Anda di halaman 1dari 77

1

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Hernia banyak diderita oleh masyarakat ekonomi menengah ke bawah
khususnya pekerja berat, dan pada orang yang rutin melakukan olahraga beban.
Selain itu, kebiasaan seseorang yang selalu mengejan saat buang air, bahkan
pada orang yang mengalami batuk kronis, serta pada lanjut usia. Walaupun
penderita penyakit hernia terbilang kecil namun hal ini harus segera ditangani
sedini mungkin, karena dapat menimbulkan gejala yang mengganggu gaya hidup
dan sebagainya (Grace, 2010).
Menurut penelitian Ruhl (2009), insiden hernia menurut usia diperkirakan
meningkat seiring pertambahan usia yaitu pada rentang 25-40 tahun 5-8 % di atas
75 tahun 45%. Sedangkan menurut jenis kelamin insiden hernia inguinalis pada
pria 25 kali lebih banyak dijumpai dari pada wanita. Menurut laporan di Amerika
Serikat, insidensi kumulatif hernia inguinalis di rumah sakit adalah 3,9% untuk
laki-laki dan 2.1 untuk perempuan. Insiden hernia lebih rendah pada pasien
obesitas (BMI> 30),dibandingkan dengan perbandingan 8,3% dan 15,6% . Di
Indonesia penyakit hernia menempati urutan ke delapan dengan jumlah 291.145
kasus (Kemenkes RI, 2012). Commented [A1]: Dalam menampilkan data jgn dipisah2 dlm
berbagai paragraph. BIar enak dibaca.
Adapun insiden hernia menurut World Health Organization (WHO) selama
2010, di Indonesia tercatat 32,9% atau sekitar 78,2 juta penduduk dengan kondisi
kegemukan. Jika dibandingkan dengan data obesitas pada tahun 2008 yang hanya
9,4%, maka dapat di simpulkan bahwa angka obesitas di Indonesia semakin
meningkat (Vera Anik A. 2014). Commented [A2]: Biasanya jk ambil data jgn hanya secara
global tp berutan. Global,Regional, Negara, lalu tingkat Propinsi
Hernia adalah keluarnya isi tubuh (biasanya abdomen) melalui defek atau kemudian diikuti kejadian ditempat penelitian.

bagian terlemah dari dinding rongga yang bersangkutan (Dermawan, 2010).


Hernia merupakan salah satu kasus dibagian bedah yang pada umumnya
2

sering menimbulkan masalah kesehatan dan pada umumnya memerlukan


tindakan operasi. Dari hasil penelitian pada populasi hernia ditemukan sekitar
10% yang menimbulkan masalah kesehatan dan pada umumnya pada pria
(Luhndorrf, 2013).
Hernia inguinalis lateral lebih banyak diderita oleh laki-laki daripada
perempuan. Hal ini dikarenakan pada laki-laki dalam waktu perkembangan janin
terjadi penurunan testis dari rongga perut. Jika saluran testis tidak menutup
dengan sempurna, maka akan menjadi jalan lewatnya hernia inguinalis (Oswari,
2005). Disebutkan bahwa 1 dari 544 orang yaitu sekitar 0,18% mengalami
hernia inguinalis lateral. Meskipun terbilang angka insiden ini rendah tetapi
masalah ini bisa menjadi besar dikarenakan hernia ini dapat menjadi kondisi
kegawatan yang mengancam nyawa apabila organ perut yang masuk ke kantong
hernia tidak dapat kembali ke posisi awal dan terjepit sehingga menimbulkan
nyeri dan kerusakan organ tersebut (Clarences, 2008).
Hernia pada bayi dan anak dapat terjadi pada beberapa bagian
tubuhnya,antara lain di pelipatan paha, umbilikus atau pusar, sekat rongga
dada, dan perut (disebut diafragma) serta bagian-bagian lainnya. Yang umum
terlihat langsung adalah hernia pada umbilikus atau pusar, serta pada pelipatan
paha karena dapat langsung ke kantung skrotum (Luhndorrf, 2013).
Pada kasus hernia, penderita akan mengalami beberapa masalah sehingga
muncul masalah keperawatan seperti pada Pre Operasi diantaranya: Nyeri akut
berhubungan dengan agen injuri fisik, ketidakseimbangan nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh, dan hambatan mobilitas fisik. Post Operasi: Gangguan rasa
nyaman (nyeri) berhubungan dengan diskontuinitas jaringan akibat tindakan
operasi, dan resiko infeksi (Suratun, 2010).
Penatalaksanaan yang dapat dilakukan yaitu Kaji hernia : keparahan gejala,
resiko komplikasi (tipe,ukuran hernia), kemudahan untuk perbaikan (lokasi,
ukuran), kemungkinan berhasil (ukuran, banyakya isi perut kanan yang hilang);
3

Kaji pasien : kelayakan operasi, pengaruh hernia terhadap gaya hidup (pekerjaan
dan hobi); Perbaikan dengan bedah biasanya ditawarkan pada pasien–pasien
dengan : risiko komplikasi yang rendah namun dengan gejala yang mengganggu
gaya hidup dan sebagainya (Grace, 2007). Commented [A3]: Dapus paling lama 10 tahun terakhir

Peran perawat sangat penting dalam memberikan asuhan keperawatan yang


meliputi upaya promotif, preventif, melakukan tindakan kolaboratif dengan
medis dalam pelaksanaan kuratif dan rehabilitative. Upaya promotif dengan
memberikan pendidikan kesehatan tentang penyakit hernia. Upaya preventif
dengan menghindari factor risiko antara lain obesitas, peningkatan tekanan
intraabdomen (penyakit paru obstruksi menahun, mengejan saat defekasi dan
berkemih. Upaya kuratif antara lain dengan pembedahan dan terapi medis yaitu
pemberian analgesic dan antibiotic. Upaya rehabilitative dengan cara
memberikan pendidikan kesehatan pada klien post operasi hernia agar
mengkonsumsi makanan tinggi serat, menghindari mengangkat beban terlalu
berat, melakukan latihan penguatan otot perut, dan menurunkan factor resiko
yang menyebabkan terjadinya hernia. Komplikasi yang dapat terjadi pada hernia
yaitu ini Hematoma (luka atau pada skrotum), retensi urin akut. Infeksi pada
luka, nyeri kronis. nyeri dan pembengkakan testis yang menyebabkan atrofitestis,
rekurensi hernia merupakan keadaan kegawatdaruratan hernia dan memerlukan
pertolongan segera (Grace, 2007).
Tindakan perawatan yang dapat dilakukan pada pasien hernia inguinalis di
ruang Arafah RSI Fatimah yaitu pada hernia inguinalis reponibilis maka
dilakukan tindakan bedah efektif karena ditakutkan terjadi komplikasi. Pada
hernia inguinalis ireponibilis, maka diusahakan agar isi hernia dapat dimasukkan
kembali. Pasien istirahat baring dan dipuasakan atau mendapat diit halus.
Dilakukan tekanan yang kontinyu pada benjolan misalnya dengan bantal. Baik
juga dilakukan kompres es untuk mengurangi pembengkakan dan mengurangi
nyeri. Lakukan usaha tersebut berulang-ulang sehingga isi hernia masuk untuk
kemudian dilakukan bedah efektif di kemudian hari (RSI Fatimah 2019).
4

Rekam Medik RSI Fatimah Banyuwangi, menunjukkan bahwa penderita


penyakit Hernia pada tahun 2016 berjumlah 190 pasien, tahun 2017 berjumlah
109 pasien, dan pada tahun 2018 jumlah penderita menjadi 60 pasien (Rekam
Medik RSI Fatimah, 2019).
Meskipun terbilang angka insiden ini rendah tetapi masalah ini bisa menjadi
besar dikarenakan hernia ini dapat menjadi kondisi kegawatan yang mengancam
nyawa apabila organ perut yang masuk ke kantong hernia tidak dapat kembali ke
posisi awal dan terjepit sehingga menimbulkan nyeri dan kerusakan organ
tersebut. Berdasarkan uraian di atas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian
mengenai Hernia dan menyusun laporan kasus tentang asuhan keperawatan post
operasi hernia pada Tn.W di ruang Arafah RSI Fatimah Kota Banyuwangi.
5

B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Diketahui gambaran asuhan keperawatan pada pasien dengan Post
Operasi Hernia Insisional di ruang Arafah RSI Fatimah Kota Banyuwangi
2019. Commented [A4]: Lbh enak mana, Diketahui gambaran …..
Sama Adapun tujuan umum dari penyusunan karya tulis ilmiah ini
2. Tujuan Khusus …..

a. Diketahui gambaran pengkajian pada pasien dengan post operasi hernia


insisional.
b. Diketahui perumusan diagnosa keperawatan pada pasien dengan post operasi
hernia insisional.
c. Diketahui perencanaan asuhan keperawatan pada pasien dengan post operasi
hernia insisional.
d. Diketahui implementasi pada pasien dengan post operasi hernia insisional.
e. Diketahui evaluasi pada pasien dengan post operasi hernia insisional.
f. Diketahui dokumentasi pada pasien dengan post operasi hernia insisional. Commented [A5]: Langsung saja dibuat kalimat instruksional.
Misalnya : Mampu menggambarkan pengkajian ….
C. Manfaat
1. Bagi Mahasiswa
Karya Tulis Ilmiah ini diharapkan bisa menjadi informasi tambahan Commented [A6]: Referensi.

dalam pembuatan asuhan keperawatan medical bedah, khususnya tentang


asuhan keperawatan Hernia.
2. Bagi Pelayanan Kesehatan
Karya Tulis Ilmiahini dapat dijadikan sebagai bahan masukkan,
informasi dan sarana untuk mengembangkan asuhan keperawatan pada pasien
dengan Hernia.
6

3. Bagi Akademik
Karya Tulis Ilmiahini merupakan bentuk sumbangsih kepada mahasiswa
keperawatan sebagai referensi untuk menambah wawasan dan bahan
masukkan dalam kegiatan belajar mengajar yang berkaitan dengan asuhan
keperawatan pada klien dengan Hernia.
7

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Anatomi Fisiologi Dinding Perut


1. Dinding Perut

Gambar 2.1. Subdivisi dinding abdomen (Moore & Dalley, 2013).


Otot-otot dinding perut terdapat lima (berpasangan bilateral) otot pada
dinding abdomen anterolateral, tiga otot rata dan dua otot vertical. Tiga otot
rata adalah musculus obliqus externus abdominis, musculus obliqus internus
abdominis, musculus transversus abdominis. Dua otot vertical pada dinding
abdomen anterolateral, yang terdapat di dalam vagina musculi recti
abdominis, merupakan musculus rectus abdominis dan pyramidalis. Dinding
abdomen anterolateral dapat menjadi tempat hernia. Sebagian besar hernia
terjadi di region inguinal, umbilical, dan epigastrik (Moore & Dalley, 2013).
Fungsi dan aksi otot abdomen anterolateral yaitu membentuk suatu
penopang kuat yang dapat dilebarkan untuk dinding abdomen anterolateral,
Melindungi viscera abdominal dari cedera, Menekan isi abdomen untuk
mempertahankan atau meningkatkan atau meningkatkan tekanan
intraabdominal, dan dengan demikian melawan diafragma (peningkatan
8

tekanan intraabdominal mempermudah ekpulsi); Menggerakkan batang tubuh


dan membantu mempertahankan posisi tubuh (Moore & Dalley, 2013).
2. Regio inguinal

Gambar 2.2Regio inguinal dari sisi anteroinferior (Moore & Dalley, 2013).
Region inguinal (selangkangan), yang terletak di antara SIAS dan
tuberkulum pubicum, merupakan area penting secara anatomis dan klinis;
secara anatomis karena merupakan region dimana struktur-struktur keluar dan
masuk cavitas abdominalis, dan secara klinis karena jalur keluar dan
masuknya merupakan tempat potensial terjadinya hernia. Pada kenyataanya,
sebagian besar hernia abdominalis terjadi di region ini (Moore & Dalley,
2013).

3. Canalis Inguinalis
Canalis inguinalis terbentuk karena turunnya testis selama
perkembangan janin. Canalis inguinalis pada orang dewasa adalah suatu
passase oblig dengan panjang sekitar 4 cm yang emnagarah ke inferomedial Commented [A7]: Maksudnya bagaimana?
Commented [A8]: Biasakan jk istilah asing ditulis miring
melalui pars inferior dinding abdomen anterolateral. Hernia abdominalis
terjadi pada kedua jenis kelamin, tetapi hernia inguinal yang paling lazim
9

(sekitar 86%) terjadi pada laki-laki karena passase feniculus spermaticus


melalui canalis inguinalis. Canalis inguinalis memiliki muara pada seriap
ujung, yaitu annulus inguinalis profundus (interna) dan annulus inguinalis
superficialis (externa) (Moore & Dalley, 2013).

B. Konsep Dasar Hernia


1. Definisi
Hernia merupakan penonjolan viskus atau sebagian dari viskus melalui
celah yang abnormal pada selubungnya (Grace, 2007). Hernia adalah
keluarnya isi tubuh (biasanya abdomen) melalui defek atau bagian terlemah
dari dinding rongga yang bersangkutan (Dermawan, 2010).

2. Etiologi
Menurut Suratun (2010) ada 2 (dua) penyebab terjadinya hernia yaitu:
Defek dinding otot abdomen: Hal ini dapat terjadi sejak lahir (congenital) dan
didapat.
Hernia congenital: Processus vaginalis peritoneum persisten Testis
tidak samapi scrotum, sehingga processus tetap terbuka Penurunan baru
terjadi 1-2 hari sebelum kelahiran, sehingga processus belum sempat
menutupdan pada waktu dilahirkan masih tetap terbuka
Hernia yang didapat seperti karena usia, keturunan, lemahnya dinding
rongga perut, akibat dari pembedahan sebelumnya. Peningkatan tekanan
intraabdominal: Penyakit paru obtruksi menahun (batuk kronik), obesitas,
adanya Benigna Prostat Hipertropi (BPH), sembelit, mengejan saat defekasi
dan berkemih, mengangkat beban terlalu berat dapat meningkatkan tekanan
intraabdominal.
10

3. Tipe-Tipe Hernia
a. Sering terjadi
1) Umbilical/ para-umbilikal
Berkembang di dalam dan sekitar umbilikus (pusar) yang
disebabkan bukaan pada dinding perut, yang biasanya menutup sebelum
kelahiran, namun tidak menutup sepenuhnya. Hernia umbilikalis sering
terjadi pada bayi baru lahir karena dinding abdomen anterior relative
lemah pada annulus umbilicalis, terutama pada bayi baru lahir dengan
berat badan rendah. Selain itu hernia umbilikalis didapat paling sering
terjadi pada perempuan atau orang obesitas.
2) Inguinal (direk dan indirek)
Hernia inguinalis (rupture) adalah suatu protrusi peritoneum dan
viscera parietalis, seperti usus halus, melalui lubang normal atau
abnormal dari rongga yang masuk bagiannya. Hernia inguinalis terjadi
ketika dinding abdomen berkembang sehingga usus menerobos ke bawah
melalui celah. Hernia tipe ini lebih sering terjadi pada laki-laki daripada
perempuan. Karakteristik hernia inguinalis direk dan hernia indirek
disajikan dan digambarkan pada Tabel 2.1.
3) Femoral
Hernia ini muncul sebagai tonjolan di pangkal paha. Tipe ini lebih
sering terjadi pada wanita dibandingkan pada pria dan
sangatjarangpadaanak- anak. Hernia femoralis tidak dapat dikembalikan
ketempat semual (irreducible).
4) Insisional
Hernia ini dapat terjadi melalui luka pasca operasi perut. Hernia
ini muncul sebagai tonjolan di sekitar pusar yang terjadi ketika otot
sekitar pusar tidak menutup sepenuhnya
11

Tabel 2.1. Perbedaan Hernia inguinalis direk dan indirek


Karakteristik Direk (Didapat) Indirek
(kongenital/bawaan)
Faktor Kelemahan dinding Patensi processus veginalis
predisposisi abdomen anterior pada (lengkap atau sekurang-
trigonum inguinale kurangnya bagian
(misalnya, karena superior) pada orang
distensi annulus muda, sebagian besar laki-
superficialis, falx laki
ingunale yang sempit,
atau melemahnya
aponeurosis pada laki-
lakai berusia >40 tahun
atau lebih)
Frekuensi Jarang terjadi (sepetiga Lebih sering (dua pertiga
sampai seperempat sampai tiga perempat)
hernia inguinalis) hernia inguinalis
Keluar dari Peritoneum plus fascia Peritoneum processus
rongga abdomen transversalis (terletak di vaginalis yang menetap
luar satu atau dua ditambah ketiga fascial
bagian dalam fascial yang menutupi
yang menutupi funiculus/ligamentum
funiculus) teres
Perjalanan Berjalan melalui atau di Melintasi canalis
sekitar canalis inguinalis (seluruh canal
inguinalis, biasanya jika emmiliki ukuran yang
hanya melintasi ukup) didalam processus
sepertiuga medial canal, vaginalis.
diluar dan sejajar
vestigium processus
vaginalis.
Keluar dari Melalui annulus Melalui annulus
dinding superficialis, di sebelah superficialis di dalam
abdomen lateral funiculus; jarang funiculus, sering berjalan
anterior masuk skrotum. ke dalam skrotum/labium
majus.
.
12

b. Jarang terjadi
1) Epigastrik
Terjadi di antara pusar dan bagian bawah tulang rusuk di garis
tengah perut (diantara processus xiphoideus dan umbilicus). Hernia
epigastrik biasanya terdiri dari jaringan lemak dan jarang yang berisi
usus. Terbentuk di bagian dinding perut yang relatif lemah, hernia ini
sering menimbulkan rasa sakit dan tidak dapat didorong kembali ke
dalam perut ketika pertama kali ditemukan.
2) Gluteal, lumbal, obturator
Hernia pada kedua trigonum ini jarang dijumpai. Pada
pemeriksaan fisik tampak dan teraba benjolan di pinggang di tepi
bawah tulangrusuk XII atau di tepi kranial panggul dorsal. Hernia
obturatoria ialah hernia melalui foramen obturatoria. Kantong hernia
ini mungkin diisi oleh lekuk usus yang dapat mengalami inkaserasi
parsial atau total.

Gambar 2.3 Letak Terjadinya Hernia (Grace, 2007)


13

Adapun klasifikasi hernia menurut sifatnya :


a) Hernia Reponible/Reducible
Bila isi hernia dapat keluar masuk, usus keluar jika
berdiri/mengejan dan masuk lagi jika berbaring/didorong masuk,
tidak ada keluhan nyeri/gejala obstruksi usus.
b) Hernia Irreponible
Bila isi kantong hernia tidak dapat dikembalikan kedalam rongga
karena perlekatan isi kantong pada peritoneum kantong hernia,
tidak ada keluhan nyeri/tanda sumbatan usus, hernia ini disebut
juga hernia akreta.
c) Hernia Strangulata/Inkaserata
Bila isi hernia terjepit oleh cincin hernia, isi kantong terperangkap,
tidak dapat kembali kedalam rongga perut disertai akibat yang
berupa gangguan pasase/vaskularisasi (Grace, 2007).

4. Patofisiologi
Kanalis inguinalis adalah kanal yang normal pada fetus pada bulan ke-
8 kehamilan, terjadi desensus testis melalui kanal tersebut. Penurunan testis
tersebut akan menarik peritonium kedaerah skrotum sehingga terjadi
penonjolan peritonium yang disebut dengan prosesus vaginalis peritonel.
Terjadinya hernia disebabkan oleh dua factor utama, yang pertama
adalah faktor kongenital yaitu kegagalan penutupan prosesus vaginalis pada
waktu kehamilan Pada bayi yang sudah lahir umumnya prosesus ini telah
mengalami obliterasi. Namun dalam beberapa hal, sering kali kanalis ini tidak
menutup, karena testis kiri turun terlebih dahulu, maka kanalis inguinalis
kanan lebih sering terbuka. Bila kanalis kiri terbuka maka biasanya yang
kanan juga terbuka dalam keadaan normal. Kanalis yang terbuka ini akan
menutup pada usia 2 bulan. Bila proses terbuka terus (karena tidak mengalami
obliterasi) akantimbul hernia inguinalis lateralis kongenital.
14

Faktor yang kedua adalah faktor yang didapat seperti hamil, batuk
kronis, pekerjaan mengangkat benda berat dan faktor usia. Riwayat
pembedahan abdomen, kegemukan, meruapakan factor lain yang dapat
menyebabkan terjadinya hernia. Masuknya isi rongga perut melalui kanal
ingunalis, jika cukup parah maka akan menonjol keluar dari anulus ingunalis
eksternus. Apabila hernia ini berlanjut tonjolan akan sampai ke
skrotum.Hernia ada yang dapat kembali secara spontan maupun manual juga
ada yang tidak dapat kembali secara spontan ataupun manual akibat terjadi
perlengketan antara isi hernia dengan dinding kantong hernia sehingga isi
hernia tidak dapat dimasukkan kembali.
Peningkatan isi abdomen, memasuki kantung hernia. Jika terjadi
penekanan terhadap cincin hernia maka isi hernia kantong hernia tidak dapat
kembali ke posisi awal dan terjepit sehingga menimbulkan nyeri dan
kerusakan organ sehingga terjadi hernia strangulate yang akan menimbulkan
gejala ileus yaitu gejala obstruksi usus sehingga menyebabkan peredaran
darah terganggu yang akan menyebabkan kurangnya suplai oksigen yang bisa
menyebabkan Iskemik dan terjadi kerusakan jaringan, penumpukan jaringan
menjadi mati sehingga timbul respon inflamasi hingga timbul masalah risiko
infeksi. Kalau kantong hernia terdiri atas usus dapat terjadi perforasi yang
akhirnya dapat menimbulkan abses lokal atau prioritas jika terjadi hubungan
dengan rongga perut. Obstruksi usus juga menyebabkan penurunan
peristaltik usus yang bisa menyebabkan konstipasi, kembung, mual-
muntah, intake menurun, sehingga klien berisiko mengalami penurunan berat
badan dan akhirnya timbul masalah ketidak seimbangan nutrisi. Apa bila tidak
dilakukan pembedahan maka isi perut akan lepas didalam rongga dan terdapat
nekrosis sampai ganggren karena peredaran darah terganggu.(Grace, 2007).
15

Bagan 2.1 WOC Hernia (Grace, 2011)

5. WOC (Web OfCausion)


HerniaBayi baru lahir Pekerjaan berat, ngkat beban, riwayat
jatuh, batuk lama, mengejan, bersin PEMBEDAHAN

Prosesu
vaginalisperitonie Peningkatan tekanan intraabdomen
tidak terobilitasi
Terputusnya MK: destruksi
kontinuitas Kerusakan pertahanan
Fasia abdomen tidak mampu menhaan
Kanalis ingunalis jaringan lunak integritas
tekanan
terbuka jaringan
masuknya
Terputusnya mikroorganisme
Fasia simpul
Peritoneum terkoyak Keterbatasan
tertarik kedaerah gerak respon
skrotum inflamasi
MK: Gangguan
Hernia inguinalis Rasa Nyaman
Hernia inguinalis lateralis akuisita /Nyeri MK: Risiko
lateralis *akuisita=didapat Infeksi
kongenital MK: Imobilitas
Fisik
HERNIA

Peningkatan isi abdomen ( usus )


memasuki kantong hernia Perubahan
status kesehatan
Penekanan terhadap cincin hernia Obstruksi usus Peristaltic
Kesulitan Kurang terpapar
berjalan/berpindah usus
informasi
Penekanan terganggu
Kantong hernia tidak dapat kembali kesehatan
pembuluh darah
ke posisi semula MK:Mual/
MK:
Regurgitasi Nausea MK: Defisit
Gangguan Isi hernia nekrosis
Usus terjepit isi usus Pengetahuan
imobilitas
fisik
MK: kerusakan
MK: Gangguan Mual intake MK: Ketidakseimbangan
integritas jaringan
Rasa muntah menurun nutrisi kurang dari
Nyaman/Nyeri kebutuhan tubuh
16

6. Manifestasi klinik
Menurut Grace (2012), manifestasi klinis pada pasien dengan hernia
yaitu :
a. Pasien datang dengan benjolan di tempat hernia.
b. Hernia femoralis berada dibawah dan lateral dari tuberkulum pubikum.
Biasanya hernia ini mendatarkan garis-garis kulit di lipatan paha. Hernia
femoralis tidak dapat di kembalikan ketempat semula.
c. Hernia inguinalis dimulai pada bagian atas dan medial terhadap
tuberkulum pubikum namun dapat turun lebih luas jika membesar.
d. Adanya rasa nyeri pada daerah benjolan
e. Terdapat gejala mual dan muntah atau distensi bila telah ada komplikasi
f. Terdapat keluhan kencing berupa disuria pada hernia femoralis yang berisi
kandung kencing

7. Komplikasi
Grace, (2011) dan Oswari (2010) Menyebutkan komplikasi yang dapat
terjadi pada penderita hernia adalah:
a. Hematoma (luka atau pada skrotum),
b. Retensi urin akut. Infeksi pada luka.
c. Nyeri dan pembengkakan testis yang menyebabkan atrofi testis.
d. Terjadi perlekatan antara isi hernia dengan kantong hernia, sehingga isi
hernia tidak dapat dimasukkan kembali (hernia inguinalis lateralis
ireponibilis).
e. Terjadi penekanan pada cincin hernia, akibatnya makin banyak usus yang
masuk. Cincin hernia menjadi relatif sempit dan dapat menimbulkan
gangguan penyaluran isi usus.
f. Bila incarcerata dibiarkan, maka timbul edema sehingga terjadi penekanan
pembuluh darah dan terjadi nekrosis. Keadaan ini disebut hernia inguinalis
lateralis strangulata.
17

g. Timbul edema bila terjadi obstruksi usus yang kemudian menekan


pembuluh darah dan kemudian timbul nekrosis.
h. Bila terjadi penyumbatan dan perdarahan akan timbul perut kembung,
muntah dan obstipasi.
i. Kerusakan pada pasokan darah, testis atau saraf jika pasien laki-laki.
j. Pendarahan yang berlebihan/infeksi luka bedah.
k. Komplikasi lama merupakan atropi testis karena lesi.
l. Bila isi perut terjepit dapat terjadi: shock, demam, asidosis metabolik,
abses.
8. PemeriksaanPenunjang Commented [A9]: Perhatikan spasinya (diliahat lg semuanya)

Menurut Suratun, (2010). Pemeriksaan penunjang pada penderita


hernia dapat dilakukan dengan cara berikut:
Biasanya tidak diperlukan pemeriksaan tambahan untuk menegakkan
diagnosis hernia. Namun pemeriksaan seperti ultrasonografi (USG), CT Scan,
maupun MRI (Magnetic Resonance Imaging) dapat dikerjakan guna melihat
lebih lanjut keterlibatan organ-organ yang terperangkap dalam kantung hernia
tersebut. Pemeriksaan laboratorium dapat dilakukan untuk kepentingan
operasi
a. sinar X abdomen menunjukan kadar gas dalam usus / abstruksi usus.
b. Laparoskopi, untuk menentukan adanya hernia inguinal lateralis apakah
ada sisi yang berlawanan atau untuk mengevaluasi terjadi hernia berulang
atau tidak.
c. Pemeriksan darah lengkap, hitung darah lengkap dan serum elektrolit
dapat menunjukkan hemokonsentrasi (peningkatan hematokrit),
peningkatan sel darah putih (Leukosit : >10.000– 18.000/mm3)
18

9. Penatalaksanaan Medis
Grace (2011), mengatakan penatalakasanaan yang diberikan kepada
penderita hernia meliputi :
a. Kaji hernia untuk: keparahan gejala, risiko komplikasi (tipe,ukuran leher
hernia), kemudahan untuk perbaikan (lokasi, ukuran), kemungkinan
berhasil (ukuran, banyakya isi perut kanan yang hilang).
b. Kaji pasien untuk : kelayakan operasi, pengaruh hernia terhadap gaya
hidup (pekerjaan dan hobi).
c. Perbaikan dengan bedah biasanya ditawarkan pada pasien – pasien
dengan:
1) Hernia dengan risiko komplikasi apapun gejalanya.
2) Hernia dengan adanya gejala-gejala obstruksi sebelumnya.
3) Hernia dengan risiko komplikasi yang rendah namun dengan gejala
yang mengganggu gaya hidup dan sebagainya.
Secara konservatif (non operatif)
1) Reposisi hernia
Hernia dikembalikan pada tempat semula bisa langsung dengan tangan
2) Penggunaan alat penyangga dapat dipakai sebagai pengelolaan
sementara, misalnya pemakaian korset
Secara operatif (prinsip pembedahan)
1) Herniotomi
Seluruh hernia dipotong dan diangkat lalu dibuang. Ini dilakukan pada
klien dengan hernia yang sudah nekrosis. Eksisi kantung hernianya
saja untuk pasien anak.
2) Herniorafi
Memperbaiki defek, perbaikan dengan pemasangan jaring (mesh) yang
biasa dilakukan untuk hernia inguinalis, yang dimasukkan melalui
bedah terbuka atau laparoskopik.
19

C. Asuhan Keperawatan Pasien Dengan Hernia


1. Pengkajian
Menurut Dermawan & Rahayuningsih (2010), hal yang perlu di kaji
pada penderita hernia inguinalis adalah memiliki riwayat pekerjaan
mengangkat beban berat, duduk yang terlalu lama, terdapat benjolan pada
bagian yang sakit, nyeri tekan, klien merasa tidak nyaman karena nyeri pada
perut.
a. Identitas pasien
Meliputi nama, usia, jenis kelamin, alamat, pendidikan, nama
penanggung jawab, pekerjaan dll. Biasanya hernia Ditemukan 80 % pada
pria dan prosentase yang lebih besar pada pekerja berat.
b. Keluhan utama
keluhan yang menonjol pada pasien hernia untuk datang ke rumah
sakit adalahbiasanya pasien datang dengan benjolan di tempat hernia,
adanya rasa nyeri pada daerah benjolan
c. Riwayat penyakit sekarang
Diawali timbulnya/munculnya benjolan yang mula mula kecil dan
hilang dengan istirahat,berlanjut pada fase benjolan semakin membesar dan
menetap,benjolan tidak hilang meskipun dengan istirahat.Benjolan yang
menetap semakin membesar oleh karena tekanan intra abdominal yang
meningkat mengakibatkan benjolan semakin membesar yang berakibat
terjadinya jepitan oleh cincin hernia.Biasanya klien yang mengalami nyeri.
Pada pengkajian nyeri (PQRST)
P: klien mengatakan ke rumah sakit dengan keluhan ada benjolan pada
bagian perut bawah yang di sebab kankarna ada bagian dinding
abdomen yang lemah.
Q: benjolan tersebut menimbulkan rasa nyeri di daerah bagian bawah
perut/ sesuai tempat terjadinya hernia, klien mengatakan rasa nyeri
seperti di tusuk –tusuk jarum.
20

R: nyeri tersebut sangat terasa di bagian perut bagian bawah.


S: skala nyeri 4-8.
T: nyeri terasa hebat saat di bawa beraktivitas dan nyeri berlangsung
selama ± 3 menit ada gejala mual-muntah bila telah ada komplikasi.
d. Riwayat kesehatan keluarga
Secara patologi Hernia tidak diturunkan, tetapi perawat perlu
menanyakan apakah penyakit ini pernah dialami oleh anggota keluarga
lainnya sebagai faktor predisposisi di dalam rumah.
e. Riwayat penyakit dahulu
Pengkajian yang mendukung adalah dengan mengkaji apakah
sebelumnya klien pernah menderita Hernia, keluhan pada masa kecil,
hernia dari organ lain, dan penyakit lain yang memperberat Hernia seperti
diabetes mellitus. Biasanya Ditemukan adanya riwayat penyakit menahun
seperti: Penyakit Paru Obstruksi Kronik, dan Benigna Prostat Hiperplasia.
f. Riwayat pisikososial
Meliputi mekanisme koping yang digunakan klien untuk mengatasi
masalah dan bagaimana motivasi kesembuhan dan cara klien menerima
keadaannya. Biasanya pasien mengalami cemas, dan penurunan rasa
percaya diri.
g. Pola kebiasaan
1) Pola persepsi dan tatalaksana hidup sehat
Adakah kebiasaan merokok, penggunaan obat-obatan, alkohol dan
kebiasaan olahraga (lama frekuensinya). Biasanya pada hernia
reponibilis dan irreponibilis belum dijumpai adanya gangguan dalam
pemenuhan kebutuhan makan dan minum. Peristaltic usus biasanya
lebih dari batas normal (>10x/menit).
Pada hernia inkarcerata dan strangulata dijumasi adanya gejala mual
dan muntah yang mengakibatkan terjadinya gangguan pemenuhan
kebutuhan makan dan minum.
21

2) Pola Tidur dan Istirahat


Biasanya Pada hernia reponibilis dan irreponibilis tidak dijumpai
gangguan pemenuhan kebutuhan tidur. Namun pada hernia inkarcerata
dan strangulata ditemukan adanya gejala berupa nyeri hebat yang
mengakibatkan gangguan pemenuhan istirahat tidur
3) Pola aktifitas
Aktifitas dipengaruhi oleh keadaan dan malas bergerak karena rasa
nyeri akibat penonjolan hernia.
4) Pola hubungan dan peran
Dengan keterbatasan gerak kemungkinan penderita tidak bisa
melakukan peran baik dalam keluarganya dan dalam masyarakat.
penderita mengalami emosi yang tidak stabil.
5) Pola kognitif
Penglihatan, perabaan serta pendengaran, kemampuan berfikir,
mengingat masa lalu, orientasi terhadap orang tua, waktu dan tempat.
6) Pola penanggulangan stress
Kebiasaan klien yang digunakan dalam mengatasi masalah.
7) Pola tata nilai dan kepercayaan
Bagaimana keyakinan klien pada agamanya dan bagaimana cara klien
mendekatkan diri dengan tuhan selama sakit.
8) Neurosensori
Ada tidaknya gangguan sensorik nyeri yang meningkat bila digunakan
beraktivitas. Biasanya nyeri seperti tertusuk yang akan semakin
memburuk dengan adanya batuk, bersin, membengkokan badan,
mengangkat, defekasi, mengangkat kaki. Keterbatasan untuk mobilisasi
atau membungkuk kedepan (Soeparman, 2011).
22

h. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik focus hernia yaitu pemeriksaan abdomen meliputi :
a) Inspeksi
Mengkaji tingkat kesadaran, perhatikan ada tidaknya benjolan, awasi
tanda infeksi( merah, bengkak,panas,nyeri, berubah bentuk)
b) Auskultasi
Bising usus jumlahnya melebihi batas normal >12 karena ada mual
dan pasien tidak nafsu makan, bunyi nafas vesikuler, bunyi jantung
sonor.
c) Perkusi
Kembung pada daerah perut, terjadi distensi abdomen
d) Palpasi
Turgor kulit elastis, palpasi daerah benjolan biasanya terdapat nyeri
Post Operasi
1. Riwayat penyakit sekarang
Menurut Rumiati (2013) dan Hartini Tri Palupi (2013) klien dengan post
operasi hernia mempunyai keluhan utama nyeri yang disebabkan insisi
pembedahan.
2. Pola fungsi kesehatan
a. Pola persepsi dan tatalaksana hidup sehat
Adakah kebiasaan merokok, penggunaan obat-obatan, alkohol dan
kebiasaan olahraga (lama frekuensinya), bagaimana status ekonomi
keluarga kebiasaan merokok dalam mempengaruhi lamanya
penyembuhan luka operasi.
b. Pola Tidur dan Istirahat
Insisi pembedahan luka post operasi herniotomi atau herniorapi dapat
menimbulkan nyeri sehingga dapat mengganggu kenyamanan pola
tidur klien.
23

c. Pola aktifitas
Aktifitas dipengaruhi oleh keadaan dan malas bergerak karena rasa
nyeri luka operasi, aktifitas biasanya terbatas karena harus bedrest
berapa waktu lamanya setelah pembedahan.
d. Pola sensorik dan kognitif
Ada tidaknya gangguan sensorik nyeri (biasanya terdapat nyeri
disekitar luka pembedahan herniotopi atau herniorap indikator 4-7)
penglihatan, perabaan serta pendengaran, kemampuan berfikir,
mengingat masa lalu, orientasi terhadap orang tua, waktu dan tempat.
Pemeriksaan fisik :
B1 (breath) : biasanya tidak terjadi gangguan pernafasan yang spesifik
untuk pasien post operasi hernia
B2 (blood) : biasanya tekanan darah masih dalam batas normal
B3 (brain) : Kesadaran secara kuantitatif (GCS) dalam batas normal (Eye
4,verbal 5, motorik 6)
Kesadaran secara kualitatif : kompos mentis, kadang
dijumpaikesadaran yang apatis dan gelisah pada hernia
inkarcerata danstrangulata.
B4 (bladder) : Biasanya di jumpai penurunan produksi urine
B5 (bowel) : Terdapat penurunan peristaltic usus.
B 6 (bone) : pasien biasanya mengalami kesulitan dalam berpindah dan
berejalan akibat luka post operasi herniotomi
24

2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa yang lazim muncul pada pasien dengan Hernia menurut NANDA
(2013) yaitu sebagai berikut :
a. Pre Operasi Hernia
a) Nyeri akut berhubungan dengan agen injuri fisik.
b) Mual berhubungan dengan regurgitasi usus akibat obstruksi usus
c) Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan mual, muntah, gangguan peristaltic usus
d) Deficit pengetahuan berhubungan dengan potensial komplikasi
gastrointestinal dan kurangnya informasi.
b. Post Operasi Hernia
a) Nyeri akut berhubungan dengan diskontuinitas jaringan akibat
tindakan operasi.
b) Kerusakan Integritas jaringan berhubungan dengan tindakan operatif
c) Risiko infeksi berhubungan dengan luka insisi bedah/operasi.
d) Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan luka post operasi
25

3. Intervensi keperawatan
Tabel 2.2 Intervensi Keperawatan
No. Diagnosa Tujuan dan Kriteria Hasil Perencanaan/Intervensi Rasional
Dx
INTERVENSI PRE OPERASI
1 Nyeri akut berhubungan NOC : NIC :
 Kontrol nyeri Manajemen nyeri
dengan agen injuri fisik
Indikator : 1. Lakukan pengkajian nyeri secara 1. Dengan mengetahui lokasi,
1. Tidak pernah menunjukkan komprehensif termasuk lokasi, karakteristik,kualitas dan derajat
manajemen nyeri karakteristik, durasi, frekuensi, nyeri sebelum pemberian, dapat
2. Jarang menunjukkan kualitas dan intensitas atau dijadikan acuan untuk tindakan
manajemen nyeri keparahan nyeri, dan faktor penghilang nyeri setelah pemberian
3. Kadang-kadang menunjukkan presipitasinya obat
manajemen nyeri
4. Sering menunjukkan
manajemen nyeri 2. Observasi isyarat nonverbal 2. Untuk mengetahui tingkat
5. Secara konsisten ketidaknyamanan, khususnya keparahan nyeri pasien yang tidak
menunjukkan manajemen pada mereka yang tidak mampu mampu berkomunikasi efektif
nyeri berkimunikasi efektif

Hasil yang diharapkan 4-5

kriteria hasil: 3. Berikan informasi tentang nyeri 3. Mengetahui perkembangan nyeri


1. Mengenali kapan nyeri terjadi seperti penyebab nyeri, berapa dan tanda-tanda nyeri sehingga
2. Menggambarkan faktor lama nyeri akan berkurang dan dapat menentukan intervensi
penyebab antisipasi ketidaknyamaanan selanjutnyaserta informasi yang
3. Menggunakan jurnal han prosedur tepat dan akurat membantu pasien
untuk memonitor gejala dari dalam mengetahui tentang
waktu ke waktu kondisinya
4. Menggunakan tindakan
pencegahan
5. Menggunakan tindakan 4. Ajarkan tentang teknik non 4. Untuk meningkatkan alveoli,
pengurangan nyeri tanpa farmakologi: nafas dalam memelihara prtukaran gas,
analgesik mencegah atektasi paru,
6. Menggunakan analgesik yang meningkatkan efisiensi batuk,
direkomendasikan mengurangi stress fisik maupun
26

7. Melaporkan perubahan emosional, menurunkan intensitas


terhadap gejala nyeri pada nyeri dengan merelaksasikan otot-
profesional kesehatan otot pernafasan seperti rektus
8. Mengguankan sumber daya abominis, tranversus abdominis,
yang disediakan internal abdominal oblique, dan
9. Mengenali apa yang terkait external abdominal oblique.
dengan gejala nyeri 5. Ajarkan tentang teknik non 5. Massage dapat meningkatkan
10. Melaporkan nyeri yang farmakologi: massase area vaskularisasi sehingga dapat
terkontrol punggung menimbulkan kenyamanan bagi
pasien
6. berikan pasien penurun nyeri 6. Obat analgesik dapat mengurangi
yang optimal dengan peresepan atau meringankan nyeri
analgesik

Pemberian analgesik
7. Cek perintah pengobatan meliputi 7. Menghindari terjadinya kesalahan
obat, dosis, dan frekuensi obat dalam pemberian obat ke pasien
analgesik yang diresepkan dan perintah pemberian obat
8. Cek adanya riwayat alergi obat 8. Mengetahui adanya riwayat alergi
9. Berikan kebutuhan kenyamanan obat pasien
dan aktivitas lain yang dapat 9. Meciptakan lingkungan yang
membantu relaksasi untuk nyaman dengan membersihkan
memfasilitasi penurunan nyeri tempat tidur, mengatur suhu, dan
mengurangi kebisingan.

2. Mual berhubungan NOC NIC


dengan regurgitasi usus  Control mual dan muntah 1. Observasi tanda-tanda nonverbal 1. Isyarat tubuh, ekspresi wajah dapat
1. Tidak pernah menunjukkan dari ketidaknyamanan menjadi acuan menilai
kontrol mual ketidaknyamanan terhadap mual
2. Jarang menunjukkan kontrol yang dialami pasien terutama pada
mual bayi, anak-anak, orang-orang yang
3. Kadang-kadang menunjukkan tidak mampu berkomunikasi secara
kontrol mual efektif seperti individu dengan
4. Sering menunjukkan kontrol penyakit Alzheimer.
mual 2. Lakukan penilaian lengkap 2. Untuk mengetahui frekuensi, durasi,
5. Secara konsisten menunjukkan terhadap mual, termasuk tingkat keparahan, dan faktor-faktor
kontrol mual frekuensi, durasi, tingkat pencetus dengan alat pengkajian
keparahan, dan faktor-faktor seperti duke descriptive scales, dan
27

Hasil yang diharapkan: 4-5 pencetus Rhodes index of nausea and vomiting
3. Dapatkan riwayat diet pasien (INV)
Dengan kriteria hasil : seperti makanan yang disukai 3. Makanan dan minuman dapat
1. Mengenali onset mual dan yang tidak disukai serta mempengaruhi tejadinya mual
2. Mendeskripsikan factor-faktor preferensi makanan terkait
penyebab budaya
3. Mengenali faktor pencetus 4. Evaluasi dampak dari 4. Mengidentifikasi dampak mual
stimulus pengalaman mual pada kualitas terhadap kualitas hidup seperti nafsu
4. Menggunakan langah-langkah hidup makan terganggu, aktivitas, prestasi
pencegahan kerja, tanggung jawab peran, dan
5. Menghindari bau yang tidak tidur.
menyenangkan 5. Identifikasi faktor-faktor yang 5. Mengetahui obat-obatan yang
6. Mendeskripsikan factor-faktor dapat menyebabkan atau memiliki efek samping yang
penyebab berkontribusi terhadap mual menimbulkan mual dan prosedur
7. Menghindari factor-faktor seperti obat-obatan dan prosedur seperti karena bau dari alkohol, obat-
penyebab obatan, atau tindakan medis yang
memicu terjadinya mual
6. Kendalikan faktor-faktor yang 6. Bau yang tidak menyenangkan,
mungkin memebangkitkan mual suara, stimulasi viasual yang tidak
menyenangkan dapat
membangkitkan mual
7. Kurangi atau hilangkan faktor- 7. Kecemasan, takut, kelelahan, dan
faktor yang bersifat personal kurangnya pengetahuan dapat
yang memicu atau meningkatkan memicu peningkatan mual
mual 8. Mengidentifikasi pelaksanaan
8. Identifikasi strategi yang telah strategi mengurangi mual yang telah
berhasil dilakukan dalam dilakukan pasien
mengurangi mual 9. Untuk menghindari tekanan
9. Ajarkan untuk makan secara berlebihan dalam usus agar tidak
perlahan memicu peningkatan mual
10. Untuk mengurangi rasa ingin
10. Ajarkan untuk membatasi minum muntah akibat naiknya cairan dari
1 jam sebelum, 1 jam setelah, usus
dan selama makan
28

3 Ketidakseimbangan NOC NIC


nutrisi kurang dari Status nutrisi menejemen nutrisi
kebutuhan tubuh indikator:
berhubungan dengan 1. Sangat menyimpang dari 1. Identifikasi adanya alergi atau 1. Mengetahui adanya alergi terhadap
mual, muntah, gangguan rentang normal intoleransi makanan yang obat-obatan untuk keamanan
peristaltic usus 2. Banyak menyimpang dari dimiliki pasien pemberian tindakan pemberian obat
rentang normal 2. Berikan pilihan makanan sambil 2. Mengidenifikasi dengan
3. Cukup menyimang dari menawarkan bimbingan terhadap menganjurkan pasien
rentang normal pilihan makanan yang lebih sehat mengungkapkan makann pilihan
4. Sedikit menyimpang dari pasien untuk mendukung
rentang normal merencanakan diet diirumah sakit
5. Tidak menyimpang dari 3. Atur diet yang diperlukan yaitu 3. Mencegah terjadinya kekurangan
rentang normal menyediakan makanan tinggi atau kelebihan intake atau output
Dengan hasil yang diharapkan : 4- protein: menyarankan
5 menggunakan bumbu dan
rempah-rempah sebagai alternatif
Dengan kriteria hasil: untuk garam, menyediakan
1. Asupan gizi pengganti gula; menambah atau
2. Asupan makanan mengurangi kalori, menambah
3. Asupan cairan atau mengurangi vitamin,
4. Energi mineral, atau suplemen.
5. Rasio berat badan/tinggi 4. Ciptakan lingkungan yang 4. Meningkatkan kenyamanan dan
badan optimal pada saat mengkonsumsi nafsu makan pasien
6. hidrasi makanan
5. Lakukan atau bantu pasien 5. Perawatan mulut dilakukan untuk
terkait dengan perawaan mulut memberikan oral hygiene seperti
sebelum makan gosok gigi, mengatasi stomatitis,
untuk meningkatkan kenyamanan
pasien selama makan dan setelah
makan
6. Anjurkan pasien untuk duduk
pada posisi tegak dikursi, jika 6. Makan dalam posisi duduk akan
memungkinkan mempermudah jalannya makanan
dalam saluran cerna
7. Anjurkan keluarga untuk 7. Meningkatkan nafsu makan pasien
membawa makanan favorit selain makanan dari rumah sakit
pasien sementara pasien berada
dirumah sakit atau fasilitas
29

perawatan
8. Tawarkan makanan ringan yang
padat gizi 8. Makanan ringan yag padat gizi
sebagai makanan sampingan atau
cemilan yang dapat membantu
mempertahankan nutrisi pasien yang
9. Pastikan diet mencakup makanan adekuat
tinggi kandungan serat 9. Mencegah terjadinya konstipasi
Kerusakan
5 Integritas  Integritas jaringan: kulit Perawatan luka
4 Jaringan berhubungan dan membran mukosa 1. Bersihkan luka dengan normal 1. untuk mengatasi iritasi pada luka
dengan kerusakan jaringan Indikator : saline ata pembersih yang tidak
akibat isi hernia nekrosis 1. Sangat terganggu beracun
2. Banyak terganggu 2. Oleskan salep yang sesuai dengan 2. salep yang sesuai dapat membantu
3. Cukup terganggu kulit/lesi menjaga agar kulit tetap lkembab
4. Sedikit terganggu 3. Berikan balutan yang sesuai 3. balutan yang sesuai dengan jenis
5. Tidak terganggu dengan jenis luka luka dapat mempengaruhi proses
penyembuhan
Hasil yang diharapkan 4-5 4. Periksa luka setiap kali perbahan 4. memeriksa luka untuk mengetahui
balutan perubahan-perubahan pada luka
5. Reposisi pasien setidaknya setiap 5. untuk mencegah terjadinya luka
2 jam decubitus
kriteria hasil :
1. Suhu kulit Kontrol risiko : proses infeksi
2. Sensasi 6. Anjurkan pengunjung untuk 6. Menghindari masuknya
3. Elastisitas mencuci tangan pada saat mikroorganisme atau bakteri yang
4. Hidrasi memasuki dan meninggalkan akan menyebabkan infeksi
5. Tekstur ruang pasien
6. Perfusi jaringan 7. batasi jumlah pengunjung bila 7. menghindari terjadinya penularan
7. Integritas kulit perlu atau penyebaran infeksi
8. Dorong asupan cairan: tawari
Kontrol risiko : proses infeksi makanan ringan, minuman ringan 8. untuk membantu perbaikan
Indikator : dan buah-buahan segar/jus buah) jaringan yang rusak dari dalam
1. Tidak pernah menunjukkan 9. Tingkatkan intake nutrisi yang tubuh
2. Jarang menunjukkan tepat: dengan memotivasi pasien 9. Nutrisi yang tepat dapat membantu
3. Kadang-kadang menunjukkan untuk makan sesuai dengan porsi memperbaiki sel/jaringan yang
4. Sering menunjukkan yang disediakan dari rumah sakit. rusak dari dalam tubuh.
5. Secara konsisten
menunjukkan
30

Hasil yang diharapkan 4-5


(kontrol infeksi pasien pada awal
pengkajian skala 2 : jarang
melakukan)
Kriteria hasil:
1. Mengidentifikasi faktor risiko
infeksi
2. Mengidentifikasi risiko
infeksi dalam aktivitas sehari-
hari
3. Mengidentifikasi strategi
umtuk melindungi diri dari
orang lain yang terkena
infeksi
4. Mempraktikkan strategi untuk
mengontrol infeksi
5. Mempertahankan lingkungan
yang bersih

5 Deficit Pengetahuan NOC : NIC :


 Pengetahuan : Manajemen Pengetahuan : manajemen
berhubungan dengan
penyakit akut penyakit akut
potensial komplikasi Indikator: 1. Kaji tingkat pengetahuan pasien 1. Berikan kesempatan untuk
1. Tidak ada pengetahuan terkait proses penyakit yang mengidentifikasi tingkat pengetahuan
gastrointestinal dan
2. Pengetahuan terbatas spesifik pasien tentang penyakitnya
kurangnya informasi. 3. Pengetahuan sedang 2. Menjelaskan dengan pasien dan
4. Pengetahuan banyak 2. Jelaskan patofisiologi penyakit dan keluarga bahwa hernia dapat diawali
5. Pengetahuan sangat banyak bagaimana hubungannya dengan karena lemahnya dinding abdomen
anatomi dan fisiologi,sesuai baik pada bayi baru lahir, dewasa,
Dengan hasil yang diharapkan 3-4 kebutuhan. bahkan paling sering terjadi pada
lansia, lemahnya dinding abdomen
Kriteria hasil: dapa menimbulkan jalan keluarnya
1. Faktor-faktyor penyebab dan isi dari perut seperti usus sehingga
faktor yang berkontribusi perut menjadi timbul benjolan dan
2. Perjalan penyakit b uasanya nyeri yang dikarenakan jepitan usus
3. Tanda dan gejala penyakit pada jaringan lain di dalam perut.
31

4. Tanda dan gejala kompikasi 3. Kenali pengetahuan pasien 3. Mengidentifikasi respon pasien
5. Strategi untuk mencegah mengenai kondisinya terhadap kondisinya selama sakit
komplikasi 4. Jelaskan tanda dan gejala umum 4. Tanda dan gejalanya meliputi
6. Penggunaan obat-obat dan dari penyakit terdapatnya benjolan pada area
resep yang benar abdomen, nyeri, sering juga disertai
dengan mual.
5. Identifikasi kemungkinan 5. Penyebab hernia diantaranya adalah
penyebab, sesuai kebutuhan. lemahnya dinding bdomen, dan
faktor pencetusnya seperti obesitas,
batuk, mengangkat beban berat,
mengejan saat BAB, dan umur >50
tahun beresiko tinggi terjadinya
6. Identifikasi perubahan kondisi hernia.
pasien 6. Mengidentifikasi adanya dampak
atau bahkan komplikasi dari penyakit
7. Beri ketenangan terkait kondisi pasien
pasien 7. Kondisi pasienyang cmas, takut,
bahkan kurangnya pengetahuan dapat
memperburuk emosi dan proses
8. Jelaskan komplikasi kronik yang penyakit pasien
mungkin ada 8. Jika tidak segera dilakukan
penanganan yang tepat seperti
operasi ditakutkan akan terjadi
kematian jaringan yang menyebabkan
terhmbatnya suplai darah dalam
tubuh sehingga nyeri akan memberat
9. Edukasi pasien mengenai tindakan sampai menyebabkan kematian
untuk mengontrol/meminimalkan 9. Cara meminimalkan terjadinya hernia
gejala adalah dengan mengurangi
mengankat beban yang berat,
menurunkan berat badan, olahraga
teratur, jika sudah terkena hernia
maka disarankan indakan konservatif
seperti memakai korset atau celana
hernia; untuk mengurangi cemas dan
nyeri dapat dilakukan teknik relaksasi
guna untuk merelaksasikan otot-otot
pernafasan seperti rektus abdominis.
32

INTERVENSI POST OPERASI HERNIA


1 Nyeri akut berhubungan NOC : NIC :
 Kontrol nyeri Manajemen nyeri
dengan diskontuinitas
Indikator : 1. Lakukan pengkajian nyeri secara 1. Dengan mengetahui lokasi,
jaringan akibat tindakan 1. Tidak pernah menunjukkan komprehensif termasuk lokasi, karakteristik,kualitas dan derajat
manajemen nyeri karakteristik, durasi, frekuensi, nyeri sebelum pemberian, dapat
operasi.
2. Jarang menunjukkan kualitas dan intensitas atau dijadikan acuan untuk tindakan
manajemen nyeri keparahan nyeri, dan faktor penghilang nyeri setelah
3. Kadang-kadang menunjukkan presipitasinya pemberian obat
manajemen nyeri
4. Sering menunjukkan
manajemen nyeri 2. Observasi isyarat nonverbal 2. Untuk mengetahui tingkat
5. Secara konsisten ketidaknyamanan, khususnya keparahan nyeri pasien yang tidak
menunjukkan manajemen pada mereka yang tidak mampu mampu berkomunikasi efektif
nyeri berkimunikasi efektif

Hasil yang diharapkan 4-5

kriteria hasil: 3. Berikan informasi tentang nyeri 3. Mengetahui perkembangan nyeri


1. Mengenali kapan nyeri terjadi seperti penyebab nyeri, berapa dan tanda-tanda nyeri sehingga
2. Menggambarkan faktor lama nyeri akan berkurang dan dapat menentukan intervensi
penyebab antisipasi ketidaknyamaanan selanjutnyaserta informasi yang
3. Menggunakan jurnal han prosedur tepat dan akurat membantu pasien
untuk memonitor gejala dari dalam mengetahui tentang
waktu ke waktu kondisinya
4. Menggunakan tindakan
pencegahan
5. Menggunakan tindakan 4. Ajarkan tentang teknik non 4. Untuk meningkatkan alveoli,
pengurangan nyeri tanpa farmakologi: nafas dalam memelihara prtukaran gas,
analgesik mencegah atektasi paru,
6. Menggunakan analgesik yang meningkatkan efisiensi batuk,
direkomendasikan mengurangi stress fisik maupun
7. Melaporkan perubahan emosional, menurunkan intensitas
terhadap gejala nyeri pada nyeri dengan merelaksasikan otot-
profesional kesehatan otot pernafasan seperti rektus
8. Mengguankan sumber daya abominis, tranversus abdominis,
yang disediakan internal abdominal oblique, dan
33

9. Mengenali apa yang terkait external abdominal oblique.


dengan gejala nyeri 5. Ajarkan tentang teknik non 5. Massage dapat meningkatkan
10. Melaporkan nyeri yang farmakologi: massase area vaskularisasi sehingga dapat
terkontrol punggung menimbulkan kenyamanan bagi
pasien
6. berikan pasien penurun nyeri 6. Obat analgesik dapat mengurangi
yang optimal dengan peresepan atau meringankan nyeri
analgesik

Pemberian analgesik
7. Cek perintah pengobatan 7. Menghindari terjadinya kesalahan
meliputi obat, dosis, dan dalam pemberian obat ke pasien
frekuensi obat analgesik yang dan perintah pemberian obat
diresepkan 8. Mengetahui adanya riwayat alergi
8. Cek adanya riwayat alergi obat obat pasien
9. Meciptakan lingkungan yang
9. Berikan kebutuhan kenyamanan nyaman dengan membersihkan
dan aktivitas lain yang dapat tempat tidur, mengatur suhu, dan
membantu relaksasi untuk mengurangi kebisingan.
memfasilitasi penurunan nyeri
2 Kerusakan Integritas  Integritas jaringan: kulit Perawatan luka
jaringan berhubungan dan membran mukosa 1. Bersihkan luka dengan normal 1. untuk mengatasi iritasi pada luka
dengan kerusakan jaringan Indikator : saline ata pembersih yang tidak
akibat dari tindakan 1. Sangat terganggu beracun
operasi. 2. Banyak terganggu 2. Oleskan salep yang sesuai 2. salep yang sesuai dapat membantu
3. Cukup terganggu dengan kulit/lesi menjaga agar kulit tetap lkembab
4. Sedikit terganggu 3. Berikan balutan yang sesuai 3. balutan yang sesuai dengan jenis
5. Tidak terganggu dengan jenis luka luka dapat mempengaruhi proses
penyembuhan
Hasil yang diharapkan 4-5 4. Periksa luka setiap kali perbahan 4. memeriksa luka untuk mengetahui
balutan perubahan-perubahan pada luka
kriteria hasil : 5. Reposisi pasien setidaknya setiap 5. untuk mencegah terjadinya luka
1. Suhu kulit 2 jam decubitus
2. Sensasi
3. Elastisitas Kontrol risiko : proses infeksi
4. Hidrasi 6. Anjurkan pengunjung untuk 6. Menghindari masuknya
5. Tekstur mencuci tangan pada saat mikroorganisme atau bakteri yang
6. Perfusi jaringan memasuki dan meninggalkan akan menyebabkan infeksi
34

7. Integritas kulit ruang pasien


7. batasi jumlah pengunjung bila 7. menghindari terjadinya penularan
Kontrol risiko : proses infeksi perlu atau penyebaran infeksi
Indikator : 8. Dorong asupan cairan: tawari 8. untuk membantu perbaikan
1. Tidak pernah menunjukkan makanan ringan, minuman jaringan yang rusak dari dalam
2. Jarang menunjukkan ringan dan buah-buahan segar/jus tubuh
3. Kadang-kadang menunjukkan buah) 9. Nutrisi yang tepat dapat membantu
4. Sering menunjukkan 9. Tingkatkan intake nutrisi yang memperbaiki sel/jaringan yang
5. Secara konsisten tepat: dengan memotivasi pasien rusak dari dalam tubuh.
menunjukkan untuk makan sesuai dengan porsi
yang disediakan dari rumah sakit.
Hasil yang diharapkan 4-5
Kriteria hasil:
1. Mengidentifikasi faktor risiko
infeksi
2. Mengidentifikasi risiko
infeksi dalam aktivitas sehari-
hari
3. Mengidentifikasi strategi
umtuk melindungi diri dari
orang lain yang terkena
infeksi
4. Mempraktikkan strategi
untuk mengontrol infeksi
5. Mempertahankan lingkungan
yang bersih

3. Hambatan mobilitas fisik NOC NIC :


berhubungan luka post Indikator : Exercise therapy : ambulation
operasi posisi tubuh: berinisiatif sendiri 1. Bantu pasien untuk duduk di sisi 1. Untuk mengurangi nyeri selama
1. Sangat terganggu tempat tidur melaukan latihan ataupun aktivitas
2. Banyak terganggu 2. Ajarkan pasien tentang dan 2. Untuk mengetahui Terapi ambulasi
3. Cukup terganggu pantau penggunaan alat bantu yang tepat untuk meningkatkan
mobilitas : kursi roda atau mengembalikan gerakan tubuh
4. Sedikit terganggu
yang terkendali
5. Tidak terganggu
3. Ajarkan dan bantu pasien dalam 3. Untuk membantu pasien dalam
proses berpindah melatih kemampuan gerak
35

Hasil yang diharapkan : 4-5


kriteria hasil: Pengaturan posisi
1. Bergerak dari posisi berbaring 4. Posisikan pasien semi fowler 4. Mencegah terjadinya dispnea
ke posisi berdiri 5. Balikkan tubuh pasien sesuai 5. Untuk mencegah luka dekubitus
2. Bergerak dari posisi duduk ke dengan kondisi kulit akibat tekanan yang terlalu lama
posisi berbaring 6. Minimalisir gesekan atau cedera 6. dibutuhkan bantuan dari keluarga
3. Bergerak dari posisi duduk ke ketika memposisikan dan untuk menahan dan memegangi
posisi berdiri membalikkan tubuh pasien pasien selama berpindah posisi,
4. Bergerak dari posisi beriri ke menghindarkan dari benda-benda
posisi duduk tajam, serta memasang said rail
agar pasien tidak jatuh.
7. Dorong pasien untuk terlibat 7. Pasien kooperatif dapat
dalam perubahan posisi memudahkan proses latihan
bergerak dan berpindah.

4 Risiko infeksi NOC : NIC :


 kontrol risiko proses infeksi Infection Control (Kontrol infeksi)
berhubungan dengan
Indikator : 1. Kaji faktor yang dapat 1. untuk mengetahui potensi terjadi
luka insisi bedah/operasi. 1. Tidak pernah mennjukkan meningkatkan kerentanan infeksi luka
2. Jarang menunjukkan terhadap infek(misalnya, usia
3. Kadang-kadang lanjut, usia kurang dari 1 tahun,
menunjukkan sistem imun lemah, dan
4. Sering menunjukkan malnutrisi).
5. Secara konsisten 2. pantau tanda dan gejala infeksi 2. untuk mengetahui adanya tanda
menunjkkan dan gejalainfeksi
3. amati penampilan praktik 3. Meminimalkan risiko infeksi
Hasil yang diharapkan 4-5 hygiene personal
4. instruksikan untuk menjaga 4. Menghindari masuknya
dengan kriteria hasil: hygiene personal (misalnya mikroorganisme atau bakteri
1. Terbbebas dari tanda dan mencuci tangan) yang akan menyebabkan infeksi
gekjala infeksi 5. ajarkan pasien teknik mencuci 5. mengurangi mikroba bakteri yang
2. Memperlihatkan hygiene tangan yang benar dapat menyebabkan infeksi
personal yang adekuat 6. ajarkan kepada pengunjung 6. meminimalkan patogen yang ada
3. Mengindikasikan status untuk mencuci tangan sewaktu di sekeliling pasien
gastrointestinal dan imun masuk dan meninggalkan ruang
dalam batas normal pasien
4. Melaporkan tanda dan 7. batasi jumlah pengunjung bila 7. menghindari terjadinya penularan
gejala infeksi serta perlu atau penyebaran infeksi
36

mengikuti prosedur skrining 8. hitung jumlah leukosit (leukosit 8. jumlah leukosit yang lebih dari
dan pemantauan normal 4000-10000 sel/mm3) batas normal menandakan
terjadinya infeksi
9. kolaborasi pemberikan terapi 9. antibiotic digunakan untuk
 Status nutrisi: Asupan antibiotik, bila diperlukan mencegah terjadinya infeksi oleh
Makanan & Cairan bakteri atau kuman pathogen
indikator: manajemen nutrisi
1 : Tidak Adekuat 10. monitor kalori dan asupan 10. untuk mengetahui adakah
2 : Sedikit adekuat makanan perubahan asupan makanan dan
3 : Cukup adekuat 11. instruksikan pasien mengenai kalori pasien
4 : Adekuat kebutuhan nutrisi (yaitu
5 : Sangat Adekuat membahas pedoman diet dan 11. untuk menganjurkan diet yang
piramida makanan sehat dan sesuai kebutuhan
Dengan hasil yang diharapkan : 4- 12. berikan pilihan makanan sambil 12. untuk membahas masalah diet
5 menawarkan bimbingan yang diperlukan
terhadap pilihan makanan yang
Dengan kriteria hasil: sehat
13. anjurkan keluarga membawa 13. untuk meningkatkan nafsu makan
1. Asupan nutmakanan pasien
secara oral makanan favorite pasien
2. Asupan makanan secara sementara pasien berada
tube feeding dirumah sakit atau fasilitas
3. Asupan cairan secara perawatan
14. tawarkan makanan ringan yang 14. menawarkan pasien makanan
oral yang ringan namun sehat dan
4. Asupan cairan intravena padat gizi
bernutrisi dapat membantu
5. Asupan cairan parenteral pemulihan/penyembuhan

15. pastikan diet mencakup 15. diet tinggi serat seperti pada
makanan tinggi kandungan sayuran (missal bayam, sawi,
serat untuk mencegah brokoli) dapat mencegah
konstipasi konstipasi
44

BAB III

TINJAUAN KASUS

A. IDENTITAS

1. Biodata Pasien

a. Nama : Tn. W

b. Umur : 52 tahun

c. Jenis Kelamin : Laki-laki

d. Agama : Islam

e. Suku/Bangsa : Jawa/Indonesia

f. Alamat : Krajan 2/3 Pakel -Licin

g. Pekerjaan : Wiraswasta

h. Nomor Register : 2019-08-19-0606

i. Tanggal MRS : 19-08-2019 Pukul : 08:30 WIB

j. Tanggal Pengkajian : 19-08-2019 Pukul : 12:00 WIB

k. Diagnosa Medis : Hernia

2. Biodata Penanggung Jawab

a. Nama : Tn. S

b. Umur : 48 tahun

c. Jenis kelamin : Perempuan

d. Agama : Islam

e. Pekerjaan : Wiraswasta
45

f. Pendidikan : SLTA

g. Status Perkawinan : Menikah

h. Suku/Bangsa : Jawa/Indonesia

i. Alamat : Krajan 2/3 Pakel -Licin

B. PENGKAJIAN

1. Keluhan Utama

a. Keluhan Saat MRS

Nyeri pada lipatan paha sebelah kanan atas

b. Keluhan Saat Pengkajian

Pre Op :

Pasien mengeluhkan nyeri pada lipatan paha sebelah kanan

Post Op :

Pasien mengatakan nyeri pada luka bekas operasi

2. Riwayat Penyakit Sekarang

Pasien datang ke Poli Bedah RSI Fatimah pada hari sabtu


tanggal 10 Agustus 2019 untuk memeriksakan penyakitnya, dan dilakukan
pemeriksaan USG. Kemudian senin tanggal 12 agustus 2018 pasien datang
lagi ke RSI Fatimah untuk melakukan cek lab, senin tanggal 19 Agustus
2019 pasien MRS di Ruang Arafah pukul 11:30 WIB.

Pada saat dilakukan pengkajian pada tanggal 19 Agustus 2019


pre operasi pukul 12.00 WIB pasien mengeluh nyeri pada lipatan paha
sebela kanan, skala nyeri 5, nyeri seperti ditusuk-tusuk, nyeri hilang
timbul. Selain itu juga didapatkan data kondisi umum cukup, kesadaran
composmentis, wajah nampak menyeringai, pemeriksaan TTV, TD:
130/80 mmHg, N: 82x/m, S: 36,5oC, RR:20x/menit. Pada saat pengkajian
post operasi tanggal 20 Agustus pukul 09:00 WIB didapatkan data pasien
46

tampak lemah, mengeluhkan nyeri pada bekas operasi, terdapat balutan


kassa 8cm pada lipatan paha kanan atas, pemeriksaan TTV, TD : 110/70
mmHg, RR : 20 x/menit, N : 88 x/menit, S : 36,5 ºc.

3. Riwayat Penyakit Masa Lalu

Pasien mengatakan tidak mempunyai riwayat penyakit menular, HIV, DM,


Hipertensi.

4. Riwayat Kesehatan Keluarga

Pasien mengatakan tidak ada anggota keluarganya yang mengidap


penyakit menular dan menurun seperti HIV, DM, Hipertensi, TBC.

5. Riwayat Psikososial dan Spiritual

a. Riwayat Psikologis

Pasien mengatakan ikhlas dan sabar atas sakit yang di deritanya saat ini.

b. Aspek Sosial

Sebelum sakit : Pasien mengatakan ia berinteraksi dengan keluarga dan


tetangganya dengan baik.

Saat sakit : Pasien mengatakan hanya bisa berinteraksi dengan keluarga


yang merawatnya di RS.

c. Aspek Spiritual/ Sistem Nilai Kepercayaan

Sebelum sakit : Pasien mengatakan bahwa ia saat dirumah melakukan


sholat jamaah di mushola dan pengajian rutin.

Saat sakit : Pasien hanya diatas tempat tidur dan berdoa untuk
kesembuhannya.

6. Pola Kebiasaan Sehari – hari

a. Pola Nutrisi

1). Sebelum sakit Commented [A10]: Lebih baik dienter kebawah saja biar tidak
menggantung
47

Pasien mengatakan makan 3-4 x sehari dengan tahu, tempe atau


sayuran, Stiap pagi dan malam minum air putih 7–8 gelas/ hari (±1000 Commented [A11]: Perhatikan penulisan kata per kata. Sudah
lulus bikin skripsi kan?
cc/ hari).

2). Saat sakit

Pre Op, Pasien mengatakan makan berkurang 3x sehari dengan menu


dari RS namun tidak dihabiskan. Minum 4-5 gelas/ hari (±800 cc/ hari).

Post Op, pasien belum boleh makan dan minum

b. Pola Eliminasi

1). Buang Air Besar

a). Sebelum sakit

Pasien mengatakan BAB 1x/ hari dengan konsistensi lembek, warna


kuning kecoklatan, tidak ada kesulitan saat BAB, bau khas feses.

b). Saat sakit

Pre Op, Pasien mengatakan saat pengkajian sudah BAB dirumah

Post Op, Pasien belum BAB

2). Buang Air Kecil

a). Sebelum sakit

Pasien mengatakan BAK ± 6–7 x/ hari ( ± 700 cc/ hari) dengan


konsistensi warna kuning jernih, tidak ada kesulitan dalam BAK ,
bau khas urine.

b). Saat sakit

Pre Op, pasien mengatakan sudah BAK

Post Op, Pasien terpasang DC, produksi urine 400 cc.

c. Pola Kebersihan Diri

1). Sebelum sakit Commented [A12]: Dilihat lg spasinya.


48

Pasien mengatakan mandi 2-3x sehari dengan menggunakan sabun,


menggosok gigi 2x/hari, keramas 1 minggu 2x, ganti baju 2-3x/ hari.

2). Saat sakit

Pre Op, Pasien mengatakan sudah mandi.

Post Op, Pasien mengatakan hanya diseka oleh keluarganya.

d. Pola Aktivitas dan latihan

1). Sebelum sakit

Pasien mengatakan bekerja sebagai tukang bangunan dan dapat


beraktifitas dengan baik.

2). Saat sakit

Pasien mengatakan hanya istirahat ditempat tidur dan lebih banyak


melakukana aktivitas seperti makan diatas tempat tidur.

e. Pola istirahat dan tidur

1). Sebelum sakit

Pasien mengatakan jarang tidur siang. Tidur malam ±7-8 jam. Tidur
nyenyak .

2). Saat sakit

Pasien mengatakan tidak bisa tidur

7. Pemeriksaan Fisik

Keadaan umum

a. Keadaan sakit

Saat dilakukan pengkajian keadaan umum pasien cukup, GCS


456, pasien berbaring ditempat tidur, pada tangan kanan pasien
terpasang infus.
49

b. Tanda – tanda vital

Tensi : 130/ 80 mmHg Nadi : 88x/menit

RR : 20 x/menit Suhu : 36.50C

c. Pemeriksaan chepalo caudal

1). Wajah, Kepala dan rambut

Inspeksi : Penyebaran rambut merata, Rambut hitam, rambut


tidak berketombe, tidak ada lesi, wajah menyeringai.

Palpasi : Tidak ada massa abnormal dan nyeri tekan saat di


palpasi

2). Hidung

Inspeksi : bentuk tulang hidung lurus, lubang hidung simetris,


tidak ada lesi, tidak ada pernapasan cuping hidung,
tidak ada serumen.

Palpasi : tidak ada benjolan abnormal dan nyeri tekan

3). Telinga

Inspeksi : bentuk simetris, telinga bersih, tidak ada serumen,


warna kulit sama dengan daerah sekitar.

Palpasi : Tidak ada benjolan abnormal dan nyeri tekan

4). Mata

Inspeksi : kedua mata simetris, konjungtiva anemis, seklera putih,


palpebra tidak bengkak, mata tidak cowong.

Palpasi : Tidak ada benjolan abnormal dan nyeri tekan.

5). Mulut, gigi, lidah, tonsil dan pharing

Mulut : mukosa bibir kering , tidak ada stomatitis.


50

Gigi : tidak ada stomatitis pada gusi, tidak ada karang gigi atau
karies.

Lidah : merah muda, dan tidak ada stomatitis

Tonsil dan pharing: warna merah muda, tidak ada pembesaran


tonsil dan nyri tekan

6). Leher dan tenggorokan.

Inspeksi : tidak ada pembesaran kelenjar tyroid, trachea


berada ditengah, warna kulit sama dengan warna
sekitar, tidak ada pembesaran vena jugularis,
tidak ada lesi

Palpasi : tidak ada nyeri tekan dan tidak ada benjolan


abnormal

7). Dada/ Thorak

a. Pemeriksaan paru

Inspeksi : Bentuk dada normal chest, warna kulit sama dengan


area sekitar, ekspansi paru simetris/ tidak ada
penarikan retraksi intercosta, tidak ada lesi.

Palpasi : Tidak ada nyeri tekan, tidak ada massa abnormal,


tidak ada nyeri tekan, ekspansi paru simetris.

Perkusi : Dextra ICS 1 - 5 = Sonor

ICS 6 – 10 = Redup (hepar)

Sinistra ICS 1 – 2 = Sonor

ICS 3 – 5 = Redup (jantung)

ICS 6 – 8 = Tympani (lambung)

Auskultasi : suara nafas fasikuler, ronchi -,whejjing –


51

b . Pemeriksaan jantung.

Inspeksi : Pulsasi ictus cordis tidak tampak di ics 4-5


midclavicula sinistra dan tidak ada
pembesaran ictus cordis

Palpasi : Pulsasi ictus cordis teraba di ics 4-5 midclavicula


sinistra

Perkusi : terdengar pekak pada luas lapang jantung ICS


3-6 mid clavikula sinistra

Auskultasi : Bunyi jantung 1 dan 2 tunggal/ reguler

c. Payudara

Inspeksi : bentuk payudara simetris kanan kiri, warna sama


dengan area sekitar.

Palpasi : tidak ada nyeri tekan

8). Pemeriksaan abdomen.

Inspeksi :

Pre Op, abdomen datar, warna kulit sama dengan warna sekitar

Post Op, terdapat luka tertutup kassa 8cm

Auskultasi : Bising usus 10 x/menit

Palpasi :

Pre Op, terdapat nyeri tekan pada lipatan paha sebelah kanan
atas

Post Op, nyeri tekan pada luka post operasi

Perkusi : kuadran kanan atas : redup (hati)

kuadran kiri atas : tympani

kuadran kanan bawah : tympani


52

kuadran kiri bawah : tympani

9). Genetalia dan usus

Inspeksi : Tampak genetalia dan anus bersih, tidak terdapat


lesi, tidak terdapat hemoroid pada anus.

Palpasi : Tidak terpadat nyeri tekan daerah kemaluan, tidak


terdapat benjolan abnormal, tidak ada nyeri pada
anus.

10). Ekstremitas, kuku, integumen, dan kekuatan otot

Ekstremitas

Inspeksi : kuku ekstrimitas atas bersih dan pendek, kuku


pada ekstrimitas bawah sedikit panjang dan kotor,
tangan kanan terpasang Infus.

Palpasi : CRT <2 detik, akral hangat, turgor kulit < 2 detik,
tidak terdapat nyeri tekan pada ekstremitas.

Kekuatan otot :
5 5
5 5
Kemampuan perawatan diri Commented [A13]: Diperhatikan rapian dalam pengetikan

Skor: 0 = mandiri

1 = dibantu sebagian

2 = perlu bantuan orang lain

3 = perlu bantuan orang lain dan alat

4 = tergantung/ tidak mampu


53

Aktivitas 0 1 2 3 4
Mandi √

Berpakaian √

Eliminasi √

Mobilisasai di tempat tidur √

Pindah √

Ambulasi √

8. Pemeriksaan penunjang.

Hasil Laborat tanggal 10-08-2019

HEMATOLOGI

DARAH LENGKAP

HB 15,6 g/dL

LEKOSIT 7.200 sel/UI

HEMATOKRIT 42,9 %

TROMBOSIT 236,000 sel/UI

GULADARAH ACAK 112 mg/dl

UREUM 55 mg/dl

SERUM KREATININ 1,2 IU/L

SGOT 40 IU/L

SPT 45 IU/L

SECRENING negatif
54

9.Penatalaksanaan.

Terapi

Tanggal 19 Tanggal 20 Tanggal 21


Agustus 2019 Agustus 2019 Agustus 2019
- Infus RL 20 tpm - Infus RL 20 - Infus RL 20 tpm
tpm
- inj. ranitidin 50 -inj. ibu profen -inj. ibu profen
mg 3x1 3x1
- inj. Anbacin 1 gr - inj. Vit.B1 3x1 - inj. Vit.B1 3x1
- inj. pethidine 50
mg
- inj. Sedacum 2,5
mg
Hasil foto USG :

Bacaan hasil foto USG : hernia inguinalis


55

10. Harapan klien dan keluarga sehubungan dengan penyakitnya.

Pasien dan Keluarga berharap pasien cepat sembuh dan segera


pulang ke rumah.

11. Genogram

Keterangan :

: Laki-laki

: Perempuan

: Pasien laki-laki

: Garis Pernikahan

: Garis Keturunan

: Tinggal Serumah
56

ANALISA DATA

Nama Pasien : Tn. W


No. Register : 2019-08-19-0606

NO. KELOMPOK DATA MASALAH ETILOGI


Pre Op Nyeri Akut Peningkatan isi abdomen ( usus )
memasuki kantong hernia
1. DS : pasien mengatakan
nyeri pada lipatan paha
bagian kanan atas, nyeri Penekanan terhadap cincin hernia

seperti ditusuk-tusuk, nyeri


pada saat dibuat aktivitas.
Kantong hernia tidak dapat
DO : kembali ke posisi semula
- K/u cukup
- nyeri bertambah
Kantong hernia tidak dapat
ketika terjadi
kembali ke posisi semula
tekanan diabdomen
- setelah dilakukan
palpasi terdapat
Usus terjepit
nyeri tekan di lipatan
paha kanan atas
- skala nyeri 6 Nyeri akut
termasuk nyeri
sedang
- TTV :
TD : 130/80 mmHg
N : 88 x/menit
RR : 20 x/menit
S : 36.5 OC
57

2. DS : pasien mengatakan Ansietas Intervensi bedah


cemas saat akan dilakukan
operasi
DO : Perioperatif
- K/u cukup
- TTV :
TD : 130/80 mmHg Cemas dengan prosedur
N : 88 x/menit tindakan operasi
RR : 20 x/menit
S : 36.5 OC Ansietas
- pasien bertanya-tanya akan
prosedur tindakan operasi
yang akan dilakukan
- wajah nampak gelisah

Post Op
1. DS :
- Pasien mengatakan nyeri
pada luka bekas operasi Nyeri Akut Kerusakan jaringan pasca
 DO : bedah
 k/u cukup ↓

 Kesadaran CM Merangsang pusat nyeri

 GCS 456 hipotalamus

 TTV ↓

T : 110/70 mmHg Nyeri pada kuadran kanan

N: 82 x/ menit bawah

S: 36.5 oC ↓

Rr : 20x/ menit Nyeri Akut

 skala nyeri 5 ( nyeri


yang dirasakan menusuk
) termasuk nyeri sedang
58

 Wajah pasien nampak


menyeringai
 Terdapat luka bekas
operasi pada lipatan paha
bagian kanan atas kurang
lebih berdiameter 8cm
 Luka nampak bersih,
tertutup balutan.

2. DS: Pasien mengeluh nyeri Kerusakan Kerusakan jaringan pasca


pada area operasi integritas jaringan bedah
DO: ↓
 K/u : cukup Terputusnya kontinuitas
 Kesadaran CM jaringan
 GCS 456 ↓

 TTV Kerusakan integritas


T : 130/80 mmHg jaringan
N: 82 x/ menit
S: 36,5oC
Rr : 20x/ menit
- Terdapat luka
bekas operasi
- Panjang luka 8cm
- Keadaan luka
kering
59

DIAGNOSA KEPERAWATAN

Nama Pasien : Tn. W


No. Register : 2019-08-19-0606

TANGGAL DIAGNOSA KEPERAWATAN TANGGAL TANDA


MUNCUL TERATASI TANGAN
19-08-2019 Pre Op -
1. Nyeri Akut berhubungan dengan agen injuri
fisik.
2. Ansietas berhubungan dengan prosedure -
tindakan pembedahan

19-08-2019 Post Op
1. Nyeri Akut berhubungan dengan respons -
inflamasi billier, kerusakan jaringan lunak
pasca bedah.
2. Kerusakan integritas jaringan berhubungan -
ditandai dengan luka insisi pembedahan
64

RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN

Nama Pasien : Tn. W


No. Register : 2019-08-19-0606
Pre Op
TGL NO TUJUAN KRITERIA HASIL INTERVENSI RASIONAL TT
I Setelah dilakukan 1. klien mengatakan nyeri 1. kaji tingkat nyeri, durasi, lokasi dan 1. membantu menentukan
19/08/19
keperawatan selama 5 berkurang intensitas pilihan intervensi dan
menit klien dapat 2. klien mengatakan perut 2. observasi ketidaknyamanan non memberikan dasar untuk
mengontrol nyeri sudah tidak sebah verbal perbandingan dan evaluasi
3. wajah klien tenang, tidak 3. gunakan strategi komunikasi terhadap terapi
nampak menahan sakit terapeutik 2. perilaku non verbal
4. gunakan teknik distraksi menunjukkan
5. ciptakan suasana lingkungan yang ketidaknyamanan klien
tenang terhadap nyeri
6. kolaborasi dengan dokter untuk 3. komunikasi terapeutik
pemberian analgetik dapat menenangkan klien
4. memfokuskan perhatian
klien membantu
menurunkan tegangan otot
65

5. lingkungan tenang dapat


mengurangi faktor-faktor
stress selama nyeri
6. analgetik dapat
mengurangi rasa nyeri yang
dirasakan klien
66

RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN

Nama Pasien : Tn. W


No. Register : 2019-08-19-0606
Pre Op
TGL NO TUJUAN KRITERIA HASIL INTERVENSI RASIONAL TT
II Setelah dilakukan 1. klien tidak cemas lagi 1. memberitahu klien tentang prosedur 1. klien dapat mengetahui
19/08/19
asuhan keperawatan 2. klien tampak tenang pembedahan prosedur pembedahan
selama 30 menit cemas 3. klien tampak rileks 2. beri kesempatan pada klien untuk 2. dapat meringankan beban
teratasi mengungkapkan rasa cemasnya pikiran klien
3. ciptakan suasana tenang dan nyaman 3. lingkungan yang tenang
dan nyaman dapat
mengurangi rasa cemas
klien
67

RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN

Nama Pasien : Tn. W


No. Register : 2019-08-19-0606
Post Op
TGL NO TUJUAN KRITERIA HASIL INTERVENSI RASIONAL TT
I dalam waktu 3 jam Kriteria hasil: 1. Jelaskan dan bantu pasien dengan 1. Pendekatan dengan
19/08/19
pasca-Intervensi 1. Secara subjektif tindakan pereda nyeri non farmakologi menggunakan relaksasi dan
nonbedah dan 1 x 24 pernyataan nyeri berkurang dan non invasive nonfarmakologi lainnya
jam pasca bedah nyeri atau teradaptasi 2. Lakukan manajemen nyeri telan menunjukkan
berkurang atau 2. Skala nyeri 0-1 (0-4) keperawatan pada pasien tanpa keefektifan dalam
teradaptasi. 3. TTV dalam batas normal, intervensi bedah, meliputi : mengurangi nyeri
wajah pasien Relaks. 3. Kaji nyeri pada pendekatan PQRST 2. Manajemen nyeri
4. Berikan posisi fowler merupakan kunci dari
5. Istirahatkan pasien pada saat nyeri penatalaksanaan pasien
muncul pasca bedah.
68

6. Ajarkan teknik relaksasi pernafasan 3. Pendekatan PQRST dapat


dalam pada saat nyeri muncul secara komperhensif
7. Ajarkan teknik distraksi pada saat menggali nyeri pasien
nyeri 4. Posisi fowler
8. Lakukan manajemen sentuhan menurunkan tekanan-
9. Kolaborasi dengan tim medis untuk tekanan intra abdominal
pemberian : 5. Istirahat secara fisiologis
• Analgetik akan menurunkan
kebutuhan oksigen yang
diperlukam untuk memnuhi
kebutuhan metabolism
basal.
6. Meningkatnya intake
oksigen sehingga akan
menurunkan nyeri skunder
dari iskemia jaringan local.
7. Distraksi atau
(pengalihan perhatian) dapat
menurunkan stimulus
69

internal.
8. Manajemen sentuhan
dukungan fisiologis dapat
membantu menurunkan
nyeri.
9. Analgetik membelok
lintasan nyeri sehingga
nyeri berkurang
70

RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN

Nama Pasien : Tn. W


No. Register : 2019-08-19-0606
Post Op
TGL NO TUJUAN KRITERIA HASIL INTERVENSI RASIONAL TT
II Setelah dilakukan Tissue integrity : skin & NIC : skin care (topical treatments) 1. mengevaluasi status
asuhan keperawatan mucous membrane 1. pantau perkembangan kerusakan kerusakan kulit sehingga
selama 4x24 jam - temperatur kulit normal kulit klien setiap hari dapat memberikan
diharapkan integritas -sensasi kulit normal 2. cegah penggunaan linen bertekstur intervensi yang tepat
jaringan tidak - kulit elastis kasar dan jaga agar linen tetap bersih, 2. keadaan yang lembab
mengalami kerusakan - hidrasi kulit adekuat tidak lembab, dan tidak kusut dapat meningkatkan
lebih jauh - warna kulit normal 3. lakukan perawatan kulit secara perkembangbiakan
- bebas lesi jaringan aseptik 2 kali sehari mikroorganisme dan untuk
- kulit intak (tidak ada mencegah terjadinya lesi
eritema dan nekrosis) kulit akibat gesekan
dengan linen.
Wound healling : 3. untuk meningkatkan
- tidak ada perluasan tepi proses penyembuhan lesi
71

luka NIC : wound care kulit serta mencegah


- tidak ada eritema 4. monitor karakteristik luka, terjadinya infeksi sekunder
didaerah sekitar luka meliputi warna, ukuran, bau dan 4. memonitor karakteristik
pengeluaran pada luka luka dapat membantu
5. bersihkan luka dengan normal perawat dalam
salin menentukan perawatan
6. lakukan pembalutan pada luka luka dan penanganan yang
sesuai dengan kondisi luka sesuai untuk pasien
7. pertahankan tekhnik steril dalam 5. normal salin adalah
perawatan luka pasien cairan fisologis yang mirip
dengan cairan tubuh
sehingga aman digunakan
untuk membersihkan dan
merawat luka
6. pembalutan luka
dilakukan untuk
mempercepat proses
penutupan luka. Pemilihan
bahan dan cara balutan
72

disesuaikan dengan jenis


luka pasien
7. perawatan luka dengan
tetap menjaga kesterilan
dapat menghindarkan
pasien dari infeksi
CATATAN KEPERAWATAN

Nama Pasien : Tn. W


No. Register : 2019-08-19-0606
NO
TANGGAL JAM TINDAKAN KEPERAWATAN TT
DX
Pre Op
19-08-2019 11.00 I Mengobservasi K/U
Respon : K/u cukup
1. Mengkaji kualitas nyeri
11.15 I Respon : nyeri pada bagian lipatan paha bagian kanan
atas dan skala nyeri 5, nyeri seperti tertusuk, wajah
pasien tampak menyeringai
11.20 I 2. mengkaji reaksi verbal dan non verbal
Respon : pasien mengatakan tidak nyaman dengan
nyerinya
11.20 II 3. memberi tahu tentang prosedur pembedahan
Respon : pasien mengerti

11.20 II 4. memberi kesempatan pasien untuk mengungkapkan


perasaanya
Respon : pasien cemas akan tindakan operasi yang
akan dilakukan

Post Op
19-08-2019 21.30 I, II Mengobservasi K/U
Respon : K/u lemah
1. Memberikan injeksi
Respon : pasien kooperatif
21.35 I, II 2. Mengkaji kualitas nyeri
Respon : nyeri pada bagian luka bekas operasi dan
skala nyeri 5, nyeri seperti tertusuk, wajah pasien

79
80

21.40 I, II tampak menyeringai


3. Mengajarkan gerak
Respon : pasien kooperatif
4. Mengobservasi tanda-tanda vital
Respon/hasil : TD : 110/70 mmHg
N : 88x/menit
RR : 20x/menit
S : 36.5ºC

20-08-2019 07.30 I, II 1. Mengobservasi k/u


Respon/hasil : k/u cukup
07.40 2. Memberikan injeksi
Respon/hasil : pasien kooperatif
08.00 3. Mengkaji kualitas nyeri
Respon/hasil : nyeri pada bagian luka bekas
operasi dan skala nyeri 5, nyeri seperti tertusuk,
wajah pasien tampak menyeringai
09.30 4. Mengajarkan gerak
Respon : pasien kooperatif

21-08-2019 15.40 I,II 1. Memberi injeksi


Respon/hasil : pasien kooperatif
15.45 I,II 2. Mengobservasi k/u
Respon/hasil : k/u baik
15.50 3. Mengkaji kualitas nyeri
Respon/hasil : nyeri pada bagian post op
berkurang, wajah pasien rileks
15.55 4. Mengajarkan gerak
Respon : pasien kooperatif
81

CATATAN PERKEMBANGAN

Nama Pasien : Tn. W


No. Register : 2019-08-19-0606
Pre Op

NO TANGGAL NO TANGGAL
DX 19 September 2018 DX 19 September 2018
I S : pasien mengatakan II S : pasien mengatakan cemas saat akan
nyeri pada lipatan paha dilakukan operasi
bagian kanan atas O:
O : - K/u cukup - K/u cukup
- P : nyeri bertambah - TTV :
ketika di buat TD : 130/80 mmHg
aktifitas N : 88 x/menit
- Q : nyeri seperti RR : 20 x/menit
ditusuk-tusuk S : 36.5 OC
- R : abdomen kanan - pasien bertanya-tanya akan prosedur
atas tindakan operasi yang akan dilakukan
- S : skala nyeri 6 - wajah nampak gelisah
termasuk nyeri A : Masalah belum teratasi
sedang P : Lanjutkan intervensi 1,2,3
- T : nyeri pada saat
dibuat aktivitas
- TTV :
TD : 130/80 mmHg
N : 88 x/menit
RR : 20 x/menit
S : 36.5 OC
A : Masalah belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi
1,2,3,4,5,6
82

CATATAN PERKEMBANGAN

Nama Pasien : Tn. W


No. Register : 2019-08-19-0606
Post Op

NO
TANGGAL TANGGAL TANGGAL
DX
I 19 Agustus 2019 20 Agustus 2019 21 Agustus 2019
S : pasien S : pasien mengatakan S : pasien mengatakan
mengatakan nyeri masih nyeri pada nyeri berkurang
pada bagian luka bagian luka bekas
bekas operasi operasi
O: O: O:
- K/u lemah - K/u cukup - K/u baik
- Wajah - Wajah nampak - Wajah nampak
nampak menyeringai rileks
menyeringai - Skala nyeri 3 - TTV :
- Skala nyeri 5 - TTV : TD : 110/70
- TTV : TD : 110/80 mmHg
mmHg RR : 20 x/menit
RR : 18 x/menit N : 80 x/menit
N : 80 x/menit S : 36,6 ºc
S : 36,5 ºc
A : Masalah belum A : Masalah teratasi A : Masalah teratasi
teratasi sebagian
P : Lanjut intervensi P : Lanjut intervensi P : hentikan intervensi
1,2,3,4,5,6,7,8,9 3,4,5,6,7,8,9 (pasien pulang)
83

II S : Pasien mengeluh S : Pasien masih S : pasien mengatakan


nyeri pada area bekas mengeluh nyeri pada terdapat luka operasi
operasi area bekas operasi dibagian lipatan paha
kanan atas
O: O: O:
- K/u lemah - K/u cukup - K/u baik
- Terdapat - Terdapat luka - TTV :
luka bekas bekas operasi TD : 100/70
operasi - Panjang luka mmHg
- Panjang luka 8cm RR : 20 x/menit
8cm - Keadaan luka N : 82 x/menit
- Keadaan kering S : 36,6 ºc
luka kering - TTV :
- TTV : TD : 110/80
TD : 110/70 mmHg
mmHg RR : 18 x/menit
RR : 20 N : 80 x/menit
x/menit S : 36,5 ºc
N : 88
x/menit
S : 36,5 ºc
A :-Masalah belum A : -Masalah teratasi A :-Masalah teratasi
teratasi sebagian

P : Lanjut intervensi P : Lanjutkan intervensi P : hentikan intervensi


1,2,3,4,5,6,7 1,2,3,4,6,7 (pasien pulang)
84

BAB IV
PEMBAHASAN

Pada bab ini akan dibahas mengenai asuhan keperawatan pada Tn. W

dengan Hernia Inguinalis di Ruang Fatimah RSI Fatimah Banyuwangi. Dimana

pembahasan ini akan dimulai dari proses pengkajian hingga evaluasi.

Studi kasus ini dilakukan pada seorang klien laki-laki berusia 52 tahun

yang memiliki penyakit Hernia Inguinalis, klien telah melakukan cek lab dan

USG di RSI Fatimah dan bersedia untuk dilakukan tindakan operasi di RSI

Fatimah.

A. Pengkajian

Pengkajian merupakan tahap awal dan dasar dalam proses keperawatan.

Kemampuan mengidentifikasi masalah keperawatan yang terjadi pada tahap ini

akan menentukan diagnosis keperawatan. Diagnosis yang diangkat akan

menetukan desain perencanaan yang ditetapkan. Selanjutnya, tindakan

keperawatan dan evauasi mengikuti perencanaan yang dibuat. Oleh karena itu,

pengkajian harus dilakukan dengan teliti dan cermat sehingga seluruh

kebutuhan perawatan pada klien dapat di identifikasi (Nikmatur Rohmah &

Saiful Walid, 2014).

Pada proses pengkajian awal ditemukan klien dengan kondisi umum

cukup, Pasien datang ke Poli Bedah RSI Fatimah pada hari sabtu tanggal 10

Agustus 2019 untuk memeriksakan perutnya, kemudian dilakukan pemeriksaan

USG. Kemudian sabtu tanggal 12 Agustus 2019 pasien datang


85

lagi ke RSI Fatimah untuk melakukan cek lab, senin tanggal 19 Agustus

2019 pasien MRS di Ruang Fatimah pukul 11.30 WIB.

Pada saat dilakukan pengkajian pada tanggal 19 Agustus 2019 pukul 12.00

WIB pasien mengeluh nyeri pada lipatan paha sebela kanan, skala nyeri 5,

nyeri seperti ditusuk-tusuk, nyeri hilang timbul. Selain itu juga didapatkan data

kondisi umum cukup, kesadaran composmentis, wajah nampak menyeringai,

pemeriksaan TTV, TD: 130/80 mmHg, N: 82x/m, S: 36,5oC, RR:20x/menit.

Kondisi tersebut munculnya sama dengan tanda dan gejala yang di

sebutkan oleh Menurut Grace (2012). Pasien datang dengan benjolan di tempat

hernia, Hernia femoralis berada dibawah dan lateral dari tuberkulum pubikum.

Biasanya hernia ini mendatarkan garis-garis kulit di lipatan paha. Hernia

femoralis tidak dapat di kembalikan ketempat semula. Hernia inguinalis

dimulai pada bagian atas dan medial terhadap tuberkulum pubikum namun

dapat turun lebih luas jika membesar, Adanya rasa nyeri pada daerah benjolan

Terdapat gejala mual dan muntah atau distensi bila telah ada komplikasi,

Terdapat juga keluhan kencing berupa disuria pada hernia femoralis yang berisi

kandung kencing.

B. Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan adalah penyataan yang menggambarkan respon

manusia (keadaan sehat atau perubahan pola interaksi actual/potensial) dari

individu atau kelompok tempat perawat secara legal mengidentifikasi dan

perawat dapat memberikan intervensi secara pasti untuk menjaga status


86

kesehatan atau untuk mengurangi, menyingkirkan, atau mencegah perubahan

(Nikmatur Rohmah & Saiful Walid, 2014).

Pada konsep asuhan keperawatan, diagnose yang dapat muncul pada

pasien dengan Hernia adalah :

a. Pre Operasi Hernia


e) Nyeri akut berhubungan dengan agen injuri fisik.
f) Mual berhubungan dengan regurgitasi usus akibat obstruksi usus
g) Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan mual, muntah, gangguan peristaltic usus
h) Ansietas berhubungan dengan prosedur tindakan pembedahan.

b. Post Operasi Hernia


e) Nyeri akut berhubungan dengan diskontuinitas jaringan akibat
tindakan operasi.
f) Kerusakan Integritas jaringan berhubungan dengan tindakan
operatif
g) Risiko infeksi berhubungan dengan luka insisi bedah/operasi.
h) Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan luka post operasi
Dari hasil pengkajian diatas, penulis menegakkan dua diagnose keperawatan,

yaitu :

1. Nyeri Akut berhubungan dengan respons inflamasi billier, kerusakan

jaringan lunak pasca bedah.

2. Kerusakan integritas jaringan berhubungan dengan luka insisi pembedahan.

Kedua diagnosa tersebut dapat ditegakkan karena data-data dari pengkajian

pada kasus ini tergolong dalam batasan karakteristik pengambilan diagnosa

sesuai NANDA NIC dan NOC. Dan kedua diagnose tersebut memiliki
87

kesamaan yang signifikan dengan diagnose yang ada di konsep teori meskipun

ada beberapa diagnosa lain yang dapat muncul juga, dan diagnosa ini

ditegakkan berdasarkan keluhan dari pasien.

C. Intervensi Keperawatan

Pada kasus Tn. W ini, penulis menggunakan intervensi sesuai Nursing

Intervention Care menurut NANDA. Perencanaan adalah pengembangan

strategi desain untuk mencegah, mengurangi dan mengatasi masalah-masalah

yang telah diidentifikasi dalam diagnosis keperawatan. Desain perencanaan

menggambarkan sejauh mana perawat mampu menetapkan cara menyelesaikan

masalah dengan aktif dan efisien (Nikmaturrohmah & saiful walid, 2014).

Dari hasil rencana keperawatan yang ada pada teori hampir sama dengan rencana

keperawatan yang dapat dilakukan dilapangan. Hanya saja intervensi yang

dilakukan tergantung dengan diagnosa yang diambil. Pada NIC menurut Nanda,

intervensi dari diganosa nyeri akut adalah menjelaskan dan bantu pasien dengan

tindakan pereda nyeri non farmakologi dan non invasive, melakukan manajemen

nyeri keperawatan pada pasien tanpa intervensi bedah, meliputi : kaji nyeri pada

pendekatan PQRST, Berikan posisi fowler, istirahatkan pasien pada saat nyeri

muncul, ajarkan teknik relaksasi pernafasan dalam pada saat nyeri muncul,

ajarkan teknik distraksi pada saat nyeri, lakukan manajemen sentuhan, kolaborasi

dengan tim medis untuk pemberian analgetik. Sedangkan pada diagnosa

kerusakan integritas jaringan, perencanaan penulis adalah NIC : skin care (topical

treatments) pantau perkembangan kerusakan kulit klien setiap hari, cegah


88

penggunaan linen bertekstur kasar dan jaga agar linen tetap bersih, tidak lembab,

dan tidak kusut, lakukan perawatan kulit secara aseptik 2 kali sehari. NIC :

wound care, monitor karakteristik luka, meliputi warna, ukuran, bau dan

pengeluaran pada luka, bersihkan luka dengan normal salin, lakukan pembalutan

pada luka sesuai dengan kondisi luka, pertahankan tekhnik steril dalam perawatan

luka pasien

D. Implementasi Keperawatan

Menurut dari hasil tindakan yang dilaksanakan semuanya dilakukan sesuai

dengan yang ada di dalam rencana. Pelaksanaan keperawatan adalah realisasi

rencana tindakan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Kegiatan dalam

pelaksanaan juga meliputi pengumpulan data berkelanjutan, mengobservasi

respon klien selama dan sesudah pelaksanaan tindakan, serta menilai data yang

baru (Nikmaturrohmah & saiful walid, 2014).

Implementasi atau pelaksanaan tindakan keperawatan hampir sepenuhnya

telah dilakukan sesuai dengan rencana keperawatan yang telah dibuat, baik

mandiri, edukasi maupun kolaborasi.

Menurut (Smeltzer,SC dan Bare, BG 2011), pemeriksaan penunjang juga

merupakan tindakan yang perlu dilakukan untuk dapat menegakkan diagnose

cholelitiasis, yaitu pemeriksaan laboratorium, pemeriksaan radiologis : foto

polos abdomen, ultrasonografi (USG), kolesistografi. Dan pada kasus ini, Tn.

W hanya dilakukan pemeriksaan laboratorium dan USG. Selain pemeriksaan

penunjang, penulis juga melakukan penatalaksanaan baik secara medis maupun


89

non medis. Ketika disarankan untuk operasi klien bersedia. Selama perawatan

di RSI Fatimah 3 hari, klien dilakukan monitoring terhadap kondisi umum dan

kondisi luka post op, pemberian edukasi tentang pentingya perawatan terhadap

penyakitnya dan klien kooperatif saat diberikan penjelasan.

E. Evaluasi

Pada kasus ini, evaluasi yang digunakan bersistim pada SOAP ( Subyektif,

Obyektif, Analisis, Planning). Evaluasi adalah penilaian dengan cara

membandingkan perubahan keadaan pasien (hasil yang diamati) dengan tujuan

dan criteria hasil yang dibuat pada tahap perencanaan. (Nikmaturrohmah &

saiful walid, 2014). Untuk menilai bahwa diagnosa ini dapat teratasi, teratasi

sebagian, atau belum teratasi, penulis juga berpacu pada indikator NOC yang

digunakan pada setiap diagnosa.

Pada kasus Tn. W ini, dari kedua diagnosa yang ditegakkan untuk hari

pertama saat dievaluasi masalah belum teratasi dan untuk hari berikutnya

masalah teratasi sebagian. Tindakan asuhan keperawatan yang diberikan

kepada klien sudah sesuai dengan rencana asuhan keperawatan yang sesuai

dengan teori sehingga ada peningkatan dalam proses penyembuhan luka dan

nyeri yang dirasasakan klien berkurang. Tindakan tersebut ditujukan untuk

klien beberapa hari kemudian sampai penyembuhan luka benar-benar optimal.


90

BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Pengkajian
Pengkajian keperawatan pada pasien merupakan langkah awal
penulis dalam memperoleh data-data yang dibutuhkan supaya dapat
melakukan asuhan keperawatan dengan akurat. Hasil dari data pengkajian
yang muncul pada pasien dengan post operasi Herniorrhaphy tidak selalu
sama dengan konsep teori yang terdapat pada teoritis bab II. Pasien Tn. W
dengan diagnosa hernia insisional diruang Arafah RSI Fatimah
Banyuwangi setelah melakukan post operasi Herniorrhaphy keluhan utama
yang dirasakan adalah gangguan rasa nyaman/nyeri dikarena luka post
operasi, skala nyeri dapat dirasakan berbeda-beda pada setiap pasien
dengan post operasi herniorrhaphy, seperti pada Tn. W indikator nyeri 4
pada hari pertama pengkajian.
2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang muncul pada pasien dengan kasus
hernia insisional post operasi herniorrhaphy mempunyai sedikit perbedaan,
yaitu terdapat satu diagnosa yang tidak ditegakkan yaitu diagnosa
keperawatan risiko infeksi karena tidak ditemukan data-data yang
menunjang untuk ditegakkannya diagnosa tersebut.
3. Intervensi Keperawatan
Perencanaan keperawatan pada kasus ini telah dibuat sesuai dengan
teori yang ada, hanya saja pada beberapa diagnosa penulis tidak
mencantumkan beberapa intervensi yang tidak sesuai dengan keadaan dan
kondisi pasien dirumah sakit.
4. Implementasi Keperawatan
Implementasi keperawatan yang dilakukan sudah efektif dan sudah
dilakukan sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan. Hal ini dikarenakan
adanya kerjasama yang baik antara perawat, pasien, dan keluarga pasien.
91

5. Evaluasi
Semua tujuan dari intervensi yang telah dibuat tercapai pada ketiga
diagnosa yang telah ditegakkan karena didukung dengan keinginan pasien
untuk cepat sembuh, dan karena pasien kooperatif selama dalam perawatan.

B. Saran
a. Bagi Mahasiswa
Mahasiswa diharapkan untuk dapat menerapkan ilmu mengenai
asuhan keperawatan pada pasien dengan hernia lebih baik lagi, pasien
dengan pre dan post operasi hernia akan ditemui keluhan nyeri namun
penaalaksanaan dapat berbeda karena skala nyeri yang dirasakan biasanya
berbeda-beda. Pasien post herniorrhaphy dengan anestesi regional
biasanya sudah dapat makan-minum setelah dioperasi, lakukan perawatan
luka dengan menggunakan saleb yang sesuai dengan instruksi dokter
(biasanya menggunakan supratul), melatih dan mengajarkan mobilisasi
dengan diselingi penggunaan napas dalam/teknik relaksasi untuk
mengurangi nyeri saat bergerak atau mobilisasi, anjurkan pasien untuk
bergerak secara perlahan dengan dimulai dari miring kiri miring kanan,
anjurkan pasien untuk menggunakan gurita atau korset untuk menekan otot
area abdomen dan mengurangi peregangan otot abdomen setelah
pembedahan, berikan pendidikan kesehatan jika sudah diperbolehkan
pulang.
b. Bagi Pelayanan Kesehatan
Pelayanan kesehatan/Rumah sakit diharapkan dapat mengawasi
dan memberikan motivasi pada perawat-perawat untuk memberikan
asuhan keperawatan yang baik pada pasien dengan hernia post operasi
herniorrhaphy dan melengkapi sarana yang belum tercukupi bagi pasien
dalam masa perawatan seperti alat bantu mobilisasi kruk, walker karena
tidak semua pasien sesuai kebutuhannya menggunakan kursi roda.
92

c. Bagi Akademik
Diharapkan institusi pendidikan dapat memberikan seminar-
seminar atau membuat kelompok belajar untuk lebih memahami mengenai
penyakit yang sering dijumpai bahkan sudah tak asing lagi masyarakat
yang biasa disebut usus turun/hernia, menambah dan melengkapi buku-
buku mengenai asuhan keperawatan pada pasien dengan hernia untuk
dapat menunjang penyusunan Karya Tulis Ilmiah agar lebih baik lagi.
93

DAFTAR PUSTAKA

Carpenito,L.J.2001. Buku Diagnosa Keperawatan (Terjemah: Monica Ester).


Edisi 8. Jakarta; EGC

Dermawan. 2010. Keperawatan medikal bedah (sistem pencernaan). Yogyakarta:


Gosyen Publishing:
http://eprints.ums.ac.id/33991/1/NASKAH%20PUBLIKASI.pdf.diakses
pada tanggal 15 September 2016, pukul 15.53 WIB

Bulechek, Butcher, Dochterman, Wagner. 2013. Nursing Interventions


Classification (NIC). Edisi ke-6. Jakarta: Mocomedia

Grace. 2012. At a Glance Ilmu Bedah. Jakarta : Erlangga.

Hartini. 2013. Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Post Operasi Hernia
Hari Ke-1. Surakarta

Judith M.Wilkinson. 2006. Diagnosis Keperawatan: Diagnosis NANDA,


Intervensi NIC, Hasil NOC. Jakarta: EGC

Kemenkes RI, 2012. Profil Data Kesehatan Indonesia Tahun 2011. Jakarta:
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, pp. 51-83
http://eprints.ums.ac.id/31241/19/NASKAH_PUBLIKASI.pdf.diakses
pada tanggal 01 Oktober 2016, pukul 05.36 WIB

Kozier. 2011. Fundamental Keperawatan (Konsep, Proses, Dan Praktik). Jakarta:


EGC

Luhndorrf,Suravaram S, Bellolio MF, Enduri S, Rabinstein A, Gilmore RM,


Bhagra A, Manivannan V, Decker WW.First aid for the surgery
clerkship, Intrnational edition, The Mc Graw-Hill Companies, Inc,
Singapore, 2013, 307-317:
https://yayanakhyar.files.wordpress.com/2009/06/hernia_files_of_drsm
ed_fkur.pdf.diakses pada tanggal 01 September 2016, pukul 14.14 WIB

Moore & Dalley. 2013. Anatomi Fisiologi Berorientasi Klinis. Edisi ke-5. Jakarta:
Erlangga

Moorhead, Johnson, Meridean, Swanson. 2013. Nursing Outcomes Classification


(NOC). Edisi ke-5. Jakarta: Mocomedia

Nurarif & Kusuma. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa


Medis & NANDA NIC NOC Jilid 1. Jakarta:EGC
94

Oswari. 2006.Bedah dan Perawatannya. Jakarta: FKUI:


http://194.27.141.99/dosya-depo/ders-notlari/murat-suphan-erturk/ 7_
8_ Hernias. Pdf.diakses pada tanggal 01 September 2016, pukul14.27
WIB

Potter & Perry. 2011. Fundamental Keperawatan. Jakarta: EGC

Rekam Medik, 2015. Data Rekam Medik. Bengkulu: RSUD Dr. M.Yunus kota
Bengkulu

Ruhl, C.E,: Everhart, J.E.,2007. Risk Factors foringuinal Hernia Adult in the US
Population. Am Jepidemiol. http://eprints.ums.ac.id/31241/19/NASKAH
_PUBLIKASI.pdf

Rumiati. 2013. Asuhan Keperawatan Nyeri Akut Pada Pasien Dengan Post
Operasi Hernia. Surakarta

Suratun. (2010). Asuhan keperawatan klien gangguan sistem gastrointestinal.


Jakarta: CV. Trans Info Media:
http://eprints.ums.Ac.id/22022/16/naskah_publikasi.pdf.diakses pada
tanggal 15 September 2016, pukul 15.53 WIB

Townsend. 2011. Hernias. Sabiston Textbook of Surgery. 17th Edition.


Philadelphia. Elsevier Saunders. 1199-1217:
http://medicine.comdiakses pada 30 Agustus 2016, pukul 16.06 WIB

Vera Anik A. 2014. Unnes Journal of Public Health.


http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/ujphdiakses pada tanggal 14
Desember 2016, pukul 10.22 WIB

WHO. 2013. Obesity and Overweight :http://www.who.int/mediacentre/fact


sheets/fs311/en/diakses pada tanggal 01 Oktober 2016, pukul 05.34
WIB

Anda mungkin juga menyukai