Anda di halaman 1dari 6

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Kecelakaan kerja yang terjadi pada proyek konstruksi akan menjadi

salah satu penyebab terganggunya atau terhentinya aktivitas pekerjaan

proyek. Resiko kegagalan (risk of failures) selalu ada pada setiap aktifitas

pekerjaan dan saat kecelakaan kerja (work accident) terjadi, seberapapun

kecilnya, dapat mengakibatkan efek kerugian (loss) (ILO, 2004). Di Indonesia

sektor konstruksi menjadi penyumbang terbesar bersama dengan industri

manufaktur sebesar 32%, berbeda dengan sektor transportasi 9%, kehutanan

4% dan pertambangan 2% (Kementerian Pekerjaan Umum, 2014).

Menurut data Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS)

Ketenagakerjaan (2015) hingga akhir 2015 telah terjadi kecelakaan kerja

sebanyak 105.182 kasus. Sementara itu, untuk kasus kecelakaan berat yang

mengakibatkan kematian tercatat sebanyak 2.375 kasus dari total jumlah

kecelakaan kerja. Jumlah kecelakaan kerja dari tahun ke tahun mengalami

peningkatan. Total jumlah kecelakaan kerja setiap tahunnya mengalami

peningkatan hingga 5%. Kecelakaan kerja berat peningkatannya cukup

lumayan besar yakni sekitar 5%-10% setiap tahunnya.

Sebab itu keselamatan kerja merupakan hal penting yang harus

1
2

diperhatikan oleh setiap perusahaan. Hal ini disebabkan karena keselamatan

kerja sangat berkaitan erat dengan kelangsungan hidup pekerja. Begitu

pentingnya faktor keselamatan kerja, hingga dituangkan dalam UU

Ketenagakerjaan No.13/Tahun 2003, pasal 86 dan 87 pada Bab Perlindungan,

Pengupahan dan Kesejahteraan. Pasal 87 ayat (1) berbunyi “Sistem

manajemen keselamatan dan kesehatan kerja wajib diterapkan oleh setiap

perusahaan yang terintegrasi dengan sistem manajemen perusahaan"(ILO,

2004).

Perilaku manusia dalam bekerja dapat menciptakan munculnya risiko

yang berkaitan dengan keselamatan kerja. Perilaku yang tidak aman dianggap

sebagai hasil dari kesalahan yang dilakukan baik oleh pekerja yang terlibat

secara langsung (Wibisono, 2013). Menurut Geller (2001), faktor perilaku

merupakan aspek manusia dan faktor tersebut lebih sedikit diperhatikan

dari faktor lingkungan. Perilaku tidak aman (unsafe behavior) merupakan

penyebab dasar pada sebagian besar kejadian hampir celaka dan kecelakaan di

tempat kerja. Oleh karena itu, perlu dilakukan observasi mendalam terhadap

kalangan pekerja mengenai perilaku kerja tidak aman. Umpan balik mengenai

observasi serta perilaku berbasis keselamatan yaitu pendekatan yang

bertujuan intervensi dan memodifikasi terhadap perilaku telah terbukti sukses

dalam mengurangi perilaku yang tidak aman (Zhang, 2013).

Hal ini dapat disebabkan oleh adanya faktor lain yang mempengaruhi

terjadinya kecelakaan kerja seperti tingkat pengetahuan dan keterampilan

tenaga kerja serta sikap tenaga kerja itu sendiri dalam melakukan pekerjaannya
3

(Harianto dkk, 2014). Sehingga diperlukan pelatihan terkait Keselamatan dan

Kesehatan Kerja (K3) untuk memberikan informasi serta meningkatkan

pengetahuan pekerja mengenai bahaya dan risiko ditempat kerja. Hal tersebut

diperlukan agar pekerja menjadi lebih berhati-hati dalam bekerja (Hidayat

dkk, 2014).

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Nor Wijayanti (2014)

dengan judul “Pengaruh Pengetahuan, Sikap, dan Ketersediaan Alat Pelindung

Diri Terhadap Perilaku Keselamatan dan Kesehatan Kerja Petugas

Laboratorium” menunjukan ada pengaruh pengetahuan terhadap perilaku

keselamatan petugas labolatorium dengan hasil yang signifikan (p value 0,001

< 0,5) dan nilai koefesien regresi variabel pengetahuan petugas laboratorium

adalah 0,611.

PT. Wijaya Karya Beton Boyolali merupakan perusahaan yang

bergerak di bidang konstruksi. Perusahaan tersebut memiliki dua jenis pekerja

konstruksi, yaitu pekerja tetap dan pekerja subkontraktor. Mendominasinya

pekerja subkontraktor membuat aspek keselamatan kerja menjadi fokus utama

dalam perusahaan ini. Berdasarkan hasil pengamatan dari 10 pekerja didapati

7 pekerja bekerja dengan perilaku yang tidak aman, 2 pekerja bekerja

diketinggian tanpa menggunakan body harness, 1 pekerja didapati bekerja

tidak menggunakan alat pelindung telinga di bagian spinning, 2 pekerja

menarik kerangka besi tanpa menggunakan alat angkat-angkut, 2 pekerja

didapati menjalakan mesin spinning tidak sesuai dengan prosedur kerja yang

berlaku. Sementara hasil nilai skor kuesioner tingkat pengetahuan keselamatan


4

dari 8 pekerja terdapat 3 pekerja yang memiliki nilai skor baik, 1 pekerja yang

memiliki nilai skor yang sedang dan 4 pekerja memiliki nilai skor yang kurang.

Berdasarkan latar belakang tersebut peneliti tertarik untuk melakukan

penelitian yang berjudul “Hubungan Tingkat Pengetahuan dengan Perilaku

Keselamatan pada Pekerja Subkontraktor di PT. Wijaya Karya Beton

Boyolali”.

B. Rumusan Masalah

Apakah ada Hubungan Tingkat Pengetahuan dengan Perilaku

Keselamatan pada Pekerja Subkontraktor di PT. Wijaya Karya Beton

Boyolali ?

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui hubungan tingkat pengetahuan dengan perilaku

keselamatan pada pekerja subkontraktor di PT. Wijaya Karya Beton

Boyolali.

2. Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui tingkat pengetahuan pekerja subkontraktor di PT.

Wijaya Karya Beton Boyolali.

b. Untuk mengetahui perilaku keselamatan pada pekerja subkontraktor

di PT. Wijaya Karya Beton Boyolali.


5

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

Hasil dari penelitian ini sebagai dasar untuk memperkuat teori

bahwa terdapat hubungan tingkat pengetahuan dengan perilaku

keselamatan pada pekerja subkontraktor di PT. Wijaya Karya Beton

Boyolali.

2. Manfaat Aplikatif

a. Bagi Peneliti

Diharapkan penelitian ini dapat menambah wawasan dalam hal

merencakan penelitian, melaksanakan penelitian dan menerapkan ilmu

Keselamatan dan Kesehatan Kerja yang dapat bermanfaat bagi pekerja

subkontraktor di PT. Wijaya Karya Beton Boyolali.

b. Bagi Perusahaan

Diharapkan penelitian ini dapat menjadi bahan pertimbangan dalam

menentukan program meningkatkan pengetahuan keselamatan kerja

pada pekerja subkontraktor di PT. Wijaya Karya Beton Boyolali,

khususnya menjamin agar bekerja dengan perilaku yang aman.

c. Bagi Responden

Diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan keselamatan kerja dan

kesadaran khususnya perilaku keselamatan pada pekerja subkontraktor

di PT. Wijaya Karya Beton Boyolali

d. Bagi Program Diploma 4 Keselamatan dan Kesehatan Kerja


6

Diharapkan dapat menambah referensi kepustakaan Program

Diploma IV Keselamatan dan Kerja serta dapat dijadikan pertimbangan

untuk penelitian-penelitian selanjutnya khususnya mengenai hubungan

tingkat pengetahuan dengan perilaku keselamatan pada pekerja

subkontraktor di PT. Wijaya Karya Beton Boyolali.

Anda mungkin juga menyukai