Anda di halaman 1dari 14

ACARA I

PERKECAMBAHAN BIJI KOPI, KELAPA SAWIT, KAKAO DAN


PENGARUH ASAL LETAK BIJI DALAM BUAH TERHADAP
PERTUMBUHAN SEMAI BIJI KAKAO

A. Pelaksanaan Praktikum
Hari : Rabu
Tanggal : 13 Februari 2019
Tempat : Kebun Percobaan UPN “Veteran” Yogyakarta, Fakultas Pertanian
di Wedomartani

B. Tujuan Acara
1. Praktek cara mempersiapkan bahan tanam dengan cara mengecambahkan
biji kopi, kelapa sawit, dan kakao.
2. Mengetahui pengaruh letak biji dalam buah terhadap pertumbuhan semai
biji kakao.

C. Tinjauan Pustaka
Perkecambahan dapat diartikan sebagai munculnya semai, secara teknis
perkecambahan adalah permulaan munculnya pertumbuhan aktif yang
menghasilkan pecahnya kulit biji dan munculnya semai. Proses perubahan dari
biji menjadi bibit tumbuhan seringkali disebut perkecambahan. Dimana
perkecambahan adalah batas antara benih (biji yang mampu tumbuh) yang
masih tergantung pada sumber makanan dari induknya dengan tumbuhan yang
mampu berdiri sendiri dalam mengambil unsur hara. Tipe perkecambahan
dibagi menjadi dua, epigeal dan hipogeal. Tipe epigeal yaitu perkecambahan
dengan kotiledon terangkat keatas tanah dengan memanjangkan hipokotil,
sedangkan tipe hipogeal dimana kotiledon tidak membesar sehingga kotiledon
tetap berada dibawah tanah selama perkecambahan (Irawanto et. al., 2015).
Imbibisi adalah tahap pertama yang sangat penting karena menyebabkan
peningkatan kandungan air benih yang diperlukan untuk memicu perubahan

3
4

biokimiawi dalam benih sehingga benih berkecambah. Jika proses ini


terhambat maka perkecambahan juga akan terhambat. Perkecambahan adalah
peningkatan kembali aktifitas metabolisme dan pertumbuhan jaringan benih
yang meliputi rehidrasi, penggunaan nutrisi cadangan makanan dan
perkembangan bertahap dari sistem sintesis yang memampukannya untuk
tumbuh sebagai organisme autotrof (Widyawati et. al., 2009).
Perkecambahan meliputi beberapa tahapan, antara lain imbibisi, sekresi
hormon dan enzim, hidrolisis cadangan makanan, pengiriman bahan makanan
terlarut dan hormon ke daerah titik tumbuh atau daerah lainnya serta asimilasi
atau fotosintesis. Perkecambahan dimulai dengan proses penyerapan air ke
dalam sel-sel dan proses ini merupakan proses fisika. Proses penyerapan air
pada biji atau imbibisi terjadi melalui mikropil. Air yang masuk ke dalam
kotiledon menyebabkan volumenya bertambah, sehingga kotiledon
membengkak. Pembengkakan tersebut pada akhirnya menyebabkan pecahnya
testa. Masuknya air pada biji menyebabkan enzim aktif bekerja dan proses ini
berhubungan dengan aspek kimia. Enzim amilase bekerja memecah tepung
menjadi maltosa selanjutnya maltosa dihidrolisis oleh maltase menjadi glukosa.
Protein juga dipecah menjadi asam amino. Senyawa glukosa masuk ke dalam
proses metabolisme untuk menghasilkan energi atau diubah menjadi senyawa
karbohidrat penyusun struktur tubuh. Asam amino dirangkaikan menjadi
protein yang berfungsi untuk mennyusun struktur sel dan menyusun enzim-
enzim baru. Sedangkan asam lemak digunakan untuk menyusun membran sel
(Song Ai dan Maria, 2010).
Secara fisiologis proses perkecambahan berlangsung dalam beberapa
tahapan penting yang meliputi (Song Ai dan Maria, 2010) :
1. Absorbsi air.
Absorbsi atau penyerapan air merupakan langkah awal dalam
perkecambahan biji yang mengakibatkan biji akan membengkak.
Pembengkakan biji menyebabkan kulit biji pecah sehingga radikula
tumbuh ke arah bawah dan membentuk akar.
2. Metabolisme penguraian materi cadangan makanan.
5

Proses tersebut merupakan pemecahan senyawa bermolekul besar dan


kompleks menjadi senyawa bermolekul lebih kecil, sederhana larut
dalam air dan dapat diangkut melalui membran dan dinding sel.
Cadangan makanan utama pada biji berupa pati, herniselulosa, lemak
dan protein. Senyawa-senyawa tersebut tidak larut dalam air atau
berupa koloid, serta terdapat dalam jumlah besar pada endosperm dan
kotiledon, sehingga tidak dapat diangkut ke daerah yang memerlukan.
Proses penguraian makromolekul ini dibantu oleh beberapa enzim,
seperti amilase mengubah pati dan hemiselulosa menjadi gula, protease
mengubah protein menjadi asam arnino, lipase mengubah lemak
menjadi asam lemak dan gliserin. Aktivasi enzim dilakukan oleh air
setelah terjadinya imbibisi. Enzim yang telah diaktivasi masuk ke dalam
endosperm atau kotiledon untuk menguraikan cadangan makanan.
3. Transpor materi hasil penguraian dari endosperm ke bagian embrio
yang aktif tumbuh.
Hasil penguraian diangkut dari jaringan penyimpanan makanan menuju
titik-titik tumbuh pada aulikula, radikula dan plumula. Biji belum
mempunyai jaringan pengangkut sehingga pengangkutan dilakukan
secara difusi atau osmosis dari satu sel hidup ke sel hidup lainnya.
4. Proses-proses pembentukan kembali (asimilasi)
Asimilasi merupakan tahap terakhir dalam penggunaan cadangan
makanan dan juga merupakan proses pembangunan kembali, misalnya
protein yang sudah dirombak menjadi asam amino disusun kembali
menjadi protein baru dengan bantuan energi yang dihasilkan dari
respirasi.
5. Respirasi.
Respirasi merupakan proses perombakan karbohidrat menjadi senyawa
yang lebih sederhana dengan membebaskan sejumlah energi. Proses ini
dimulai pada aulikula, radikula dan plumula dan akan beralih ke
endosperm atau kotiledon setelah cadangan makanan habis. Aktivitas
respirasi yang tertinggi terjadi pada saat radikula menembus kulit biji.
6

6. Pertumbuhan
Pertumbuhan terjadi setelah kulit biji memecah. Ada dua macam
pertumbuhan pada perkecambahan, yaitu pembesaran sel-sel yang
sudah ada dan pembentukan sel-sel yang baru pada titik-titik tumbuh.
Pertumbuhan berakhir setelah terjadi pemanjangan radikula dan
plumula.
Terdapat faktor-faktor yang perlu dipertimbangkan dalam pemilihan lokasi
persemaian, seperti letak lokasi persemaian harus memiliki aksebilitas yang
baik, kondisi tanah tempat persemaian harus subur dengan drainase baik (tidak
terlalu basah/kering), tanah harus bersih dari bebatuan dan sisa-sisa tanaman,
serta tanah cukup porous dan mudah dikerjakan. Persemaian hendaknya
dibangun berdekatan dengan sumber air (mata air) karena persediaan air yang
cukup merupakan syarat mutlak persemaian. Serta perlindungan persemaian
oleh pengaruh angin (Wali dan Sahria, 2015).
Tanaman kopi termasuk dalam genus Coffea dengan famili Rubiaceae.
Genus Coffea mencakup hampir 70 spesies, tetapi hanya ada dua spesies yang
ditanam dalam skala luas di seluruh dunia, yaitu kopi arabika dan kopi robusta.
Sementara itu, sekitar 2% dari total produksi dunia dari dua spesies kopi
lainnya, yaitu kopi liberika dan ekselsa. Sistem taksonomi kopi adalah sebagai
berikut :
Kingdom : Plantae
Subkingdom : Tracheobionta
Super divisi : Spermatophyta
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Sub Kelas : Asteridae
Ordo : Rubiales
Famili : Rubiaceae
Genus : Coffea
Spesies : Coffea arabica L. (Rahardjo, 2012).
7

Benih merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan budidaya


tanaman kopi. Biji kopi yang bermutu dihasilkan dari tanaman kopi yang baik
kualitasnya. Benih kopi tidak mengalami dormansi, artinya buah dengan
tingkat kematangan fisiologi memenuhi syarat untuk dipanen, biji tersebut bisa
tumbuh bila dibibitkan. Benih yang masak fisiologis ditandai dengan rontoknya
buah dari tangkai, daging buahnya lunak, dan bijinya ada yang telah
berkecambah. Benih yang dipanen sebelum masak fisiologis belum memiliki
cadangan makanan yang cukup dan keadaan embrio belum sempurna.
Sedangkan yang masak fisiologis embrio telah terbentuk secara sempurna serta
telah memiliki cadangan makanan yang cukup. Persiapan benih kakao
dilakukan dengan cara benih diambil dari pohon yang memenuhi syarat sebagai
pohon induk, kemudian dipilih buah yang telah berwarna coklat, merah, atau
kuning kemerahan. Pisahkan biji dengan kulit buah dengan menggunakan
sarung tangan. Untuk menentukan benih yang baik yaitu dengan cara biji kopi
dimasukkan kedalam air, biji yang tenggelam merupakan biji yang akan
digunakan sebagai benih, sedangkan biji yang mengapung merupakan biji yang
tidak layak digunakan. Kemudian benih direndam dalam larutan Dithane-45
selama 10 menit agar benih terhindar dari mikroorganisme yang merugikan.
Lalu angkat dan kering anginkan (Farida, 2018).
Kelapa sawit termasuk famili Aracaceae yang dulunya Palmae. Kelapa
sawit memiliki tiga spesies, yaitu E. guineensis Jacq., E. oleifera Cortes, dan E.
odora W. Spesies pertama adalah yang pertama kali dan terluas dibudidayakan.
Dua spesies lainnya terutama digunakan untuk menambah keanekaragaman
sumber daya genetik dalam rangka program pemuliaan. Klasifikasi tanaman
kelapa sawit adalah sebagai berikut :
Kingdom : Plantae
Divisi : Embryophyta siphonagama
Kelas : Angiospermae
Ordo : Monocotyledonae
Famili : Aracaceae
Sub famili : Cocoideae
8

Genus : Elaeis
Spesies : E. guineensis Jacq. (Allorerung, 2010).
Proses pengecambahan benih kelapa sawit cukup sulit karena benih
memiliki kuit yang keras sehingga bersifat dorman. Adanya kondisi dormansi
ini menyebabkan benih harus diberi perlakuan untuk mematahkan dormansi.
Proses pengecambahan benih kelapa sawit yang bermutu memerlukan waktu
sekitar 3 bulan dengan metode pemanasan kering pada suhu 40oC. Metode lain
yang dapat digunakan untuk mematahkan dormansi benih yaitu dengan
merendam benih dalam air panas. Perlakuan pematahan dormansi berpengaruh
sangat nyata terhadap kadar air, daya berkecambah, kecepatan tumbuh, dan
potensi tumbuh maksimum (Farhana, et. al., 2013).
Kakao merupakan satu-satunya dari 22 jenis marga Theobroma, suku
Sterculiaceae, yang diusahakan secara komersial. Sistematika tanaman kakao
adalah sebagai berikut :
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Subdivisi : Angiospermae
Kelas : Dicotyledoneae
Subkelas : Dialypetalae
Famili : Sterculiaceae
Genus : Theobroma
Spesies : Theobroma cacao L. (Karmawati, et. al., 2010)
Pengolahan benih kakao adalah suatu rangkaian kegiatan terhadap
benih dalam rangka untuk mempertahankan viabilitas benih sampai siap
tanam. Kegiatan tersebut meliputi proses pemanenan, pengeringan,
pembersihan, perlakuan benih, dan proses pengepakan. Pengolahan benih
kakao yang biasa dilakukan selama ini diantaranya pemecahan buah dengan
menggunakan sabit atau golok. Selanjutnya dilakukan pengupasan lendir (pulp)
dengan menggunakan larutan air kapur dengan konsentrasi 2,5 % (2 gram/liter
air) selama ± 30 detik. Selain pengupasan lendir, juga dilakukan pengupasan
kulit ari. Pengupasan kulit ari dilakukan secara manual menggunakan tangan
9

dilanjutkan dengan perendaman dalam fungisida Delsene MX-200 yang


bersifat sistemik kontak dengan bahan aktif Carbendazim-Mankozeb yang
memiliki kemampuan melindungi benih dari serangan jamur. Selanjutnya
dilakukan pengeringan. Proses pengeringan adalah proses penurunan kadar air
sampai batas tertentu sehingga dapat menghambat laju kerusakan biji-bijian
akibat aktivitas biologis dan kimia sebelum bahan digunakan (Jaliman, 2010).

D. Alat dan Bahan


1. Alat
a. Pisau
b. Polybag
c. Cethok
2. Bahan
a. Biji kopi
b. Biji kelapa sawit
c. Biji kakao
d. Pupuk kompos
e. Tanah
f. Fungisida

E. Cara kerja
1. Perkecambahan Biji Kopi
a. Mengambil biji kopi dari pohon yang bermutu baik.
b. Mengupas kulit biji kopi.
c. Membersihkan lendir yang melekat dengan cara mencuci dan
menggosoknya.
d. Mengering anginkan biji (tidak langsung terkena sinar matahari).
e. Merendam biji dalam larutan fungisida selama 5-10 menit.
f. Menyiapkan media tanam berupa campuran tanah dan pupuk kompos
dengan perbandingan 1 : 1, kemudian memasukkannya ke dalam
polybag.
10

g. Menanam biji kopi dengan cara membenamkannya pada lapisan


media tanam dengan biji menghadap ke bawah.
h. Menyiram perkecambahan kopi.
2. Perkecambahan Biji Kelapa Sawit
a. Mengambil buah kelapa sawit dari pohon yang bermutu baik.
b. Merendam buah kelapa sawit (brondolan) dalam air selama dua
malam.
c. Mengupas serabut buah kelapa sawit dan menggosoknya dengan
menggunakan amplas kemudian mencucinya hingga bersih.
d. Mengering anginkan biji yang sudah bersih dari serabut.
e. Merendam biji dalam larutan fungisida selama 5-10 menit.
f. Menyiapkan media tanam berupa campuran pupuk kompos dan tanah
dengan perbandingan 1:1, kemudian memasukkannya ke dalam
polybag.
g. Menanam biji kelapa sawit.
h. Menyiram perkecambahan kelapa sawit.
3. Perkecambahan Biji Kakao
a. Memilih buah kakao yang telah masak, kemudian pecah dengan alat
pemukul hingga terbelah.
b. Mengeluarkan biji dari dalam buah, kemudian memisahkan bji bagian
tengah sebagai perlakuan 1 dan menyatukan biji bagian ujung dan
pangkal sebagai perlakuan 2.
c. Membersihkan daging yang menempel pada biji dengan cara
meremas-remas.
d. Mencucinya dengan air bersih, daging buah dan kulit biji dikupas,
kemudian mencucinya lagi.
e. Merendam biji dalam larutan fungisida selama 5-10 menit.
f. Menyiapkan media tanam berupa campuran tanah dan pupuk kompos
dengan perbandingan 1:1 kemudian memasukkannya ke dalam
polybag.
g. Menanam biji kakao, bagian yang rata menghadap ke bawah.
11

h. Menyiram perkecambahan kakao.

F. Hasil Pengamatan
Tabel 1.1 Perkecambahan Biji Kopi dan Kelapa Sawit
Parameter Kopi Kelapa Sawit
Persentase Hidup (%) 0 0
Sumber : Praktikum Teknologi Budidaya Tanaman Industri dan Perkebunan,
2019.

Tabel 1.2 Perkecambahan Biji Kakao


Parameter Tengah Pangkal
Persentase Hidup (%) 55 20
Sumber : Praktikum Teknologi Budidaya Tanaman Industri dan Perkebunan,
2019.

G. Pembahasan
Perkecambahan adalah proses pecahnya kulit biji sehingga menyebabkan
pertumbuhan radikula dan plumula dari biji. Perkecambahan digolongkan
menjadi dua tipe, yaitu epigeal dan hipogeal. Perkecambahan disebut epigeal
apabila kotiledon ikut terangkat keatas selama proses pemanjangan hipokotil,
sedangkan disebut hipogeal apabila kotiledon tidak tumbuh membesar
sehingga tetap tertinggal di bawah tanah. Terdapat lima tahapan utama dalam
perkecambahan, yaitu imbibisi, enzimatis, respirasi, translokasi, dan pembelah
sel. Imbibisi adalah proses masuknya air kedalam biji. Proses ini menyebabkan
volume biji menjadi membesar sehingga kulit biji menjadi pecah. Enzimatis
adalah mulai aktifnya enzim-enzim tertentu yang sebelumnya inaktif.
Pengaktifan enzim ini dipengaruhi oleh masuknya air ke dalam biji. Enzim-
enzim tersebut digunakan untuk menguraikan senyawa-senyawa kompleks
yang tidak larut dalam air seperti karbohidrat, lemak dan protein menjadi
senyawa yang lebih sederhana serta dapat larut dalam air. Proses-proses
tersebut bersamaan dengan proses respirasi biji. Respirasi merupakan proses
pemecahan senyawa berenergi tinggi untuk digunakan tanaman dalam
menjalankan fungsi hidupnya. Senyawa sederhana tersebut kemudian
ditranslokasikan di jaringan titik tumbuh pada embrio, sehingga menyebabkan
12

pembelahan pada titik tumbuh, akibatnya radikula akan menembus kulit biji
dan akhirnya biji berkecambah.
Pada praktikum perkecambahan biji, proses perkecambahan dilakukan
pada biji kopi, kelapa sawit, dan kakao. Pada perkecambahan biji kakao dibagi
menjadi dua perlakuan, yaitu biji yang terletak di tengah buah dan biji yang
terletak di ujung buah. Sebelum ditanam biji harus dikupas kulitnya dan
dibersihkan dari daging buahnya terlebih dahulu. Tujuannya adalah agar
memudahkan merembesnya air ke dalam biji, sehingga mempercepat proses
perkecambahan. Selain itu, biji yang hendak ditanam sebaiknya direndam
terlebih dahulu pada larutan fungisida agar terhindar dari jamur yang dapat
menyebabkan kegagalan pada proses perkecambahan. Media tanam yang
digunakan untuk mengecambahkan biji adalah campuran tanah dan pupuk
kompos dengan perbandingan 1 : 1, yang ditempatkan pada polybag. Setelah
biji ditanam, kemudian polybag ditempatkan ditempat yang ternaungi agar
terhindar dari hujan dan sinar matahari yang berlebih, sehingga kelembabannya
tetap dapat terjaga.
Berdasarkan hasil pengamatan, persentase hidup perkecambahan kopi dan
kelapa sawit sebanyak 0%. Kegagalan proses perkecambahan tersebut dapat
disebabkan karena panjangnya waktu dormansi yang dimiliki oleh biji kopi dan
kelapa sawit. Kopi tergolong kedalam benih ortodox. Benih ortodox adalah
benih yang tahan dikeringkan sampai kadar air, kelembaban, dan suhu yang
rendah tanpa menurunkan viabilitasnya. Sehingga benih ortodox memiliki
masa dormansi. Masa dormansi tersebut yang mendukung biji dapat disimpan
dalam jangka waktu yang cukup lama. Sedangkan kelapa sawit tergolong benih
intermediet, yaitu antara ortodox dan rekalsitran. Benih intermediet juga
memiliki masa dormansi, namun jangka waktunya tidak selama pada benih
ortodox. Kegagalan proses perkecambahan dapat diakibatkan karena saat
sebelum penanaman, proses pematahan dormansi biji tidak dilakukan secara
maksimal. Selain itu, pada perkecambahan kelapa sawit dan kopi, biji yang
ditanam tidak memiliki kualitas unggul. Biji kelapa sawit yang berkualitas
unggul memiliki ciri-ciri berbentuk lonjong, berwarna hitam mengkilat, serta
13

berukuran besar dan seragam. Sedangkan biji kopi yang berkualitas unggul
memiliki ciri-ciri buah sudah masak dengan ditandai warna merah pada kulit
buahnya, ukurannya seragam, tidak berpenyakit, dan tidak cacat.
Perlakuan yang dapat diberikan untuk mematahkan dormasi biji antara lain
adalah skarifikasi. Skarifikasi adalah proses perusakan kulit biji, seperti
menggosok atau mengikir kulit biji dan melubangi kulit biji dengan pisau yang
bertujuan untuk melemahkan kulit biji yang keras, sehingga biji lebih
permeabel terhadap air. Selain itu, perlakuan perendaman pada air panas juga
dapat dilakukan dengan tujuan untuk memudahkan penyerapan air oleh biji.
Sedangkan perlakuan dengan menggunakan larutan kimia asam kuat seperti
asam sulfat dan asam nitrat dengan konsentrasi pekat dapat membuat kulit biji
menjadi lebih lunak sehingga dapat ditembus air lebih mudah.
Pada perkecambahan biji kakao, persentase hidup perkecambahan yang
berasal dari biji yang terletak di tengah buah sebesar 55%, sedangkan yang
berasal dari biji yang terletak di pangkal sebesar 20%. Letak benih akan
mempengaruhi viabilitas dan vigor benih yang dihasilkan. Benih yang letaknya
pada bagian tengah dari buah mempunyai ukuran lebih besar dan lebih
homogen daripada benih yang letaknya pada bagian ujung dan pangkal buah.
Menurut Sutopo (1984), benih yang berukurn besar dianggap lebih baik
daripada benih yang berukuran kecil. Hal tersebut erat hubungannya dengan
kandungan cadangan makanan, benih yang berukuran besar mengandung
cadangan makanan yang lebih banyak dibandingkan dengan benih yang
berukuran kecil. Sedangkan menurut Sukatario (1996), benih bermutu baik
adalah benih yang berukuran sedang dan seragam. Benih yang terletak pada
bagian ujung buah mempunyai viabilitas dan vigor yang rendah, karena
mempunyai cadangan makanan lebih sedikit dibandingkan dengan benih yang
terletak di tengah. Selain itu, benih yang terletak di bagian ujung buah
mempunyai pelindung yang tipis, sehingga sangat peka terhadap serangan
penyakit dan kekeringan.
14

H. Kesimpulan
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa
untuk mengecambahkan biji kopi, kelapa sawit, dan kakao kulit biji dan daging
buah harus dihilangkan terlebih dahulu. Cara menghilangkan kulit biji dan
daging buah setiap komoditas berbeda-beda. Pada kakao, biji yang terletak di
tengah buah memiliki viabilitas dan vigor lebih tinggi daripada biji yang
terletak di bagian pangkal dan ujung buah, sehingga persentase hidupnya lebih
tinggi.
15

DAFTAR PUSTAKA

Allorerung, D., M. Syakir, Zulkarnain P., Syafaruddin, Widi Rumini. 2010.


Budidaya Kelapa Sawit. Bogor: Aska Media

Farhana, B., Satriyas Ilyas, Lalu Firman Budiman. 2013. Pematahan Dormansi
Benih Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) dengan Perendaman dalam
Air Panas dan Variasi Konsentrasi Ethephon. Buletin Agrohorti. 1(1) : 72-
78.

Farida. 2018. Respon Perkecambahan Benih Kopi pada Berbagai Tingkat


Kemasakan Buah dengan Aplikasi Zat Pengatur Tumbuh. Majalah Ilmiah
Pertanian Ziraa’ah. 43(2) : 166-172.

Irawanto, R., Esti Endah A., R. Hendrian. 2015. Jeruju (Acanthus ilicifolius) :
Biji, perkecambahan dan potensinya. Prosiding Seminar Nasional
Masyarakat Biodiversitas Indonesia. 1 (5) : 1011-1018.

Jaliman. 2010. Pengaruh Pemanfaatan Zat Pemacu Tumbuh Alami Urine


Kambing dan Pengupasan Kulit Ari Terhadap Viabilitas Benih dan
Pertumbuhan Awal Bibit Kakao Setelah Disimpan. Skripsi. Fakultas
Pertanian Universitas Jember.

Karmawati, E., Zainal Mahmud., M. Syakir, S. Joni Munarso, I Ketut Ardana,


Rubiyo. 2010. Budidaya dan Pasca Panen Kakao. Bogor: Pusat Penelitian
dan Pengembangan Perkebunan.

Rahardjo, P. 2012. Kopi : Panduan Budi Daya dan pengolahan Kopi Arabika dan
Robusta. Bogor: Penebar Swadaya.

Song Ai, N. dan Maria Ballo. 2010. Peranan Air dalam Perkecambahan Biji.
Jurnal Ilmiah Sains. 10 (2) : 190-195.

Sukatario, J. 1996. Penyakit Benih dan Uji Kesehatan Benih. Kursus Singkat
Pengujuan Benih. Bogor : Institut Pertanian Bogor.

Sutopo, L. 1984. Teknologi Benih. Jakarta : Rajawali.

Tjitrosoepomo. 2007. Taksonomi Tumbuhan (Spermatophyta). Yogyakarta:


Gadjah Mada University Press.

Wali, M. dan Sahria Soamole. 2015. Studi Tingkat Kerusakan Akibat Hama Daun
pada Tanaman Meranti Merah (Shorea Leprosula) di Areal Persemaian
PT. Gema Hutani Lestari Kecamatan Fene Leisela. Jurnal Ilmiah
Agribisnis dan Perikanan. 8 (2) : 36-45.
16

Widyawati, N., Tohari, Prapto Yudono, dan Issirep Soemardi. 2009. Permeabilitas
dan Perkecambahan Benih Aren (Arenga pinnata (Wurmb.) Merr.). Jurnal
Agronomi Indonesia. 37 (2) : 152-158.

Anda mungkin juga menyukai