SCABIES
Pembimbing :
dr. Hiendarto, Sp.KK
Disusun Oleh :
Linna Asni Zalukhu
1610211027
1
LEMBAR PENGESAHAN KEPANITERAAN KLINIK
SCABIES
Disusun Oleh:
1610221027
Pembimbing
2
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN............................................................................. 2
DAFTAR ISI................................................................................................... 3
KATA PENGANTAR..................................................................................... 4
BAB I
PENDAHULUAN.......................................................................................... 5
BAB II
TINJAUAN
PUSTAKA.......................................................................................................6
BAB III
LAPORAN
KASUS......................................................................................................... 20
BAB IV
PEMBAHASAN............................................................................................28
BAB V
KESIMPULAN............................................................................................. 31
DAFTAR
PUSTAKA.................................................................................................... 33
3
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas berkat dan
rahmatnya kami dapat menyelesaikan penyusunan Laporan Kasus yang berjudul
“Scabies” Laporan kasus ini kami susun untuk melengkapi tugas kepaniteraan
Departemen Kulit dan Kelamin di Rumah Sakit Umum Daerah Ambarawa. Kami
mengucapkan banyak terima kasih yang sebesar besarnya kepada dr. Hiendarto,
Sp.KK yang telah membimbing dan membantu kami dalam melaksanakan
kepaniteraan dan dalam menyusun laporan kasus ini.
Penulis menyadari dalam penulisan laporan kasus ini masih banyak
kekurangan dan masih banyak yang perlu diperbaiki. Oleh karena itu penulis
mengharapkan saran dan kritik yang membangun guna menambah ilmu dan
pengetahuan penulis dalam ruang lingkup ilmu penyakit Kulit dan Kelamin,
khususnya yang berhubungan dengan laporan kasus ini
Penulis
4
BAB I
PENDAHULUAN
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II.1 Definisi.
Skabies adalah penyakit kulit yang disebabkan oleh infestasi dan sensitisasi
terhadap Sarcoptes scabiei varian hominis dan produknya.2
II.2. Epidemiologi.
Ada dugaan bahwa setiap siklus 30 tahun terjadi epidemi skabies. Banyak faktor
yang menunjang perkembangan penyakit ini, antara lain: sosial ekonomi yang rendah,
higiene yang buruk, hubungan seksual yang sifatnya promiskuitas, kesalahan diagnosis,
dan perkembangan dermografik serta ekologik. Penyakit ini dapat dimasukkan dalam
P.H.S. (Penyakit akibat Hubungan Seksual). 2
6
II.3. Etiologi
Siklus hidup tungau ini sebagai berikut. Setelah kopulasi (perkawinan) yang
terjadi di atas kulit, yang jantan akan mati, kadang-kadang masih dapat hidup dalam
terowongan yang digali oleh yang betina. Tungau betina yang telah dibuahi menggali
terowongan dalam stratum korneum, dengan kecepatan 2 -3 milimeter sehari dan sambil
meletakkan telurnya 2 atau 4 butir sehari sampai mencapai jumlah 40 atau 50 . Bentuk
betina yang telah dibuahi ini dapat hidup sebulan lamanya. Telurnya akan menetas,
biasanya dalam waktu 3-5 hari, dan menjadi larva yang mempunyai 3 pasang kaki. Larva
ini dapat tinggal dalam terowongan, tetapi dapat juga keluar. Setelah 2 -3 hari larva akan
menjadi nimfa yang mempunyai 2 bentuk, jantan dan betina, dengan 4 pasang kaki.
Seluruh siklus hidupnya mulai dari telur sampai bentuk dewasa memerlukan waktu antara
8 – 12 hari.2
7
Sarcoptes scabiei betina dapat hidup diluar pada suhu kamar selama lebih kurang
7 – 14 hari. Yang diserang adalah bagian kulit yang tipis dan lembab, contohnya lipatan
kulit pada orang dewasa. Pada bayi, karena seluruh kulitnya masih tipis, maka seluruh
badan dapat terserang.3
II.4. Patogenesis.
Kelainan kulit dapat disebabkan tidak hanya oleh tungau skabies, tetapi juga oleh
penderita sendiri akibat garukan. Dan karena bersalaman atau bergandengan sehingga
terjadi kontak kulit yang kuat, menyebabkan kulit timbul pada pergelangan tangan. Gatal
yang terjadi disebabkan oleh sensitisasi terhadap sekret dan ekskret tungau yang
memerlukan waktu kira-kira sebulan setelah infestasi. Pada saat itu kelainan kulit
menyerupai dermatitis dengan ditemukannya papul, vesikel, urtika dan lain-lain. Dengan
garukan dapat timbul erosi, ekskoriasi, krusta dan infeksi sekunder. Kelainan kulit dan
gatal yang terjadi dapat lebih luas dari lokasi tungau.2
8
Cara Penularan.
Penyakit scabies dapat ditularkan melalui kontak langsung maupun kontak tak
langsung. Yang paling sering adalah kontak langsung dan erat atau dapat pula melalui
alat-alat seperti tempat tidur, handuk, dan pakaian. Bahkan penyakit ini dapat pula
ditularkan melalui hubungan seksual antara penderita dengan orang yang sehat. Di
Amerika Serikat dilaporkan, bahwa scabies dapat ditularkan melalui hubungan seksual
meskipun bukan merupakan akibat utama.1
Penularan scabies terjadi ketika orang-orang tidur bersama di satu tempat tidur
yang sama, di lingkungan rumah tangga, sekolah-sekolah yang menyediakan fasilitas
asrama dan pemondokan, serta fasiltas-fasilitas kesehatan yang dipakai oleh masyarakat
luas. Di Jerman terjadi peningkatan insidensi, sebagai akibat kontak langsung maupun tak
langsung seperti tidur bersama. Faktor lainnya fasilitas umum yang dipakai secara
bersama-sama di lingkungan padat penduduk. Di beberapa sekolah didapatkan kasus
pruritus selama beberapa bulan yang sebagian dari mereka telah mendapatkan pengobatan
skabisid.1
1. Pruritus nokturna, artinya gatal pada malam hari yang disebabkan karena
aktivitas tungau ini lebih tinggi pada suhu yang lebih lembab dan panas. 1
9
2. Penyakit ini menyerang manusia secara berkelompok, misalnya dalam sebuah
keluarga biasanya seluruh anggota keluarga terkena infeksi. Begitu pula dalam
sebuah perkampungan yang padat penduduknya, sebagian besar tetangga yang
berdekatan akan diserang oleh tungau tersebut. Dikenal keadaan hiposensitisasi,
yang seluruh anggota keluarganya terkena, walaupun mengalami infestasi tungau,
tetapi tidak memberikan gejala. Penderita ini bersifat sebagai pembawa (carrier). 1
4. Menemukan tungau, merupakan hal yang paling diagnostik. Dapat ditemukan satu
atau lebih stadium hidup tungau ini. 1
10
Diagnosis dapat dibuat dengan menemukan 2 dari 4 tanda cardinal tersebut.1
11
Gambar 9. Kelainan kulit pada mammae
II.5. Klasifikasi
Terdapat beberapa bentuk skabies atipik yang jarang ditemukan dan sulit dikenal,
sehingga dapat menimbulkan kesalahan diagnosis. Beberapa bentuk tersebut antara lain :
Bentuk ini ditandai dengan lesi berupa papul dan terowongan yang sedikit jumlahnya
sehingga sangat sukar ditemukan. 5
2. Skabies incognito.
Bentuk ini timbul pada scabies yang diobati dengan kortikosteroid sehingga gejala dan
tanda klinis membaik, tetapi tungau tetap ada dan penularan masih bisa terjadi. Skabies
incognito sering juga menunjukkan gejala klinis yang tidak biasa, distribusi atipik, lesi
luas dan mirip penyakit lain. 5
3. Skabies nodular.
Pada bentuk ini lesi berupa nodus coklat kemerahan yang gatal. Nodus biasanya
terdapat di daerah tertutup, terutama pada genitalia laki-laki, inguinal dan aksila.
Nodus ini timbul sebagai reaksi hipersensetivitas terhadap tungau scabies. Pada nodus
yang berumur lebih dari satu bulan tungau jarang ditemukan. Nodus mungkin dapat
menetap selama beberapa bulan sampai satu tahun meskipun telah diberi pengobatan
anti scabies dan kortikosteroid. 5
12
4. Skabies yang ditularkan melalui hewan.
Di Amerika, sumber utama skabies adalah anjing. Kelainan ini berbeda dengan skabies
manusia yaitu tidak terdapat terowongan, tidak menyerang sela jari dan genitalia
eksterna. Lesi biasanya terdapat pada daerah dimana orang sering kontak/memeluk
binatang kesayangannya yaitu paha, perut, dada dan lengan. Masa inkubasi lebih
pendek dan transmisi lebih mudah. Kelainan ini bersifat sementara (4 – 8 minggu) dan
dapat sembuh sendiri karena S. scabiei var. binatang tidak dapat melanjutkan siklus
hidupnya pada manusia. 5
5. Skabies Norwegia.
Skabies Norwegia atau skabies krustosa ditandai oleh lesi yang luas dengan krusta,
skuama generalisata dan hyperkeratosis yang tebal. Tempat predileksi biasanya kulit
kepala yang berambut, telinga bokong, siku, lutut, telapak tangan dan kaki yang dapat
disertai distrofi kuku. Berbeda dengan skabies biasa, rasa gatal pada penderita skabies
Norwegia tidak menonjol tetapi bentuk ini sangat menular karena jumlah tungau yang
menginfestasi sangat banyak (ribuan). Skabies Norwegia terjadi akibat defisiensi
imunologik sehingga sistem imun tubuh gagal membatasi proliferasi tungau dapat
berkembangbiak dengan mudah. 5
Lesi skabies pada anak dapat mengenai seluruh tubuh, termasuk seluruh kepala, leher,
telapak tangan, telapak kaki, dan sering terjadi infeksi sekunder berupa impetigo,
ektima sehingga terowongan jarang ditemukan. Pada bayi, lesi di muka. 5
Penderita penyakit kronis dan orang tua yang terpaksa harus tinggal ditempat tidur
dapat menderita skabies yang lesinya terbatas.5
13
II.6. Diagnosis.
14
diberi minyak mineral atau minyak imersi, diberi kaca penutup dan dengan
pembesaran 20X atau 100X dapat dilihat tungau, telur atau fecal pellet.3,5
2. Mengambil tungau dengan jarum
Jarum dimasukkan ke dalam terowongan pada bagian yang gelap (kecuali
pada orang kulit hitam pada titik yang putih) dan digerakkan tangensial.
Tungau akan memegang ujung jarum dan dapat diangkat keluar.3,5
3. Epidermal shave biopsy
Menemukan terowongan atau papul yang dicurigai antara ibu jari dan jari
telunjuk, dengan hati-hati diiris puncak lesi dengan scalpel nomor yang 15
dilakukan sejajar dengan permukaan kulit. Biopsi dilakukan sangat
superfisial sehingga tidak terjadi perdarahan dan tidak perlu anestesi.
Spesimen diletakkan pada gelas objek lalu ditetesi minyak mineral dan
diperiksa dengan mikroskop.5
4. Kuretase terowongan
Kuretase superfisial mengikuti sumbu panjang terowongan atau puncak
papula kemudian kerokan diperiksa dengan mikroskop, setelah diletakkan
di gelas objek dan ditetesi minyak mineral.3,5
5. Tes tinta Burowi
Papul skabies dilapisi dengan tinta pena, kemudian segera dihapus dengan
alkohol, maka jejak terowongan akan terlihat sebagai garis yang
karakteristik, berbelok-belok, karena ada tinta yang masuk. Tes ini tidak
sakit dan dapat dikerjakan pada anak dan pada penderita yang non-
kooperatif.5
6. Tetrasiklin topikal
Larutan tetrasiklin dioleskan pada terowongan yang dicurigai. Setelah
dikeringkan selama 5 menit kemudian hapus larutan tersebut dengan
isopropilalkohol. Tetrasiklin akan berpenetrasi ke dalam melalui stratum
korneum dan terowongan akan tampak dengan penyinaran lampu wood,
sebagai garis linier berwarna kuning kehijauan sehingga tungau dapat
ditemukan.3,5
15
7. Apusan kulit
Kulit dibersihkan dengan eter, kemudian diletakkan selotip pada lesi dan
diangkat dengan gerakan cepat. Selotip kemudian diletakkan di atas gelas
objek (enam buah dari lesi yang sama pada satu gelas objek) dan
diperiksa dengan mikroskop.5
8. Biopsi plong (punch biopsy)
Biopsy berguna pada lesi yang atipik, untuk melihat adanya tungau atau
telur. Yang perlu diperhatikan adalah bahwa jumlah tungau hidup pada
penderita dewasa hanya sekitar 12, sehingga biopsi berguna bila diambil
dari lesi yang meradang. Secara umum digunakan punch biopsy, tetapi
biopsy mencukur epidermis adalah lebih sederhana dan biasanya
dilakukan tanpa anestetik local pada penderita yang tidak kooperatif.5
Selain itu, alat lain yang dapat dipakai untuk diagnostik adalah
dermoskopi. Argenziano melaporkan bahwa alat ini cukup efektif. Pembesaran
gambar menunjukkan struktur triangular kecil berwarna gelap yang berhubungan
dengan bagian anterior tungau yang berpigmen, dan suatu segmen linier haus di
belakang segitiga yang mengandung gelembung udara kecil, dimana kedua
gambaran ini menyerupai “jet with contrail”dan dianggap sebagai bentuk
terowongan beserta telur dan fecal pellet. Dilaporkan juga oleh Bezold bahwa
penggunaan polymerase chain reaction (PCR) untuk membuktikan adanya
skabies pada penderita yang secara klinis menunjukkan eczema atipikal. Skuama
epidermal positif untuk DNA Sarcoptes scabiei sebelum terapi dan menjadi
negatif 2 minggu setelah terapi.5
Dari berbagai cara pemeriksaan diatas, kerokan kulit merupakan cara yang
paling mudah dilakukan dan memberikan hasil yang paling memuaskan.
Mengambil tungau dengan jarum memerlukan keterampilan khusus dan jarang
berhasil karena biasanya terowongan sulit diidentifikasi dan letak tungau sulit
diketahui. Swab kulit mudah dilakukan tetapi memerlukan waktu lama karena dari
1 lesi harus dilakukan 6 kali pemeriksaan sedangkan pemeriksaan dilakukan pada
hampir seluruh lesi. Tes tinta Burowi dan uji tetrasiklin jarang memberikan hasil
16
positif karena biasanya penderita datang pada keadaan lanjut dan sudah terjadi
infeksi sekunder sehingga terowongan tertutup oleh krusta dan tidak dapat
dimasuki tinta atau salep.3
1. Prurigo, biasanya berupa papel-papel yang gatal, predileksi pada bagian ekstensor
ekstremitas.
2. Gigitan serangga, biasanya jelas timbul sesudah ada gigitan, efloresensinya urtikaria
papuler.
II.8. Terapi.
Semua keluarga yang berkontak dengan penderita harus diobati termasuk pasangan
seksnya. Beberapa macam obat yang dapat dipakai pada pengobatan scabies yaitu:
TOPIKAL :
1. Permetrin.
Merupakan obat pilihan untuk saat ini , tingkat keamanannya cukup tinggi, mudah
pemakaiannya dan tidak mengiritasi kulit. Dapat digunakan di kepala dan leher
anak usia kurang dari 2 tahun. Penggunaannya dengan cara dioleskan pada
seluruh tubuh (leher ke bawah) lebih kurang 8 jam kemudian dicuci bersih.2
2. Malation.
17
3. Emulsi Benzil-benzoas (20-25 %).
Efektif terhadap semua stadium, diberikan setiap malam selama tiga hari. Sering
terjadi iritasi dan kadang-kadang makin gatal setelah dipakai.2
4. Sulfur.
Dalam bentuk parafin lunak, sulfur 10 % secara umum aman dan efektif
digunakan. Dalam konsentrasi 2,5 % dapat digunakan pada bayi. Obat ini
digunakan pada malam hari selama 3 malam. 2
5. Monosulfiran.
Kadarnya 1 % dalam krim atau losio, termasuk obat pilihan karena efektif
terhadap semua stadium, mudah digunakan dan jarang terjadi iritasi. Tidak
dianjurkan pada anak di bawah 6 tahun dan wanita hamil karena toksik terhadap
susunan saraf pusat. Pemberian cukup sekali, kecuali jika masih ada gejala ulangi
seminggu kemudian.2
SISTEMIK :
18
- Kortikosteroid (diberikan 1-2 minggu) sampai lesi mereda
II.9. Prognosis.
19
BAB III
LAPORAN KASUS
A. IDENTITAS PASIEN
Nama : An. MS
Usia : 13 tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Suku : Jawa
Alamat : Derekan 08/02 Pringapus
Pendidikan : Pelajar
No. RM : 129604
Tanggal MRS : 03 Juli 2017
B. ANAMNESIS
Anamnesis dilakukan secara autoanamnesis di Poli Kulit dan Kelamin RSUD
Ambarawa pada hari Senin tanggal 03 Juli 2017 pukul 10.00 WIB.
20
Pasien mengaku biasanya mandi 2 x dalam sehari, mengganti
pakaiannya 2 x dalam sehari termasuk pakaian dalam dan
menggunakan handuk sendiri. pasien mencuci pakaian sendiri dengan
sabun cuci biasa dan disetrika.
Pasien mengaku tinggal di lingkungan pondok pesantren dan teman-
teman yang tinggal sekamar dengannya juga mengalami sakit dengan
keluhan yang sama. Pasien mengaku sudah berobat ke dokter saat di
pondok pesantren di beri obat minum dan salep yang di oleskan pada
malam hari, pasien lupa nama obatnya, namun keluhannya tidak
berkurang.
21
C. PEMERIKSAAN FISIK
Pemeriksaan fisik dilakukan di Poli Mata RSUD Ambarawa pada hari
Senin tanggal 03 Juli 2017 pukul 10.30 WIB
Status Generalisata
Keadaan umum : tampak sakit ringan
Kesadaran : compos mentis
Status gizi : kesan status gizi cukup
Vital sign :
- TD : 120/80 mmHg
- Nadi : 80 x / menit, isi dan tegangan cukup
- RR : 20 x/menit, regular
- Suhu : 36,4 0 C
Abdomen :
Inspeksi: Datar,terdapat kelainan kulit (Status
dermatologis)
Auskultasi: Bising usus (+) normal
Perkusi: Timpani
Palpasi: Supel, nyeri tekan (-), hati dan limpa tidak
teraba
Ekstremitas atas : akral hangat, tidak ada edema, tidak ada sianosis,
terdapat kelainan kulit (status dermatologikus)
22
Ekstremitas bawah : akral hangat, tidak ada edema, tidak sianosis,
terdapat kelainan kulit (status dermatologikus)
Status Dermatologis
Distribusi : Regional
Lokasi :perut, tangan kanan dan kiri, ketiak,tungkai, dan
selakangan.
Lesi : multiple, diskret, bilateral, batas tegas, bentuk bulat, ukuran
miliar sampai lentikuler
Efloresensi : makula dan papula hiperpigmentasi, pustul, ekskoriasi,
krusta
23
Gambar 2: Regio Ekstremitas Bawah
24
D. RINGKASAN :
An.MS, usia 13 tahun datang di poli kulit dan kelamin dengan
diantar oleh kakaknya dengan keluhan gatal-gatal dan bentol-bentol kecil
di lipat paha, ketiak, lengan, tungkai dan perut, keluhan ini dirasakan
kurang lebih sejak 2 bulan yang lalu, awalnya gatal di daerah perut dan
selakangan dan timbul bentol-bentol kecil kemerahan. Keluhan gatal
bertambah terutama di malam hari sampai mengganggu tidur malam,
bisanya untuk mengurangi gatal dengan menggaruk dan diberi bedak.
Pasien mengaku biasanya mandi 2 x dalam sehari, mengganti pakaiannya
2 x dalam sehari termasuk pakaian dalam dan menggunakan handuk
sendiri. pasien mencuci pakaian sendiri dengan sabun cuci biasa dan
disetrika. Pasien mengaku tinggal di lingkungan pondok pesantren dan
teman-teman yang tinggal sekamar dengannya juga mengalami sakit
dengan keluhan yang sama. Pasien mengaku sudah berobat ke dokter saat
di pondok pesantren, namun keluhannya tidak berkurang.
Riwayat Penyakit Dahulu : riwayat sakit seperti ini sebelumnya
diakui sering, sedangkan riwayat hipertensi, diabetes mellitus, asma, alergi
obat disangkal. Riwayat Penyakit Keluarga dan lingkungan : Riwayat sakit
seperti ini di lingkungan pondok pesantren di akui ada, pasien menuturkan
hampir seluruh teman yang tinggal sekamar menderita keluhan yang sama.
Pasien merupakan pelajar SLTP, orang tuanya bekerja sebagai buruh
pabrik “SIMOPLAS”, merupakan anak ke 2 dari 3 bersaudara dan
semuanya masih sekolah.
Pada pemeriksaan fisik di dapatkan: keadaan umum tampak sakit
ringan, kesadaran compos mentis, status gizi kesan status gizi cukup, vital
sign : tekanan darah 120/80 mmHg, nadi 80 x / menit, isi dan tegangan
0
cukup, RR 20 x/menit, regular dan suhu 36,4 C. Pemeriksaan status
dermatologis didapatkan distribusinya regional, lokasinya di ketiak,
selakangan, lengan, tungkai dan perut. Ukuran lesi berupa multiple,
diskret, bilateral, batas tegas, bentuk bulat, ukuran miliar sampai
lentikuler, efloresensi berupa makula dan papula eritematosa,
hiperpigmentasi, pustul, ekskoriasi, krusta
E. DIAGNOSIS BANDING :
a. Skabies
b. Pedikulosis corporis
c. Prurigo
d. Gigitan serangga
F. DIAGNOSIS KERJA :
a. Skabies
G. PENATALAKSANAAN :
1. UMUM
a. Menjelaskan kepada pasien mengenai penyakit dan cara
penularannya.
b. Menerangkan pentingnya menjaga kebersihan perseorangan
dan lingkungan tempat tinggal
c. Mencuci / menjemur alat-alat tidur seperti kasur, bantal dan
selimut
d. Bila gatal sebaiknya jangan menggaruk terlalu keras karena
dapat menyebabkan luka dan resiko infeksi
e. Menjelaskan pentingnya mengobati teman yang tinggal
sekamar yang menderita keluhan yang sama
f. Memberi penjelasan bahwa pengobatan dengan penggunaan
krim yang dioleskan pada seluruh badan tidak boleh terkena
air, jika terkena air harus diulang kembali.
2. KHUSUS
a. Topikal
Permetrin 5 % krim dioleskan ke seluruh tubuh pada
malam hari selama 10 jam, satu kali dalam seminggu
Cetrizine tab 1x1 tablet (penggunaan bila gatal)
Penggunan pada sore hari
H. PROGNOSIS
Quo Ad vitam : ad bonam
Quo Ad functionam : ad bonam
Quo Ad cosmeticam : ad bonam
Quo Ad sanationam : ad bonam
BAB IV
PEMBAHASAN
Prognosis dari skabies yang diderita pasien pada umumnya baik bila
diobati dengan benar dan juga menghindari faktor pencetus dan predisposisi
BAB V
KESIMPULAN
11. Stone, S.P, scabies and pedikulosis, in: Freedberg, et al. Fitzpatrick’s
Dermatology In General Medicine 6th edition. Volume 1. McGraw-Hill
Professional. 2003