Anda di halaman 1dari 3

1.

Patomekanisme OA
OA terjadi karena degradasi pada rawan sendi, remodelling tulang, dan inflamasi.
Terdapat 4 fase penting dalam proses pembentukan osteoartritis yaitu fase inisiasi, fase
inflamasi, nyeri, fase degradasi. - Fase inisiasi : Ketika terjadi degradasi pada rawan sendi, rawan
sendi berupaya melakukan perbaikan sendiri dimana khondrosit mengalami replikasi dan
memproduksi matriks baru. Fase ini dipengaruhi oleh faktor pertumbuhan suatu polipeptida
yang mengontrol proliferasi sel dan membantu komunikasi antar sel, faktor tersebut seperti
Insulin-like growth factor (IGF-1), growth hormon, transforming growth factor b (TGF-b) dan
coloni stimulating factors (CSFs). Faktor-faktor ini menginduksi khondrosit untuk mensintesis
asam deoksiribo nukleat (DNA) dan protein seperti kolagen dan proteoglikan. IGF-1 memegang
peran penting dalam perbaikan rawan sendi. - Fase inflamasi : Pada fase inflamasi sel menjadi
kurang sensitif terhadap IGF-1 sehingga meningkatnya pro-inflamasi sitokin dan jumlah leukosit
yang mempengaruhi sendi. IL-1(Inter Leukin-1) dan tumor nekrosis faktor-α (TNF-α)
mengaktifasi enzim degradasi seperti collagenase dan gelatinase untuk membuat produk
inflamasi pada osteoartritis. Produk inflamasi memiliki dampak 11 negatif pada jaringan sendi,
khususnya pada kartilago sendi, dan menghasilkan kerusakan pada sendi. - Fase nyeri: Pada fase
ini terjadi proses peningkatan aktivitas fibrinogenik dan penurunan aktivitas fibrinolitik. Proses
ini menyebabkan penumpukan trombus dan komplek lipid pada pembuluh darah subkondral
sehingga menyebabkan terjadinya iskemik dan nekrosis jaringan. Hal ini mengakibatkan
lepasnya mediator kimia seperti prostaglandin dan interleukin yang dapat menghantarkan rasa
nyeri. Rasa nyeri juga berupa akibat lepasnya mediator kimia seperti kinin yang dapat
menyebabkan peregangan tendo, ligamen serta spasme otot-otot. Nyeri juga diakibatkan oleh
adanya osteofit yang menekan periosteum dan radiks saraf yang berasal dari medulla spinalis
serta kenaikan tekanan vena intramedular akibat stasis vena pada pada proses remodelling
trabekula dan subkondrial. - Fase degradasi : IL-1 mempunyai efek multipel pada sel cairan sendi
yaitu meningkatkan sintesis enzim yang mendegradasi rawan sendi. Peran makrofag didalam
cairan sendi juga bermanfaat, yaitu apabila terjadi jejas mekanis, material asing hasil nekrosis
jaringan atau CSFs akan memproduksi sitokin aktifator plasminogen (PA). Sitokin ini akan
merangsang khondrosit untuk memproduksi CSFs. Sitokin ini juga mempercepat resorpsi
matriks rawan sendi. Faktor pertumbuhan dan sitokin membawa pengaruh yang berlawanan
selama perkembangan OA. Sitokin cenderung merangsang degradasi komponen matriks
rawan sendi sedangkan faktor pertumbuhan merangsang sintesis (Sudoyo et. al, 2007).

Sumber : Jurnal Universitas Muhammadiyah Surakarta

2. Etiologi OA
Etiologi pasti dari OA sampai saat ini belum diketahui dengan jelas. Namun demikian,
terdapat beberapa faktor predisposisi yang berperan dalam insidensi OA. Faktor predisposisi
tersebut dapat dibedakan menjadi dua golongan yaitu : 1. faktor predisposisi umum seperti usia,
jenis kelamin, kegemukan, hereditas, hipermobilitas, merokok, densitas tulang, hormonal dan
penyakit rematik lainnya dan 2. faktor mekanik seperti trauma, bentuk sendi, penggunaan
sendi yang berlebihan oleh pekerjaan atau aktivitas, serta kurang gerak (Soeroso et al., 2006).
14 Menurut Sidartha (1999), faktor predisposisi dari OA adalah sebagai berikut : a. Usia
Diketahui bahwa, seiring penuaan yang terjadi pada individu, kualitas kartilago persendian juga
ikut menurun. Kartilago sebagai bantalan penahan tekanan, semakin tua semakin berkurang
elastisitasnya, hingga mengakibatkan gangguan fungsi. b. Gangguan mekanik Trauma langsung
atau tidak langsung yang dialami sepanjang masa menjelang tua, mampu mengakibatkan
kerusakan katilago persendian. c. Akibat genu valgus atau genu varus Kecacatan tersebut
mengakibatkan kerusakan pada kartilago persendian, karena berat badan hanya ditumpu oleh
sebagian persendian. d. Infeksi Infeksi yang disebabkan oleh virus yang masuk ke dalam tubuh,
kemudian dialirkan oleh darah secara hematogen dan berhenti di tempat yang disukainya untuk
kemudian bereplikasi. Perkembangan serta invasi yang disebabkan oleh virus tersebut mampu
menyebabkan manifestasi klinis khususnya pada persendian. e. Metabolic Syndrome
Mitokondria berperan dalam menghasilkan energi yang akan digunakan oleh inti sel. Pada usia
tua, mitokondria tidak mampu 15 menghasilkan energi sehingga DNA tidak bisa
menyelenggarakan proses metabolisme tubuh. f. Kegemukan atau obesitas Kelebihan berat
badan akan menambah beban sendi penopang berat badan. Pada orang bertubuh gemuk,
umumnya akan timbul genu varus. Hal ini merupakan salah satu penyebab OA. g. Penyakit
Endokrin Pada pasien dengan hipotiroidisme, terjadi produksi air dan garamgaram proteoglikan
yang berlebih di seluruh jaringan penyokong, sehingga akan merusak sifat fisik tulang rawan
sendi, ligamen, tendon, cairan sinovium dan kulit. Pada diabetes melitus, glukosa akan
menyebabkan penurunan produksi proteoglikan. Hal tersebut berpotensi menyebabkan OA. h.
Penyakit sendi lain Osteoarthritis dapat timbul sebagai akibat dari berbagai penyakit sendi lain
seperti arthritis, arthritis karena infeksi akut, atau infeksi kronis seperti TBC. Sendi yang
terinfeksi tersebut menimbulkan reaksi peradangan dan mengeluarkan enzim permukaan matrik
rawan sendi oleh membran sinovium dan sel-sel radang. Berdasarkan kriteria ARA (American
Rheumatism Association), OA dapat dilklasifikasikan menjadi : a. osteoarthritis primer, yang
etiologinya idiopatik, dan b. osteoarthritis sekunder, yakni penyebab OA yang menyertai
kelainan kongenital atau kelainan pertumbuhan seperti pada osteochondrosis, penyakit
metabolik seperti gout, 16 trauma dan inflamasi seperti pada rheumatoid arthritis (Azizah,
2008).

3. Patologi OA
Pada pasien OA, terjadi perubahan lokal kartilago berupa timbulnya bula atau blister
yang menyebabkan serabut kolagen terputus dan proteoglikan mengalami pembengkakan. Pada
tahap lajut, terjadi perubahan dimana proteoglikan akan tercerai berai dan mengakibatkan
kerusakan pada struktur tulang rawan sendi. Setelah itu, tulang rawan sendi akan mengadakan
reaksi hiperaktivitas dengan pembentukan jaringan kolagen baru. Namun reaksi ini kadang tidak
menolong, bahkan terjadi disorganisasi sendi yang diikuti dengan absorbsi kapsula dan berlanjut
dalam suatu kondisi sinovitis yang kemudian menyebabkan terjadinya ankilosis (Hudaya, 2002).
Pada OA terdapat proses degradasi, reparasi dan inflamasi yang terjadi dalam jaringan ikat.
Perubahan-perubahan yang terjadi pada OA adalah sebagai berikut : a. Degradasi tulang rawan
sendi, timbul sebagai akibat dari ketidakseimbangan antara regenerasi dan degenerasi tulang
rawan sendi melalui beberapa tahapan di antaranya : fibrasi, pelunakan, perpecahan, dan
pengelupasan lapisan rawan sendi yang dapat berlangsung cepat maupun lambat. Untuk proses
cepat, berlangsung dalam waktu 10 sampai 15 tahun, sedangkan untuk proses lambat, 17 terjadi
selama 20 sampai 30 tahun. Pada akhirnya, permukaan sendi akan kehilangan lapisan rawan
sendi. b. Osteofit, timbul akibat degenerasi tulang rawan sendi yang kemudian diikuti dengan
reparasi tulang rawan sendi berupa pembentukan osteofit pada tulang subchondral. c. Sklerosis
subchondral, yakni pemadatan atau penguatan tulang tepat di bawah lapisan rawan yang mulai
rusak. d. Sinovitis, merupakan inflamasi yang terjadi akibat proses sekunder degenerasi dan
fragmentasi. Sinovitis dapat meningkatkan cairan sendi. Cairan lutut yang mengandung
bermacam-macam enzim akan tertekan ke dalam celah-celah rawan, dan kemudian
mempercepat proses perusakan tulang rawan (Anwar, 2012).

Sumber : Jurnal Universitas Negeri Lampung

4. Pengaruh overweight
Kelebihan berat badan Kelebihan berat badan lebih sering terjadi pada pasien OA lutut
daripada pada populasi umum (91) Meskipun BMI jelas merupakan faktor risiko yang kuat untuk
kerusakan anatomi, itu tidak berkorelasi erat dengan rasa sakit (81, 92, 93). Namun demikian,
studi berbasis populasi telah menunjukkan hubungan antara kelebihan berat badan dan OA
lutut: di kohort Amsterdam osteoarthritis yang terkait secara independen, BMI dengan nyeri
lutut dan keterbatasan aktivitas pada pasien dengan OA lutut (94), dan Paradows ki et al. (95)
menunjukkan bahwa kelebihan berat badan dapat mempengaruhi variasi dalam rasa sakit dan
fungsi selama dua tahun. Berbagai mekanisme telah disarankan untuk menjelaskan hubungan
antara BMI, nyeri lutut dan keterbatasan aktivitas pada pasien dengan OA lutut, termasuk
peningkatan tekanan mekanik. Kegemukan menambah beban pada lutut selama aktivitas
menahan beban, yang dapat menyebabkan rasa sakit dan keterbatasan fungsional (96). Namun,
tidak ada hubungan yang signifikan secara statistik ditemukan antara BMI dan disabilitas
fungsional dinilai menggunakan Western Ontario dan McMaster University (WOMAC) kuesioner
Osteo arthritis Index (77)

Sumber : the sources of pain in osteoarthritis : a pathophysiological review. F. Salaffi. A. Ciapetti. M.


Carotti.

Anda mungkin juga menyukai