Anda di halaman 1dari 4

TUGAS AKUNTANSI PERPAJAKAN

FIX vs PROGRESSIVE RATE


Dosen Pengampu : Eko Suwardi, Ph.D. dan Annisa Hayatun Nazmi
Burhan SE MSc

KELOMPOK 1:
Maria Abisag Elsepha (17/411776/EK/21426)
Raihan Aziz (17/411789/EK/21439)
Sutrisno Raharjo Hadi Atmaja (17/411798/EK/21448)

FAKULTAS EKONOMIKA DAN BISNIS


UNIVERSITAS GADJAH MADA
2018/2019
Progressive rate merupakan tarif pungutan pajak yang dimana persentasenya akan naik
sebanding dengan dasar pengenaan pajaknya. Di lain hal, Fixed rate nominalnya akan tetap
tanpa memperhatikan jumlah yang dijadikan dasar pengenaan pajaknya. Dengan kata lain, tarif
pajak yang akan selalu tetap sesuai dengan peraturan yang telah diberlakukan.

Latar Belakang Sistem Perpajakan di Indonesia dan Estonia


Pajak pada zaman dulu dikenal sebagai upeti yang dipungut oleh pihak kerajaan untuk
kepentingan kerajaan dan kepentingan rakyat. Namun dewasa ini, Indonesia sudah menganut
tarif pajak progresif untuk melakukan pemerataan distribusi pendapatan agar berkurangnya
ketimpangan ekonomi di Indonesia.
Di lain hal, Estonia menerapkan tarif pajak tetap karena negara ini merupakan salah
satu pecahan Uni Soviet pasca perang dingin dengan USA yang dimana penerapan pajaknya
menggunakan tarif pajak tetap dengan penyempurnaan seiring berkembangnya zaman.

Implementasi Sistem Perpajakan


Sistem perpajakan yang dimiliki Negara Estonia termasuk sistem perpajakan yang
sederhana dan memiliki tarif pajak yang rendah. Selain itu, sistem perpajakan yang digunakan
juga tidak mengganggu perkembangan investasi dan tabungan.
Negara Estonia menetapkan tarif pajak penghasilan flat yaitu sebesar 20 persen untuk
seluruh wajib pajak orang pribadi bagi penduduk Estonia maupun yang berasal dari luar
Estonia. Bagi penduduk asli Estonia diwajibkan untuk membayar pajak atas penghasilan dari
dalam maupun luar Estonia, sedangkan bagi penduduk dari luar Estonia yang sudah memenuhi
syarat wajib membayar pajak hanya dikenakan pajak atas penghasilan yang berasal dari negara
Estonia. Dan untuk tarif pajak bagi perusahaan (Corporate Income Tax) juga ditetapkan
sebesar 20 persen dari keuntungan penghasilan dan hanya dikenakan jika keuntungan tersebut
didistribusikan sebagai dividen kepada pemegang saham. Sehingga, keuntungan perusahaan
yang tidak atau belum dibagikan akan terbebas dari pajak. Sistem pajak ini berlaku bagi
perusahaan penduduk Estonia dan juga Badan Usaha Tetap (BUT) perusahaan bukan penduduk
yang terdaftar di Estonia.
Tarif pajak orang pribadi oleh Tax and Customs Board Estonia ditetapkan sebesar 20
persen dan mulai 1 Juli 2009, tarif pajak pertambahan nilai (PPN) ditetapkan sebesar 20 persen
namun ada pengurangan sebesar 9 persen atas barang-barang tertentu seperti buku, koran,
produk kesehatan, dan produk akomodasi. Dalam perpajakan internasional, Estonia memiliki
perjanjian penghindaran pajak berganda (P3B) dengan kurang lebih 57 negara di dunia
termasuk Indonesia. Tujuan Estonia menerapkan sistem perpajakan dengan flat rate adalah
untuk menstimulasi pendapatan modal.
Di Indonesia sistem perpajakan yang digunakan untuk pajak penghasilan menggunakan
sistem self assesment dan bersifat progresif bagi wajib pajak orang pribadi dan bersifat flat bagi
badan kecuali UMKM sesuai dengan PPh pasal 21 Peraturan Direktur Jenderal Pajak No. PER-
16/PJ/2016. Penggunaan tarif pajak progresif berarti tarif pajak akan meningkat seiring dengan
bertambahnya penghasilan yang dimiliki oleh wajib pajak.

Khusus bagi Wajib Pajak Badan dikenakan tarif 25 persen namun, dilakukan
pengecualian bagi UMKM yang memiliki omzet dibawah Rp 4,8 miliar. UMKM memperoleh
insentif pemotongan tarif pajak penghasilan (PPh) sebesar 50 persen dari tarif normal wajib
pajak (WP) badan sehingga tarif yang dikenakan sebesar 0,5 persen.

Dampak Kebijakan Tarif Pajak Penghasilan di Indonesia dan Estonia


Penerapan sistem pajak progresif di Indonesia membawa beberapa dampak, baik itu
dampak positif maupun negatif. Apabila dilihat dari sisi manfaat sosial, sistem pajak progresif
dapat mengurangi ketimpangan sosial akibat dari kesenjangan tingkat pendapatan di Indonesia
yang cukup tinggi sehingga dapat menimbulkan konflik sosial di tengah masyarakat. Namun,
apabila dilihat dari segi kepatuhan pajak, sistem pajak progresif di Indonesia menyebabkan
tingkat kepatuhan masyarakat untuk membayar pajak rendah dibuktikan dengan Tax Ratio
Indonesia yang berkisar 10%-12%, sedangkan standar Tax Ratio yang bagus menurut Bank
Dunia berada di kisaran 15%. Hal tersebut salah satunya disebabkan karena terjadi
penghindaran pajak oleh masyarakat, khususnya yang memiliki penghasilan cukup tinggi.
Dengan penghasilan yang tinggi, maka pajak yang harus mereka bayarkan juga tinggi sehingga
menyebabkan terjadinya penghindaran pajak yang masif. Ditambah lagi dengan penghitungan
tarif progresif yang rumit membuat masyarakat semakin malas untuk membayar kewajiban
pajaknya.
Sementara itu, sistem pajak flat rate yang diterapkan di Estonia membuat
masyarakatnya memiliki semangat bekerja yang tinggi karena tarif pajak yang harus mereka
bayarkan akan sama berapapun jumlah penghasilannya. Hal tersebut membuat kesenjangan
sosial di Estonia cukup rendah sehingga pertumbuhan ekonomi di Estonia sangat baik
dibuktikan dengan peningkatan pertumbuhan ekonomi yang sangat tinggi pada tahun 2007,
yaitu sebesar 11% lebih. Selain itu, investasi asing yang masuk ke Estonia juga meningkat dari
yang awalnya hanya menghasilkan 5% dari PDB kemudian pada tahun 2007 telah mencapai
20%. Dari segi kepatuhan pajak, sistem pajak flat rate membuat masyarakat Estonia memiliki
kepatuhan dan kesadaran yang tinggi untuk membayar pajak dikarenakan rate pajak yang
sudah ditentukan sejak awal (21,6%) dan berlaku pada seluruh tingkat pendapatan, sehingga
PKP tidak kerepotan dalam menghitung tarif pajaknya. Tax Ratio Estonia juga cukup tinggi
yang mencapai 32,3% yang berarti sudah jauh di atas standar dari Bank Dunia.

Kesimpulan
Perbedaan sistem pajak yang diterapkan pada dua negara terjadi karena adanya
perbedaan tujuan peraturan pajak dan budaya. Penerapan tarif tetap sebesar 20 persen di
Estonia untuk pajak penghasilan pribadi maupun badan memiliki dampak yang baik bagi
perekonomian Estonia karena mampu meningkatkan produktivitas masyarakatnya. Sedangkan
Indonesia memberlakukan tarif pajak progresif karena memiliki tujuan untuk mengurangi
kesenjangan sosial antar penduduknya. Penerapan tarif pajak progresif di Indonesia cenderung
rumit dibandingkan tarif pajak tetap di Estonia, sehingga menyebabkan tingkat kepatuhan
masyarakat dalam membayar pajak di Estonia lebih tinggi dibandingkan dengan Indonesia.
Referensi
http://lib.ui.ac.id/file?file=digital/124721-SK-Fis%20011%202008%20Ram%20K-
Kebijakan%20penerapan-Analisis.pdf

Anggraini, Relita Winda. Sistem Perpajakan di Estonia.


https://www.scribd.com/document/387006197/sistem-perpajakan-Estonia-1-docx (diakses 23
Agustus 2019)

Hartono, Sony. Adakah yang Salah dengan Tarif PPh Orang Pribadi di Indonesia?
https://www.kompasiana.com/sonyhart/5bc75c1faeebe155a10556a2/adakah-yang-salah-
dengan-tarif-pph-orang-pribadi-di-indonesia?page=all (diakses 24 Agustus 2019)

Siahaan, Surtan. Perpajakan di Indonesia : Sejarah, Sistem, dan Dasar Hukumnya.


https://www.online-pajak.com/perpajakan-di-indonesia-sejarah-sistem-dan-dasar-hukumnya
(diakses 24 Agustus 2019)

Maulida, Rani. Jenis Tarif Pajak Yang Perlu Anda Ketahui. https://www.online-
pajak.com/tarif-pajak (diakses 26 Agustus 2019)

Anda mungkin juga menyukai