Modul 14 - Prediksi Performance Apk
Modul 14 - Prediksi Performance Apk
Perpindahan
Panas
Prediksi Performance Alat
Penukar Kalor
14
Teknik Teknik Mesin 13029 Chandrasa Soekardi, Prof.Dr.Ir
Abstract Kompetensi
Performance Alat Penukar Kalor cenderung Setelah memahami materi yang dibahas di
menurun beberapa saat setelah modul ini anda diharapkan mampu
dioperasikan selama kurun waktu tertentu menerapkan konsep-konsep yang dibahas
karena terbentuk lapisan fouling pada untuk mempelajari gambaran prediksi
permukaan perpindahan panasnya. Apabila performance sebuah APK yang akan
keadaan tersebut berlangsung maka dapat dioperasikan pada kondisi operasi tertentu.
memberikan kontribusi terhadap
meningkatnya konsumsi energi di sektor
industri. Untuk lebih memahami faktor-
faktor yang berpengaruh terhadap
fenomena tersebut maka pada modul ini
kita bahas parameter-parameter yang
berpengaruh terhadap fenomena tersebut.
Modul 14
Performance Alat Penukar Kalor (APK) biasanya akan cenderung menurun beberapa saat
setelah dioperasikan selama kurun waktu tertentu karena terbentuk lapisan fouling pada
permukaan perpindahan panasnya. Proses pertukaran energi panas di dalam APK menjadi
lebih lambat karena efektivitas perpindahan panasnya lebih rendah karena adanya tahanan
termal tambahan akibat terbentuknya lapisan pengotoran pada permukaan perpindahan
panas. Apabila keadaan tersebut berlangsung pada kebanyakan peralatan penukar kalor
yang dipergunakan pada beragam instalasi industri maka hal tersebut dapat memberikan
kontribusi terhadap meningkatnya konsumsi energi di sektor industri.
Untuk lebih memahami faktor-faktor yang berpengaruh terhadap fenomena tersebut maka
pada modul ini kita bahas parameter-parameter performance sebuah APK serta faktor-faktor
yang berpengaruh. Sebuah studi kasus tentang bagaimana memprediksi performance
sebuah APK yang baru saja dirancang juga dibahas pada modul ini.
Setelah memahami materi yang dibahas di modul ini anda diharapkan mampu menerapkan
konsep-konsep yang dibahas untuk mempelajari gambaran prediksi performance sebuah
APK yang akan dioperasikan pada kondisi operasi tertentu.
Bagi kebanyakan peralatan penukar kalor industri, setelah waktu tertentu pengoperasian
akan terjadi keadaan keseimbangan pembentukan deposit di permukaan. Laju
pembentukan deposit di permukaan sama dengan laju pelepasan kembali sebahagian
deposit yang terbentuk di permukaan. Pada kondisi tersebut ketebalan lapisan pengotoran
telah mencapai harga keseimbangannya, dan besarnya tahanan termal pengotoran telah
mendekati harga yang relative konstan.
Lapisan pengotoran yang terbentuk pada permukaan APK dapat disebabkan oleh
terbentuknya kerak yang berasal kandungan senyawa garam yang turut terangkut di dalam
aliran fluida air pendingin. Lapisan pengotoran dapat juga terbentuk di permukaan akibat
dari kandungan jelaga dan asap yang terangkut di dalam aliran gas panas hasil pembakaran
bahan bakar di dalam Boiler misalnya.
Pada awal pengoperasiannya, laju pertukaran energy panas di dalam peralatan penukar
kalor di mana permukaan perpindahan panasnya masih dalam keadaan bersih “clean”, Qc
dapat dinyatakan dengan menggunakan persamaan:
Qc U c Ac Tmc
(14.1)
Dimana:
ΔTmc beda temperature rata-rata logaritmik di antara kedua aliran fluida kerja kondisi bersih
Qf U f A f Tmf
(14.2)
Dimana:
ΔTmf beda temperature rata-rata logaritmik di antara kedua aliran fluida kerja kondisi kotor
Hubungan antara koefisien perpindahan panas global kondisi permukaan kotor dan
koefisien perpindahan panas global kondisi permukaan masih bersih bagi peralatan penukar
kalor jenis tube diberikan oleh persamaan berikut:
1 1 A
R fi o R fo
U f Uc Ai (14.3)
Dimana:
Dalam hal di mana alat penukar kalor dioperasikan pada kondisi beban termalnya
dipertahankan konstan maka kita dapat memiliki persamaan berikut :
Tmf U c Ac
Tmc U f Af (14.4)
Tmf Uc
1 U c .R f
Tmc Uf (14.5)
Di mana ∑Rf adalah jumlah dari tahanan termal kedua aliran fluida.
Tahanan termal lapisan pengotoran bagi kebanyakan peralatan penukar kalor yang
dipergunakan di industry pada umumnya berbentuk asymptotic :
t
R f R *f 1 exp
t c (14.6)
Pada kondisi yang lain, apabila alat penukar kalor dioperasikan pada kondisi di mana beda
temperature rata-ratanya dapat dipertahankan konstan maka kita dapat memiliki persamaan
berikut :
Qf 1
Qc 1 U c .R f (14.7)
2. Prediksi Performance
penukar kalor
Prediksi performance sebuah APK di sini adalah untuk mempelajari karakteristik temperatur
aliran air dan aliran minyak pelumas saat meninggalkan APK fungsi waktu pengoperasian,
apabila temperatur aliran air pendingin dan aliran oli panas yang masuk ke dalam APK, serta
laju aliran massanya dioperasikan sesuai dengan harga design pointnya.
Pada perhitungan pertama yaitu perhitungan bagi kondisi tahap awal pengoperasian APK,
permukaan perpindahan panasnya masih dalam keadaan “clean” sehingga di perhitungan
pertama ini kita pilih harga tahanan termal pengotoran ∑Rf = 0
2. Perhitungan Uf
1 1
R f (14.8)
U f Uc
Uc adalah koefisien perpindahan panas global pada saat APK masih dalam keadaan “clean”
3. Perhitungan NTU
UA
NTU (14.9)
C min
A Luas permukaan perpindahan panas total yang telah dimiliki oleh APK hasil design
Cmin harga laju kapasitas panas minimum yang dimiliki oleh APK
Harga Efektivitas pertukaran energi panas di dalam APK dapat dihitung menggunakan
persamaan yang terkait dengan jenis APK yang menjadi objek studi.
Untuk APK jenis shell & tube harga efektivitas perpindahan panas di dalam APK fungsi dari
NTU dapat dihitung dengan menggunakan persamaan berikut :
2
1 exp NTU 1 C *2
0,5
(14.10)
1 exp NTU 1 C
1 C (1 C )
* *2 0 , 5
*2 0 , 5
5. Perhitungan Qactual
Laju pertukaran energi panas aktual yang terjadi di dalam APK dapat dihitung melalui
persamaan berikut :
Di sini :
Qmax adalah laju pertukaran energi panas maksumum yang mungkin terjadi di dalam APK
Laju pertukaran energi panas maksimal yang mungkin terjadi di dalam APK adalah yang
secara prinsip dapat dicapai pada sebuah APK jenis aliran berlawanan (counter flow) dan
besarnya dapat diestimasi dengan menggunakan persamaan berikut :
Di mana :
6. Perhitungan Tco
Besarnya temperatur aliran air pendingin saat meninggalkan APK dapat dihitung melalui
persamaan berikut :
qc Cc (Tc ,o Tc ,i ) (14.13)
Di mana :
7. Perhitungan Tho
Besarnya temperatur aliran fluida panas saat meninggalkan APK dapat dihitung melalui
persamaan berikut :
qh C h (Th ,i Th ,o ) (14.14)
3. Contoh Penerapan
Untuk memudahkan ilustrasi maka mari kita tinjau studi kasus di bawah ini.
Skema sederhana APK shell & tube, one shell pass, one tube pass
Sebuah oil cooler jenis shell & tube, one pass tube one pass shell, yang berfungsi sebagai
pendingin aliran minyak pelumas mesin Diesel kapal laut telah dirancang dengan spesifikasi
perancangan sebagai berikut :
Fluida di shell : 20 kg/s aliran oli panas bertemperatur 65 oC musti didinginkan hingga 56
o
C
-
Jumlah lintasan aliran di dalam shell : 1 pass
Fluida di dalam tube : aliran air, masuk APK pada temperature 20 oC menjadi 32 oC
-
Tube yang digunakan : tube standar ¾ in, carbon steel tube (konduktivitas termal 42,3
W/mK)
-
Diameter dalam 16 mm,diameter luar 19 mm
-
Jumlah lintasan aliran tube : 1 pass
-
Bentuk dan susunan tube : berbentuk 30o
-
Pitch Ratio 1,25
-
Kecepatan aliran di dalam tube tidak lebih dari 0,7 m/s
-
Over design ditetapkan sebesar 30%
Tujuan perancangan adalah menentukan jumlah tube dan panjang tube yang diperlukan di
dalam bagian shell, dan hasil rangkaian perhitungan perancangan memberikan data sebagai
berikut :
-
Jumlah tube 55, panjang tube 3,6 m
-
Luas permukaan perpindahan panas total 11,6 m2
-
Koefisien perpindahan panas “clean” 1385,1 W/m2K
-
Koefisien perpindahan panas design atau dalam kondisi “fouled” 1065,5 W/m2K
-
Tahanan termal pengotoran permukaan di kedua sisi 0,000217 m2K/W
Analisis performnace perlu dilakukan karena APK oil cooler tersebut di atas dirancang
dengan memperhitungkan faktor pengotoran tertentu, yaitu tahanan termal pengotoran
totalnya 0,000217 m2K/W, sementara itu sewaktu APK akan mulai dioperasikan kondisi
permukaan perpindahan panasnya masih dalam keadaan bersih dari kotoran sehingga akan
terjadi kondisi di mana temperatur rata-rata aliran air pendingin di dalam tube, begitu juga
dengan temperatur rata-rata aliran oli di bagian shell, akan berbeda dengan temperatur
yang ditetapkan pada kondisi perancangannya (design pointnya)
Untuk mempelajari sejauhmana penyimpangan performance termal yang terjadi pada APK
pada saat dioperasikan maka perlu dilakukan analisis performance dengan tujuan
mempelajari bagaimana karakteristik temperatur aliran air dan aliran minyak pelumas saat
meninggalkan APK fungsi waktu pengoperasian.
Dalam hal ini APK akan dioperasikan dengan kondisi di mana temperatur aliran air
pendingin dioperasikan pada harga 20 oC dan laju aliran massanya pada harga 7,65 kg/s
sesuai dengan design pointnya. Sementara itu temperatur aliran oli panas yang masuk ke
dalam APK dioperasikan pada harga 65 oC dan laju aliran massanya pada harga 20 kg/s,
juga sesuai dengan design pointnya.
Beberapa asumsi bagi analisis balans energi bagi aliran air pendingin di dalam tube :
-
Aliran air pendingin di dalam tube dianggap dalam keadaan stasioner atau
steady
-
fluida kerja air pendingin dianggap tidak mengalami perubahan fasa
-
perubahan energi kinetic dan energi potensial pada aliran air pendingin
dianggap kecil
Dengan menerapkan asumsi-asumsi tersebut di atas maka besarnya laju energi panas yang
diserap oleh aliran air pendingin, qc (W) dapat dievaluasi menggunakan persamaan :
qc mc c p ,c (Tco Tci )
Sedangkan, Laju kapasitas panas aliran air pendingin, Cc diberikan oleh persamaan :
Cc mc c p ,c
Sehingga besarnya laju energi panas yang diserap oleh aliran air pendingin, qc (W) dapat
juga dinyatakan dengan persamaan :
qc Cc (Tc ,o Tc ,i )
Dalam hal ini, karena APK dioperasikan dengan aliran air pendingin 20 oC dan laju aliran
massanya 7,65 kg/s serta harga panas jenisnya, cp = 4178 J/kgK maka kita memiliki harga
Cc = 31965 W/K
Pada aliran fluida panas, besarnya laju aliran panas yang dilepaskan oleh fluida tersebut q h
(W) dapat dihitung, menggunakan persamaan :
qh mh c p ,h (Th ,i Th ,o )
Dengan :
Sementara itu, Laju kapasitas panas aliran fluida panas, Ch diberikan oleh persamaan :
C h mh c p ,h
qh Ch (Th ,i Th ,o )
Pada sisi aliran oli, karena APK dioperasikan dengan aliran oli panas 65 oC dan laju aliran
massanya 20 kg/s serta harga panas jenisnya, cp = 2131 J/kgK maka kita memiliki harga Ch
= 42620 W/K
Ch = 42620 W/K
Cmin
C*
Cmax
6) Harga NTU
Di mana,
Pada tahap pertama ini, APK baru saja mulai dioperasikan. Oleh karena itu kita anggap
permukaannya masih dalam keadaan bersih, belum terjadi pengotoran permukaan.
Dalam perhitungan tahap pertama ini harga U kita pilih sama dengan harga Koefisien
perpindahan panas “clean” yang diperoleh dari hasil perhitungan design, yaitu 1385,1
W/m2K.
A = 11,6 m2
U = 1385,1 W/m2K
Efektivitas pertukaran energi panas di dalam APK shell & tube dapat dievaluasi dengan
menggunakan persamaan :
2
1 exp NTU 1 C *2
0,5
1 exp NTU 1 C
1 C (1 C )
* *2 0 , 5
*2 0 , 5
Dengan menggunakan harga C* = 0,75, dan harga NTU = 0,347 maka kita peroleh harga
efektivitas perpindahan panas Є = 0,26 (atau 26%)
8) Laju pertukaran energi panas maximum yang mungkin terjadi di dalam APK
qmax C min Th ,i Tc ,i
Selanjutnya, dengan menggunakan data harga Cmin = Cc = 31965 W/K , Thi = 65 oC dan Tci =
20 oC maka kita akan memperoleh harga qmax = 1438425 J/s
Laju pertukaran energi panas aktual yang terjadi di dalam APK dapat dievaluasi besarnya
melalui persamaan berikut :
qact
qmax
Sehingga laju energi panas yang diterima oleh aliran air pendingin, atau laju energi panas
yang dilepaskan oleh oli panas aktual adalah sebesar qact = 377943.1 J/s
Serta dengan Cc = 31965 W/K maka besarnya Temperatur aliran air keluar APK pada saat
APK mulai dioperasikan, Tco = 304,8 K = 31,8 oC
Dengan cara yang sama, yaitu dengan qact = 377943.1 J/s tetapi dengan menggunakan
persamaan : qh C h (Th ,i Th ,o )
Serta dengan Ch = 42620 W/K maka besarnya Temperatur aliran air keluar APK pada saat
APK mulai dioperasikan, Tho = 329,1 K = 56,1 oC
Pada Perhitungan tahap ke-2, kita anggap APK mulai mengalami pengotoran permukaan
tetapi lapisan pengotorannya masih tipis. Dalam keadaan tersebut pada tahap ini kita dapat
saja menganggap permukaan perpindahan panas memiliki faktor pengotoran sebesar ∑R f =
0,0000434 m2K/W misalnya.
1 1
R f
U f Uc
Uc = 1385,1 W/m2K
Perhitungan NTU
UA
NTU
C min
A = 11,6 m2
U = 865 W/m2K
Efektivitas pertukaran energi panas di dalam APK shell & tube dapat dievaluasi dengan
menggunakan persamaan :
2
1 exp NTU 1 C *2
0,5
1 exp NTU 1 C
1 C (1 C )
* *2 0 , 5
*2 0 , 5
C* = 0,75
NTU = 0,314
Perhitungan Qmax
Laju pertukaran energi panas maksimal yang mungkin dapat diperoleh secara prinsip dapat
dicapai pada sebuah APK jenis aliran berlawanan (counter flow) dan besarnya dapat
diestimasi dengan menggunakan persamaan berikut :
qmax C min Th ,i Tc ,i
Perhitungan Qaktual
Laju pertukaran energi panas aktual yang terjadi di dalam APK dapat dievaluasi besarnya
melalui persamaan berikut :
qact
qmax
Sehingga laju energi panas yang diterima oleh aliran air pendingin, atau laju energi panas
yang dilepaskan oleh oli panas aktual adalah sebesar qact = 350777,9 J/s
Serta dengan Cc = 31965 W/K maka kita dapat memperolehTemperatur aliran air keluar APK
sebesar, Tco = 30,97 oC
Dengan cara yang sama, yaitu dengan qact = 350777,9 J/s tetapi dengan menggunakan
persamaan : qh C h (Th ,i Th ,o )
Serta dengan Ch = 42620 W/K maka kita dapat memperoleh Temperatur aliran air keluar
APK, Tho = 56,77 oC
Untuk perhitungan tahap ketiga, keempat dan seterusnya kita akan menggunakan data
tahanan termal pengotoran seperti diberikan pada tabel di bawah ini :
∑Rf = 0,0000723 m2K/W, ∑Rf = 0,000108 m2K/W, ∑Rf = 0,000217 m2K/W, dan ∑Rf =
0,000326 m2K/W maka kita dapat memperoleh hasil-hasil perhitungan seperti yang diberikan
pada tabel dan gambar di bawah ini.