A. Pelaksanaan Praktikum
Hari : Rabu
Tanggal : 13 Februari 2019
Tempat : Kebun Percobaan UPN “Veteran” Yogyakarta, Fakultas Pertanian
di Wedomartani
B. Tujuan Acara
1. Praktek cara mempersiapkan bahan tanam dengan cara mengecambahkan
biji kopi, kelapa sawit, dan kakao.
2. Mengetahui pengaruh letak biji dalam buah terhadap pertumbuhan semai
biji kakao.
C. Tinjauan Pustaka
Perkecambahan dapat diartikan sebagai munculnya semai, secara teknis
perkecambahan adalah permulaan munculnya pertumbuhan aktif yang
menghasilkan pecahnya kulit biji dan munculnya semai. Proses perubahan dari
biji menjadi bibit tumbuhan seringkali disebut perkecambahan. Dimana
perkecambahan adalah batas antara benih (biji yang mampu tumbuh) yang
masih tergantung pada sumber makanan dari induknya dengan tumbuhan yang
mampu berdiri sendiri dalam mengambil unsur hara. Tipe perkecambahan
dibagi menjadi dua, epigeal dan hipogeal. Tipe epigeal yaitu perkecambahan
dengan kotiledon terangkat keatas tanah dengan memanjangkan hipokotil,
sedangkan tipe hipogeal dimana kotiledon tidak membesar sehingga kotiledon
tetap berada dibawah tanah selama perkecambahan (Irawanto et. al., 2015).
Imbibisi adalah tahap pertama yang sangat penting karena menyebabkan
peningkatan kandungan air benih yang diperlukan untuk memicu perubahan
3
4
6. Pertumbuhan
Pertumbuhan terjadi setelah kulit biji memecah. Ada dua macam
pertumbuhan pada perkecambahan, yaitu pembesaran sel-sel yang
sudah ada dan pembentukan sel-sel yang baru pada titik-titik tumbuh.
Pertumbuhan berakhir setelah terjadi pemanjangan radikula dan
plumula.
Terdapat faktor-faktor yang perlu dipertimbangkan dalam pemilihan lokasi
persemaian, seperti letak lokasi persemaian harus memiliki aksebilitas yang
baik, kondisi tanah tempat persemaian harus subur dengan drainase baik (tidak
terlalu basah/kering), tanah harus bersih dari bebatuan dan sisa-sisa tanaman,
serta tanah cukup porous dan mudah dikerjakan. Persemaian hendaknya
dibangun berdekatan dengan sumber air (mata air) karena persediaan air yang
cukup merupakan syarat mutlak persemaian. Serta perlindungan persemaian
oleh pengaruh angin (Wali dan Sahria, 2015).
Tanaman kopi termasuk dalam genus Coffea dengan famili Rubiaceae.
Genus Coffea mencakup hampir 70 spesies, tetapi hanya ada dua spesies yang
ditanam dalam skala luas di seluruh dunia, yaitu kopi arabika dan kopi robusta.
Sementara itu, sekitar 2% dari total produksi dunia dari dua spesies kopi
lainnya, yaitu kopi liberika dan ekselsa. Sistem taksonomi kopi adalah sebagai
berikut :
Kingdom : Plantae
Subkingdom : Tracheobionta
Super divisi : Spermatophyta
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Sub Kelas : Asteridae
Ordo : Rubiales
Famili : Rubiaceae
Genus : Coffea
Spesies : Coffea arabica L. (Rahardjo, 2012).
7
Genus : Elaeis
Spesies : E. guineensis Jacq. (Allorerung, 2010).
Proses pengecambahan benih kelapa sawit cukup sulit karena benih
memiliki kuit yang keras sehingga bersifat dorman. Adanya kondisi dormansi
ini menyebabkan benih harus diberi perlakuan untuk mematahkan dormansi.
Proses pengecambahan benih kelapa sawit yang bermutu memerlukan waktu
sekitar 3 bulan dengan metode pemanasan kering pada suhu 40oC. Metode lain
yang dapat digunakan untuk mematahkan dormansi benih yaitu dengan
merendam benih dalam air panas. Perlakuan pematahan dormansi berpengaruh
sangat nyata terhadap kadar air, daya berkecambah, kecepatan tumbuh, dan
potensi tumbuh maksimum (Farhana, et. al., 2013).
Kakao merupakan satu-satunya dari 22 jenis marga Theobroma, suku
Sterculiaceae, yang diusahakan secara komersial. Sistematika tanaman kakao
adalah sebagai berikut :
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Subdivisi : Angiospermae
Kelas : Dicotyledoneae
Subkelas : Dialypetalae
Famili : Sterculiaceae
Genus : Theobroma
Spesies : Theobroma cacao L. (Karmawati, et. al., 2010)
Pengolahan benih kakao adalah suatu rangkaian kegiatan terhadap
benih dalam rangka untuk mempertahankan viabilitas benih sampai siap
tanam. Kegiatan tersebut meliputi proses pemanenan, pengeringan,
pembersihan, perlakuan benih, dan proses pengepakan. Pengolahan benih
kakao yang biasa dilakukan selama ini diantaranya pemecahan buah dengan
menggunakan sabit atau golok. Selanjutnya dilakukan pengupasan lendir (pulp)
dengan menggunakan larutan air kapur dengan konsentrasi 2,5 % (2 gram/liter
air) selama ± 30 detik. Selain pengupasan lendir, juga dilakukan pengupasan
kulit ari. Pengupasan kulit ari dilakukan secara manual menggunakan tangan
9
E. Cara kerja
1. Perkecambahan Biji Kopi
a. Mengambil biji kopi dari pohon yang bermutu baik.
b. Mengupas kulit biji kopi.
c. Membersihkan lendir yang melekat dengan cara mencuci dan
menggosoknya.
d. Mengering anginkan biji (tidak langsung terkena sinar matahari).
e. Merendam biji dalam larutan fungisida selama 5-10 menit.
f. Menyiapkan media tanam berupa campuran tanah dan pupuk kompos
dengan perbandingan 1 : 1, kemudian memasukkannya ke dalam
polybag.
10
F. Hasil Pengamatan
Tabel 1.1 Perkecambahan Biji Kopi dan Kelapa Sawit
Parameter Kopi Kelapa Sawit
Persentase Hidup (%) 0 0
Sumber : Praktikum Teknologi Budidaya Tanaman Industri dan Perkebunan,
2019.
G. Pembahasan
Perkecambahan adalah proses pecahnya kulit biji sehingga menyebabkan
pertumbuhan radikula dan plumula dari biji. Perkecambahan digolongkan
menjadi dua tipe, yaitu epigeal dan hipogeal. Perkecambahan disebut epigeal
apabila kotiledon ikut terangkat keatas selama proses pemanjangan hipokotil,
sedangkan disebut hipogeal apabila kotiledon tidak tumbuh membesar
sehingga tetap tertinggal di bawah tanah. Terdapat lima tahapan utama dalam
perkecambahan, yaitu imbibisi, enzimatis, respirasi, translokasi, dan pembelah
sel. Imbibisi adalah proses masuknya air kedalam biji. Proses ini menyebabkan
volume biji menjadi membesar sehingga kulit biji menjadi pecah. Enzimatis
adalah mulai aktifnya enzim-enzim tertentu yang sebelumnya inaktif.
Pengaktifan enzim ini dipengaruhi oleh masuknya air ke dalam biji. Enzim-
enzim tersebut digunakan untuk menguraikan senyawa-senyawa kompleks
yang tidak larut dalam air seperti karbohidrat, lemak dan protein menjadi
senyawa yang lebih sederhana serta dapat larut dalam air. Proses-proses
tersebut bersamaan dengan proses respirasi biji. Respirasi merupakan proses
pemecahan senyawa berenergi tinggi untuk digunakan tanaman dalam
menjalankan fungsi hidupnya. Senyawa sederhana tersebut kemudian
ditranslokasikan di jaringan titik tumbuh pada embrio, sehingga menyebabkan
12
pembelahan pada titik tumbuh, akibatnya radikula akan menembus kulit biji
dan akhirnya biji berkecambah.
Pada praktikum perkecambahan biji, proses perkecambahan dilakukan
pada biji kopi, kelapa sawit, dan kakao. Pada perkecambahan biji kakao dibagi
menjadi dua perlakuan, yaitu biji yang terletak di tengah buah dan biji yang
terletak di ujung buah. Sebelum ditanam biji harus dikupas kulitnya dan
dibersihkan dari daging buahnya terlebih dahulu. Tujuannya adalah agar
memudahkan merembesnya air ke dalam biji, sehingga mempercepat proses
perkecambahan. Selain itu, biji yang hendak ditanam sebaiknya direndam
terlebih dahulu pada larutan fungisida agar terhindar dari jamur yang dapat
menyebabkan kegagalan pada proses perkecambahan. Media tanam yang
digunakan untuk mengecambahkan biji adalah campuran tanah dan pupuk
kompos dengan perbandingan 1 : 1, yang ditempatkan pada polybag. Setelah
biji ditanam, kemudian polybag ditempatkan ditempat yang ternaungi agar
terhindar dari hujan dan sinar matahari yang berlebih, sehingga kelembabannya
tetap dapat terjaga.
Berdasarkan hasil pengamatan, persentase hidup perkecambahan kopi dan
kelapa sawit sebanyak 0%. Kegagalan proses perkecambahan tersebut dapat
disebabkan karena panjangnya waktu dormansi yang dimiliki oleh biji kopi dan
kelapa sawit. Kopi tergolong kedalam benih ortodox. Benih ortodox adalah
benih yang tahan dikeringkan sampai kadar air, kelembaban, dan suhu yang
rendah tanpa menurunkan viabilitasnya. Sehingga benih ortodox memiliki
masa dormansi. Masa dormansi tersebut yang mendukung biji dapat disimpan
dalam jangka waktu yang cukup lama. Sedangkan kelapa sawit tergolong benih
intermediet, yaitu antara ortodox dan rekalsitran. Benih intermediet juga
memiliki masa dormansi, namun jangka waktunya tidak selama pada benih
ortodox. Kegagalan proses perkecambahan dapat diakibatkan karena saat
sebelum penanaman, proses pematahan dormansi biji tidak dilakukan secara
maksimal. Selain itu, pada perkecambahan kelapa sawit dan kopi, biji yang
ditanam tidak memiliki kualitas unggul. Biji kelapa sawit yang berkualitas
unggul memiliki ciri-ciri berbentuk lonjong, berwarna hitam mengkilat, serta
13
berukuran besar dan seragam. Sedangkan biji kopi yang berkualitas unggul
memiliki ciri-ciri buah sudah masak dengan ditandai warna merah pada kulit
buahnya, ukurannya seragam, tidak berpenyakit, dan tidak cacat.
Perlakuan yang dapat diberikan untuk mematahkan dormasi biji antara lain
adalah skarifikasi. Skarifikasi adalah proses perusakan kulit biji, seperti
menggosok atau mengikir kulit biji dan melubangi kulit biji dengan pisau yang
bertujuan untuk melemahkan kulit biji yang keras, sehingga biji lebih
permeabel terhadap air. Selain itu, perlakuan perendaman pada air panas juga
dapat dilakukan dengan tujuan untuk memudahkan penyerapan air oleh biji.
Sedangkan perlakuan dengan menggunakan larutan kimia asam kuat seperti
asam sulfat dan asam nitrat dengan konsentrasi pekat dapat membuat kulit biji
menjadi lebih lunak sehingga dapat ditembus air lebih mudah.
Pada perkecambahan biji kakao, persentase hidup perkecambahan yang
berasal dari biji yang terletak di tengah buah sebesar 55%, sedangkan yang
berasal dari biji yang terletak di pangkal sebesar 20%. Letak benih akan
mempengaruhi viabilitas dan vigor benih yang dihasilkan. Benih yang letaknya
pada bagian tengah dari buah mempunyai ukuran lebih besar dan lebih
homogen daripada benih yang letaknya pada bagian ujung dan pangkal buah.
Menurut Sutopo (1984), benih yang berukurn besar dianggap lebih baik
daripada benih yang berukuran kecil. Hal tersebut erat hubungannya dengan
kandungan cadangan makanan, benih yang berukuran besar mengandung
cadangan makanan yang lebih banyak dibandingkan dengan benih yang
berukuran kecil. Sedangkan menurut Sukatario (1996), benih bermutu baik
adalah benih yang berukuran sedang dan seragam. Benih yang terletak pada
bagian ujung buah mempunyai viabilitas dan vigor yang rendah, karena
mempunyai cadangan makanan lebih sedikit dibandingkan dengan benih yang
terletak di tengah. Selain itu, benih yang terletak di bagian ujung buah
mempunyai pelindung yang tipis, sehingga sangat peka terhadap serangan
penyakit dan kekeringan.
14
H. Kesimpulan
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa
untuk mengecambahkan biji kopi, kelapa sawit, dan kakao kulit biji dan daging
buah harus dihilangkan terlebih dahulu. Cara menghilangkan kulit biji dan
daging buah setiap komoditas berbeda-beda. Pada kakao, biji yang terletak di
tengah buah memiliki viabilitas dan vigor lebih tinggi daripada biji yang
terletak di bagian pangkal dan ujung buah, sehingga persentase hidupnya lebih
tinggi.
15
DAFTAR PUSTAKA
Farhana, B., Satriyas Ilyas, Lalu Firman Budiman. 2013. Pematahan Dormansi
Benih Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) dengan Perendaman dalam
Air Panas dan Variasi Konsentrasi Ethephon. Buletin Agrohorti. 1(1) : 72-
78.
Irawanto, R., Esti Endah A., R. Hendrian. 2015. Jeruju (Acanthus ilicifolius) :
Biji, perkecambahan dan potensinya. Prosiding Seminar Nasional
Masyarakat Biodiversitas Indonesia. 1 (5) : 1011-1018.
Rahardjo, P. 2012. Kopi : Panduan Budi Daya dan pengolahan Kopi Arabika dan
Robusta. Bogor: Penebar Swadaya.
Song Ai, N. dan Maria Ballo. 2010. Peranan Air dalam Perkecambahan Biji.
Jurnal Ilmiah Sains. 10 (2) : 190-195.
Sukatario, J. 1996. Penyakit Benih dan Uji Kesehatan Benih. Kursus Singkat
Pengujuan Benih. Bogor : Institut Pertanian Bogor.
Wali, M. dan Sahria Soamole. 2015. Studi Tingkat Kerusakan Akibat Hama Daun
pada Tanaman Meranti Merah (Shorea Leprosula) di Areal Persemaian
PT. Gema Hutani Lestari Kecamatan Fene Leisela. Jurnal Ilmiah
Agribisnis dan Perikanan. 8 (2) : 36-45.
16
Widyawati, N., Tohari, Prapto Yudono, dan Issirep Soemardi. 2009. Permeabilitas
dan Perkecambahan Benih Aren (Arenga pinnata (Wurmb.) Merr.). Jurnal
Agronomi Indonesia. 37 (2) : 152-158.