Anda di halaman 1dari 5

A.

ORIENTASI DAN LETAK

Permukiman pesisir sungai yang berada pada Desa Pajukukang pada umumnya
mengarah menghadap jalan sekunder yang ada dan tidak menghadap sungai yang berada
bagian Barat permukiman pada desa tersebut. Untuk perletakan bangunan pada Desa
Pajukukang juga terlihat teratur mengikuti jalan yang ada terutama pada bangunan yang
berada di jalan sekunder. Pada sisi kiri ataupun kanan pada beberapa bangunan juga
terdapat jalan lingkungan untuk mengarah ke belakang dari jalan lingkungan. Dari ini dapat
dilihat bahwa perletakan rumah pada Desa Pajukukang bisa terlihat teratur.

Orientasi bangunan menghadap jalan utama Orientasi bangunan menghadap jalan utama

Gambar 1.1 Orientasi dan Letak Bangunan

Keterangan :
Rumah Non Permanen

Rumah Semi Permanen

Rumah Pemanen

Mesjid

Sungai

Gambar 1.2 Perletakan Rumah di Jalan Sekunder


Gambar 1.3 Jalan Lingkungan di samping Rumah

Kondisi fisik bangunan rumah tinggal suatu masyarakat sebenarnya


mempresentasikan karakter penghuni dan kemampuan finansialnya. Dapat dilihat dari
aturan rumah yang ada. Mulai dari aturan rumah non permanen, semi permanen, dan
permanen yang tidak beraturan. Hal tersebut menandakan bahwa tingkat ekonomi di Desa
Pajukukang masih tergolong bervariasi. Namun, ada pula bagian tertentu yang menandakan
bahwa daerah tersebut masih kebanyakan rumah non permanen. Untuk pemilik rumah di
Desa Pajukukang pada umumnya akan mengubah bentuk rumahnya dari non permanen
menjadi semi permanen jika memiliki pendapatan lebih. Hal ini dimaksudkan pada aspek
sosialnya yaitu rumah mencerminkan kemampuan finansial dari pemilik rumah. Kemudian
bukan karna alasan pendapatan lebih, masyarakat Desa Pajukukang mengubah bentuk
rumahnya karna alasan kebutuhan ruang. Pertambahan kebutuhan ruang dari waktu ke
waktu pada sebuah rumah kadang kala tidak dapat dihindari. Desa Pajukukang sendiri
mengubah bentuk rumahnya karena alasan pertambahan jumlah anggota keluarga maupun
karena alasan tidak lagi menggunakan bagian bawah pada rumah sebagai tempat
memelihara hewan. Sehingga rumah yang awalnya berbentuk rumah panggung asli dan
akhirnya termodifikasi menjadi lebih modern.

Gambar 1.4 Rumah Non Permanen

Gambar 1.5 Rumah Semi Permanen


Gambar 1.6 Rumah Permanen

B. TANGGA

Tangga bangunan ini dibuat berdasarkan angka ganjil. Jumlah anak tangganya
terhitung 9 atau 11 anak tangga. Angka ganjil sendiri merupakan angka yang sakral yang
dihubungkan dengan angka tuhan yaitu ganjil. Mereka percaya bahwa sesuatu yang ganjil
akan digenapkan oleh Tuhan. Ini merupakan kepercayaan yang tumbuh ditengah-tengah
masyarakat saat itu. Tangga ini terbuat dari kayu dengan ukuran kayu yang cukup tebal.
Material tangga ini hanya menggunkan kayu dan diperkuat dengan pasak kayu, namun
seiring berkembangnya zaman, beberapa rumah termasuk pada rumah darurat melakukan
pergantian pada bahan pembuatan tangganya pada bagian bawah sehingga ada beberapa
material seperti pasak kayu diganti dengan batu atau dengan semen. Namun, masih banyak
pula yang masih menggunakan kayu pada bagian bawah tangga.

Posisi tangga pada rumah Desa Pajukukang dipasang mengikuti lebar bangunan.
Sedangkan pada rumah adat untuk rumah keturunan raja atau bangsawan posisi tangganya
dipasang memanjang kedepan, namun bagi masyarakat biasa memasang tangga pada
rumah mereka mengikuti lebar bangunan.
Gambar 2.1 Denah Rumah Semi Permanen, Tangga mengikuti Lebar Rumah

Gambar 2.2 Model Tangga pada Rumah Semi Permanen Desa Pajukukang

Gambar 2.3 Model Tangga Pijakan Kayu pada Rumah Desa Pajukukang

Gambar 2.4 Model Tangga Pijakan Semen pada


Rumah Desa Pajukukang

Anda mungkin juga menyukai