Anda di halaman 1dari 10

“Peluang dan Tantangan Pengelolaan SDM di Tingkat Internasional pada Mada Revolusi

Industri 4.0”

Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Manajemen SDM Internasional

Dosen Pengampu :

Dr. Made Surya Putra, S.E.,M.Si.

DISUSUN OLEH :

Anak Agung Ayu Intan Kusuma Wardani ( 1707521074)/ 12

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS UDAYANA

2019
KONSEP REVOLUSI INDUSTRI 4.0

Revolusi industri dapat diartikan sebagai peningkatkan produksi akibat penggunaan


mesin dan ditandai dengan penggunaan sumber daya baru. Revolusi industry ini sendiri telah
terjadi sebanyak tiga kali, yaitu revolusi industry 1.0, 2.0, 3.0 dan yang sedang kita alami yaitu
revolusi industry 4.0. Berikut merupakan pemaparan singkat terkait masing-masing revolusi
industrI:

 Revolusi Industri 1.0

Revolusi industry pertama atau yang dikenal dengan revolusi industri 1.0 dimulai pada
abad ke-18 antara tahun 1750-1850. Revolusi industri pertama adalah yang paling sering
dibicarakan, yaitu proses yang dimulai dengan ditemukannya lalu digunakannya mesin uap
dalam proses produksi barang. Penemuan ini penting sekali, karena sebelum adanya mesin uap,
kita cuma bisa mengandalkan tenaga otot, tenaga air, dan tenaga angin untuk menggerakkan
apapun.Penggatian tenaga manusia dan hewan oleh mesin, yaitu saat munculnya mesin uap yang
ditemukan oleh James Watt melahirkan revolusi industry 1.0. Revolusi industry ini membawa
perubahan secara besar-besaran pada bidang pertanian, manufaktur, pertambangan, transportasi,
dan teknologi serta dampak yang mendalam terhadap sosial, ekonomi, dan budaya di dunia.

 Revolusi Industri 2.0

Revolusi industry 2.0 juga dikenal sebagai revolusi teknologi. Revolusi industry 2.0 ditandai
dengan kemunculan pembangkit listrik dan motor. Penemuan ini memicu kemunculan telepon,
mobil, pesawat terbang, dsb. Periode ini juga dikenal dengan Mass Production Assembly Line
karena pada masa itu pengenalan produksi massal berdasarkan pembagian kerja. Dengan
pembagian kerja yang memukinkan untuk meningkatkan efisiensi dan efektifitas manufaktur
sehingga meningkatkan produktivitas berkali lipat. Revolusi industri kedua ini juga berdampak
pada kondisi militer di Perang Dunia 2. Meski bisa dikatakan bahwa revolusi industri 2.0 sudah
terjadi di Perang Dunia 1, di Perang Dunia 2-lah efeknya benar-benar terasa. Ribuan tank,
pesawat, dan senjata-senjata tercipta dari pabrik-pabrik yang menggunakan lini produksi dan ban
berjalan. Ini semua terjadi karena adanya produksi massal (mass production).

 Revolusi Industri 3.0


Revolusi industry 3.0 terjadi sekitar akhir abad ke-20. Kemunculan teknologi digital dan
internet menandai dimulainya revolusi industry 3.0. Penemuan dan pembuatan elektronik
memungkinkan otomatisasi mesin secara optimal. Sosiolog Inggris David Harvey memiliki
pandangan bahwa revolusi industry 3.0 atau revolusi digital adalah proses pemampatan ruang
dan waktu, sehingga ruang dan waktu tidak lagi memiliki jarak. Revolusi ini mengubah pola
relasi dan komunikasi masyarakat kontemporer. Sehingga praktik bisnis pun turut berubah
mengikuti revolusi ini. Teknologi mengakibatkan pabrik-pabrik lebih memilih mesin
ketimbang manusia karena mesin memiliki kemampuan berproduksi yang jauh lebih banyak
dari pada tenaga manusia. Sebagai akibatnya, pengurangan tenaga kerja pun tidak dapat
dihindari. Selain itu, banyak perusahaan yang memindahkan pabriknya ke negara berbiaya
rendah untuk menekan biaya produksi namun tetap melakukan reproduksi secara besar-
besaran.

 Revolusi Industri 4.0

Konsep Industri 4.0 pertama kali digunakan di publik pada pameran industry Hannover
Messe di kota Hannover, Jerman di tahun 2011. Pada revolusi industry 4.0 yang merupakan
revolusi digital dicirikan oleh perpaduan teknologi yang menggabungkan teknologi cyber
dengan teknologi otomatisasi. Kemajuan teknologi ini mendorong terobosan baru seperti
robot kecerdasan buata (artificial intelligence robotic), teknologi nano, bioteknologi,
teknologi computer kuantum, teknologi berbasi internet , dan printer 3D. Pemikiran di balik
revolusi industry 4.0 adalah unuk menciptakan jaringan sosial di mana mesin dapat
berkomunikasi satu sama lain, yang disebut Internet of Things (IoT) dan dengan orang-orang
yang disebut Internet of People (IoP). Mesin-mesin akan beroperasi secara mandiri, atau
bekerja sama dengan manusia dalam menciptakan bidang produksi yang berorientasi
pelangan yang secara konstan bekerja untuk mempertahankan dirinya. Mesin tersebut
menjadi alat independen yang mampu mengumpulkan data menjadi database,
menganalisisnya, dan memberi masukan padanya. Ciri-ciri revolusi industry 4.0 yang
membedakannya dengan revolusi industry sebelumnya antara lain:

a. Data Besar (Big Data)


Platform big data membantu perusahaan menganalisis dan membuat keputusan
berdasarkan semua data yang tersedia.
b. Pabrik Cerdas (Smart Factory)
Istilah ini menggambarkan suatu lingkungan di mana mesin dan peralatan dapat
meningkatkan proses melalui otomatisasi dan optimasisasi diri. Struktur pabrik yang
cerdas dapat mencakup kombinasi teknologi produksi, informasi, dan komunikasi
dengan potensi integrasi di seluruh rantai pasokan manufaktur.
c. Sistem Cyber Fisik (Cyber Physical Systems)
Sistem cyber fisik adalah integrasi dari proses komputasi. jaringan dan proses fisik,
yang mana mekanismenya dikenalikan atau diawasi oleh algoritma berbasi computer,
terintegrasi dengan internet dan penggunanya. Hal ini berarti computer dan jaringan
dapat memonitor proses pembuatan fisik pada proses tertentu.
d. Internet of Things (ioT)
IoT adalah sebuah konsep yang paa dasarnya menghubungkan perangkat apapun ke
internet. Dalam IoT suatu perangkat mempunyai kemampuan untuk mentransfer data
melalui jaringan tanpa membutuhkan interaksi manusia.
e. Interoperabilitas
Merupakan kerjasama antar elemen yang berbeda yang memungkinkan terjadinya
pertukaran data atau informasi diantara elemen-elemen tersebut. Interoperabilitas
pada dasarnya merupakan apa yang terjadi ketika kita menyatukan elemen-elemen di
atas.

DAMPAK REVOLUSI INDUSTRI TERHADAP MSDM DI PERUSAHAAN

Bagi peusahaan revolusi industry ini membawa perubahan yang menguntungkan, namun
dari aspek sumber daya manusia akam membawa dampak yang cukup berbahaya apabila tidak
dikelola dengan baik. Adapun beberapa dampak yang terjadi meliputi:

a. Pengurangan jumlah tenaga kerja. Berkembangnya robotik akan menyebabkan penggantian


tenaga kerja manusia menjadi robotik, terutama pada industry manufaktur, akan mengarah
pada pengurangan jumlah tenaga kerja yang ada dalam perusahaan. Bahkan pekerjaan
tersebut mungkin tidak akan ada lagi karena telah digantikan oleh mesin-mesin melalui
artificial intelligence atau kecerdasan buatan. Bagi perusahaan langkah ini terbilang
menguntungkan karena biaya tenaga kerja merupakan salah satu biaya yang cukup besar
dikeluarkan perusahaan tiap tahunnya. Penggunaan mesin yang memiliki AI, meskipun
memiliki harga yang mahal, namun dapat menghemat biaya tenaga kerja yang dikeluarkan
perusahaan.
b. Tingginya persaingan kerja. Penggantian tenaga manusia menjadi mesin dengan keerdasan
buatan, menyebabkan pengurangan jumlah tenaga kerja dalam suatu perusahaan dan
berkurangnya penawaran terhadap pekerjaan tersebut. Hal ini akan menimbulkan persaingan
baik dalam ruang lingkup internal maupun eksternal. Pada ruang lingkup internal, para
pekerja akan bekerja semaksimal mungkin untuk menunjukkan kinerja terbaik mereka agar
tetap dipertahankan di perusahaan. Sedangkan bagi pihak eksternal yang mencoba melamar
agar bersaing satu sama lain karena jumlah posisi yang ditawarkan dalam perusahaan
terbatas serta kualifikasi perusahaan yang tinggi.
c. Adanya lowongan pekerjaan baru. Penggantian tenaga kerja menjadi mesin yang memiliki
kecerdasan buatan dapat menghapus pekerjaan tertentu namun juga dapat memunculkan
lowongan pekerjaan baru dalam perusahaan. Misalnya perusahaan cepat saji McDonald
mengganti juru masaknya dengan mesin, sehingga perusahaan akan mengurangi atau
meniadakan tenaga kerja di bagian cooking. Namun akan ada pekerjaan baru yaitu sebagai
teknisi serta operator dari mesin tersebut.
d. Pemerintah juga harus mengantisipasi dampak negatif dari Industri 4.0 seperti disruptive
technology. Kehadiran disruptive technology ini akan membuat perubahan besar dan secara
bertahap akan mematikan bisnis tradisional. Peran Industri 4.0 juga ini masih dipertanyakan
bila dilihat dari gejala deindustrialisasi global yang terjadi akhir-akhir ini. Hal ini
dikarenakan semakin meningkatnya peran sektor jasa. Selain itu Industri 4.0 juga berdampak
negatif terhadap penciptaan lapangan pekerjaan. Di kawasan ASEAN, hanya Singapura yang
telah siap mengadapi era industri baru ini.

Tantangan dan Peluang MSDM

Peluang MSDM pada revolusi industry 4.0 ini meliputi:

 Kustomisasi Massal (Mass Customization)

Berkebalikan dengan produksi massal yang berkembang saat ini, industri 4.0 memiliki
kemampuan untuk mass customization, yang memungkinkan untuk memproduksi dalam skala
yang sangat kecil bahkan hanya 1 produk unik dan tetap memperoleh keuntungan (Kagermann,
2013). Kemampuan ini akan meningkatkan efektifitas biaya dari kustomisasi dan pembuatan
purwa rupa (prototype) serta apa saja yang mendorong inovasi. Perubahan kecil yang terjadi di
akhir waktu terhadap produk atau prototype menjadi mungkin dilakukan, berkat konfigurasi
tinggi dari sistem produksi yangn otomatis. Hal ini menjadi peluang bagi perusahaan untuk
mengadopsi model bisnis baru yang bisa menciptakan value (nilai) baru dan bersaing tidak hanya
dengan harga, namun dengan pilihan pembuatan prototype yang cepat dan bersifat individual.

 Fleksibilitas

Produksi Dengan pendirian pabrik pintar, mesin cerdas dan memiliki kemampuan konfigurasi
yang tinggi memberikan kemampuan untuk berproduksi lebih fleksibel, sehingga mampu untuk
menghasilkan produk yang lebih bervariasi dalam fasilitas manufaktur tertentu, proses
manufaktur yang lebih tangkas dan cepat tanggap terhadap perubahan dalam waktu singkat
(Kagermann, 2013). Hal ini memberikan peluang bagi perusahaan untuk memproduksi produk
bagi konsumen yang lebih luas dan secara cepat dapat beradaptasi terhadap kenaikan dan
penurunan kebutuhan pasar yang sifatnya hanya sementara.

 Meningkatkan Kecepatan Produksi

Berkat produk digital dan pemodelan proses produksi serta rantai pasok yang dituntun dengan
data, kecepatan produksi menjadi meningkat (Kinzel, 2016). Pengumpulan, pra-pemrosesan dan
analisa semua data lantai produksi pabrik akan menghasilkan transparansi bagi keseluruhan
proses produksi serta mampu mengidentifikasi bottleneck dan titik-titik pengembangan yang
penting.

 Kualitas Produk Yang Lebih Baik dan Mengurangi Rata-Rata Kerusakan

Meskipun tingginya kecepatan produksi telah diasosiakan dengan rendahnya kualitas, dalam
kasus manufaktur berbasis data, kualitas produksi akan meningkat dan rata-rata kesalahan akan
menurun, sebab metode sampel untuk deteksi kesalahan telah digantikan dengan data real-time
yang berasal dari sensor (Kinzel, 2016).

 Kedekatan Yang Lebih Baik Terhadap Pelanggan


Perubahan-perubahan yang terjadi di industri 4.0 ini akan membantu untuk bisa lebih dekat
kepada konsumen, baik secara virtual maupun fisik. Berkat proses desain virtual dan portal
layanan pribadi, pelanggan secara individual akan dapat menawarkan rancangannya sendiri dan
memberikan masukkan yang kuat untuk proses produksi secara umum (Kinzel, 2016;
Kagermann, 2013). Dengan memiliki otomatisasi yang luas atas proses produksi dari pabrik fisik
mereka, perusahaan dapat memilih untuk membawa pabrik mereka lebih dekat kepada pelanggan
sehingga dapat memperpendek rantai pasok dan waktu pengiriman.

 Metode Baru Dalam Menciptakan Nilai

Perusahaan akan dapat menemukan cara baru untuk menciptakan nilai (value) dan mengadaptasi
model bisnis yang sesuai (Kagermann, 2013). Selain dengan biaya, perusahaan juga dapat
bersaing melalui kualitas, tingkat kustomisasi dan kecepatan pembuatan prototype, yang akan
mendoronng perubahan paradigm dalam bisnis (Kinzel, 2016). Bisnis saat ini lebih memilih
menjual jasa dari pada produk (virtual), namun hal ini sebenarnya juga dapat dikembangkan
lebih jauh lagi dan memperoleh sebuah peluang bisnis dalam dunia nyata (fisik).

Selain itu, tantangan yang juga akan dihadapi oleh MSDM pada revolusi industry 4.0 ini
meliputi:

 Berkurangnya peluang pekerjaan. Hal ini tentunya menjadi tantangan yang cukup serius
bagi MSDM karena MSDM haru mampu merubah pola pikir SDM yang kini telah
memasuki revolusi industry 4.0. Di mana teknologi komunikasi dan informasi akan
semakin berkembang maka SDM harus mampu meningkatkan keahliannya terutama
dalam bidang teknologi.
 Masalah keamanan informasi karyawan. Informasi perusahaan yang mencakup informasi
karyawan tidaklah aman dalam penggunaan teknologi yang berbasis internet karena
cyber-crime tak terpungkiri jika menggunakan internet. Untuk itu perusahaan harus
mampu melindungi keamanan informasi karyawan agar tidak dimanfaatkan pihak yang
tidak bertanggungjawab, untuk itu perlu pengembangan dan pemahaman mengenai
cyber-security.
 Keengganan untuk berubah oleh pemangku kepentingan. Beberapa pemangku
kepentingkan mungkin saja tidak mau berubah dan masih mengikuti ‘cara lama’ sehingga
akan sulit dalam berkoordinasi dan penyampaian nilai dan budaya perusahaan.
 Kesenjangan digital yang masih tinggi. Kesenjangan ini diakibatkan oleh minimnya
pengetahuan sumber daya manusia dalam mengoptimalkan teknologi digital dan
infrastruktur. Sehingga tantangan bagi SDM adalah mencari sumber daya manusia yang
memiliki pemahaman terkait dunia digital serta menyediakan pelatihan dan
pengembangan terhadap karyawan mengenai dunia digital.
a. Heckeu et al (2016) memaparkan tantangan yang dihadapi dalam revolusi industry 4.0
meliputi:
1) Tantangan Ekonomi:
a) Globalisasi yang terus berlanjut
 Keterampilan antarbudaya
 Kemampuan berbahasa
 Fleksibilitas waktu
 Keterampilan jaringan
 Pemahaman proses
b) Meningkatnya kebutuhan akan inovasi
 Pemikiran wirausaha
 Kreativitas
 Pemecahan masalah
 Bekerja di bawah tekanan
 Pengetahuan mutakhir
 Keterampilan teknis
c) Permintaan untuk orientasi layanan yang lebih tinggi
 Pemecahan konflik
 Kemampuan komunikasi
 Kemampuan berkompromi
 Keterampilan berjejaring
d) Tumbuh kebuthan untuk kerja sama dan kolaboratif
 Mampu berkompromi dan kooperatif
 Kemampuan bekerja dalam tim
 Kemampuan berkomunikasi
2) Tantangan Sosial
a) Perubahan demografi dan nilai sosial
 Kemampuan mentransfer pengetahuan
 Penerimaan rotasi tugas kerja dan perubahan pekerjaan
 Fleksibilitas waktu dan tempat
 Keterampilan memimpin
b) Peningkatan kerja virtual
 Fleksibilitas waktu dan tempat
 Keterampilan teknologi
 Keterampilan media
 Pemahaman keamanan IT
c) Kompleksitas proses
 Keterampilan teknis
 Pemahaman proses
 Motivasi belajar
 Toleransi ambiguitas
 Pengambilan keputusan
 Penyelesaian masalah
 Keterampilan analisis

Mengetahui tantangan dan peluang dari revolusi industry 4.0 bertujuan untuk mencegah
dampak dalam kehidupan masyarakat salah satunya adalah masalah pengangguran. Masalah
pengangguran dan daya saing sumber daya manusia menjadi tantangan terutama di Indonesia.
Karena kini masyarakat Indonesia tidak hanya bersaing dengan sesama masyarakat Indonesia
namun juga orang asing serta kehadiran mesin dengan kecerdasan buatan yang lebih diminati
perusahaan, memperketat persaingan tenaga kerja di Indonesia.
DAFTAR PUSTAKA

Fauzan, R. (2018). Karakteristik Model dan Analisa Peluang-Tantangan Industri 4.0.


PHASTI, 4(01), 1-11.

Satya, V. E. (2018). Strategi Indonesia Menghadapi Industri 4.0. INFO Singkat.

Anda mungkin juga menyukai