Anda di halaman 1dari 71

PENGARUH RASIO PROFITABILITAS DAN RASIO

LIKUIDITAS TERHADAP RISIKO FINANSIAL


(Studi Kasus Pada Perusahaan Sektor Non Keuangan
Yang Menerbitkan Obligasi Serta Terdaftar Di Bursa Efek
Indonesia Dan PT PEFINDO Periode 2013 - 2017)

USULAN PENELITIAN

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat dalam


Melaksanakan Seminar Usulan Penelitian Pada Jurusan
Akuntansi

Disusun Oleh:
Pina Rosmiati
NIM: 5211151071

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS


UNIVERSITAS JENDERAL ACHMAD YANI
CIMAHI
2018
1

USULAN PENELITIAN
PENGARUH RASIO PROFITABILITAS DAN RASIO
LIKUIDITAS TERHADAP RISIKO FINANSIAL
(Studi Kasus Pada Perusahaan Sektor Non Keuangan
Yang Menerbitkan Obligasi Sert Terdaftar Di Bursa Efek
Indonesia Dan PT PEFINDO Periode 2013 - 2017)

I. LATAR BELAKANG PENELITIAN


Pengembangan perusahaan dalam upaya untuk
mengantisipasi persaingan yang semakin ketat seperti
sekarang ini akan selalu dilakukan oleh setiap perusahaan baik
itu perusahaan besar maupun perusahaan kecil. Upaya tersebut
merupakan permasalahan tersendiri bagi perusahaan karena
menyangkut pemenuhan dana yang diperlukan.
Kebutuhan dana dalam sebuah perusahaan dapat
bersumber dari modal sendiri atau dari eksternal seperti
pinjaman/utang. Irham Fahmi (2016:187) mengatakan bahwa
pendanaan dengan modal sendiri dapat dilakukan dengan
menerbitkan saham (stock), sedangkan pendanaan dengan
utang (debt) dapat dilakukan dengan menerbitkan obligasi
(bond), atau berutang ke bank, leasing, bahkan ke mitra bisnis.
Packing order theory merupakan suatu kebijakan yang
ditempuh perusahaan-perusahaan untuk mencari tambahan
dana dengan cara menjual asset yang dimilikinya seperti
menjual gedung, tanah, peralatan yang dimilikinya dan aset-
aset lainnya, termasuk dana yang berasal dari laba ditahan.
2

Pada prinsipnya setiap perusahaan membutuhkan dana


untuk pengembangan bisnisnya. Apabila suatu perusahaan
dalam memenuhi kebutuhan dananya mengutamakan sumber
dana dari dalam perusahaan, maka hal tersebut akan
mengurangi ketergantungan perusahaan terhadap pihak luar.
Apabila kebutuhan dana sudah sedemikian meningkatnya
karena pertumbuhan perusahaan, dan dana dari sumber
internal sudah digunakan semua, maka tidak ada pilihan lain
selain menggunakan dana yang berasal dari luar perusahaan.
Upaya yang dapat dilakukan perusahaan dalam rangka
memperoleh dana dari luar perusahaan yaitu salah satunya
dengan menerbitkan salah satu instrumen keuangan yaitu
obligasi di pasar modal. Hal ini terkait dengan salah satu
fungsi dari pasar modal yakni memfasilitasi pemindahan dana
dari pihak yang memiliki kelebihan dana kepada pihak yang
membutuhkan dana. Pasar modal atau pasar keuangan (capital
market) merupakan pasar untuk berbagai instrumen keuangan
jangka panjang yang bisa diperjual belikan, baik surat utang
(obligasi), ekuiti (saham), reksadana, instrumen derivatif
maupun instrumen lainnya.
Bursa Efek Indonesia mendefinisikan obligasi sebagai
surat utang jangka menengah panjang yang dapat
dipindahtangankan yang berisi janji dari pihak yang
menerbitkan untuk membayar imbalan berupa bunga dan
pokok utang pada waktu yang telah ditentukan kepada pihak
3

pembeli obligasi tersebut. Dari pengertian tersebut dapat


disimpulkan bahwa obligasi merupakan surat utang yang
diterbitkan dan menimbulkan kewajiban bagi penerbitnya
untuk membayar pokok utang dan bunga kepada pemegang
obligasi yang jumlah dan waktunya sesuai dengan yang telah
ditentukan sebelumnya. Obligasi diterbitkan oleh perusahaan
dalam rangka memenuhi kegiatan pendanaan perusahaan guna
pengembangan usaha maupun untuk membayar hutang yang
jatuh tempo.
Selain memberikan pendapatan tetap pada investor,
obligasi juga termasuk sekuritas yang cenderung lebih aman
dibandingkan dengan sekuritas lain yang cukup populer di
pasar modal seperti saham. Sutrisno (2009:162) ketika
investor memutuskan untuk menanamkan uangnya dalam
bentuk pembelian saham, maka investor akan menghadapi dua
kemungkinan, akan menerima dividen setiap tahun dalam
jumlah tertentu atau tidak menerima dividen bahkan bisa ikut
menanggung kerugian. Pembeli obligasi bisa dikatakan tidak
memiliki risiko seperti di atas karena akan menerima bunga
setiap periodenya walaupun perusahaan yang mengeluarkan
obligasi mengalami kerugian. Meskipun obligasi memiliki
keunggulan dibandingkan saham, obligasi juga memiliki
beberapa risiko salah satunya adalah gagalnya suatu
perusahaan dalam memenuhi kewajibannya (default risk).
Obligasi dari perusahaan swasta memiliki kecenderungan
4

untuk lebih berisiko yang bergantung pada kesehatan


keuangan perusahaan emiten. Oleh sebab itu, investor yang
berniat untuk membeli obligasi harus memperhatikan beberapa
hal, salah satunya adalah peringkat obligasi. Peringkat obligasi
menyatakan skala risiko atau tingkat keamanan dari obligasi
yang diterbitkan. Peringkat obligasi memberikan manfaat
untuk mengukur risiko dalam pembelian obligasi (Ruli, 2018).
Perusahaan yang memiliki peringkat obligasi tinggi, biasanya
lebih disukai oleh investor dibandingkan dengan perusahaan
yang memiliki peringkat obligasi rendah.
Proses pemeringkatan berguna untuk menilai kinerja
perusahaan dari berbagai faktor yang secara langsung maupun
tidak langsung berhubungan dengan keuangan perusahaan. PT
PEFINDO sebagai lembaga pemeringkat efek di Indonesia
mendefinisikan rating ke dalam delapan kelas rating dengan
simbol yaitu superior (AAA), very strong (AA), strong (A),
adequate (BBB), somewat weak (BB), weak (B), vulnerable
(C), dan selective default (D). Pada prinsipnya, semakin tinggi
peringkat obligasi (A) maka semakin rendah risiko yang
dihadapi oleh investor mengingat semakin kecil kemungkinan
obligasi mengalami kegagalan dalam membayar bunga dan
pokok pinjamannya. Begitupun sebaliknya, semakin rendah
peringkat obligasi (D) maka semakin tinggi risiko yang
dihadapi oleh investor mengingat semakin besar kemungkinan
5

penerbit obligasi gagal dalam membayar pokok dan bunga


obligasi. Sumber: (http://www.pefindo.com).
Investor dapat menggunakan jasa lembaga pemeringkat
untuk mendapatkan informasi mengenai peringkat obligasi.
Agen pemeringkat (rating agency) adalah lembaga independen
yang menerbitkan peringkat dan memberikan informasi
mengenai resiko kredit untuk berbagai surat hutang (bond
rating atau peringkat obligasi) maupun peringkat untuk
perusahaan itu sendiri (general bond rating) sebagai petunjuk
tingkat keamanan suatu obligasi bagi investor. PT PEFINDO
merupakan salah satu lembaga rating Indonesia yang
mempublikasikan peringkat obligasi setiap bulan. Fungsi
utama PEFINDO adalah penilaian atas kelayakan kredit suatu
perusahaan secara keseluruhan, atau kapasitasnya untuk
memenuhi semua kewajiban keuangannya.
PT PEFINDO memiliki beberapa kriteria dan
metodologi dalam melakukan pemeringkatan obligasi. Kriteria
dan metodologi peringkat untuk sektor korporasi atau entitas
korporat yang bukan lembaga keuangan (lembaga non-
keuangan) secara umum, mencakup tiga penilaian risiko utama
yaitu 1) risiko industri meliputi pertumbuhan dan stabilitas
industri, pendapatan dan struktur biaya industri, hambatan
masuk dan tingkat persaingan dalam industri, regulasi atau
peraturan terkait industri, serta profil keuangan dari industri
yang bersangkutan, 2) risiko bisnis, dan 3) risiko keuangan
6

atau risiko finansial meliputi profil keuangan perusahaan yang


dilihat dari bagaimana kebijakan keuangan manajemen
perusahaan, struktur modal, perlindungan arus kas dan
likuiditas, serta fleksibilitas keuangan. Ketiga risiko diatas
merupakan indikator ukuran peringkat obligasi.
Berikut ini fenomena-fenomena terkait penurunan
peringkat obligasi yang terjadi pada beberapa perusahaan:
Tabel 1.1
Fenomena Penurunan Peringkat Obligasi
Nama Peringkat Peringkat
No Penyebab
Perusahaan Awal Akhir
1 Tiphone idA idA- 1) Struktur
Mobile permodalan
Indonesia yang menjadi
Tbk (TELE) lebih agresif.
2) Pelemahan
perlindungan
kas.
3) Realisasi
penjualan
yang lebih
rendah.
4) Kebutuhan
modal kerja
yang tinggi.
5) Persaingan
yang ketat.
market.bisnis.
com/20180413
2 Express idA- idBBB+ 1) Penurunan
Transindo pangsa pasar
Utama Tbk 2) Pelemahan
7

(TAXI) proteksi arus


kas
3) Pelemahan
struktur
permodalan
4) Profitabilitas
yang rendah
5) Tingginya
tingkat utang
ekonomi.kompas.
com (29/09/2016)
3 Express idBB+ idBB- 1) Penurunan
Transindo pendapatan
Utama Tbk 2) Kerugian
(TAXI) investasi.kontan.
co.id
(15/03/2018)
4 PT Tiga Pilar BB+ CCC 1) Likuiditas
Sejahtera lemah
Food (AISA) katadata.co.id
(2018/02/08)
5 PT Intiland idA- idBBB+ 1) Tingkat
Development leverage yang
Tbk (DILD) tinggi
2) Beban utang
yang tinggi
3) Rasio proteksi
arus kas yang
lemah
4) Marjin yang
lebih rendah
pefindo.com
(12/04/2018)
6 PT Surya idA- idA 1) Struktur
Semesta modal yang
Internusa terus
Tbk (SSIA) melemahkan
8

perusahaan
2) Pelemahan
proteksi arus
kas
pefindo.com
(14/03/2018)
Data diperoleh dari berbagai sumber
Fenomena berikut ini menunjukkan bahwa struktur
modal mempengaruhi tinggi rendahnya peringkat obligasi
yaitu fenomena terkait upaya PT Medco Energi Internasional
Tbk (MEDC) yang melakukan perbaikan struktur permodalan
mereka dan hal itu berhasil untuk menaikkan peringkat
perusahaan menjadi idA+ serta merevisi outlook menjadi
stabil dari sebelumnya negatif. Jakarta, Selasa (21/11/2017)
Gifar menuturkan, peringkat dapat dinaikkan jika perusahaan
memperbaiki secara signifikan struktur permodalan menjadi
level yang moderat, didukung oleh rencana pengurangan utang
dan potensi profitabilitas yang membaik. Sementara peringkat
dapat diturunkan jika Medco memiliki utang yang lebih tinggi
dari yang diproyeksikan tanpa diimbangi dengan profil bisnis
yang lebih kuat, yang dapat memperlemah ukuran-ukuran
struktur permodalan dan proteksi arus kas berkelanjutan.
Sumber: https://economy.okezone.com (21/11/2017)
Berbagai uraian fenomena peringkat obligasi di atas
merupakan uraian yang menjelaskan mengapa penulis tertarik
memilih studi kasus pada perusahaan-perusahaan sektor non
keuangan yang menerbitkan obligasi. Berdasarkan tabel 1.1,
9

turunnya peringkat obligasi umumnya disebabkan oleh


berbagai faktor keuangan perusahaan itu sendiri, seperti
pelemahan struktur modal, pelemahan proteksi arus kas,
likuiditas lemah, kebutuhan modal kerja yang tinggi, tingkat
leverage yang tinggi, dan sebagainya. Dari banyaknya
penyebab yang dijelaskan di atas, empat dari enam fenomena
perusahaan yang mengalami penurunan peringkat akibat
struktur modal (perbandingan antara modal luar dengan modal
sendiri) yang agresif. Menurut PT PEFINDO struktur modal
merupakan salah satu dari empat indikator dari risiko finansial.
Karena studi kasus pada penelitian ini yaitu perusahaan-
perusahaan sektor non keuangan yang menerbitkan obligasi
dan terdaftar di PT PEFINDO, maka penulis tertarik untuk
meneliti risiko finansial yang diwakili dengan struktur modal
(Debt to Equity Ratio) sebagai variabel Y dalam penelitian ini.
Pemilihan debt to equity ratio sebagai indikator
penelitian karena banyaknya penelitian terdahulu yang
menggunakan debt to equity ratio sebagai indikator dari
struktur modal. Selain itu, debt to equity ratio mencerminkan
konsep pendanaan yaitu bahwa perusahaan dapat memperoleh
dana yang bersumber dari dana eksternal dan dana internal,
mencerminkan konsep struktur modal (perbandingan antara
modal asing dan modal sendiri), dan juga banyaknya
perusahaan sampel yang menggunakan perbandingan antara
modal pinjaman dengan modal sendiri sebagai komposisi dari
10

struktur modalnya. Brigham dan Houston (2014:155)


menerangkan jika rasio utang aktual di bawah tingkat sasaran,
perusahaan akan menghimpun modal dengan menerbitkan
utang, sementara jika rasio utang di atas sasaran, maka yang
digunakan adalah ekuitas. Pernyataan tersebut juga merupakan
salah satu hal yang melatarbelakangi mengapa peneliti
memilih debt to equity ratio sebagai indikator struktur modal
karena peneliti bermaksud untuk mengetahui seberapa besar
perbandingan antara modal asing dengan modal sendiri.
Fahmi (2014:111) menjelaskan bahwa risiko suatu
perusahaan (risiko finansial) salah satunya dapat dilihat dari
struktur modal (capital structure) yang dimiliki perusahaan.
Semakin tinggi tingkat utang (financial leverage) yang
dimiliki perusahaan, maka semakin beresiko perusahaan
tersebut, sebaliknya semakin rendah tingkat pengembalian
utangnya maka risiko pun semakin rendah. Dari uraian di atas,
peneliti tertarik untuk meneliti faktor-faktor apa saja yang
mempengaruhi struktur permodalan pada perusahaan sektor
non keuangan yang menerbitkan obligasi. Struktur modal
yang baik adalah struktur modal yang optimal. Dalam Riasita
(2014) trade off theory berpendapat bahwa campuran optimal
dari modal merupakan hasil trade-off dari keuntungan pajak
dengan menggunakan hutang dengan biaya yang akan timbul
sebagai akibat penggunaan hutang tersebut (Hartono, 2003).
Esensi trade-off theory dalam struktur modal adalah
11

menyeimbangkan manfaat dan pengorbanan yang timbul


sebagai akibat penggunaan hutang. Sejauh manfaat lebih
besar, tambahan hutang masih diperkenankan. Apabila
pengorbanan karena penggunaan hutang sudah lebih besar,
maka tambahan hutang sudah tidak diperbolehkan. Struktur
modal merupakan perimbangan antara penggunaan hutang
dengan penggunaan modal sendiri, yang berarti berapa besar
modal sendiri dan berapa besar hutang yang akan digunakan,
sehingga dapat menghasilkan struktur modal yang optimal.
Jika suatu perusahaan akan meningkatkan jumlah
hutangnya (leverage), maka perusahaan dengan sendirinya
akan meningkatkan risiko keuangannya. Untuk itu para
manajer sebaiknya tidak sepenuhnya mendanai perusahaan
dengan modal sendiri, tapi disertai dengan peminjaman hutang
sebab pertimbangan atas manfaat pengurangan pajak yang
akan ditimbulkan.
Fahmi (2014:108) menyebutkan struktur modal dapat
diukur dengan rasio perbandingan antara total hutang terhadap
modal sendiri melalui debt to equity ratio (DER). Semakin
besar DER maka semakin besar pula risiko yang harus
dihadapi perusahaan, karena pemakaian hutang sebagai
sumber pendanaan jauh lebih besar dari pada modal sendiri.
Perusahaan harus mampu menentukan pendanaan
yang murah dengan bunga rendah dan jangka waktu fleksibel,
sehingga utang menjadi menguntungkan bagi perusahaan.
12

Berikut ini akan disajikan DER di beberapa perusahaan-


perusahaan sektor non keuangan yang menerbitkan obligasi
serta terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada periode
tahun 2013-2017.
Tabel 1.2
Debt to Equity Ratio (DER)
Beberapa Perusahaan Non Keuangan yang Terdaftar di
Bursa Efek Indonesia Periode 2013-2017
Nama
No 2013 2014 2015 2016 2017
Perusahaan
1 WSKT 269% 340% 212% 266% 330%
2 TINS 61% 74% 73% 69% 96%
3 PTHK 595% 507% 135% 218% 470%
4 TAXI 168% 237% 213% 247% 715%
5 SMRA 193% 157% 149% 155% 159%
6 GIAA 164% 238% 248% 270% 301%
7 JSMR 161% 179% 197% 227% 331%
8 DART 39% 58% 67% 67% 79%
9 FAST 84% 81% 107% 111% 113%
10 ADHI 528% 497% 225% 269% 383%
Sumber: www.idx.co.id data telah diolah
Berdasarkan tabel 1.2 menunjukkan bahwa setiap
perusahaan pertahunnya memiliki Debt to Equity Ratio (DER)
yang fluktuatif dari tahun ke tahun serta rata-rata besarnya
DER berada di atas 100%. Dengan nilai DER yang berada di
atas 100% berarti perusahaan memiliki jumlah hutang yang
lebih besar daripada modal sendiri dan hal tersebut merupakan
13

kombinasi struktur modal yang tidak optimal. Dalam Deni


(2014:11) teori struktur modal yang optimal dimana jumlah
hutang perusahaan tidak boleh lebih besar daripada modal
sendiri. Karena kebanyakan investor lebih tertarik
menanamkan modalnya ke dalam bentuk investasi pada
perusahaan yang mempunyai nilai DER kurang dari satu.
Karena jika DER lebih besar dari satu berarti risiko yang
ditanggung oleh investor menjadi meningkat.
Berbagai penelitian telah dilakukan untuk mengetahui
faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi struktur modal.
Banyak faktor yang mempengaruhi struktur modal secara
umum diantaranya profitabilitas, pembayaran dividen, ukuran
perusahaan, stabilitas penjualan, struktur aktiva, operating
leverage, tingkat pertumbuhan perusahaan, pengendalian, dan
sikap manajemen, pajak, price earning ratio, likuiditas, non
debt tax, risiko bisnis dan lain sebagainya. Penelitian ini
memfokuskan faktor-faktor seperti profitabilitas dan likuiditas
yang mempengaruhi struktur modal karena banyak fenomena
yang menyebutkan keterkaitan antara struktur modal,
profitabilitas, dan likuiditas.
Perusahaan dengan profit yang tinggi cenderung
mendanai investasinya dengan laba ditahan daripada
pendanaan dengan hutang. Profitabilitas merupakan salah satu
faktor yang mempengaruhi struktur modal dalam perusahaan.
Profitabilitas adalah kemampuan perusahaan untuk
14

memperoleh laba dalam periode tertentu. Salah satu alat ukur


yang dapat digunakan untuk mengukur profitabilitas
perusahaan adalah return on assets (ROA). Menurut Harmono
(2015:110) ROA menunjukan suatu struktur modal perusahaan
yang merupakan perbandingan antara laba setelah pajak
dengan total aset. Return on assets yang tinggi berarti bahwa
laba bersih yang dimiliki perusahaan tinggi untuk membiayai
sebagian besar kebutuhan pendanaan dengan dana yang
dihasilkan secara internal. Semakin tinggi laba yang diperoleh
berarti semakin rendah kebutuhan dana eksternal (hutang),
sehingga semakin rendah pula struktur modalnya.
Penelitian yang dilakukan oleh Riasita (2014)
menunjukkan bahwa profitabilitas (Return on Assets)
berpengaruh negatif tetapi tidak signifikan terhadap struktur
modal. Berbeda dengan Riasita, penelitian yang dilakukan
oleh Widyaningrum (2015) menunjukkan bahwa profitabilitas
(Return on Assets) tidak berpengaruh terhadap struktur modal.
Harmono (2015:106) rasio likuiditas menjelaskan
mengenai kesanggupan perusahaan untuk melunasi utang
jangka pendek. Tingkat likuiditas yang tinggi menunjukkan
kemampuan melunasi utang jangka pendek semakin tinggi
pula. Current ratio dapat diukur menggunkan aktiva lancar
dibagi utang lancar. Perusahaan yang mempunyai likuiditas
yang tinggi akan cenderung tidak menggunakan pembiayaan
dari hutang. Hal ini disebabkan perusahaan dengan tingkat
15

likuiditas tinggi mempunyai dana internal yang besar,


sehingga perusahaan akan lebih menggunakan dana internal
terlebih dahulu untuk membiayai investasinya sebelum
menggunakan pembiayaan eksternal menggunakan hutang.
Salah satu rasio dari likuiditas adalah current ratio, dimana
rasio ini dihitung dengan membagi aset lancar (curent asset)
dengan utang lancar (current liability).
Penelitian yang dilakukan oleh Kusuma (2014)
menunjukkan bahwa likuiditas (current ratio) berpengaruh
negatif signifikan terhadap struktur modal. Hal itu sejalan
dengan penelitian yang dilakukan oleh Ghasemi etc. (2016)
menunjukkan bahwa quick ratio berpengaruh positif terhadap
struktur modal sedangkan current ratio berpengaruh negatif
terhadap struktur modal. Rincian lebih lanjut mengenai tabel
ringkasan penelitian terdahulu akan dilampirkan pada
lampiran 1.
Dari hasil penelitian terdahulu yang membedakan
dengan penelitian yang dilakukan peneliti saat ini adalah
jumlah variabel independen serta subjek penelitian yang
digunakan.
Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan di
atas dan berdasarkan ketidak konsistenan hasil penelitian
terdahulu, maka penulis bermaksud untuk meneliti risiko
finansial (debt to equity ratio) dengan judul PENGARUH
RASIO PROFITABILITAS DAN RASIO LIKUIDITAS
16

TERHADAP RISIKO FINANSIAL (Studi Kasus Pada


Perusahaan Sektor Non Keuangan Di Bursa Efek
Indonesia Yang Menerbitkan Obligasi Dan
Diperingkatkan Oleh PT PEFINDO Periode 2013 - 2017).

II. RUMUSAN MASALAH


Atas dasar latar belakang yang telah dijelaskan, maka
permasalahan dalam penelitian ini dirumuskan sebagai
berikut:
1. Bagaimana Profitabilitas (Return On Assets) pada
Perusahaan Sektor Non Keuangan yang
Menerbitkan Obligasi serta Terdaftar di Bursa Efek
Indonesia dan PT PEFINDO Periode 2013-2017.
2. Bagaimana Likuiditas (Current Ratio) pada
Perusahaan Sektor Non Keuangan yang
Menerbitkan Obligasi serta Terdaftar di Bursa Efek
Indonesia dan PT PEFINDO Periode 2013-2017.
3. Bagaimana Risiko Finansial (Debt to Equity Ratio)
pada Perusahaan Sektor Non Keuangan yang
Menerbitkan Obligasi serta Terdaftar di Bursa Efek
Indonesia dan PT PEFINDO Periode 2013-2017.
4. Bagaimana pengaruh Profitabilitas (Return On
Assets) dan Likuiditas (Current Ratio) secara
parsial dan simultan terhadap Risiko Finansial
(Debt to Equity Ratio) pada Perusahaan Sektor Non
17

Keuangan yang Menerbitkan Obligasi serta


Terdaftar di Bursa Efek Indonesia dan PT
PEFINDO Periode 2013-2017.

III. MAKSUD DAN TUJUAN PENELITIAN


Berdasarkan rumusan masalah yang telah diuraikan,
maka maksud dari penelitian ini adalah untuk mencari data
dan informasi tentang Profitabilitas (Return On Assets),
Likuiditas (Current Ratio), dan Risiko Finansial (Debt to
Equity Ratio) pada Perusahaan Sektor Non Keuangan yang
Menerbitkan Obligasi serta Terdaftar di Bursa Efek Indonesia
dan PT PEFINDO.
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai
berikut:
1. Untuk mengetahui dan menganalisis Profitabilitas
(Return On Assets) pada Perusahaan Sektor Non
Keuangan yang Menerbitkan Obligasi serta
Terdaftar di Bursa Efek Indonesia dan PT
PEFINDO Periode 2013-2017.
2. Untuk mengetahui dan menganalisis Likuiditas
(Current Ratio) pada Perusahaan Sektor Non
Keuangan yang Menerbitkan Obligasi serta
Terdaftar di Bursa Efek Indonesia dan PT
PEFINDO Periode 2013-2017.
18

3. Untuk mengetahui dan menganalisis Risiko


Finansial (Debt to Equity Ratio) pada Perusahaan
Sektor Non Keuangan yang Menerbitkan Obligasi
serta Terdaftar di Bursa Efek Indonesia dan PT
PEFINDO Periode 2013-2017.
4. Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh
Profitabilitas (Return On Assets) dan Likuiditas
(Current Ratio) secara parsial dan simultan
terhadap Risiko Finansial (Debt to Equity Ratio)
pada Perusahaan Sektor Non Keuangan yang
Menerbitkan Obligasi serta Terdaftar di Bursa Efek
Indonesia dan PT PEFINDO Periode 2013-2017.

IV. KEGUNAAN PENELITIAN


Adapun dengan adanya pelaksanaan penelitian ini
diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut:
1. Kegunaan Teoritis
Kegunaan teoritis dari penelitian ini adalah untuk
memberikan kontribusi pemikiran dalam
mendukung pengembangan teori yang ada dan
dapat memperluas ilmu pengetahuan yang
berhubungan dengan ilmu akuntansi keuangan
khususnya mengenai pengaruh profitabilitas
(Return on Assets) dan likuiditas (Current Ratio)
terhadap risiko finansial (Debt to Equity Ratio)
19

pada perusahaan sektor non keuangan yang


menerbitkan obligasi serta terdaftar di Bursa Efek
Indonesia dan PT PEFINDO.
2. Kegunaan Praktis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan
manfaat bagi berbagai pihak antara lain:
a. Penulis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat
menambah pengetahuan, wawasan dan untuk
memperoleh gambaran nyata dari penerapan
teori-teori yang telah dipelajari dalam bidang
ilmu akuntansi keuangan khususnya mengenai
pengaruh profitabilitas (Return on Assets) dan
likuiditas (Current Ratio) terhadap risiko
finansial (Debt to Equity Ratio) pada
perusahaan sektor non keuangan yang
menerbitkan obligasi serta terdaftar di Bursa
Efek Indonesia dan PT PEFINDO.
b. Fakultas Ekonomi dan Bisnis UNJANI
Hasil penelitian ini dapat dijadikan bahan
dokumentasi di perpustakaan untuk digunakan
sebagai bahan referensi penelitian selanjutnya.
c. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan
referensi bagi peneliti-peneliti selanjutnya
dalam mengembangkan topik yang berkaitan
20

dengan ilmu akuntansi keuangan khususnya


mengenai pengaruh profitabilitas (Return on
Assets) dan likuiditas (Current Ratio) terhadap
risiko finansial (Debt to Equity Ratio) pada
perusahaan sektor non keuangan yang
menerbitkan obligasi serta terdaftar di Bursa
Efek Indonesia dan PT PEFINDO.

V. KERANGKA PEMIKIRAN
Bagi perusahaan yang bersifat profit oriented keputusan
pencarian sumber pendanaan dalam rangka memperkuat
struktur modal menjadi keputusan penting yang harus dikaji
dengan mendalam serta berbagai dampak pengaruh yang
mungkin terjadi di masa yang akan datang (future effect).
Secara umum sumber modal ada dua sumber alternatif yaitu
modal yang bersumber dari modal sendiri atau dari eksternal
seperti pinjaman/utang.
Packing order theories merupakan suatu kebijakan yang
ditempuh perusahaan-perusahaan untuk memenuhi tambahan
dana dengan cara menjual asset yang dimilikinya seperti
menjual gedung, tanah, peralatan yang dimilikinya dan aset-
aset lainnya, termasuk dana yang berasal dari laba ditahan
(retained earning). Apabila dana dari sumber internal sudah
digunakan semua namun kebutuhan dana sudah semakin
meningkat karena pertumbuhan perusahaan, maka tidak ada
21

pilihan lain selain menggunakan dana yang berasal dari luar


perusahaan.
Irham Fahmi (2016:188) menjelaskan dua bentuk
pendanaan sebagai berikut:
“Pendanaan dengan modal sendiri dapat dilakukan
dengan menerbitkan saham (stock), sedangkan
pendanaan dengan utang (debt) dapat dilakukan dengan
menerbitkan obligasi (bonds), atau berutang ke bank,
leasing, bahkan ke mitra bisnis.”

Irham Fahmi (2016:189) mendefinisikan obligasi


sebagai berikut:
“Obligasi merupakan suatu surat berharga yang dijual
kepada publik, dimana disana dicantumkan berbagai
ketentuan yang menjelaskan berbagai hal seperti nilai
nominal, tingkat suku bunga, jangka waktu, nama
penerbit, dan beberapa ketentuan lainnya yang
terjelaskan dalam undang-undang yang disahkan oleh
lembaga yang terkait.”
Harmono (2015:63) mendefinisikan obligasi sebagai
berikut:
“Obligasi merupakan surat tanda utang kepada kreditor
berupa perorangan atau lembaga seperti yang tertera
pada surat obligasi yang pada di dalamnya tercantum
bunga yang harus dibayarkan, termasuk ketentuan
pengembalian pokok dan angsuran pinjaman pada saat
jatuh tempo.”

Dari pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa


obligasi merupakan surat utang yang diterbitkan dan
menimbulkan kewajiban bagi penerbitnya untuk membayar
22

pokok utang dan bunga kepada pemegang obligasi yang


jumlah dan waktunya sesuai dengan yang telah ditentukan
sebelumnya. Obligasi diterbitkan oleh perusahaan dalam
rangka memenuhi kegiatan pendanaan perusahaan guna
pengembangan usaha maupun untuk membayar hutang yang
jatuh tempo.
Kemungkinan gagal bayar merupakan risiko penting
yang dihadapi pemegang obligasi. Risiko gagal bayar
dipengaruhi oleh kemampuan finansial emiten dan
persyaratan-persyaratan yang terdapat dalam kontrak obligasi,
termasuk apakah ada agunan yang dijaminkan untuk
mengamankan obligasi. Eugene F. Brigham dan Joel F.
Houston (2013) menguraikan beberapa jenis obligasi yaitu 1)
Obligasi hipotek (Mortgage Bond) merupakan obligasi yang
dijamin oleh aset spesifik sebagai jaminan obligasi. Obligasi
hipotek pertama merupakan senior yang memiliki prioritas
atas klaim dari obligasi hipotek kedua. 2) Obligasi tanpa
jaminan (debenture) merupakan obligasi yang tidak dijamin
sehingga tidak memberikan agunan spesifik sebagai jaminan
bagi obligasi. Karena itu, pemegang obligasi tanpa jaminan
merupakan kreditor biasa yang klaimnya dilindungi oleh
properti yang tidak diagunkan. Obligasi tanpa jaminan akan
cukup beresiko, dan risiko tersebut akan tercermin dalam
tingkat bunganya. 3) Obligasi tanpa jaminan subordinasi
(subordinated debenture) merupakan jenis obligasi yang
23

apabila terjadi peristiwa likuidasi atau reorganisasi, pemegang


obligasi tanpa jaminan subordinasi tidak akan menerima
apapun sampai seluruh utang senior-seperti yang disebutkan
dalam perjanjian perwaliamanatan obligasi tanpa jaminan-
telah dibayar.
Selain jenis obligasi apa yang hendak dibeli, seorang
pemilik modal yang berminat membeli obligasi juga sudah
seharusnya memperhatikan peringkat obligasi. Peringkat
instrumen utang adalah pendapat terkini tentang kelayakan
kredit dari obligor sehubungan dengan kewajiban keuangan
tertentu, kelas khusus kewajiban keuangan, atau program
keuangan tertentu. Jenis peringkat ini dapat membantu
penerbit dalam menentukan struktur penerbitan utang (tingkat
kupon, jangka waktu, peningkatan kredit).
Metodologi pemeringkatan PEFINDO untuk sektor
korporasi atau entitas korporat yang bukan lembaga keuangan
(Lembaga Non-Keuangan) secara umum mencakup tiga
penilaian risiko utama, Risiko Industri, Risiko Bisnis, dan
Risiko Keuangan. Metode Risiko Finansial dilakukan
berdasarkan analisis menyeluruh dan rinci pada empat bidang
utama, yang mencakup kebijakan keuangan manajemen
perusahaan (financial policy), dan tiga indikator keuangan
termasuk struktur modal (capital structure), perlindungan arus
kas (cash flow protection) dan likuiditas, serta fleksibilitas
keuangan (financial flexibility).
24

Said Kelana (2015:95) menyebutkan:


“Jika perusahaan memiliki beban keuangan, maka
perusahaan menghadapi dua risiko, yaitu risiko bisnis
dan risiko keuangan (beban bunga dan dividen saham
preferen).”
Brigham dan Houston (2014:164) mendefinisikan risiko
finansial sebagai berikut:
“Risiko keuangan (financial risk) merupakan tambahan
risiko yang dibebankan kepada pemegang saham biasa
sebagai akibat dari keputusan untuk melakukan
pendanaan utang.”
Makin tinggi persentase utang dalam struktur modal
maka utang tersebut makin beresiko sehingga makin tinggi
tingkat bunga yang akan dikenakan oleh pihak pemberi
pinjaman. Makin tinggi beban keuangan maka risiko
keuangannya juga makin tinggi. Dari pernyataan di atas dapat
disimpulkan bahwa risiko keuangan adalah risiko-risiko yang
berkaitan dengan kondisi keuangan perusahaan seperti tingkat
likuiditas perusahaan, struktur permodalan perusahaan, beban
bunga perusahaan, utang yang harus segera dilunasi dan lain
sebagainya.
Fahmi (2014:111) menjelaskan bahwa risiko suatu
perusahaan (risiko finansial) salah satunya dapat dilihat dari
struktur modal (capital structure) yang dimiliki perusahaan.
Semakin tinggi tingkat utang (financial leverage) yang
dimiliki perusahaan, maka semakin beresiko perusahaan
25

tersebut, sebaliknya semakin rendah tingkat pengembalian


utangnya maka risiko pun semakin rendah.
Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa risiko
keuangan suatu perusahaan dapat dilihat dari struktur modal
(capital structure) perusahaan. Semakin tinggi tingkat utang
(financial leverage) yang dimiliki perusahaan, maka semakin
beresiko perusahaan tersebut serta semakin rendah peringkat
obligasinya hal itu mengakibatkan sulitnya menarik minat
investor untuk menanamkan modalnya di perusahaan yang
memiliki peringkat obligasi rendah. Peringkat obligasi rendah
menunjukkan bahwa perusahaan memiliki risiko finansial
yang tinggi, risiko finansial yang tinggi salah satunya diukur
dengan struktur modal yang tinggi pula.
Ada beberapa pengertian struktur modal. Menurut
Weston dan Copeland dalam Fahmi (2014:106)
mendefinisikan struktur modal sebagai berikut:
“Capital strucure or the capitalization of the firm is the
permanent financing represented by long-term debt,
preferred stock and shareholder’s equity.”
Irham Fahmi (2016:184) mendefinisikan struktur modal
sebagai berikut:
“Struktur modal merupakan gambaran dari bentuk
proporsi finansial perusahaan yaitu antara modal yang
dimiliki yang bersumber dari utang jangka panjang
(long-term liabilities) dan modal sendiri (stakeholders’
26

equity) yang menjadi sumber pembiayaan suatu


perusahaan.”
Sehingga dapat dimengerti bahwa struktur modal
merupakan gambaran dari bentuk proporsi finansial
perusahaan yaitu antara modal yang bersumber dari utang dan
modal sendiri yang menjadi sumber pembiayaan suatu
perusahaan.
Menurut Smith, Skousen, Stice, and Stice dalam Fahmi
(2016:187), menghitung struktur modal (Debt to Equity Ratio)
bisa menggunakan rumus sebagai berikut:

𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐿𝑖𝑎𝑏𝑖𝑙𝑖𝑡𝑒𝑠
Debt to Equity Ratio = x 100%
𝑆𝑡𝑎𝑘𝑒ℎ𝑜𝑙𝑑𝑒𝑟𝑠′ 𝐸𝑞𝑢𝑖𝑡𝑦

Jaelani La Masindonda, Ghozali Maski dan Idrus dalam


Fahmi (2016:192) menjelaskan bahwa:
“Umumnya perusahaan cenderung menggunakan modal
sendiri sebagai modal permanen ketimbang modal asing
yang hanya digunakan sebagai pelengkap apabila dana
yang diperlukan kurang mencukupi.”

Pernyataan di atas diperkuat oleh Rina Adi Kristianti


(2003) dalam Fahim (2016:192) yang menyebutkan sebagai
berikut:
“Adanya biaya yang lebih murah pada sumber
pendanaan internal menyebabkan perusahaan dalam
membuat keputusan investasi akan mempertimbangkan
sumber pendanaan internal.”
27

Berdasarkan penjelasan teori struktur modal di atas,


suatu perusahaan dengan kondisi keuangan yang baik akan
cenderung menggunakan proporsi hutang yang relatif kecil.
Hal ini disebabkan pengembalian yang tinggi akan
menyediakan sejumlah dana internal yang relatif besar yang
dapat diakumulasikan sebagai laba ditahan. Kondisi keuangan
yang baik dapat dilihat dari profitabilitas perusahaan. Menurut
Fahmi (2016:80) rasio profitabilitas mengukur efektivitas
manajemen secara keseluruhan yang ditunjukkan oleh besar
kecilnya tingkat keuntungan yang diperoleh dalam
hubungannya dengan penjualan maupun investasi. Semakin
baik rasio profitabilitas maka semakin baik menggambarkan
kemampuan tingginya perolehan keuntungan perusahaan.”
Said Kelana (2015:26) mendefinisikan rasio
profitabilitas sebagai berikut:
“Rasio profitabilitas/laba menunjukkan kemampuan
perusahaan mendapatkan hasil selama periode
produksi.”

𝐸𝑎𝑟𝑛𝑖𝑛𝑔 𝐴𝑓𝑡𝑒𝑟 𝑇𝑎𝑥


Return On Assets = x 100%
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐴𝑠𝑠𝑒𝑡

Hubungan ROA dengan struktur modal adalah


perusahaan yang menghasilkan laba atau keuntungan yang
tinggi memiliki lebih banyak dana internal daripada
perusahaan dengan tingkat keuntungan yang kecil. Penelitian
28

mengenai pengaruh profitabilitas (ROA) terhadap struktur


modal menurut Defia Riasita (2014) berpengaruh negatif tetapi
tidak signifikan terhadap struktur modal, karena perusahaan
dengan tingkat profitabilitas tinggi akan cenderung
menggunakan tingkat utang yang relatif kecil karena
perusahaan akan membiayai sebagian besar kegiatannya
dengan dana internal yang dimiliki perusahaan.
Berbagai perusahaan menggunakan rasio likuiditas
sebagai salah satu indikator untuk mengukur kemampuan
perusahaan dalam membayar kewajibannya.
Irham Fahmi (2014:61) menjelaskan bahwa:
“Kondisi perusahaan yang memiliki current ratio yang
baik adalah dianggap sebagai perusahaan yang baik dan
bagus, namun jika current ratio (rasio lancar) terlalu
tinggi juga dianggap tidak baik. Ini sebagaimana
dikatakan oleh Samuel C. Weaver dan J. Fred Weston
bahwa “.....setiap nilai ekstrem dapat mengindikasikan
adanya masalah. Sebagai contoh, rasio lancar sebesar
8,00 dapat mengindikasikan penimbunan kas,
banyaknya piutang tak tertagih, penumpukan
persediaan, tidak efisiennya pemanfaatan “pembiayaan”
gratis dari pemasok, dan rendahnya pinjaman jangka
pendek.”

Dari penjelasan di atas, dapat dimengerti bahwa


perusahaan dengan current ratio yang baik mengindikasikan
bahwa perusahaan tersebut baik dan bagus. Perusahaan yang
baik dan bagus dapat dikatakan sebagai perusahaan yang
memiliki tingkat risiko rendah karena perusahaan cenderung
29

akan menggunakan dana internal yang dimiliki perusahaan


daripada melakukan pinjaman dana ke pihak luar.
Menurut Evan (2000) dalam Harmono (2015:106)
menyatakan bahwa rasio likuiditas menjelaskan mengenai
kesanggupan perusahaan untuk melunasi utang jangka pendek.
Tingkat likuiditas yang tinggi menunjukkan kemampuan
melunasi utang jangka pendek semakin tinggi pula. Current
rasio dapat diukur menggunakan aktiva lancar dibagi utang
lancar.
Said Kelana (2015:22) mendefinisikan rasio likuiditas
sebagai berikut:
“Rasio likuiditas adalah rasio yang menunjukkan
kemampuan perusahaan untuk membayar segera (likuid)
terhadap kewajiban segera. Kemampuan bayar segera,
berarti dipergunakan aktiva lancar (aktiva likuid) untuk
membayar kewajiban segera/lancar (utang lancar).”
Rasio lancar (current ratio) membandingkan seluruh
aktiva lancar dengan seluruh kewajiban lancar. Dengan
demikian dapat ditulis sebagai berikut:

𝐶𝑢𝑟𝑟𝑒𝑛𝑡 𝐴𝑠𝑠𝑒𝑡𝑠
Current Ratio = x 100%
𝐶𝑢𝑟𝑟𝑒𝑛𝑡 𝐿𝑖𝑎𝑏𝑖𝑙𝑖𝑡𝑖𝑒𝑠

Hubungan antara current ratio dengan struktur modal


adalah mempunyai pengaruh terhadap jenis modal apa yang
akan ditarik. Apabila jumlah modal yang dibutuhkan sangat
besar, maka dirasa perlu bagi perusahaan untuk mengeluarkan
sekuritas secara bersama-sama begitu pula sebaliknya.
30

Penelitian mengenai pengaruh likuiditas terhadap struktur


modal menurut Pungkas Prayogo (2016) berpengaruh negatif
dan signifikan terhadap struktur modal. Perusahaan yang
memiliki current ratio tinggi berarti perusahaan memiliki
keuangan internal yang akan cukup digunakan untuk
membayar kewajibannya sehingga struktur modal menjadi
berkurang.
Berdasarkan uraian kerangka pemikiran dan beberapa
tinjauan teoritis yang berhubungan dengan penelitian, untuk
pengembangan hipotesis, maka peneliti menggambarkan
dalam suatu kerangka pemikiran yang akan disajikan dengan
gambar sebagai berikut:
31

Packing Order Theories

Keputusan Pendanaan

Obligasi

Peringkat Obligasi
PEFINDO

Rasio Profitabilitas Rasio Likuiditas Risiko Finansial


(Return on Assets) (Current Ratio) (Debt to Equity Ratio)

Hipotesis
Rasio Profitabilitas (Return on Assets) dan Rasio
Likuiditas (Current Ratio) berpengaruh negatif
terhadap Risiko Finansial (Debt to Equity Ratio).
Gambar 1.1 Skema Kerangka Pemikiran

VI. METODE PENELITIAN


Penelitian merupakan suatu proses yang berasal dari
minat dan rasa ketertarikan peneliti untuk mengetahui
fenomena yang terjadi dan mencari jawaban atas
permasalahan-permasalahan yang timbul. Penelitian
merupakan salah satu penunjang dalam perkembangan ilmu
32

pengetahuan. Menurut Sugiyono (2017:2) menyatakan bahwa


definisi metode penelitian adalah sebagai berikut:
“Metode penelitian pada dasarnya merupakan cara
ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan
kegunaan tertentu. Berdasarkan hal tersebut terdapat
empat kata kunci yang yang perlu diperhatikan yaitu,
cari ilmiah, data, tujuan, dan kegunaan. Cara ilmiah
berarti kegiatan penelitian itu didasarkan pada ciri-ciri
keilmuan, yaitu rasional, empiris, dan sistematis.”
Penelitian ini menggunakan metode penelitian
kuantitatif. Menurut Sugiyono (2017:8) menyatakan bahwa
definisi model penelitian kuantitatif adalah sebagai berikut:
“Model penelitian kuantitatif dapat diartikan sebagai
metode penelitian yang belandaskan pada filsafat
positivisme, digunakan untuk meneliti pada populasi
atau sampel tertentu, pengumpulan data menggunakan
instrumen penelitian, analisis data bersifat
kuantitatif/statistik, dengan tujuan untuk menguji
hipotesis yang telah ditetapkan.”

Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode


asosiatif. Penelitian asosiatif menurut Sugiyono (2017:37)
adalah sebagai berikut:
“Metode asosiatif merupakan penelitian yang bertujuan
untuk mengetahui hubungan antara dua variabel atau
lebih.”
Penelitian asosiatif merupakan penelitian untuk
mengetahui hubungan antara dua variabel (atau lebih) dimana
hubungan antara dua variabel dalam penelitian akan dianalisis
dengan menggunakan ukuran-ukuran statistika yang relevan
33

atas data tersebut untuk menguji hipotesis. Dalam metode ini


akan diamati secara seksama aspek-aspek tertentu yang
berkaitan erat dengan masalah yang diteliti, sehingga
diperoleh data yang menunjang penyusunan laporan penelitian
ini. Data-data yang diperoleh selama penelitian ini akan
diolah, dianalisis dan diproses dengan teori-teori yang telah
dipelajari, sehingga dapat memperjelas gambaran mengenai
objek tersebut dapat ditarik kesimpulan mengenai masalah
yang diteliti.
Objek penelitan dalam penelitian ini adalah perusahaan
sektor non keuangan yang menerbitkan obligasi di Bursa Efek
Indonesia. Penelitian dilakukan dengan menggunakan data
sekunder.

6.1 Operasional Variabel


Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah
variable independen dan dependen. Pada dasarnya variabel
independen akan mempengaruhi variabel dependen, baik
secara positif maupun negatif, sedangkan variabel dependen
adalah variabel yang menjadi perhatian utama peneliti.
Menurut Sugiyono (2017:38) adalah:
“Sebagai atribut seseorang atau obyek yang mempunyai
variasi antara satu orang dengan yang lain atau suatu
obyek dengan obyek lain.”
34

Operasional variabel diperlukan untuk menentukan


jenis, indikator, serta skala dari variabel-variabel yang terkait
dalam penelitian, sehingga pengujian hipotesis dengan alat
bantu statistik dapat dilakukan dengan benar.
Berdasarkan judul yang diteliti, maka dapat diketahui
variabel yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari dua
variabel independen dan satu variabel dependen.
1. Variabel Independen (X)
Menurut Sugiyono (2017:39) pengertian variabel
independen adalah sebagai berikut:
“Variabel bebas adalah variabel yang mempengaruhi
atau menjadi sebab timbulnya variabel dependen
(terikat).”
Variabel independen dalam penelitian ini ada dua, yaitu
Rasio Profitabilitas (X1), dan Rasio Likuiditas (X2).

2. Variabel Dependen (Y)


Menurut Sugiyono (2017:39) pengertian variabel
dependen adalah sebagai berikut:
“Variabel dependen merupakan variabel yang
dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena adanya
variabel bebas.”
Variabel dependen dalam penelitian adalah Risiko
Finansial (Debt to Equity Ratio).
35

Berikut tabel operasional dalam penelitian ini adalah


sebagai berikut:
Tabel 6.1
Operasionalisasi Variabel
Skala
Variabel Konsep Indikator
Ukur
Rasio Rasio ROA merupakan Rasio
Profitabilitas profitabilitas perbandingan
(X1) mengukur antara laba setelah
efektivitas pajak dengan total
manajemen secara aset, dapat
keseluruhan yang menggunakan
ditunjukkan oleh rumus:
besar kecilnya ROA=
tingkat Earning After Tax
keuntungan yang Total Asset
diperoleh dalam
hubungannya
dengan penjualan
maupun investasi.
(Irham Fahmi,
2016)
Rasio Rasio likuiditas Current ratio Rasio
Likuiditas adalah membandingkan
(X2) kemampuan suatu seluruh aktiva
perusahaan lancar dengan
memenuhi kewajiban lancar,
kewajiban jangka dapat menggunakan
pendeknya secara rumus:
tepat waktu. Rasio Current ratio =
lancar (current Current Assets
ratio) adalah Current Liabilities

ukuran yang
umum digunakan
atas solvensi
36

Skala
Variabel Konsep Indikator
Ukur
jangka pendek,
kemampuan suatu
perusahaan
memenuhi
kebutuhan utang
ketika jatuh
tempo.
Irham Fahmi
(2014:65).
Risiko Meliputi profil Struktur modal Rasio
Finansial (Y) keuangan dengan rumus
perusahaan yang sebagai berikut:
diihat dari Debt to Equity
bagaimana Ratio=
kebijakan Total Liabilities
keuangan Stakeholders′ 𝐸𝑞𝑢𝑖𝑡𝑦
manajemen
perusahaan,
struktur modal,
perlindungan arus
kas dan likuiditas,
serta fleksibilitas
keuangan.
(www.pefindo.co
m)
Struktur modal
merupakan
gambaran dari
bentuk proporsi
finansial
perusahaan yaitu
antara modal yang
dimiliki yang
bersumber dari
utang jangka
37

Skala
Variabel Konsep Indikator
Ukur
panjang (long-
term liabilities)
dan modal sendiri
(stakeholders’
equity) yang
menjadi sumber
pembiayaan suatu
perusahaan.
Irham Fahmi
(2016:184).
Sumber: Data Olahan

6.2 Rancangan Pengujian Hipotesis


Teknik analisis data adalah rancangan untuk
menganalisis data yang telah dikumpulkan. Analisis data
merupakan proses penyederhanaan data ke dalam bentuk yang
lebih mudah dibaca, dipahami, serta diinterpretasikan.
Analisis data dalam penelitian ini dilakukan dengan
menggunakan software SPSS 23.0. Rancangan pengujian
hipotesis yang dilakukan dalam penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui seberapa besar pengaruh Rasio Profitabilitas dan
Rasio Likuiditas (variabel bebas) terhadap Risiko Finansial
perusahaan non keuangan yang menerbitkan obligasi (variabel
terikat). Adapun langkah-langkah yang digunakan untuk
menguji hipotesis penelitian adalah sebagai berikut:
1. Penetapan Hipotesis
2. Pemilihan Populasi dan Sampel Penelitian
38

3. Pemilihan Uji Statistik


4. Penarikan Kesimpulan

6.2.1 Penetapan Populasi dan Sampel Penelitian


Objek dari suatu penelitian dapat berasal dari suatu
populasi atau sampel dari penelitian tersebut. Menurut
Sugiyono (2017:80) definisi populasi adalah sebagai berikut:
“Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas
obyek atau subyek yang mempunyai kualitas dan
karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk
dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.”
Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan sektor
non keuangan yang menerbitkan obligasi di Bursa Efek
Indonesia hingga periode 2017 sebanyak 65 perusahaan.
Sugiyono (2017:81) mendefinisikan sampel sebagai berikut:
“Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik
yang dimiliki oleh populasi tersebut.”
Pengertian di atas menunjukan bahwa sampel adalah
bagian tertentu dalam suatu populasi yang bisa saja digunakan
semua ataupun diberikan kriteria tertentu sehingga hanya
beberapa yang terpilih. Sampel dalam penelitian ini adalah
perusahaan sektor non keuangan yang menerbitkan obligasi di
Bursa Efek Indonesia serta obligasi tersebut diperingkat oleh
PT PEFINDO.
39

Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini


adalah teknik nonprobability sampling. Sugiyono (2017:84)
mendefinisikan nonprobability sampling sebagai berikut:
“Nonprobability sampling adalah teknik pengambilan
sampel yang tidak memberi peluang/kesempatan sama
bagi setiap unsur atau anggota populasi untuk dipilih
menjadi sampel.”
Teknik nonprobability sampling yang digunakan dalam
pengambilan sampel pada penelitian ini adalah Sampling
Purposive. Sampling Purposive menurut Sugiyono (2017:85)
adalah:
“Sampling Purposive adalah teknik penentuan sampel
dengan pertimbangan tertentu.”
Alasan pemilihan sampel dengan menggunakan teknik
Sampling Purposive karena tidak semua sampel memiliki
kriteria yang sesuai dengan yang telah peneliti tentukan. Oleh
karena itu, peneliti memilih teknik Sampling Purposive
dengan menetapkan pertimbangan-pertimbangan atau kriteria-
kriteria tertentu yang harus dipenuhi oleh sampel-sampel yang
digunakan dalam penelitian ini.
Pertimbangan dalam teknik purposive sampling dalam
penelitian ini adalah perusahaan sektor non keuangan yang
menerbitkan obligasi di Bursa Efek Indonesia dengan kriteria
pengambilan sampel sebagai berikut:
1. Perusahaan sektor non keuangan yang menerbitkan
obligasi di Bursa Efek Indonesia periode 2013 – 2017
40

2. Perusahaan yang menjadi sampel penelitian


merupakan perusahaan yang sudah IPO sebelum tahun
2013.
3. Perusahaan yang menjadi sampel penelitian
merupakan perusahaan yang memiliki peringkat
obligasi di Pefindo.
4. Perusahaan yang menjadi sampel penelitian
merupakan perusahaan yang telah menerbitkan
laporan keuangan audited pada tahun 2013-2017.
Tabel 6.2
Proses Pemilihan Sampel Penelitian
No Kriteria Jumlah Perusahaan
1 Perusahaan sektor non keuangan 65
yang menerbitkan obligasi di
Bursa Efek Indonesia periode
2013 – 2017
2 Perusahaan yang IPO setelah (10)
tahun 2013 dan berikutnya.
3 Perusahaan yang peringkat (17)
obligasinya tidak terdaftar di PT
PEFINDO.
4 Perusahaan sektor non keuangan (1)
yang tidak melaporkan laporan
keuangan tahunannya secara
lengkap (delisting)
Jumlah sampel dalam penelitian 37
41

Berdasarkan kriteria pemilihan sampel di atas,


perusahaan yang akan digunakan sebagai sampel berjumlah 37
perusahaan yaitu sebagai berikut:
Tabel 6.3
Perusahaan yang Menjadi Sampel Penelitian
Kode
No Nama Perusahaan
Emiten
1 ADHI Adhi Karya (Persero) Tbk
2 APLN Agung Podomoro Land Tbk
3 AKRA AKR Corporindo Tbk
4 ANTM Aneka Tambang Tbk.
5 BSDE PT Bumi Serpong Damai Tbk
6 TPIA Chandra Asri Petrochemical Tbk
7 DART Duta Anggada Realty Tbk
8 TAXI Express Transindo Utama Tbk
9 FAST Fast Food Indonesia
10 GIAA Garuda Indonesia (Persero) Tbk
11 BMTR Global Mediacom Tbk
12 PTHK PT Hutama Karya (Persero)
13 INDF Indofood Sukses Makmur Tbk
14 ISAT PT Indosat Tbk
15 DILD Intiland Development Tbk
16 JSMR Jasa Marga Tbk
17 KAII PT Kereta Api Indonesia (Persero)
42

18 LTLS PT Lautan Luas Tbk


19 MYOR Mayora Indah Tbk
20 MEDC PT Medco Energi Internasional Tbk
21 MAPI Mitra Adiperkasa Tbk
22 MDLN Modernland Realty Ltd Tbk
23 ROTI Nippon Indosari Corprindo Tbk
24 PANR Panorama Sentrawisata Tbk
25 PJAA Pembangunan Jaya Ancol Tbk
26 PPNX Perkebunan Nusantara X (Persero)
27 PPLN PT Perusahaan Listrik Negara (Persero)
28 STTP Siantar Top Tbk
29 SSMM Sumberdaya Sewatama
30 SMRA PT Summarecon Agung Tbk
31 SSIA Surya Semesta Internusa Tbk
32 TLKM PT Telekomunikasi Indonesia Tbk
33 AISA Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk
34 TINS PT Timah Tbk
35 TELE Tiphone Mobile Indonesia Tbk
36 WSKT PT Waskita Karya (Persero) Tbk
37 PTPP PT PP (Persero) Tbk

6.2.2 Penetapan Hipotesis


Hipotesis penelitian merupakan langkah awal di dalam
pengujian. Hipotesis dalam penelitian diartikan sebagai
43

jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian.


Dikatakan sementara karena jawabannya baru menggunakan
teori. Adapun pengertian hipotesis menurut Sugiyono
(2017:63) adalah sebagai berikut:
“Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap
rumusan masalah penelitian, dimana rumusan masalah
penelitian telah dinyatakan dalam bentuk kalimat
pertanyaan.”
Hipotesis nol (H0) adalah asumsi/anggapan/jawaban
sementara dari masalah yang dihadapi yaitu merupakan
parameter suatu populasi yang akan diuji untuk dapat ditolak
atau tidak ditolak berdasarkan statistik sampelnya pada tingkat
signifikan tertentu. Sedangkan hipotesis alternatif (Ha) adalah
bandingan dari hipotesis asosiatif. Hipotesis asosiatif adalah
jawaban sementara terhadap rumusan masalah asosiatif
menanyakan hubungan antara dua variabel atau lebih.
Rancangan hipotesis koseptual yang diajukan dalam penelitian
ini adalah sebagai berikut:
a. Hipotesis Parsial
H0 : β1 ≥ 0 Rasio Profitabilitas (X1) tidak berpengaruh
terhadap Risiko Finansial (Debt to Equity
Ratio) perusahaan sektor non keuangan yang
menerbitkan obligasi di Bursa Efek Indonesia.
Ha : β1 < 0 Rasio Profitabilitas (X1) berpengaruh negatif
terhadap Risiko Finansial (Debt to Equity
44

Ratio) perusahaan sektor non keuangan yang


menerbitkan obligasi di Bursa Efek Indonesia.
H0 : β2 ≥ 0 Rasio Likuiditas(X2) tidak berpengaruh
terhadap Risiko Finansial (Debt to Equity
Ratio) perusahaan sektor non keuangan yang
menerbitkan obligasi di Bursa Efek Indonesia.
Ha : β2 < 0 Rasio Likuiditas (X2) berpengaruh negatif
terhadap Risiko Finansial (Debt to Equity
Ratio) perusahaan sektor non keuangan yang
menerbitkan obligasi di Bursa Efek Indonesia.
b. Hipotesis Simultan
H0 : β1 = β2 = 0 Rasio Profitabilitas (X1) dan Rasio
Likuiditas(X2) tidak berpengaruh terhadap
Risiko Finansial (Debt to Equity Ratio)
perusahaan sektor non keuangan yang
menerbitkan obligasi di Bursa Efek Indonesia.
Ha : β1 ≠ 0 Rasio Profitabilitas (X1) dan Rasio Likuiditas
dan β2 ≠ 0 (X2) berpengaruh terhadap Risiko Finansial
(Debt to Equity Ratio) perusahaan sektor non
keuangan yang menerbitkan obligasi di Bursa
Efek Indonesia.

6.2.3 Teknik Analisis Data


Dalam penelitian kuantitatif, analisis data merupakan
kegiatan setelah data dari seluruh responden atau sumber data
45

lain terkumpul. Kegiatan dalam analisis data adalah:


mengelompokan data berdasarkan variabel, mentabulasi data
berdasarkan variabel dari seluruh responden, menyajikan data
tiap variabel yang diteliti, melakukan perhitungan untuk
menjawab rumusan masalah, dan melakukan perhitungan
untuk menguji hipotesis yang telah diajukan.
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini
adalah statistik Parametrik. Di bawah ini akan dijelaskan
mengenai pengertian metode statistik parametrik menurut
Sugiyono (2017: 149) adalah sebagai berikut:
“Statistik Parametris digunakan untuk menguji
parameter populasi melalui statistik, atau menguji
ukuran populasi melalui data sampel.”
Dalam penelitian ini terdiri dari dua variabel dependen
yaitu rasio profitabilitas (X1) dan rasio likuiditas (X2) serta
satu variabel independen yaitu risiko finansial (Debt to Equity
Ratio) (Y). Berdasarkan hal tersebut, untuk menganalisis data,
dilakukan tahap-tahap sebagai berikut:
1. Mendapatkan data yang diperlukan yaitu dengan melihat
laporan keuangan (audited) perusahaan untuk variabel X1,
X2 dan variabel Y.
2. Setelah mendapatkan data yang diperlukan, data tersebut
ditabulasikan berdasarkan variabel dari seluruh laporan
keuangan yang ada.
46

Mencari koefisien korelasi dan koefisien determinasi serta


menguji hipotesis menggunakan bantuan komputer dengan
software Microsoft Excel 2010 dan program
SPSS.Statistics.v24.0.

6.2.4 Pemilihan Uji Statistik


6.2.4.1 Pengujian Persamaan Regresi Berdasarkan
Asumsi Klasik
Analisis regresi mengukur kekuatan hubungan antara
dua variabel atau lebih, juga menununjukkan arah hubungan
antara variabel independen dengan variabel dependen.
Penelitian ini menggunakan metode analisis regresi berganda
karena variabel independen dalam penelitian ini lebih dari satu
yaitu rasio profitabilitas dan rasio likuiditas. Untuk
menggunakan analisis berganda, ada beberapa asumsi klasik
yang harus dipenuhi yaitu harus melakukan uji normalitas, uji
multikorelasi, uji heterokedastisitas, dan uji autokorelasi.

1. Uji Normalitas
Uji normalitas diperlukan untuk mengetahui bahwa data
penelitian tersebut berdistribusi normal atau tidak. Jika data
berdistribusi normal maka penelitian ini menggunakan uji
parametris, sebaliknya jika data berdistribusi tidak normal
maka penelitian ini menggunakan uji non parametris. Data
yang berdistribusi normal akan memperkecil kemungkinan
47

terjadinya bias dan tidak akurat. Model regresi yang baik


adalah jika data berdistribusi secara normal.
Menurut Imam Ghozali (2016:154) tujuan dilakukannya
uji normalitas adalah sebagai berikut:
“Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam
model regresi, variabel pengganggu atau residual
memiliki distribusi normal.”
Dari tujuan yang sudah dikemukakan di atas, maka
dapat disimpulkan bahwa uji normalitas dilakukan untuk
mengetahui sifat distribusi data penelitian yang berfungsi
untuk mengetahui apakah sampel yang diambil normal atau
tidak dengan menguji sebaran data yang dianalisis.
Pengujian normalitas data yang digunakan dalam
penelitian ini adalah dengan menggunakan Kolmogorov
Smirnov. Kelebihan dari pengujian ini adalah sederhana dan
tidak menimbulkan perbedaan persepsi diantara satu pengamat
dengan pengamat yang lain, yang sering terjadi pada uji
normalitas dengan menggunakan grafik. Dalam uji ini,
pedoman yang digunakan dalam pengambilan keputusan
tentang data tersebut mendekati atau merupakan distribusi
normal yaitu sebagai berikut:
a. Jika nilai signifikan < 0,05 maka distribusi data tidak
normal.
b. Jika nilai signifikan > 0,05 maka distribusi data
normal. Hipotesis yang digunakan yaitu:
48

H0: data residual tidak berdistribusi normal


Ha: data residual berdistribusi normal

2. Uji Multikolonieritas
Tujuan uji multikolonieritas yang dikemukakan oleh
Imam Ghozali (2016:103) adalah sebagai berikut:
“Uji multikolonieritas bertujuan untuk menguji apakah
model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel
bebas (independen). Model regresi yang baik
seharusnya tidak terjadi korelasi di antara variabel
independen.”
Tujuan yang sudah dijelaskan tersebut menunjukkan
bahwa model regresi yang baik adalah yang tidak terjadi
korelasi diantara variabel independen. Dalam regresi
penelitian, cara yang dilakukan untuk mengetahui ada
tidaknya multikolonieritas yaitu sebagai berikut:
1) Matriks korelasi variabel-variabel independen
Jika antar variabel independen terdapat korelasi
yang cukup tinggi (diatas 0,95), maka hal ini
merupakan indikasi adanya multikolonieritas.
2) Nilai tolerance dan variance inflation factor (VIF)
Kedua ukuran ini menunjukkan setiap variabel
independen yang dijelaskan oleh variabel
independen yang dijelaskan oleh variabel lainnya.
Setiap variabel independen menjadi variabel
dependen dan diregres terhadap variabel
49

independen lainnya. Nilai tolerance yang rendah


sama dengan nilai VIF tinggi (VIF = 1/Tolerance).
Cutoff yang umum digunakan untuk menunjukkan
adanya multikolonieritas adalah nilai tolerance ≤
0,10 atau nilai VIF ≥ 10.

3. Uji Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah
dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari
residual satu pengamatan ke pengamatan lain. Jika variance
dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain tetap, maka
disebut homoskedastisitas dan jika variance dari residual satu
pengamatan ke pengamatan lain berbeda, maka disebut
heteroskedastisitas. Model regresi yang baik adalah yang tidak
heteroskedastisitas atau yang homoskedastisitas.
Cara mendeteksi ada tidaknya heteroskedastisitas yang
dijelaskan oleh Imam Ghozali (2016:134) adalah sebagai
berikut:
“Deteksi ada tidaknya heteroskedastisitas dapat
dilakukan dengan melihat ada tidaknya pola tertentu
pada grafik grafik scatterplot antara SRESID dan
ZPRED dimana sumbu Y adalah Y yang telah
diprediksi dan sumbu X adalah residual (Y prediksi – Y
sesungguhnya) yang telah di-studentized.”
Berikut ini merupakan dasar analis untuk melihat ada
tidaknya heteroskedastisitas yaitu:
50

1) Jika ada pola tertentu, seperti titik-titik yang ada


membentuk pola tertentu yang teratur
(bergelombang, melebar kemudian menyempit),
maka mengindikasikan telah terjadi
heteroskedastisitas.
2) Jika tidak ada pola yang jelas, serta titik-titik
menyebar di atas dan di bawah angka 0 pada
sumbu Y, maka tidak terjadi heteroskedastisitas.

4. Uji Autokorelasi
Tujuan uji autokorelasi yang dikemukakan oleh Imam
Ghozali (2016:107) adalah sebagai berikut:
“Uji autokorelasi bertujuan menguji apakah dalam
model regresi linear ada korelasi antara kesalahan
pengganggu pada periode t dengan kesalahan
pengganggu pada periode t-1 (sebelumnya). Jika terjadi
korelasi, maka dinamakan ada problem autokorelasi.”
Model regresi yang baik adalah regresi yang bebas dari
autokorelasi. Untuk menguji ada tidaknya gejala autokorelasi
maka dapat dideteksi dengan uji Durbin-Watson (DW Test).
Hipotesis yang akan diuji adalah:
H0 : tidak ada autokorelasi (r = 0)
Ha : ada autokorelasi (r ≠ 0)
51

Tabel 6.4
Pengambilan Keputusan Ada Tidaknya Autokorelasi
Hipotesis Nol Keputusan Jika
Tidak ada
Tolak 0 < d < d1
autokorelasi positif
Tidak ada
Tanpa keputusan d1 ≤ d ≤ du
autokorelasi positif
Tidak ada
Tolak 4 – d1 < d < 4
autokorelasi negatif
Tidak ada
Tanpa keputusan 4 – du ≤ d ≤ 4 – d1
autokorelasi negatif
Tidak ada
autokorelasi, Tidak ditolak du < d < 4 – du
positif atau negatif

6.2.4.2 Regresi Linear Berganda


Untuk analisis data, model analisis yang digunakan
yaitu model regresi linier berganda yang bertujuan untuk
mengetahui bagaimana variabel independen mempengaruhi
variabel dependen. Sugiyono (2017:275) menjelaskan analisis
regresi ganda sebagai berikut:
“Analisis regresi ganda digunakan oleh peneliti, bila
peneliti bermaksud meramalkan bagaimana keadaan
(naik turunnya) variabel dependen (kriterium), bila
dua atau lebih variabel independen sebagai faktor
prediktor dimanipulasi (dinaik turunkan nilainya). Jadi
analisis regresi ganda akan dilakukan bila jumlah
variabel independennya minimal 2.”
Persamaan umum regresi ganda yang diungkapkan
oleh Sugiyono (2017:275) adalah sebagai berikut:
52

“Persamaan regresi untuk dua prediktor adalah:


Ŷ 𝑎 + 𝑏1 𝑋1 + 𝑏2 𝑋2
Dimana:
Ŷ = Subjek variabel dependen yang diprediksikan
x = Subyek pada variabel independen yang
mempunyai nilai tertentu
a = harga Y ketika harga X = 0 (harga konstan).
B = Angka arah atau koefisien regresi, yang
menunjukan angka peningkatan ataupun penurunan
variabel dependen yang didasarkan pada perubahan
variabel independen. Bila (+) arah garis naik, dan bila
(-) maka arah garis turun.”

6.2.5 Penarikan Kesimpulan


Alat pengujian yang dilakukan dalam penelitian ini
adalah analisis regresi sederhana. Regresi sederhana
digunakan untuk menganalisis pengaruh antara variabel
independen maupun dependen. Metode statistik digunakan
dengan tingkat taraf signifikan α = 0,05 artinya derajat
kesalahan sebesar 5%. Tujuan dari pengujian koefisien regresi
untuk menguji antara variabel independen dan variabel
dependen secara individual (Uji t).

1. Uji Signifikansi Parameter Individual (Uji t)


Uji t adalah pengujian secara statistik untuk mengetahui
apakah variabel independen secara individual mempunyai
pengaruh terhadap variabel dependen. Tingkat signifikansi
yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah sebesar 5%.
Tingkat signifikansi sebesar 0,05% artinya kemungkinan besar
53

dari hasil penarikan kesimpulan mempunyai probabilitas


sebesar 95% atau toleransi kesalahan sebesar 5%. Kesimpulan
yang akan diambil adalah sebagai berikut:
a. Jika thitung ≤ ttabel dengan tingkat signifikansi > 0,05
maka H0 diterima dan Ha ditolak, artinya tidak
terdapat pengaruh yang signifikan secara parsial
antara variabel independen (rasio profitabilitas dan
rasio likuiditas) terhadap variabel dependen (risiko
finansial (DER)).
b. Jika thitung > ttabel dengan tingkat signifikansi < 0,05
maka H0 ditolak dan Ha diterima, artinya terdapat
pengaruh yang signifikan secara parsial antara
variabel independen (rasio profitabilitas dan rasio
likuiditas) terhadap variabel dependen (risiko
finansial (DER)).
Penarikan kesimpulan menggunakan statistik uji t
menurut Sugiyono (2017:230) menggunakan rumus sebagai
berikut:
√n − 2
𝑡=
1 − 𝑟2

Keterangan:
t = Nilai uji T
r = Nilai koefisien korelasi
n = Jumlah Sampel
54

2. Uji Hipotesis Secara Simultan (Uji f)


Uji statistik f digunakan untuk mengetahui seberapa jauh
pengaruh seluruh variabel independen secara bersama-sama
dalam menjelaskan variasi variabel dependen. Untuk menguji
hipotesis harus membandingkan nilai Fhitung dan Ftabel dengan
menggunakan daftar tabel distribusi f dengan derajat
kebebasan yaitu (df) = n-k-l dan tarifnya menggunakan 5%
artinya peluang besar atau kecilnya risiko pada waktu
membuat kesalahan 0,05. Perbandingannya adalah sebagai
berikut:
a. Jika Fhitung > Ftabel, maka H0 ditolak dan Ha diterima
artinya terdapat pengaruh yang signifikan antara rasio
profitabilitas dan rasio likuiditas terhadap risiko
finansil (Debt to Equity Ratio).
b. Jika Fhitung ≤ Ftabel, maka H0 diterima dan Ha ditolak
artinya tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara
rasio profitabilitas dan rasio likuiditas terhadap risiko
finansil (Debt to Equity Ratio).

3. Koefisien Determinasi
Dalam analisis korelasi terdapat suatu angka yang disebut
dengan koefisien determinasi. Koefisien determinasi sering
disebut sebagai koefisien penentu dan besarnya nilai koefisien
determinasi diperoleh dari kuadrat koefisien korelasi (r 2).
Koefisien determinasi berguna untuk mengetahui seberapa
55

besar pengaruh rasio profitabilitas dan rasio likuiditas terhadap


risiko finansil (Debt to Equity Ratio).
Pengertian koefisien determinasi menurut Sugiyono
(2017:159) sebagai berikut:
“Koefisien determinasi adalah kemampuan variabel X
(variabel independen) mempengaruhi variabel Y
(variabel dependen), semakin besar koefisien
determinasi menunjukkan semakin baik kemampuan
X menerangkan Y.”
Menurut Sugiyono (2017:215) rumus koefisien
determinasi adalah sebagai berikut:

Kd = r2 x 100%

Keterangan:
Kd = Koefisien determinasi
R = Nilai koefisien korelasi
Nilai r ditentukan melalui korelasi Pearson Product
Moment, teknik korelasi ini digunakan untuk mencari
hubungan dan membuktikan hipotesis hubungan dua variabel
bila data kedua variabel berbentuk interval atau rasio, dan
sumber data baru dua variabel atau lebih tersebut adalah sama.
Maksud dari korelasi bivariat parametrik Pearson Product
Moment menurut Sugiyono (2017:241) yaitu sebagai berikut:
“Korelasi pearson digunakan untuk mengetahui ada
atau tidaknya hubungan dua variabel yaitu variabel
bebas dan variabel tergantung”.
56

Sedangkan persamaannya adalah sebagai berikut :

r xy = n X iYi    X i   Yi 

 n X i 

2
 X 
i
2
  n Y
i
2
 Y 
i
2

Keterangan :
r : Koefisien korelasi
n : Jumlah tahun yang dihitung
X : Variabel bebas (independen)
Y :Variabel terikat (dependen)
Koefisien korelasi mempunyai nilai -1 dan 1, yaitu -1≤
r ≤ 1, dimana:
1. Nilai r = -1, disebut korelasi linier negatif (berlawanan
arah). Artinya terdapat hubungan negatif yang
sempurna antara variabel X dengan variabel Y.
2. Nilai r = 1, disebut disebut korelasi linier positif
(searah). Artinya terdapat hubungan positif yang
sempurna antara variabel X dengan variabel Y.
3. Nilai r = 0, disebut tidak berkorelasi secara linier.
Artinya tidak ada hubungan antara variabel X dengan
variabel Y.
Besarnya koefisien korelasi antara variabel bebas dan
variabel terikat dapat diinterpretasikan melalui tabel berikut
ini:
57

Tabel 6.5
Pedoman Interpretasi Koefisien Korelasi
Besar Nilai Hubungan Interpretasi
0,00 – 0,199 Sangat rendah
0,20 – 0,399 Rendah
0,40 – 0,599 Sedang
0,60 – 0,799 Kuat
0,80 – 1,000 Sangat kuat
Sumber: Sugiyono (2017:242)

6.3 Teknik Pengumpulan Data


Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang
paling strategis dalam penelitian, karena tujuan utama dari
penelitian adalah mendapatkan data. Tanpa mengetahui teknik
pengumpulan data, maka peneliti tidak akan mendapatkan data
yang memenuhi standar data yang ditetapkan. Teknik
penelitian data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut:
1. Studi Pustaka
Studi pustaka dilakukan dengan cara mempelajari
serta mengkaji literatur-literatur berupa buku, jurnal,
makalah, dan artikel yang berkaitan dengan penelitian
ini.
2. Studi Dokumentasi
Metode dokumentasi dilakukan dengan cara
mempelajari dokumen-dokumen yang relevan baik
dari kepustakaan maupun pencarian dari internet
untuk memperoleh informasi-informasi serta data-data
58

yang diperlukan. Data yang digunakan merupakan


data sekunder. Untuk data laporan keuangan yang
sudah diaudit diperoleh dari situs resmi Bursa Efek
Indonesia yaitu www.idx.co.id dan untuk mengetahui
informasi peringkat obligasi diperoleh dari situs resmi
PT PEFINDO yaitu www.pefindo.com.

6.3.1 Jenis Data


Untuk kebutuhan penelitian ini maka digunakan data
sekunder, menurut Sugiyono (2017:225) yaitu
“...sumber sekunder merupakan sumber yang tidak
langsung memberikan data kepada pengumpul data,
misalnya lewat orang lain atau lewat dokumen”.
Jenis data dalam penelitian ini bersifat kuantitatif.
Data kuantitatif adalah penelitian dengan menggunakan data-
data yang berbentuk angka atau data kualitatif yang
diangkakan.
Jenis data kuantitatif dalam penelitian ini bersifat data
cross sectional dan data time series. Data cross sectional yaitu
data yang dikumpulkan dari sejumlah individu atau
perusahaan pada waktu tertentu, sedangkan data time series
adalah data yang menggambarkan perkembangan dari waktu
ke waktu. Data tersebut berupa laporan keuangan perusahaan.
59

6.3.2 Sumber Data


Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini
didapatkan melalui:
1. Data sekunder yaitu laporan keuangan tahunan (annual
report) yang sudah diaudit dan dipublikasikan oleh
masing-masing perusahaan di situs resmi Bursa Efek
Indonesia dan data perusahaan yang peringkat
obligasinya terdapat di PT PEFINDO.
2. Dokumen, jurnal, buku, dan berbagai karya tulis serta
situs-situs penelitian di internet lainnya yang
mendukung data penelitian ini.

VII. LOKASI DAN WAKTU PENELITIAN


Penelitian dan pengumpulan data situs resmi Bursa
Efek Indonesia www.idx.co.id, situs resmi PT PEFINDO yaitu
www.pefindo.com. Waktu penelitian dimulai pada bulan
Oktober 2018 sampai dengan selesai.
60

DAFTAR PUSTAKA

Brigham dan Houston., 2013, Dasar-Dasar Manajemen


Keuangan, Edisi 11, Buku 1, Jakarta: Salemba Empat.

Brigham dan Houston., 2014, Dasar-Dasar Manajemen


Keuangan, Edisi 11, Buku 2, Jakarta: Salemba Empat.

Defia Riasita., 2014, Pengaruh Profitabilitas, Likuiditas,


Pertumbuhan Aktiva, Struktur Aktiva, dan Ukuran
Perusahaan Terhadap Sruktur Modal Pada Perusahaan
Manufaktur Di Bursa Efek Indonesia Periode 2009-
2013, Skripsi. Universitas Negeri Yogyakarta,
Yogyakarta.

Dheni Anggraini., 2014, Analisis Faktor-Faktor Yang


Mempengaruhi Struktur Modal (Studi Kasus Pada
Perusahaan Sektor Pertambangan Yang Terdaftar Di
BEI Periode 2009-2012), Skripsi, Universitas
Diponegoro, Semarang.

Harmono., 2015, Manajemen Keuangan: Berbasis Balance


Scorecard, Edisi 1, Jakarta: Bumi Aksara.

Imam Ghozali., 2016, Aplikasi Analisis Multivariant dengan


Program IBM SPSS 21, Edisi 7, Semarang: Universitas
Diponegoro.

Irham Fahmi., 2014, Analisis Kinerja Keuangan: Panduan


Bagi Akademisi, Manajer, dan Investor Untuk menilai
dan Menganalisis Bisnis dari Aspek Keuangan, Cetakan
ke-3, Bandung: Alfabeta.

Irham Fahmi., 2016, Pengantar Manajemen Keuangan: Teori


dan Soal Jawab, Cetakan ke-5, Bandung: Alfabeta.
61

Pungkas Prayogo., 2016, Analisis Faktor-Faktor Yang


Mempengaruhi Struktur Modal Pada Perusahaan
Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia,
Skripsi, Universitas Negeri Yogyakarta.

Ratih Umroh., 2014, Analisis Faktor-Faktor Yang


Mempengaruhi Peringkat Obligasi, Skripsi, Universitas
Diponegoro, Semarang.

Ruli Pratiwi., 2018, Pengaruh Current Ratio, Return On


Assets, Dan Firm Size Terhadap Peringkat Obligasi
Pada Perusahaan Non Keuangan Di Bursa Efek
Indonesia Periode 2012-2016, Skripsi, Universitas
Jenderal Achmad Yani, Cimahi.

Said Kelana., 2015, Finon (Finance for Non Finance)


Manajemen Keuangan untuk Non Keuangan: Menjadi
Tahu dan Lebih Tahu, Cetakan ke-1, Jakarta: Rajawali
Pers.

Siva Asiva., 2017, Pengaruh Return on Assets, Ukuran


Perusahaan, Current Ratio Terhadap Struktur Modal
Pada Perusahaan Property Dan Real Estate Di Bursa
Efek Indonesia (BEI) Periode 2010-2015, Skripsi,
Universitas Jenderal Achmad Yani, Cimahi.

Sugiyono., 2017, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif,


dan R&D, Cetakan ke-18, Bandung: Alfabeta.

web.idx.id

www.idx.co.id

www.pefindo.com
62

Lampiran 1: Jurnal Penelitian Terdahulu

Judul
No Nama Peneliti Hasil Penelitian
Penelitian
1 Defia Riasita Pengaruh Profitabilitas
(2014) Profitabilitas, (ROA)
Likuiditas, berpengaruh
Pertumbuhan negatif tetapi
Aktiva, Struktur tidak signifikan
Aktiva, dan terhadap debt
Ukuran equity ratio
Perusahaan (DER), likuiditas
Terhadap (CR) berpengaruh
Struktur Modal negatif dan
pada Perusahaan signifikan
Manufaktur di terhadap
Bursa Efek (DER),
Indonesia pertumbuhan
Periode 2009- aktiva
2013) berpengaruh
positif tetapi tidak
signifikan
terhadap (DER),
struktur aktiva
berpengaruh
positif tetapi tidak
signifikan
terhadap (DER),
dan ukuran
perusahaan
berpengaruh
positif dan
signifikan
terhadap (DER).
Secara simultan
63

profitabilitas,
likuiditas,
pertumbuhan
aktiva, struktur
aktiva dan ukuran
perusahaan
berpengaruh
signifikan
terhadap (DER).
2 Yunita Pengaruh Profitabilitas
Widyaningrum Profitabilitas, (ROA) tidak
(2015) Struktur Aktiva, berpengaruh
dan Ukuran negatif terhadap
Perusahaan struktur
Terhadap modal, struktur
Struktur Modal aktiva
Perusahaan berpengaruh
(Studi Empiris positif dan
pada Perusahaan signifikan
Manufaktur terhadap struktur
yang Terdaftar modal, dan
di Bursa Efek ukuran
Indonesia perusahaan tidak
Periode 2010- berpengaruh
2013) positif terhadap
struktur
modal. Hasil uji
simultan
menunjukkan
bahwa
profitabilitas,
struktur aktiva,
dan ukuran
perusahaan
berpengaruh
terhadap struktur
modal.
64

3 Pungkas Analisis Faktor-


Struktur aktiva
Prayogo Faktor yangtidak
(2016) Mempengaruhi berpengaruh
Struktur Modal terhadap struktur
pada Perusahaanmodal,
Manufaktur profitabilitas tidak
yang Terdaftar berpengaruh
di Bursa Efek terhadap struktur
Indonesia modal,
ukuran
perusahaan tidak
berpengaruh
terhadap
struktur modal,
likuiditas
berpengaruh
negatif dan
signifikan, dan
growth tidak
berpengaruh
terhadap struktur
modal.
Secara simultan
struktur aktiva,
profitabilitas,
ukuran
perusahaan,
likuiditas dan
growth
berpengaruh
terhadap struktur
modal.
4 Siva Asiva Pengaruh Return Return On Assets
Rahmawati On Assets, berpengaruh
(2017) Ukuran negatif terhadap
Perusahaan, struktur modal,
Current Ratio ukuran
65

Terhadap perusahaan
Struktur Modal berpengaruh
Pada Perusahaan positif terhadap
Property dan struktur modal,
Real Estate Di current ratio
Bursa Efek berpengaruh
Indonesia (BEI) negatif terhadap
Periode 2010- struktur modal.
2015 (Unjani, Cimahi,
2017)
5 Anis Aisyah Pengaruh Return on Equity
(2017) Profitabilitas, tidak berpengaruh
Struktur Aktiva, terhadap Debt to
Risiko Bisnis, Equity Ratio,
dan Likuiditas Asset Tanggibility
Terhadap berpengaruh
Struktur Modal terhadap Debt to
Pada Perusahaan Equity Ratio,
Property, Real Degree of
Estate Dan Operating
Konstruksi Laverage tidak
Bangunan Di berpengaruh
BEI terhadap Debt to
Equity Ratio, dan
Current Ratio
berpengaruh
terhadap Debt to
Equity Ratio
6 Muzzamil Effect of Finding there is
Hussain, Profitability and negative
Hassan Financial relationship
Shahid, and Leverage on between capital
Muhammad Capital structure and
Akmal (2016) Structure in profitability and
Pakistan Textile positive
Firms relationship
between
66

capital structure
and financial
leverage
7 Escano Effect of The net profit
Roycelin, Profitability to margin and rate
Mamit Ma Capital of return on
Tiara, and Structure of equity are not
Rubis Leona Companies significantly
Marie (2014) Listed in PSEi correlated with
debt to equity
ratio and debt
ratio while rate of
return on assets
are significantly
correlated with
debt to equity
ratio. On the
other hand, the
rate of return on
equity is also not
significantly
correlated with
the debt ratio.
8 Maziar The Impact of The results show
Ghasemi and Liquidity on the that all the
Nazrul Hisyam Capital measures of
Ab Razak Structure: liquidity have
(2016) Evidence from significant
Malaysia impacts on all the
proxies of
leverage.
According to the
results, Quick
ratio has a
positive effect on
leverage;
although, Current
67

ratio is negatively
related to
leverage.
Moreover, short-
term debt is more
influenced by
liquidity
compared to long-
term debt.
Sumber: Jurnal Penelitian Terdahulu
68

Lampiran 2: Kartu Bimbingan


69

Kartu Bimbingan Bagian Belakang

Anda mungkin juga menyukai