Essai Fakultas Ub
Essai Fakultas Ub
Gambang merupakan alat musik yang terbuat dari kayu khusus yang berbunyi
halus bila di pukul atau di mainkan. Bilahan gambang biasanya berjumlah 18
buah dengan ukuran yang berbeda agar mengeluarkan nada yang berbeda pula.
Sedangkan kromong merupakan alat musik terbuat dari perunggu. Bentuknya
seperti alat Gamelan pada umumnya, jumlah kromong sendiri biasanya berjumlah
10 buah sepuluh pencon. Kromong juga merupakan alat musik yang di mainkan
dengan cara di pukul, dan setiap pencon juga memiliki nada yang berbeda.
Gambang kromong awalnya dimainkan hanya dengan sebuah alat musik gesek
bernama Tehyan, Kongahyan dan Sukong, seiring berjalannya waktu dan ada
ketertarikan masyarakat lokal akan kesenian tersebut maka berkembanglah
kesenian tersebut dimasyarakat betawi.
Gambang kromong sendiri memiliki lagu-lagu klasik Betawi yang sudah sangat
jarang kita dengarkan, lagu-lagu itu adalah Mas Nona, Gula Ganting, Semar
Gunem, tanjung Burung, Mawar Tumpah dan masih banyak lagi. Namun lagu-
lagu klasik ini memiliki ciri khas tersendiri seperti cengkoknya yang membuatnya
sangat sulit di pelajari oleh anak-anak muda saat ini. Namun bukan berarti tidak
adanya penerus untuk tetap melestarikan musik Gambang Kromong ini.
Gambang Kromong sebagai sekumpulan alat musik perpaduan yang harmonis
antara unsur pribumi dengan unsur Cina. Orkes Gambang Kromong tidak terlepas
dari jasa Nie Hoe Kong, seorang pemusik dan pemimpin golongan Cina pada
pertengahan abad XVIII di Jakarta. Atas prakarsanyalah, penggabungan alat-alat
musik yang biasa terdapat dalam gamelan (pelog dan selendro) digabungkan
dengan alat-alat musik yang berasal dari Tiongkok. Pada masa-masa lalu, orkes
Gambang Kromong hanya dimiliki oleh babah-babah peranakan yang tinggal di
sekitar Tangerang, Bekasi, dan Jakarta. Di samping untuk mengiringi lagu,
Gambang Kromong biasa dipergunakan untuk pengiring tari pergaulan yakni tari
Cokek, tari pertunjukan kreasi baru dan teater Lenong.
Gambang Kromong memang masih hidup, tapi ia telah berubah. Perubahan itu
cukup banyak dipengaruhi oleh kondisi ruang di mana kesenian itu hidup. Ruang
tersebut adalah ruang urban. Ruang yang menjadi arena pertemuan banyak
kebudayaan. Dalam ruang itulah agresi budaya luar berlangsung sehingga
hibriditas dalam pertunjukan musik Gambang Kromong tidak dapat terhindarkan.
Mari kita sama sama jaga budaya indonesia agar budaya kita selalu dijaga dan
mari-mari selamatkan budaya ini agar budaya. Kita jaga dari budaya asing karena
sekarang ini budaya barat sudah banyak masuk yang negatifnya mari kita jauhi
sebaiknya kita ambil positifnya saja.
NIM: 195110807111002
Prodi:Antropologi