p mitral
Ventrikel
• Dextra (memenuhi >=2 parameter):
o Limb leads: right axis deviation (> +100 atau
+110) dengan QRS lead I (-)
o Precordial leads:
▪ progresi R menjadi terbalik (V1: R>S→ ratio
R/S>1, V5/V6: R<S→ ratio R/S<=1)
p pulmonal ▪ V1 (R>=7mm, S<=2mm, pola qR)
▪ S (V5/V6 >2mm)
• Sinistra
o left axis deviation (<-15)
o Limb leads (Sokolow-Lyon):
▪ R aVL > 11 mm
▪ R aVF > 20 mm
▪ R lead I > 13 mm
▪ R lead I + S lead III > 25 mm
• Gabungan (Cornell): R aVL + S V3 >20 (wanita)/
28 (pria)
o Precordial leads:
▪ R (V5/V6) + S (V1/V2) > 35 mm
▪ R V5 > 26 mm
▪ R V6 > 20 mm
▪ R V6>V5
Aritmia Sempit: jalur normal (AV-His-Purkinje)→ asal irama
gangguan pada rate, regularity, site of origin, conduction pada atau sebelum AV
of the cardiac electrical impulse. Lebar: berasal dari ventricular myocardium.
Dengan pertanyaan 1 dan 2 bisa mengetahui asal
Penghitungan HR aritmia (ventricular vs supraventricular)
1. Cari R dekat garis tebal, hitung jarak ke R lainnya 3. Apa hubungan gel P dengan QRS?
2. Bagi 300 dengan jumlah kotak besar antar R P diikuti QRS atau terpisah? Terpisah→AV
dissociation
5 tipe aritmia 4. Irama regular atau irregular?
1. Aritmia berasal sinus
2. Irama ektopik Supraventricular arrhytmias
3. Aritmia reentrant Single ectopic supraventricular beats
4. Blok konduksi • Aritmia supraventricular
5. Sindrom preeksitasi Atrial premature beats/ premature atrial
contractions: perbedaan pada bentuk gel P yang
Aritmia berasal sinus beda dengan lain dan waktunya early.
• Tachycardia sinus (>100)
• Bradycardia sinus (<60)
• Aritmia sinus: akibat inspirasi dan ekspirasi
• Sinus arrest: sinus berhenti sehingga digantikan
pacemaker lain yg dinamakan escape beats
• Nonsinus pacemaker: atrial (60-75), junctional (40-
60), ventricular (30-45)
Aritmia reentrant
Masalah transmisi impuls sehingga terjadi fokus aktivitas
elektrik abnormal.
Analisis
1. Apakah ada gel P normal? Sustained supraventricular arrhythmias
Normal (+ pada lead II; – pada aVR):ada→ dari atrial. • AV nodal reentrant tachycardia (AVRNT) or
Abnormal: aktivasi oleh fokus atrial selain SA atau paroxysmal supraventricular tachycardia
aktivasi retrograde atrial Ritme regular (150-250 kpm), dapat ditemukan
2. Apakah kompleks QRS sempit (<0,12 s) atau lebar retrograde P di lead II atau III atau V1 (pseudo-R’)
(>0,12 s)?
Diagnosis: masase karotis→ aktivasi baroreseptor Karena asal berbeda→ gel P berbeda bentuk dan
sehingga ada reflek vagal→ penurunan SA dan interval P dan QRS
perlambatan konduksi AV node Diagnosis: >= 3 morfologi gel P berbeda
• Atrial flutter
Ritme regular (250-530 kpm) akibat reentrant circuit
pada annulus valvula tricuspid. Tidak terlihat
baseline datar, pada lead II dan III→ saw-toothed
pattern. Dapat muncul AV block.
Masase karotis→ meningkatkan block 2:1→4:1 tp
tidak bisa menghilangkan ritme (krn di atas AV node) • AV reciprocating tachycardia → preexcitation
o Orthodromic tachycardia: aktivasi ventrikel
melalui AV→QRS sempit
• Atrial fibrillation
Impuls >500 kpm diakibatkan multiple tiny reentrant
circuit yang tidak terprediksi. Tidak ada gel P→
baseline seperti hampir datar. Akibatnya AV node
hanya bisa 120-180 kpm (irregularly irregular
ventricular rate→ irregularly irregular appearance of
QRS complexes in the absence of discrete P waves)
• Multifocal atrial tachycardia (MAT)
MAT: ritme ireguler (100-200 kpm)→foci atrial
berbeda. Jika <100→ wandering atrial pacemaker.
o Antidromic tachycardia: aktivasi ventrikel Keadaan preterminal→ jantung yg akan mati. Tidak
melalui jalur lain→ QRS lebar (mirip VT) ditemukan kompleks QRS. Jantung tidak
menghasilkan CO→ harus RJP dan defib.
• Ventricular tachycardia
>=3 PVC→ VT (120-200 kpm). Kondisi emergensi
apabila sustained VT (>30s) atau VT dengan
instabilitas hemodinamik→ mengarah ke cardiac
arrest.
Tampakan: uniform (pasca MI) /polimorfik (ACS,
gangguan elektrolit, pemanjangan interval QT), QRS lebar: beat dari ventrikel atau supraventricular dgn
ritme sedikit ireguler. konduksi bermasalah tapi konduksinya berbeda→ lihat
klinis dan EKG
Klinis
• VT pada jantung bermasalah, AVRNT normal
• Masase karotis menghilangkan AVRNT
• 75% VT ada disosiasi AV, akan terdapat cannon A
waves of AV dissociation pada jugular venous
• Ventricular fibrillation tracking akibat atrium kontraksi saat mitral dan
tricuspid tertutup.
EKG
• Disosiasi AV (gel P dan kompleks QRS jalan terpisah)
pada VT sedangkan AVNRT gel P retrograde
• Fusion beats pada VT • Derajat 3 (complete heart block)
• AVNRT abberant: defleksi inisial QRS sesuai Tidak ada impuls atrial yang dapat ke ventrikel (blok
kompleks QRS normal sedangkan VT berlawanan. pada AV atau lebih rendah)→ventrikel buat escape
rhythm (30-45 kpm) sedangkan atrium sendiri (60-
Blok konduksi 100 kpm)→ AV dissociation.
Obstruksi atau keterlambatan perjalanan elektris pada Diagnosis: tidak ada hubungan gel P dan QRS dengan
jalur normal konduksi elektrik kompleks QRS lebar dan aneh (mirip PVC). Laju
• Blok SA (SA normal tetapi tidak ke jaringan atrial) ventricular lebih lambat dari laju sinus/ atrial.
• Blok AV (blok konduksi antara SA dan Purkinje
terminal- AV node dan His bundle)
• Bundle branch block (sat atau kedua bundle
branches, jika sebagian yg kiri- fascicular block/
hemiblock).
o Mobitz tipe II
Blok pada His bundle. Ada gangguan transmisi
impuls atrial ke ventrikel yang bersifat all-or-
nothing phenomenon (>=2 irama normal
dengan interval PR normal lalu ada gel P tanpa
QRS- dropped beat).
• Left bundle branch block
o Terlambat depolarisasi ventrikel→ QRS>0,12 s
o I, aVL, V5, V6: R tinggi yang lama dengan atas
yang luas atau bertakik
o V1, V2: reciprocal, broad, deep S waves.
• Hemiblocks
Blok pada salah satu fasciculus LBB.
• Fasciculus anterior (sup dan lat dari fasciculus • Bifascicular block (RBBB, hemiblock)
posterior) sehingga depolarisasi bergerak inf ke Kriteria diagnosis gabungan dari keduanya
sup dan dari kanan ke kiri→ R lateral tinggi dan
S inf dalam (axis deviasi ke kiri: -30 sampai -90):
QRS lead II (-)
• Nonspecific IV conduction delay
QRS>0,1 s tanpa kriteria lain yang terpenuhi
• Incomplete bundle branch block
Tampakah LBBB atau RBBB dengan QRS 0,1-0,12s
Sindrom preeksitasi
Adanya jalur selain AV sehingga tidak ada penundaan.
• Wolff-Parkinson-White
Dapat di kiri maupun kanan.
o Pemendekan interval PR <0,12 s
3. Gel Q
Menandakan kematian sel myocardium ireversibel,
merupakan dasar diagnosis MI. Dapat muncul dalam
jam sampai hari. Saat gel Q muncul, ST sudah
kembali ke baseline. Gel Q bertahan seumur hidup.
1. Gelombang T
Onset infark gel T akan meninggi >QRS (peaking)→
disebut sebagai gel T hiperakut. Beberapa jam
kemudian menjadi T inversi. Jika aliran darah
kembali maka iskemia berhenti dan gel T menjadi Jaringan yang infark tidak menghantar listrik
normal, jika menjadi infark maka T inversi menetap sehingga aliran listrik menjauhinya (gel Q dalam)
bulan-tahun. Pada MI inversi T simetris sedangkan jaringan yang bersebrangnya jadi
T inversi asimetris: bisa pada bundle branch block memiliki gel R yang tinggi (perubahan resiprokal).
dan hipertrofi ventrikel. Terjadi juga pada gel T dan segmen ST→
resiprokalnya mengalami ST depresi
Diagnosis: gel Q >0,04s (1 kotak), kedalamannya 25% dan gel R tinggi) pada V1 dan lead anterior lain
ketinggian R pada kompleks QRS yang sama, ditemukan (mirroring). Jika curiga→pasang EKG 15 lead (V8,
pada >= 2 lead berurutan (yang dalam satu grup). V9→ di punggung dan V4R di dinding dada kanan)
Q normal kecil dapat ada pada lead I, aVL, V5, V6 serta
lead III tunggal. Sedangkan Q dalam dapat ditemukan Infark ventrikel kanan: terjadi bersamaan dengan inferior
pada aVR normal→ hindari untuk diagnosis MI. (ST elevasi lead II, III, aVF dengan III>II) + perubahan T
dan ST elevasi V1 + V2 turut elevasi/ depresi/
Lokasi infark
• Inferior Non-STEMI
Oklusi arteri koronaria kanan/ ramus descendensnya Tidak ada evolusi gel Q dalam. Diakibatkan thrombosis
dan nampak pada lead II, III, aVF dengan resiprokal non oklusif arteri koronaria besar/ oklusi total cabang
pada anterior/ lateral (T inversi aVL). arteri koronaria.
Bekas infark tampak dengan gel Q kecil (sesuai klinis) Diagnosis: hanya ditemukan T inversi dan ST depresi
• Lateral
Oklusi arteri circumflexa kiri, nampak pada lead I,
aVL, V5, V6 dengan resiprokal pada inferior
• Anterior
Oklusi ramus descendens anterior, nampak pada
precordial. Terkadang tak nampak gel Q, namun
progresi R precordial berkurang (normal: bertambah
1 mV dari V1-V4 sampai R>S V4)→ poor R wave
progression (R V3<3 mV).
Tanda oklusi ramus descendens anterior khas
o Gel T deWinter
ST depresi diikuti T hiperakut simetris
Takotsubo cardiomyopathy (apical ballooning syndrome/
broken heart syndrome):
Stres emosional atau psikologis→ produksi katekolamin
→EKG berubah (T inversi, ST elevasi), level troponin
meningkat (tidak seperti AMI)
• Posterior
Oklusi arteri koronaria kanan, biasanya bersamaan
dengan inferior/ lateral. Karena tidak ada lead yang
merekam maka perhatikan resiprokal (ST depresi
Perubahan EKG lain
Gangguan elektrolit
• Hiperkalemia
Bisa tampak berbagai macam pada EKG.
Perubahan ini menandakan keracunan K yang lebih
signifikan secara klinis dibandingkan level K pada
serum.
1. Peningkatan gel T simetris pada seluruh lead
• Gangguan calcium
Gangguan terlihat pada interval QT. Hipocalcemia
memperpanjang dan hipercalcemia
mempersingkatnya.
Hipothermia
Terjadi perlambatan, terutama sinus bradycardia dan
2. Pemanjangan interval PR→gel P mendatar pemanjangan segmen dan interval. Dapat terlihat ST
elevasi pada J point yang langsung turun ke baseline (gel J
atau gel Osborn). Tremor otot dapat membuat gambaran
seperti atrial flutter.
Digitalis
• Level terapetik
Depresi ST gradual dengan pendataran sampai
inversi gel T. Paling terlihat pada lead dengan R
tinggi. Perubahan ini normal
4. Blok konduksi (AV block, bundle branch block)
• Level toksik
o Supresi SA: sinus sick syndrome, sinus exit block
• Hipokalemia o Blok konduksi: AV block derajat 2 atau 3
Perubahan ini menandakan keracunan K yang lebih
signifikan secara klinis dibandingkan level K pada
serum.
1. ST depresi
2. Pendataran gel T dan pemanjangan interval QT
3. Tampak gel U: gel setelah gel T beraxis sama o Tachyarrhythmia (PAT, PVC)
o Kombinasi PAT dengan AV block derajat 2
Jantung atlet
• Resting sinus bradycardia (terkadang <30 kpm)
• Perubahan ST dan T tidak spesifik. Biasanya ST
elevasi dan T mendatar/ inversi
• Kriteria LVH dan RVH
• RBBB tidak komplit
• Aritmia (junctional dan wandering atrial pacemaker)
• AV blok derajat 1
• QRS bertakik pada V1