Industri 4.0”
Dosen Pengampu :
DISUSUN OLEH :
UNIVERSITAS UDAYANA
2019
KONSEP REVOLUSI INDUSTRI 4.0
Revolusi industry pertama atau yang dikenal dengan revolusi industri 1.0 dimulai pada
abad ke-18 antara tahun 1750-1850. Revolusi industri pertama adalah yang paling sering
dibicarakan, yaitu proses yang dimulai dengan ditemukannya lalu digunakannya mesin uap
dalam proses produksi barang. Penemuan ini penting sekali, karena sebelum adanya mesin uap,
kita cuma bisa mengandalkan tenaga otot, tenaga air, dan tenaga angin untuk menggerakkan
apapun.Penggatian tenaga manusia dan hewan oleh mesin, yaitu saat munculnya mesin uap yang
ditemukan oleh James Watt melahirkan revolusi industry 1.0. Revolusi industry ini membawa
perubahan secara besar-besaran pada bidang pertanian, manufaktur, pertambangan, transportasi,
dan teknologi serta dampak yang mendalam terhadap sosial, ekonomi, dan budaya di dunia.
Revolusi industry 2.0 juga dikenal sebagai revolusi teknologi. Revolusi industry 2.0 ditandai
dengan kemunculan pembangkit listrik dan motor. Penemuan ini memicu kemunculan telepon,
mobil, pesawat terbang, dsb. Periode ini juga dikenal dengan Mass Production Assembly Line
karena pada masa itu pengenalan produksi massal berdasarkan pembagian kerja. Dengan
pembagian kerja yang memukinkan untuk meningkatkan efisiensi dan efektifitas manufaktur
sehingga meningkatkan produktivitas berkali lipat. Revolusi industri kedua ini juga berdampak
pada kondisi militer di Perang Dunia 2. Meski bisa dikatakan bahwa revolusi industri 2.0 sudah
terjadi di Perang Dunia 1, di Perang Dunia 2-lah efeknya benar-benar terasa. Ribuan tank,
pesawat, dan senjata-senjata tercipta dari pabrik-pabrik yang menggunakan lini produksi dan ban
berjalan. Ini semua terjadi karena adanya produksi massal (mass production).
Konsep Industri 4.0 pertama kali digunakan di publik pada pameran industry Hannover
Messe di kota Hannover, Jerman di tahun 2011. Pada revolusi industry 4.0 yang merupakan
revolusi digital dicirikan oleh perpaduan teknologi yang menggabungkan teknologi cyber
dengan teknologi otomatisasi. Kemajuan teknologi ini mendorong terobosan baru seperti
robot kecerdasan buata (artificial intelligence robotic), teknologi nano, bioteknologi,
teknologi computer kuantum, teknologi berbasi internet , dan printer 3D. Pemikiran di balik
revolusi industry 4.0 adalah unuk menciptakan jaringan sosial di mana mesin dapat
berkomunikasi satu sama lain, yang disebut Internet of Things (IoT) dan dengan orang-orang
yang disebut Internet of People (IoP). Mesin-mesin akan beroperasi secara mandiri, atau
bekerja sama dengan manusia dalam menciptakan bidang produksi yang berorientasi
pelangan yang secara konstan bekerja untuk mempertahankan dirinya. Mesin tersebut
menjadi alat independen yang mampu mengumpulkan data menjadi database,
menganalisisnya, dan memberi masukan padanya. Ciri-ciri revolusi industry 4.0 yang
membedakannya dengan revolusi industry sebelumnya antara lain:
Bagi peusahaan revolusi industry ini membawa perubahan yang menguntungkan, namun
dari aspek sumber daya manusia akam membawa dampak yang cukup berbahaya apabila tidak
dikelola dengan baik. Adapun beberapa dampak yang terjadi meliputi:
Berkebalikan dengan produksi massal yang berkembang saat ini, industri 4.0 memiliki
kemampuan untuk mass customization, yang memungkinkan untuk memproduksi dalam skala
yang sangat kecil bahkan hanya 1 produk unik dan tetap memperoleh keuntungan (Kagermann,
2013). Kemampuan ini akan meningkatkan efektifitas biaya dari kustomisasi dan pembuatan
purwa rupa (prototype) serta apa saja yang mendorong inovasi. Perubahan kecil yang terjadi di
akhir waktu terhadap produk atau prototype menjadi mungkin dilakukan, berkat konfigurasi
tinggi dari sistem produksi yangn otomatis. Hal ini menjadi peluang bagi perusahaan untuk
mengadopsi model bisnis baru yang bisa menciptakan value (nilai) baru dan bersaing tidak hanya
dengan harga, namun dengan pilihan pembuatan prototype yang cepat dan bersifat individual.
Fleksibilitas
Produksi Dengan pendirian pabrik pintar, mesin cerdas dan memiliki kemampuan konfigurasi
yang tinggi memberikan kemampuan untuk berproduksi lebih fleksibel, sehingga mampu untuk
menghasilkan produk yang lebih bervariasi dalam fasilitas manufaktur tertentu, proses
manufaktur yang lebih tangkas dan cepat tanggap terhadap perubahan dalam waktu singkat
(Kagermann, 2013). Hal ini memberikan peluang bagi perusahaan untuk memproduksi produk
bagi konsumen yang lebih luas dan secara cepat dapat beradaptasi terhadap kenaikan dan
penurunan kebutuhan pasar yang sifatnya hanya sementara.
Berkat produk digital dan pemodelan proses produksi serta rantai pasok yang dituntun dengan
data, kecepatan produksi menjadi meningkat (Kinzel, 2016). Pengumpulan, pra-pemrosesan dan
analisa semua data lantai produksi pabrik akan menghasilkan transparansi bagi keseluruhan
proses produksi serta mampu mengidentifikasi bottleneck dan titik-titik pengembangan yang
penting.
Meskipun tingginya kecepatan produksi telah diasosiakan dengan rendahnya kualitas, dalam
kasus manufaktur berbasis data, kualitas produksi akan meningkat dan rata-rata kesalahan akan
menurun, sebab metode sampel untuk deteksi kesalahan telah digantikan dengan data real-time
yang berasal dari sensor (Kinzel, 2016).
Perusahaan akan dapat menemukan cara baru untuk menciptakan nilai (value) dan mengadaptasi
model bisnis yang sesuai (Kagermann, 2013). Selain dengan biaya, perusahaan juga dapat
bersaing melalui kualitas, tingkat kustomisasi dan kecepatan pembuatan prototype, yang akan
mendoronng perubahan paradigm dalam bisnis (Kinzel, 2016). Bisnis saat ini lebih memilih
menjual jasa dari pada produk (virtual), namun hal ini sebenarnya juga dapat dikembangkan
lebih jauh lagi dan memperoleh sebuah peluang bisnis dalam dunia nyata (fisik).
Selain itu, tantangan yang juga akan dihadapi oleh MSDM pada revolusi industry 4.0 ini
meliputi:
Berkurangnya peluang pekerjaan. Hal ini tentunya menjadi tantangan yang cukup serius
bagi MSDM karena MSDM haru mampu merubah pola pikir SDM yang kini telah
memasuki revolusi industry 4.0. Di mana teknologi komunikasi dan informasi akan
semakin berkembang maka SDM harus mampu meningkatkan keahliannya terutama
dalam bidang teknologi.
Masalah keamanan informasi karyawan. Informasi perusahaan yang mencakup informasi
karyawan tidaklah aman dalam penggunaan teknologi yang berbasis internet karena
cyber-crime tak terpungkiri jika menggunakan internet. Untuk itu perusahaan harus
mampu melindungi keamanan informasi karyawan agar tidak dimanfaatkan pihak yang
tidak bertanggungjawab, untuk itu perlu pengembangan dan pemahaman mengenai
cyber-security.
Keengganan untuk berubah oleh pemangku kepentingan. Beberapa pemangku
kepentingkan mungkin saja tidak mau berubah dan masih mengikuti ‘cara lama’ sehingga
akan sulit dalam berkoordinasi dan penyampaian nilai dan budaya perusahaan.
Kesenjangan digital yang masih tinggi. Kesenjangan ini diakibatkan oleh minimnya
pengetahuan sumber daya manusia dalam mengoptimalkan teknologi digital dan
infrastruktur. Sehingga tantangan bagi SDM adalah mencari sumber daya manusia yang
memiliki pemahaman terkait dunia digital serta menyediakan pelatihan dan
pengembangan terhadap karyawan mengenai dunia digital.
a. Heckeu et al (2016) memaparkan tantangan yang dihadapi dalam revolusi industry 4.0
meliputi:
1) Tantangan Ekonomi:
a) Globalisasi yang terus berlanjut
Keterampilan antarbudaya
Kemampuan berbahasa
Fleksibilitas waktu
Keterampilan jaringan
Pemahaman proses
b) Meningkatnya kebutuhan akan inovasi
Pemikiran wirausaha
Kreativitas
Pemecahan masalah
Bekerja di bawah tekanan
Pengetahuan mutakhir
Keterampilan teknis
c) Permintaan untuk orientasi layanan yang lebih tinggi
Pemecahan konflik
Kemampuan komunikasi
Kemampuan berkompromi
Keterampilan berjejaring
d) Tumbuh kebuthan untuk kerja sama dan kolaboratif
Mampu berkompromi dan kooperatif
Kemampuan bekerja dalam tim
Kemampuan berkomunikasi
2) Tantangan Sosial
a) Perubahan demografi dan nilai sosial
Kemampuan mentransfer pengetahuan
Penerimaan rotasi tugas kerja dan perubahan pekerjaan
Fleksibilitas waktu dan tempat
Keterampilan memimpin
b) Peningkatan kerja virtual
Fleksibilitas waktu dan tempat
Keterampilan teknologi
Keterampilan media
Pemahaman keamanan IT
c) Kompleksitas proses
Keterampilan teknis
Pemahaman proses
Motivasi belajar
Toleransi ambiguitas
Pengambilan keputusan
Penyelesaian masalah
Keterampilan analisis
Mengetahui tantangan dan peluang dari revolusi industry 4.0 bertujuan untuk mencegah
dampak dalam kehidupan masyarakat salah satunya adalah masalah pengangguran. Masalah
pengangguran dan daya saing sumber daya manusia menjadi tantangan terutama di Indonesia.
Karena kini masyarakat Indonesia tidak hanya bersaing dengan sesama masyarakat Indonesia
namun juga orang asing serta kehadiran mesin dengan kecerdasan buatan yang lebih diminati
perusahaan, memperketat persaingan tenaga kerja di Indonesia.
DAFTAR PUSTAKA