Anda di halaman 1dari 9

Problematika Inovasi Pelayanan Publik di Badung:

Lemahnya Konsistensi, Keberlanjutan dan Pengembangan

Oleh:
I Made Bram Sarjana,S.IP.,M.Par.,M.Sc.
Analis Kebijakan Ahli Muda
Badan Penelitian dan Pengembangan Kabupaten Badung

RINGKASAN EKSEKUTIF

Inovasi pelayanan publik bukanlah suatu hal yang baru bagi Pemerintah Kabupaten
Badung. Berbagai bentuk inovasi pelayanan publik telah dilaksanakan oleh perangkat
daerah. Beberapa inovasi yang dilakukan juga diikutsertakan pada kompetisi inovasi
pelayanan publik oleh kementerian terkait dan berhasil meraih penghargaan. Prestasi
tersebut menunjukkan komitmen untuk beradaptasi dan berubah, menyesuaikan
dengan dinamika permasalahan publik. Sekalipun demikian, terdapat aspek penting
yang tidak boleh dilupakan dalam proses inovasi pelayanan publik yaitu konsistensi,
keberlanjutan dan pengembangan inovasi. Tanpa konsistensi, keberlanjutan dan
pengembangan, maka inovasi tidak akan mampu meningkatkan kualitas pelayanan
publik secara signifikan. Inovasi yang tidak disertai dengan konsistensi, keberlanjutan
dan pengembangan dapat terjebak ke dalam kegiatan rutinitas semata. Agar inovasi
berdampak signifikan terhadap peningkatan kualitas pelayanan publik maka diperlukan
tata kelola inovasi yang solid berdasarkan peta jalan yang jelas.

PENDAHULUAN

Inovasi dalam pelayanan publik bertujuan agar proses kerja layanan menjadi

semakin efektif, mudah diakses dan menjawab kebutuhan publik. Inovasi

didedikasikan untuk tujuan-tujuan yang besar seperti pertumbuhan ekonomi,

pembangunanan sosial, kesejahteraan masyarakat serta pelayanan publik yang lebih

bermutu (Utomo, 2017: 32). Inovasi juga menjadi salah satu isu strategis dalam

reformasi birokrasi. Berdasarkan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 tentang

1
Pelayanan Publik, pelayanan publik adalah kegiatan atau rangkaian kegiatan dalam

rangka pemenuhan kebutuhan pelayanan sesuai dengan peraturan perundang-

undangan bagi setiap warga negara dan penduduk atas barang, jasa, dan/atau
pelayanan administratif yang disediakan oleh penyelenggara pelayanan publik.

Berdasarkan undang-undang tersebut maka komponen dalam pelayanan publik

mencakup pelayanan barang, jasa dan administratif.

Pelayanan publik tentunya harus terlaksana sesuai dengan perkembangan

jaman dan dinamika kehidupan masyarakat. Kemajuan ilmu pengetahuan dan sosial
ekonomi membuat cara berpikir dan perilaku masyarakat mengalami perubahan.

Tuntutan dan permasalahan kehidupan masyarakat menjadi semakin kompleks,


sehingga pelayanan publik pun harus mampu mengikuti irama perkembangan

kehidupan masyarakat. Inovasi pelayanan publik menjadi salah satu kunci untuk

menjawab kompleksitas kehidupan masyarakat. Konsekuensi dari kondisi tersebut

adalah kewajiban pemerintah untuk melakukan inovasi dalam melaksanakan

pelayanan publik. Undang-Undang Nomor 23 tahun 2014 tentang Pemerintahan

Daerah telah membaca tren perkembangan kehidupan masyarakat ke depan, sehingga


terdapat bab tersendiri yang mengatur inovasi daerah. Salah satu prinsip inovasi dalam
perumusan kebijakan inovasi sebagaimana disebutkan pada pasal 387 huruf e adalah

berorientasi pada kepentingan umum.

Semangat pemerintah untuk terus mengedepankan inovasi dalam

penyelenggaraan pelayanan publik juga dicerminkan dari terbitnya Peraturan

Pemerintah Nomor 38 Tahun 2017 tentang Inovasi Daerah. Inovasi daerah

didefinisikan sebagai semua bentuk pembaharuan dalam penyelenggaraan

Pemerintahan Daerah. Inovasi pelayanan publik sebagaimana disebutkan dalam pasal


4 merupakan salah satu bentuk inovasi daerah, berupa penyediaan pelayanan kepada

masyarakat yang meliputi proses pemberian pelayanan barang/jasa publik dan inovasi

2
jenis dan bentuk barang/jasa publik. Hal ini pula yang mendorong Kementerian PAN

dan RB sejak tahun 2015 melaksanakan Kompetisi Inovasi Pelayanan Publik (KIPP).

IDENTIFIKASI MASALAH

Sejak awal pelaksanaan kompetisi inovasi pada tahun 2015, inovasi Pemerintah

Kabupaten Badung telah berhasil memasuki top 99 inovasi. Inovasi yang berhasil

menembus top 99 inovasi tersebut yaitu Asparagus Ditanam, Ekonomi Mapan oleh

Dinas Pertanian, Gerakan Berkelanjutan Anti Sampah Plastik (Gelatik) oleh Dinas
Kebersihan dan Pertamanan dan Cegah Kanker Serviks, Perempuan Tersenyum oleh

Dinas Kesehatan 1. Kini di tahun 2019, dua inovasi Kabupaten Badung juga berhasil
masuk pada top 99, bahkan hingga top 45 pelayanan publik yaitu Badung Anti

Kantong Plastik (Batik) Berbasis Kearifan Lokal oleh Dinas Lingkungan Hidup dan

Kebersihan dan Fish Go (Penentuan Area Penangkapan Ikan) oleh Badan Litbang 2.

Berbagai prestasi dalam inovasi pelayanan publik tersebut tentunya patut

diapresiasi karena merupakan bentuk pengakuan pemerintah atas capaian dalam

pembaharuan penyelenggaraan pemerintahan daerah yang semakin baik. Terlepas


dari prestasi dan apresiasi pemerintah terhadap sejumlah inovasi pelayanan publik
yang telah dilakukan oleh Pemerintah Kabupaten Badung, hal substansial yang tidak

kalah pentingnya perlu dilakukan adalah langkah-langkah pengembangan agar

inovasi dihasilkan dapat mencapai fase yang semakin matang.

Munculnya berbagai inovasi pada perangkat daerah di lingkungan Pemerintah

Kabupaten Badung mengindikasikan adanya komitmen untuk menerapkan

manajemen perubahan dalam lingkup organisasinya. Orientasi dari manajemen

perubahan yang menjadi faktor pendorong kemunculan inovasi adalah menghasilkan

1
http://denpostnews.com/2015/03/25/tiga-inovasi-badung-masuk-nominasi-nasional/ diakses pada 19
Agustus 2019.
2
https://www.menpan.go.id/site/berita-terkini/kementerian-panrb-tetapkan-top-45-inovasi diakses pada 14
Agustus 2019.

3
pelayanan publik yang semakin baik. Faktor kepemimpinan, gagasan yang muncul dari

kepala perangkat daerah masing-masing memiliki peranan yang besar atas munculnya

inovasi tersebut. Sekalipun demikian, agar inovasi dapat terbangun secara solid,
manajemen perubahan yang tersentral pada satu sosok, yaitu kepala perangkat daerah

saja tidaklah cukup. Inovasi yang solid membutuhkan terbangunnya suatu budaya dan

lingkungan kerja yang kreatif dan visioner. Gagasan bisa datang dari pemimpin,

namun gerakannya harus dirasa dimiliki oleh semua orang. Proses yang hanya dimiliki

pemimpin tidak akan pernah bertenaga dalam bergerak (Kasali, 2006:13). Dengan
demikian idealnya setiap Aparatur Sipil Negara (ASN) pada perangkat daerah harus

memahami dan menjiwai hakekat dari pentingnya inovasi pelayanan publik.


Keberlanjutan inovasi menjadi amat penting agar memberikan daya ungkit

yang signifikan terhadap kualitas pelayanan publik serta daya saing daerah Kabupaten

Badung. Permasalahannya adalah bagaimana proses itu dapat dilaksanakan dan siapa

yang harus melaksanakannya?

Inovasi yang sukses membutuhkan proses yang sistematis, tidak berlangsung

secara tiba-tiba atau hanya berdasarkan keputusan sepihak oleh pimpinan. Terdapat
lima tahapan yang diperlukan agar inovasi dapat mencapai kesuksesan yaitu (Mariello,
2007):

1. Mengembangkan dan memobilisasi ide. Pada tahapan ini dilakukan

penggalian ide tentang inovasi, yang digerakkan oleh tekanan untuk

berkompetisi.

2. Advokasi dan Skrining. Pada tahapan ini dilakukan proses penyeleksian

terhadap ide inovatif mana yang layak dilaksanakan.

3. Eksperimentasi. Inovasi yang disepakati selanjutnya diujicobakan pada


lingkungan nyata, melibatkan publik yang akan menerimanya.

4
4. Komersialisasi. Inovasi yang telah diujicobakan selanjutnya diwujudkan dan

kembali diuji kemampuannya untuk memecahkan masalah konsumen

layanan.
5. Difusi dan Implementasi. Difusi merupakan penerimaan organisasi atas

inovasi yang telah diwujudkan, selanjutnya implementasi mencakup proses

penyiapan struktur, pemeliharaan dan sumber daya yang diperlukan untuk

mewujudkannya.

Sejak awal, pada tahap ide, tipikal inovasi yang akan diwujudkan pun harus jelas.
Menurut Bessant dan Tidd (2013:24) terdapat empat kategori besar tipe inovasi yaitu:

1. Inovasi produk: perubahan atas jenis barang/jasa yang ditawarkan


2. Inovasi proses: perubahan cara dalam menghasilkan atau menyajikannya

3. Inovasi posisi: perubahan atas konteks pemberian barang/jasa

4. Inovasi paradigma: perubahan sikap mental organisasi.

Demikian pula spektrumnya, apakah inovasi bersifat inkremental (perubahan sedikit-

sedikit dari yang sebelumnya ataukah inovasi yang radikal (perubahan drastis). Oleh

sebab itulah agar inovasi layanan publik berjalan secara konsisten, berkelanjutan dan
berkembang mencapai tahap kematangan, maka tata kelolanya harus sudah jelas sejak
dari proses kelahiran hingga implementasi. Tata kelola inovasi dilaksanakan oleh

perangkat daerah yang memilliki tugas dan fungsi yang sesuai, serta SDM yang

kompeten. Berdasarkan atas uraian di atas maka dapat disimpulkan sebagai berikut:

SIMPULAN

1. Inovasi mutlak diperlukan untuk meningkatkan kualitas pelayanan publik.

Tanpa inovasi maka layanan publik yang diberikan akan kehilangan


relevansinya, tidak memberikan nilai tambah kepada masyarakat.

2. Inovasi pelayanan publik di Kabupaten Badung hingga saat ini masih

berada pada fase pertumbuhan, yang berjalan secara sporadis.

5
Seiring perjalanan waktu dan meningkatnya tuntutan masyarakat, maka inovasi

harus dikelola dengan secara sistematis agar berjalan secara konsisten,

berkelanjutan dan berkembang. Dengan tata kelola yang lebih sistematis maka
inovasi dapat memberikan daya ungkit yang signifikan terhadap peningkatan

kualitas pelayanan publik maupun daya saing daerah.

3. Inovasi yang dilaksanakan oleh perangkat daerah belum terkoordinasi

secara terpadu dari aspek substantif.

Fungsi koordinasi yang berjalan baru sebatas administratif, yang dilaksanakan


oleh Bagian Organisasi Setda Kabupaten Badung. Koordinasi administratif ini

dilaksanakan menjelang pelaksanaan penilaian/kompetisi pelayanan publik


oleh Kementerian PAN dan RB. Dengan demikian pelaksanaan inovasi masih

terbatas pada kebutuhan untuk mengikuti kompetisi, belum menjadi aktivitas

yang berkelanjutan untuk memecahkan masalah/memperbaiki cara kerja

pelayanan publik.

4. Ketiadaan fungsi koordinasi substansi inovasi mengakibatkan konsistensi,

keberlanjutan dan pengembangan inovasi pelayanan publik belum


terwujud. Kondisi ini membuat inovasi berjalan secara sendiri-sendiri yang
sepenuhnya hanya bergantung dari inisiatif/karakteristik kepemimpinan kepala

perangkat daerah masing-masing.

Mengacu pada uraian dan simpulan tersebut di atas diajukan rekomendasi sebagai

berikut:

REKOMENDASI

1. Menyusun Road Map pengembangan inovasi daerah sebagai pedoman


dalam pelaksanaan inovasi pelayanan publik. Road map ini diperlukan agar

pelaksanaan inovasi memiliki tujuan, sasaran dan tahapan yang jelas tidak lagi

muncul secara sporadis.

6
2. Mensinkronisasikan substansi road map inovasi pelayanan publik dengan

dokumen perencanaan pembangunan (RPJMD dan RPJPD), sehingga inovasi

pelayanan publik mendukung pencapaian RPJMD dan RPJPD.


3. Menugaskan Badan Penelitian dan Pengembangan sebagai perangkat

daerah yang mengkoordinasikan inovasi pelayanan publik dari aspek

substansi, berpedoman pada Road Map Inovasi Pelayan Publik.

4. Mengembangkan Laboratorium Inovasi Daerah (Labinovda) Kabupaten

Badung. Labinovda bertugas mendokumentasikan seluruh inovasi pelayanan


publik yang ada, membangun kolaborasi antara perangkat daerah, para

ahli/pakar dari perguruan tinggi, praktisi/industri dan masyarakat penerima


layanan untuk bersama-sama menciptakan (ko-kreasi) inovasi, mengkaji

potensi inovasi baru, menggali peluang pengembangan lebih lanjut atas inovasi

yang telah ada berdasarkan pada analisa kebutuhan.

Pengembangan Labinovda ini dapat pula bekerja sama dengan

Kementerian/Lembaga terkait seperti Kementerian Dalam Negeri (Badan

Litbang), Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Direktorat


Jenderal Penguatan Inovasi), Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi
(BPPT), dan Lembaga Administrasi Negara (Kedeputian Bidang Kajian Kebijakan

dan Inovasi Administrasi Negara). Peran pengembangan Labinovda

dilaksanakan oleh Badan Penelitian dan Pengembangan Daerah Kabupaten

Badung.

5. Mendorong terbangunnya budaya dan iklim inovasi pelayanan publik di

seluruh perangkat daerah berbagai tingkatan, sehingga inovasi tidak hanya

muncul secara top down dan sporadis, atau sekadar untuk mengikuti kompetisi.
Usulan inovasi juga dapat muncul dari level staf (bottom up), berdasarkan atas

pengalaman dan pencermatannya atas masalah-masalah publik yang dihadapi

7
sehari-hari. Dengan demikian inovasi menjadi suatu kebutuhan dan pola pikir

yang terlembagakan pada seluruh aparatur.

Untuk itu diperlukan lingkungan dan budaya kerja yang kreatif, berbasis pada
pengetahuan. Peran ini dilakukan oleh Badan Kepegawaian dan Pengembangan

Sumber Daya Manusia (BKPSDM) Kabupaten Badung dengan mendorong dan

memfasilitasi agar seluruh Aparatur Sipil Negara (ASN) untuk terus menggali

pengetahuan dari berbagai sumber, antara lain pembelajaran dalam jaringan

/daring (online) maupun konvensional/ di luar jaringan (luring). Langkah awal


yang dapat dilakukan adalah dengan mengundang pihak-pihak yang kompeten

seperti LAN dan BPPT sebagai narasumber yang melakukan diseminasi


informasi tentang inovasi berkelanjutan kepada Pemerintah Kabupaten

Badung.

6. Memprioritaskan pengalokasian anggaran terhadap usulan

program/kegiatan inovatif dengan parameter antara lain peningkatan

efisiensi dan efektivitas, perluasan manfaatnya bagi masyarakat serta multiplier

effect-nya terhadap peningkatan daya saing daerah. Peran ini dilakukan oleh
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Badung bersama Tim
Anggaran Pemerintah Daerah.

8
DAFTAR PUSTAKA

Peraturan Perundang-undangan:
Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik

Undang-Undang Nomor 23 tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah

Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2017 tentang Inovasi Daerah

Buku:
Bessant, John & Tidd, Joe. (2013). Managing Innovation. John Wiley. Diunduh dari

https://www.researchgate.net/publication/285052130_Managing_Innovation
pada 21 Agustus 2019.

Kasali, Rhenald. (2006). Change!: Tidak Peduli Berapa Jauh Jalan Salah yang Anda

Jalani, Putar Arah Sekarang Juga (Manajemen Perubahan dan Manajemen

Harapan). Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Utomo, Tri Widodo W. (2017). Inovasi Harga Mati: Sebuah Pengantar Inovasi

Administrasi Negara. Depok: Rajawali Pers.

Majalah:

Mariello, Allisa. The Five Stages of Successful Innovation, MIT Sloan Management

Management Review, Magazine: Spring 2007. Diakses melalui

https://sloanreview.mit.edu/article/the-five-stages-of-successful-innovation/

pada 21 Agustus 2019.

Anda mungkin juga menyukai