Anda di halaman 1dari 4

NEKROLISIS EPIDERMAL TOKSIK

PENDAHULUAN

Steven Johnson Syndrome (SJS) dan Toxic Epidermal Necrolysis (TEN) merupakan suatu reaksi
hipersensitivitas akut yang ditandai dengan nekrosis kutaneus. Kedua penyakit ini termasuk dalam
kategori penyakit yang langka namun dapat mengancam jiwa.(1)

Secara historis, SSJ pertama kali digambarkan pada tahun 1922 oleh 2 dokter Amerika, Stevens
dan Johnson. Mereka menggambarkan sindrom mukokutan akut pada 2 orang pemuda dengan
konjungtivitis purulen, stomatitis, dan lesi kulit mirip eritema multiforme. Sindrom ini kemudian dikenal
sebagain Stevens-Johnson. TEN atau sindrom Lyell, pertama kali digambarkan oleh dokter kulit
Skotlandia, Alan Lyell pada tahun 1956. Lyell mengambil istilah necrolysis sebagai gabungan dari
gambaran klinik ‘epidermolysis’ dan gambaran histopatologik khas necrosis. Walaupun asal kata toxin
saat itu belum jelas, sekarang telah diketahui bawwa obat adalah penyebab utama TEN.(2)

Data yang diperoleh berdasarkan penelitian Committe Drug Adverse Reaction


Monitoring Directory for Drug and Food Administration, Departemen Kesehatan Republik
Indonesia pada tahun 1981-1995 menyatakan selama periode tersebut terjadi 2646 kasus reaksi
samping obat. Dari 2646 kasus tersebut, sebanyak 35,6% atau 942 kasus berupa erupsi kulit.
Sindrom Stevens-Johnson dilaporkan terjadi 8,57% dari kasus erupsi kulit atau sebesar 81 kasus.
Insidensi SSJ dan NET semakin meningkat karena salah satu penyebabnyaadalah alergi obat dan
dewasa ini semua obat dapat diperoleh secara bebas. Menurut WHO, sekitar 2% dari seluruh
jenis erupsi obat yang timbul tergolong sebagai kegawatdaruratan karena reaksi alergi obat yang
timbul tersebut memerlukan perawatan di rumah sakit bahkan dapat mengakibatkan kematian,
SSJ dan NET adalah beberapa bentuk kegawatdaruratan tersebut.(3)

I. DEFINISI

Nekrolisis Epidermal Toksik (NET) ialah reaksi mukokutan akut yang ditandai
dengannekrosis dan pengelupasan epidermis >30%luas permukaan badan (LPB), disertai rasa
sakitdan dapat menyebabkan kematian. Makulaeritem, terutama pada badan dan tungkai
atas,berkembang progresif menjadi lepuh flaksid dengan akibat pengelupasan epidermis. (4)
NET dibedakan dengan Sindrom Steven Johnson (SSJ) dari luas permukaan tubuh yang
mengalami epidermolisis. SSJ dan NET ditandai dengan keterlibatan kulit dan membrane
mukosa. Karena kemiripan penemuan klinis dan histopatologi, etiologi obat, serta mekanisme,
SJS dan NET ini dianggap variasi dan kontinu penyakit yang dibedakan dengan melihat tingkat
keparahan serta persentase permukaan tubuh yang terlibat lecet dan erosikulit. Beberapa
kepustakaan menggunakan istilah eritema multiforme mayor untuk SSJ dan NET. SJS
menampilkan kondisi yang kurang parah, yang mana pelepasan kulit < 10% dari permukaan
tubuh NET melibatkan perluasan >30% dari luas permukaan tubuh. SJS/NET menampilkan
pasien dengan perluasan kulit10-30% dari luas permukaan tubuh. (4)

II. EPIDEMIOLOGI

SSJ-NET merupakan penyakit yang jarang, secara umum insidens SSJ adalah 1-6
kasus/juta penduduk/tahun.angka kematian NET adalah 25-35%, sedangkan kematian
SSJ adalah 5%-12%. Penyakit ii dapat terjadi pada setiap usia, terjadi peningkatan risiko
ada usia di atas 40 tahun. Perempuan lebih sering terkena dibandingkan laki-laki dengan
perbandingan 1,5:1. Data dari ruang rawat inap RSCM menunjukkan bahwa selama tahun
2010-2013 terdapat 57 kasus dengan rincian: SSJ 47%, overlap SSJ-NET 19,3% dan
NET 33,3%.(5)

III. ETIOLOGI
Etiologi dari SSJ dan NET juga masih belum dapat dijelaskan dengan pasti karna SSJ dan
NET dapat disebabkan oleh berbagai faktor, namun pada umumnya SSJ dan NET ini
timbul karena reaksi alergi tubuh terhadap obat yang dikonsumsi. (1)
Etiologi dan patogenesis dari NET belum diketahui dengan jelas. Pada gambar 3.1 dapat
disimpulkan bahwa obat dianggap sebagai penyebab utama dari penyakit NET. (6)

(Sumber : Indramaya dan Rahmawati, 2016)


Gambar 3.1. Etiologi NET

Adapun beberapa obat yang beresiko bisa menyebabkan terjadinya SSJ dan NET itu

sendiri seperti pada tabel di bawah ini.

(Sumber : Thaha, MA. Nekrosis Epidermal. JKK. p.2974)

Gambar 3.2. Etiologi obat yang beresiko menyebabkan NET


1. Fitriani, A, dkk. Gambaran Klinis Steven Johnson Syndrome dan Toxic Epidermal
Necrolysis pada pasien Anak. Surabaya: Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga, 2018.
Vol. 30 / No. 2.

2. Thaha, MA. Nekrosis Epidermal. In: Jurnal Kedokteran & Kesehatan. Palembang: FK
Universitas Sriwijaya; 2010. p.2973-4.

3. Indrastiti, R, dkk. Faktor Prediktor Sindrom Stevens Johnson dan Nekrolisis Epidermal
Toksik. Semarang: Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Semarang.

4. Sulistyo, Guntur. 2017. Nekrosis Epidermal Toksik:Laporan Kasus pada Pasien Geriatri.
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung.

5. BUKU MERAH, lupa ka cara penulisan dapus 

6. Rahmawati YW, Indramaya DM. Stevens-Johnson Syndrome and Toxic Epidermal


Necrolysis. Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga; 2016.

Anda mungkin juga menyukai