GINJAL KRONIS
KELOMPOK 8
Disusun Oleh :
1. Mukti Fajar Artika 1821A0043
2. Nazilatul Maulinda 1821A0045
3. Nur Fajriya Humaira M. 1821A0049
4. Rachman Widi Wahyudi 1821A0051
5. Rena Esti Debora 1821A0053
6. Sherly Novalia Rahmawati 1821A0057
7. Wildan Nur Elfiqih 1821A0064
8. Yermi Bryan Suwandani 1821A0066
Makalah ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas kelompok mata
kuliah Epidemiologi penyakit tidak menular. Kami merasa makalah ini jauh dari
sempurna, kami mengharap saran dan kritik untuk perbaikan makalah ini.
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui definisi Penyakit Ginjal Kronis.
2. Untuk mengetahui faktor-faktor risiko Penyakit Ginjal Kronis.
3. Untuk mengetahui etiologi dan patofisiologi Penyakit Ginjal Kronis.
4. Untuk mengetahui upaya pencegahan yang dilakukan pada Penyakit Ginjal
Kronis.
1.4 Manfaat
Manfaat yang dapat diperoleh dari makalah ini yaitu:
1. Manfaat bagi penulis
Mendapatkan pengetahuan tentang Penyakit Ginjal Kronis.
2. Manfaat bagi instansi
Memberikan informasi mengenai Penyakit Ginjal Kronis.
3. Manfaat bagi pembaca
Sebagai bahan referensi dalam pembuatan karya tulis ilmiah dengan tema
yang sama atau sejenis.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.2 Epidemiologi
Penyakit Ginjal Kronis di dunia saat ini mengalami peningkatan dan
menjadi masalah kesehatan serius, hasil penelitan Global Burden of Disease tahun
2010, Penyakit Ginjal Kronis merupakan penyebab kematian peringkat ke 27 di
dunia tahun 1990 dengan angka kematian per tahun 15,7 per 100.000. Dan
meningkat menjadi urutan ke 18 pada tahun 2010, dengan angka kematian per
tahun 16,3 per 100.000. Kematian pada pasien yang menjalani Hemodialisis
selama tahun 2015 tercatat sebanyak 1.243 orang dengan lama hidup dengan HD
13-17 bulan. Proporsi terbanyak pada pasien dengan lama hidup dengan HD 6-12
bulan.
2.2 Patofisiologi
Pada awal perjalanannya, keseimbangan cairan, penanganan garam, dan
penimbunan zat-zat sisa masih bervariasi dan bergantung pada bagian ginjal yang
sakit. Sampai fungsi ginjal turun kurang dari 25% normal, manifestasi klinis gagal
ginjal Kronismungkin minimal karena nefron-nefron sisa yang sehat mengambil
alih fungsi nefron yang rusak. Nefron yang tersisa meningkat kecepatan filtrasi,
reabsorpsi, dan sekresinya serta mengalami hipertrofi. Seiring dengan makin
banyaknya nefron yang mati, maka nefron yang tersisa menghadapi tugas yang
semakin berat, sehingga nefron-nefron tersebut ikut rusak dan akhirnya mati.
Sebagian dari siklus kematian ini tampaknya berkaitan dengan tuntutan pada
nefron-nefron yang ada untuk meningkatkan reabsorpsi protein. Seiring dengan
penyusutan progresif nefron-nefron, terjadi pembentukan jaringan parut dan aliran
darah ginjal mungkin berkurang.
Meskipun penyakit ginjal terus berlanjut, namun jumlah zat terlarut yang
harus diekskresi oleh ginjal untuk mempertahankan homeostasis tidaklah berubah,
kendati jumlah nefron yang bertugas melakukan fungsi tersebut sudah menurun
secara progresif. Dua adaptasi penting dilakukan oleh ginjal sebagai respon
terhadap ancaman ketidakseimbangan cairan dan elektrolit. Sisa nefron yang ada
mengalami hipertrofi dalam usahanya untuk melaksanakan seluruh beban kerja
ginjal. Terjadi peningkatan kecepatan filtrasi, beban zat terlarut dan reabsorpsi
tubulus dalam setiap nefron meskipun GFR untuk seluruh massa nefron yang
terdapat dalam ginjal turun di bawah nilai normal. Mekanisme adaptasi ini cukup
berhasil dalam mempertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit tubuh hingga
tingkat fungsi ginjal yang sangat rendah. Namun akhirnya, kalau sekitar 75%
massa nefron sudah hancur, maka kecepatan filtrasi dan beban zat terlarut bagi
setiap nefron demikian tinggi sehingga keseimbangan glomerulus-tubulus
(keseimbangan antara peningkatan filtrasi dan peningkatan reabsorpsi oleh
tubulus tidak dapat lagi dipertahankan.
Fleksibilitas baik pada proses ekskresi maupun proses konservasi zat
terlarut dan air menjadi berkurang. Sedikit perubahan pada makanan dapat
mengubah keseimbangan yang rawan tersebut, karena makin rendah GFR (yang
berarti makin sedikit nefron yang ada) semakin besar perubahan kecepatan
ekskresi per nefron. Hilangnya kemampuan memekatkan atau mengencerkan
urine menyebabkan berat jenis urine tetap pada nilai 1,010 atau 285 mOsm (yaitu
sama dengan plasma) dan merupakan penyebab gejala poliuria dan nokturia.
Deteksi dini
Stadium dini penyakit ginjal kronis dapat dideteksi dengan pemeriksaan
laboratorium. Pengukuran kadar kreatinin serum dilanjutkan dengan penghitungan
laju filtrasi glomerulus dapat mengidentifikasi pasien yang mengalami penurunan
fungsi ginjal. Pemeriksaan ekskresi albumin dalam urin dapat mengidentifikasi
pada sebagian pasien adanya kerusakan ginjal. Sebagian besar individu dengan
stadium dini penyakit ginjal Kronisterutama di negara berkembang tidak
terdiagnosis. Deteksi dini kerusakan ginjal sangat penting untuk dapat
memberikan pengobatan segera, sebelum terjadi kerusakan dan komplikasi lebih
lanjut. Pemeriksaan skrinning pada individu asimtomatik yang menyandang faktor
risiko dapat membantu deteksi dini penyakit ginjal kronis.
Upaya pencegahan terhadap penyakit ginjal kronis sebaiknya sudah mulai
dilakukan pada stadium dini penyakit ginjal kronis. Berbagai upaya pencegahan
yang telah terbukti bermanfaat dalam mencegah penyakit ginjal dan
kardiovaskular adalah:
a. Pengobatan hipertensi yaitu makin rendah tekanan darah makin kecil
risiko penurunan fungsi ginjal
b. Pengendalian gula darah, lemak darah, dan anemia
c. Penghentian merokok
d. Peningkatan aktivitas fisik
e. Pengendalian berat badan
f. Obat penghambat sistem renin angiotensin seperti penghambat ACE
(angiotensin converting enzyme) dan penyekat reseptor angiotensin telah
terbukti dapat mencegah dan menghambat proteinuria dan penurunan
fungsi ginjal.
Latihan fisik secara teratur menjadi salah satu bagian dari program
terapi dan rehabilitasi pada pasien penyakit ginjal tahap akhir. Latihan
dapat dimulai dengan kerjasama yang baik antara dokter, perawat, dan
pasien dengan terapi terhadap keluhan yang ada.
3.1 Kesimpulan
Penyakit Ginjal Kronis merupakan gangguan fungsi renal yang
progresif dan irreversibel dimana kemampuan tubuh gagal untuk
mempertahankan metabolisme dan keseimbangan cairan serta elektrolit
sehingga terjadi uremia. Penyakit Ginjal Kronis di dunia saat ini mengalami
peningkatan dan menjadi masalah kesehatan serius, Menurut Sylvia Anderson
(2006) klasifikasi penyebab gagal ginjal Kronis adalah Penyakit infeksi
tubulointerstitial, Penyakit peradangan, Penyakit vaskuler hipertensif,
Gangguan jaringan ikat, Gangguan congenital dan herediter, ginjal, Penyakit
metabolic, Nefropati toksik, Nefropati obstruktif. Faktor lingkungan-sosial
yang meliputi status sosial ekonomi, lingkungan fisik dan ketersediaan
lembaga pelayanan kesehatan. Penyakit Ginjal Kronisjuga dapat disebabkan
oleh Faktor risiko perilaku antara lain merokok atau pengguna tembakau,
kurang gerak dan olahraga serta kekurangan makanan. Faktor predisposisi
antara lain umur, jenis kelamin, ras atau etnis, riwayat keluarga dan genetik
3.2 Saran
Diharapkan pemerintah semakin menggalakkan program pencegahan
secara dini masyarakat untuk mengurangi penyakit Gagal Ginjal Kronis.
Pemerintah memberikan penyuluhan/pengertian kepada masyarakat tentang
penyakit PTM terutama penyakit Gagal Ginjal Kronis, bagaimana
pencegahan serta pengobatannya. Dan juga pentingnya Perilaku hidup bersih
sehat, sebagai contoh semakin memperhatikan jenis makanan yang dimakan,
banyak minum air putih, menjaga kebersihan lingkungan, keamanan dan
kenyamanan tempat tinggal. Karena Kematian terbesar banyak di sebabkan
oleh Penyakit Tidak Menular (PTM).
DAFTAR PUSTAKA
Dirks JH, et al: Prevention of Chronic Kidney and Vascular Disease: Toward
Global Health Equity- The Bellagio 2004 Declaration. Kidney Int Suppl
2005
Kusman Ibrahim ST, Kittikorn Nilmanat. Coping and Quality of Life among
Indonesians Undergoing Hemodialysis. Thai J Nurs Res [Internet]. 2009
[cited 2013 okt 4]; 13(2):117-109. Available from :
http://antispam.kmutt.ac.th/index.php/PRIJNR/article/view/6435
Laily Isroin dan Cholik HR. Prevalensi Faktor Resiko Gagal Ginjal Kronik. 1th ed.
Jakarta: Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat. 2014. p.1-19.
Suwitra K. Penyakit Ginjal Kronis. In: Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I, et al.,
3rd ed. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta: InternaPublishing
2009:1035-1040