Oleh :
16C11778
1. Definisi
BBLR merupakan bayi berat lahir rendah dengan berat kelahiran
di bawah normal yaitu kurang dari 2500 gram tanpa memandang massa
kehamilan yang terjadi akibat dari prematuritas (persalinan kurang
bulan atau premature) atau persalinan dengan bayi kecil masa kehamilan
(Proverawati, dkk, 2010 dalam Suci, 2017).
BBLR dapat terjadi pada bayi kurang bulan (<37 minggu)atau
pada bayi cukup bulan (intrauterine growth restriction) (Pudjiadi, dkk,
2010 dalam Yulia, 2015).
Bayi yang dilahirkan dengan BBLR umumnya kurang mampu
meredam tekanan lingkungan yang baru sehingga dapat mengakibatkan
pada terhambatnya pertumbuhan dan perkembangan, bahkan dapat
mengganggu kelangsungan hidupnya (Prawirohardjo, 2006 dalam
Yulia, 2015).
Ada 2 macam BBLR yaitu :
a. Prematuritas murni/ bayi yang kurang bulan : bayi yang
dilahirkan dengan umur kurang dari 37 minggu dengan berat
badan sesuai.
b. Dismaturitas : Bayi lahir dengan berat badan kurang dari
seharusnya untuk masa gestasi itu, bayi mengalami retardasi
pertumbuhan intra uterin dan merupakan bayi yang kecil untuk
masa kehamilannya tersebut (Aditya, 2015).
2. Etiologi
Penyebab etiologi BBLR biasanya adalah kelahiran premature.
Menurut Proverawati dan Ismawati (2010) dalam Suci (2017) terdapat
beberapa faktor yaitu ibu, penyakit ibu, keadaan sosial ekonomi, faktor
janin meliputi : kelainan kromosom, infeksi janin kronik (inklusi
sitomegali, rubela bawaan), gawat janin dan kehamilan kembar, faktor
plasenta disebabkan oleh : hidramnion, plasenta previa, solutio plasenta,
sindrom tranfusi bayi kembar (sindrom parabiotik), ketuban pecah dini,
faktor lingkungan yang berpengaruh antara lain : tempat tinggal dataran
tinggi, terkena radiasi, serta terpapar zat beracun.
3. Patofisiologi
Patofisiologi yang dapat terjadi pada bayi BBLR adalah resiko
gizinya tinggi hal ini dikarenakan bayi yang lahir dengan BBLR dan
premature memiliki simpanan cadangan lemak yang sedikit, karena
cadangan makanan yang dapat disimpan oleh bayi sedikit, jadi bayi
memiliki potensi terhadap peningkatan hipoglikemi, anemi dan lain-
lain. Sehingga jika bayi terkena hipoglikemi dapat menyebabkan bayi
kejang.
BBLR memiliki kemampuan yang kurang dalam mencerna
makanan karena garam empedu yang disimpan untuk mencerna
makanan lebih sedikit sehingga tidak bisa mengabsorpsi lemak. BBLR
berpotensi untuk kehilangan panas akibat luas permukaan tubuh yang
tidak sebanding dengan jaringan lemak yang ada di bawah kulit,
sehingga jika bayi kehilangan panas maka kalori yang dikeluarkan oleh
bayi menjadi meningkat (Yulia, 2015).
4. Manifestasi Klinis
1. Pengkajian
a. Riwayat Maternal
1. Umur ibu dalam resiko kehamilan (<16 tahun atau >35 tahun)
2. Kehamilan ganda
3. Status ekonomi rendah dan malnutrisi
4. Adanya riwayat kelahiran premature sebelumnya
5. Infeksi : penyakit kelamin
6. Kondisi kehamilan : toksemia gravidarum, plasenta previa, dll.
7. Penggunaan narkoba, alkohol dan rokok
b. Riwayat Kelahiran
1. Gestasi : 24-37 minggu
2. BB < 2500 gram
3. APGAR SKORE
TANDA NILAI : O NILAI : 1 NILAI : 2
Appearance Pucat /biru Tubuh merah, Seluruh tubuh
(Warna Kulit) seluruh ekstremitas kemerahan
tubuh biru
Pulse (denyut Tidak ada <100 >100
jantung)
Grimace (tonus Tidak ada Ekstremitas Gerakan aktif
otot) sedikit fleksi
Activity Tidak ada Sedikit gerak Langsung
(aktifitas) mennagis
Respiratori Tidak ada Lemah atau Menangis
(pernapasan) tidak teratur
Apabila nilai APGAR :
7-10 : bayi mengalami asfiksia ringan atau bayi dalam keadaan
normal
4-6 : bayi mengalami asfiksia sedang
0-3 : bayi mengalami asfiksia berat
Apabila ditemukan apgar skor bayi di bawah 6 bayi
membutuhkan tindakan resusitasi (Sari , 2011 dalam Maulidha,
2017).
c. Sistem Kardiovaskuler
1. HR : 120-160 x/menit
2. Saat lahir mungkin terdapat murmur, indikasi adanya shunt ke
kiri dan tekanan paru yang masih tinggi atau adanya atelektasis.
d. Sistem Gastrointestinal
1. Abdomen menonjol
2. Pengeluaran mekonium : 12-24 jam
3. Refleks hisap lemah, koordinasi menghisap dan menelan lemah.
4. Anus : paten, jika tidak pertanda kelainan kongenital
5. Berat badan kurang 2500
e. Sistem Integumen
1. Kulit : pucat, sianosis, ikterik, kutis marmorata atau kemerahan
2. Kulit tipis, transparan, halus dan licin
3. Terdapat edema umum atau lokal
4. Kuku pendek
5. Rambut sedikit dan halus
6. Garis tangan sedikit dan halus
f. Sistem Muskuloskeletal
1. Tulang rawan telinga (cartilago ear) belum berkembang, telinga
halus dan lunak
2. Tulang kepala dan tulang rusuk lunak
3. Reflek kurang dan letargi
g. Neurosensori
Refleks tergantung pada usia gestasi ; rooting terjadi dengan
baik pada gestasi minggu 32; koordinasi refleks untuk menghisap,
menelan, dan bernafas biasanya terbentuk pada gestasi minggu ke
32; komponen pertama dari refleks Moro (ekstensi lateral dari
ekstremitas atas dengan membuka tangan) tampak pada gestasi
minggu ke 28; komponen keduaa (fleksi anterior dan menangis yang
dapat didengar) tampak pada gestasi minggu ke 32. Pemeriksaan
Dubowitz menandakan usia gestasi antara minggu 24 dan 37.
h. Pernapasan
Skor apgar mungkin rendah. Pernafasan mungkin dangkal, tidak
teratur; pernafasan diafragmatik intermiten atau periodik(40-
60x/mt). Mengorok, pernafasan cuping hidung, retraksi suprasternal
dan substernal, atau berbagai derajat sianosis mungkin ada.
i. Seksualitas
Genetalia : Labia minora wanita mungkin lebih besar dari labia
mayora, dengan klitoris menonjol ; testis pria mungkin tidak turun,
rugae mungkin banyak atau tidak ada pada skrotum.
2. Diagnosa Yang Mungkin Muncul
a. Tidak efektifnya pola nafas berhubungan dengan imaturitas pusat
pernafasan, keterbatasan perkembangan otot, penurunan
energi/kelelahan, ketidak seimbangan metabolik.
b. Risiko ketidakseimbangan temperatur tubuh berhubungan dengan
BBLR, usia kehamilan kurang, paparan lingkungan dingin/panas.
c. Resiko tinggi terhadap perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan
tubuh berhubungan dengan immaturitas organ tubuh.
d. Resiko tinggi kekurangan volume cairan berhubungan dengan usia
dan berat badan extreme (premature, dibawah 2.500 grm).
e. Resiko tinggi terhadap kerusakan integritas kulit berhubungan
dengan kapiler rapuh dekat permukaan kulit.
f. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan respon imun imatur.
3. Perencanaan
a. Tidak efektifnya pola nafas berhubungan dengan maturitas pusat
pernafasan, keterbatasan perkembangan otot, penurunan energi/kelelahan,
ketidakseimbangan metabolik.
Tujuan : Menjaga dan memaksimalkan fungsi paru.
INTERVENSI RASIONAL
Kumpulkan data yang berkaitan Riwayat ibu atas penggunaan
dengan kegawatan nafas obat atau kondisi tidak normal
selama kehamilan dan proses
persalinan
Waspada episode apnea yang Deteksi dini dalam menentukan
berlangsung lebih dari 20 detik tindakan selanjutnya.
Memberi bantuan pernapasan Membantu mencukupi supplai
Seperti oksigen oksigen
Pantau kajian gas darah untuk Deteksi dini untuk mencegah
mengetahui asidosis pernapasan hipoksia
metabolik
(Aditya, 2015).
4. Pelaksanaan
Pelaksanaan dilakukan sesuai dengan perencanaan yang sudah di
rencanakan.
5. Evaluasi
Hasil evaluasi dari penatalaksanaan adalah tercapainya tujuan yang telah
ditetapkan.
DAFTAR PUSTAKA
Lembar Pengesahan
( ) ( )
( )