebagai akibatnya remaja menjadi :
a. Kurang berhati-hati dalam menjaga kesucian dirinya sehingga tida segan-
segan untuk melakukan perzinaan dengan lawan jenisnya/kekasihnya
sebelum terkait dalam hubungan perkawinan yang sah.
b. Melacurkan dirinya secara terselubung untuk memperoleh kepuasan.
c. Terseret dalam pergaulan yang rusak, membiasakan diri minum-minuman
keras dan obat-obatan terlarang.
b. Pria :
Sebuah zakar dengan kepala zakar
Sebuah lubang kencing
Sebuah kantong zakar
Sebuah zakar
Sepasang kantong mani
Sepasang kelenjar prostat
Sepasang kelenjar cowperi
Alat-alat kelamin pria pagian luar disebut yakni zakar dan kantong zakar.
kantong mani dan seterusnya kelenjar prostat. Dikantong mani dan kelenjar
prostat inilah sel mani dicampur dengan cairan mani, sehingga sel mani
sekarang dapat bergerak sendiri dengan aktif seperti kecebong dalam air.
2. Perilaku seksual
a. Perilaku seksual yang normal
Dalam arti sempit perilaku seksual yang normal adalah hubungan seks
antara seorang pria dengan wanita dewasa, baik dorongan seks, pasangan
maupun caranya adalah normal ialah hubungan seks yng tidak meniimbulkan
efek-efek yang merugikan baik diri sendiri maupun bagi pasangan paksaan atau
perkosaan.
b. Perilaku seksual yang tidak normal
Perilaku seksual yang tidak normal disebut penyimpangan seksual,
dibedakan dalam 3 golongan :
Dorongan seks yang abnormal misalnya pelacuran, zina, frigiditas,
impotensi, dll
Pasangan yang abnormal, misalnya : onani, pedoffilia, lesbian,
homoseksualitas, dll
Cara-cara yang abnormal, misalnya : exhibisionisme, sadism, dll
REFERENSI
Strategi Nasional Kesehatan Remaja, Direktorat Kesehatan Keluarga,
Departemen Kesehatan RI, 2005,
Pedoman Pelayanan Kesehatan Peduli Remaja di Puskesmas, Direktorat
Kesehatan Keluarga, Departemen Kesehatan RI, 2005,
Pedoman Standar Nasional Pelayanan Kesehatan Peduli Remaja (PKPR),
Jakarta: Kementrian Kesehatan RI, 2013.
Paninjauan , Januari 2019
Diketahui :
Ka. UPT Puskesmas X Koto II Peng. Program Kesehatan Anak