Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
a. Non Bedah : Oksigenasi O2, transfusi darah bila perdarahan masif, obat-obatan
antibiotika, analgetik, antipiretika, fisio terapi nafas.
b. Bedah Pipa torkostomi atau WSD
Bila masif dilakukan torakotomi (perdarahan > 800 cc) langsung
atu 3-5 cc/kg b.b. perjam
9. Tempat pelayanan : Minimal rumah sakit kelas C
R.S. lain yang mempunyai sarana pembedahan yang memadai
10. Penyulit : Syok hipovelmik
Fibrotoraks atau schwarte
Empiema torakis, infeksi
11. Informed consent : Perlu
12. Tenaga Standar : Dokter Umum (pertolongan pertama,punksi rongga toraks
Dokter Spesialis Bedah Umum
Dokter Spesialis Bedah Toraks- Kardiovaskular
Dokter Spesialis Bedah (K) Toraks
Dokter Spesialis Paru (Non Trauama)
13 Lama Perawatan : Minimal 7 hari
14. Masa Pemulihan : Minimal 2 minggu
15. Hasil : Bisa sembuh atau sembuh dengan kecacatan
16. Patologi : -
17. Otopsi : Kadang-kadang perlu untuk kasus trauma dan kematian yang tidak
wajar atau tidak jelas
18. Prognosis : Diharapkan baik atau dubious atau jelek
19. Tindak lanjut : Evaluasi dan monitoring keadaan klinis
1. ICD : S 27.8, S31, S36, S37
Cedera pada toraks bagian bawah, abdomen, pinggang,
collumna, vertebralis- lumbalis dan pelvis
2. Diagnosis : TRAUMA TAJAM ABDOMEN
Ruptur Diaphragma S 27.8.1
Luka tebuka bokong S 31.0
Luka Terbuka Abdomen, Pinggang dan Inguinal S 31.1
Luka Terbuka Penis S 31. 2
Luka Terbuka Skrotum dan Testis S 31. 3
Luka Terbuka Vagina dan Vulva S 31. 4
Luka Terbuka Multipel di Abdumen, Pinggang dan Pelpis
S 31. 7
Ruptur Aorta Abdominalis S 35.0
Ruptur V Kava inferior S 35.1
Ruptur a Soeliaka atau a. Mesenterika dan cabang-cabangnya
S 35.2
Ruptur V. Porta atau V.Lienalis dan cabang-cabangnya
S 35.3
Ruptur Vasa Renalis S 35.4
Ruptur Vasa liaka dan cabang-cabangnya S 35.5
Ruptur Pembuluh Darah di Abdomen, Pinggang dan rongga
Pelvis S 35.7
Reptur Pembuluh Darah Lainnya di Abdomen, Pinggang dan
Rongga Pelvis lainnya S 35.8
Ruptur Limpa S 36.0.1
Rutur Hepar & Kandung Empedu S 36.1.1
Ruptur Pangkreas S 36.2.1
Ruptur Lambung S 36.3.1
Ruptur Duodenum
Ruptur Jejunum S 36.4.1
Ruptur Ileum
Ruptur Colon S 36.5.1
Ruptur Rektum S 36.6.1
Ruptur Organ Intra abdomen Multiple S 36.7.1
Hematoma Retroperioneum S 36.8.1
Ruptur Ginjal S 37.0.1
Ruptur Ureter S 37.1.1
Ruptur Kandung Kemih S 37.2.1
Ruptur Uretra S 37.3.1
Ruptur Ovarium S 37.4.1
Ruptur Tuba Falopi S 37.5.1
Ruptur Uterus S 37.6.1
Ruptur Organ Intra Pelvis Multiple S 37.7.1
Ruptur Kelenjar Adrenal S 37.8.1
Ruptur Kelenjar Prostat S 37.8.1
Ruptur Vesikula Seminal S 37.8.1
Ruptur Vas Deferens S 37.8.1
3. Kriteria diagnosis : Mekanisme Trauma Trauma yang disebabkan senjata tajam :
Pisau, Sangkur, Celurit, Parang, Besi, Obeng. Gunting
Trauma yang disebabkan oleh senjata api, naik yang dengan
kecepatan rendah (Low energy velocity) pun dengan
kecepatan tinggi (high energy velocity)
Tanda klinis.
Sistim pernapasan dan hemodinamika.
Stabil
Tidak Stabil
Inspeksi:
Adanya luka atau luka-luka terbuka di regio toraks bagian
bawah, regio abdomen, pinggang dan atau pelvis.
Ada atau tidak ada distensi abdomen.
Pada luka tembak, khususnya luka tembak senjata api harus
ditentukan adanya luka tembak masuk dan apakan ada luka
tembak keluar.
Auskultasi:
Auskultasi regio toraks (kiri)
Suara napas menurun, bisa terdengar bising usus
Auskultasi regio abdomen :
Bising usus bisa normal, menurun atau hilang.
Palpasi: Nyeri tekan di kuadran tertentu atau seluruh regio
Abdomen, Defans muskuler, Nyeri tekan lepas.
Perkusi
Perkusi regio toraks bagian bawah bisa normal atau redup
atau timpani
Pekak hati bisa positif atau negatif
Nyeri ketok dinding abdomen
Tes undulasi atau tes shifting dullness bisa positip, bisa
negatip
Colok dubur:
Bisa Normal
Bisa ditemukan kelainan-kalainan:
Prostat yang melayang, laserasi pada dinding anorektum,
teraba fragmentasi tulang-tulang panggul,nyeri pada
perabaan di dinding anorektum, pada sarung tangan bisa
ditemukan tetesan atau noda darah, berarti positif ada
cedera pada saluran cerna.
4 Diagnosis banding : -
5. Pemeriksaan penunjang : Disesuaikan dengan fasilitas UGD/Rumah Sakit setempat.
Pilihan pemeriksaan penunjang sesuai indikasi:
Foto toraks posisi AP, Foto toraks dengan pemasangan pipa
lambung,
Foto polos abdomen, Foto pelvis, USG
Lavase peritoneum diagnostik (DPL).IVP, Uretro-sistografi,
Foto kontras saluran cerna bagian atas, CT scan abdomen,
Angiografi, Indikasi USG sama dengan indikasi DPL:
Pasien trauma dengan:
Penurunan tingkat kesadaran
Perubahan/gangguan fungsi sensoris
Cedera pada organ-organ bertentangga
Pemeriksaan fisik abdomen yang meragukan
Kemungkinan dokter putus kontak dengan pasien untuk
waktu yang cukup panjang.
Hasil DPL yang meragukan (khusus untuk USG abdomen)
Yaitu Lekosit < 500 /mm3 eritrosit< 100.000mm3
6. Konsultasi : Bila perlu kepada dokter spesialis yang terkait
7. Perawatan RS : Rawat inap untuk tujuan observasi
8. Terapi Tindakan resusitasi ABCD sesuai konsep ATLS kalau kondisi
pernapasan dan hemodinamika penderita tidak stabil.
Terapi konservatif :
Terapi konservatik dilakukan bila tidak ada indikasi
lapataratomi segera, atau hasil pemeriksaan penunjang tidak
mengungkapkan adanya cedera organ intra abdomen yang
nyata.
Terapi konservatif dengan cara observasi, dapat dilakukan
sampai 2 x 24 jam.
Terapi operatif:
Laparotomi eksplorasi dengan insisi median
Indikasi laparotomi eksplorasi :
Tanda-tanda pendarahan intra perioneal, yaitu adanya syok
hipovolemi dengan distensi abdomen yang progresif.
Tanda-tanda peritonitis generalista
Pneumoperitoneaum pada foto toraks
Pada foto toraks tampak gambaran hernia diafragmatika
(Ruptur Diafragma)
Cairan lavase keluar melalui pipa drenase rongga pleura
Pada tindakan DPL, keluar darah > 10 ml atau cairan usus
Hasil DPL positip berdasarkan analisa laboratoris, yaitu:
Jumlah eritrosit >100.000/mm3 cairan lavasejumlah lekosit
>500/mm cairan lavaseamilase > 20 IU/L cairan lavase
Eviserasi atau epiplosil
Luka tembak senjata api
9. Tempat pelayanan : Minimal rumah sakit kelas C
R.S. lain yang mempunyai sarana yang memadai
10. Penyulit : Perdarahan massif
Syok hipovolemik, yang bisa berakibat syok irreversibel
Koagulasi intra vaskular yang diseminasi(DIC)
Koagultopathi, Hipotermia, Asidosis.
Infeksi, SIRS-sepsis, ARDS, Pneumonia
Pankreatitis pasca trauma, perdarahan saluran cerna,
Gangguan fungsi hati.
ARF (gagal ginjal akut)
Gagal multi organ
11. Informed consent : Perlu
12. Tenaga Standar : Dokter Spesialis Bedah
Dokter Spesialis Bedah (K) Digestif
13 Lama Perawatan : Bervarisi, tergantung beratnya cedera
Bisa berlangsung anatara 10 hari- 3 bulan
14. Masa Pemulihan : Juga bervariasi, tergantung beratnya cedera
Bisa membutuhkan waktu antara 2 minggu – 3 bulan
15. Hasil : Cedera ringan : Bisa sembuh tanpa gejala sisa
Cedera berat:
Kalau tidak ada penyulit, dapat disembuhkan dengan atau
tanpa kecacatan
Kalau ada penyulit, bisa sembuh dengan atau tanpa
kecacatan atau meninggal dunia.
Cedera mengacam nyawa:
Bila timbul penyulit
Bisa sembuh dengan atau tanpa kecacatan, atau bisa
meninggal dunia
Angka kematian >70 %
16. Patologi : -
17. Otopsi : Kadang-kadang perlu untuk kasus trauma dan kematian yang
tidak wajar atau tidak jelas
18. Prognosis : Tergantung beratnya cedera, diharapkan baik atau jelek
19. Tindak lanjut : Evaluasi dan monitoring keadaan klinis
1. ICD : S 27.8, S30.0, S. 35, S 36, S 37,
Cedera pada toraks bagian bawah, abdomen, pinggang,
collumna, vertebralis- lumbalis dan pelvis
2. Diagnosis : TRAUMA TUMPUL ABDOMEN
Ruptur Diaphragma S 27.8.0
Kontusi Bokong dan Panggul S 30.0
Kontusio Abdomen, Pinggang dan Inguinal S 30.1
Kontusio Perineum dan Genital S 30. 2
Ekskoriasi, Laserasi superficial S 30. 7
multiple di Abdomen, Pinggang dan Panggul.
Ruptur Limpa S 36.0.0
Ruptur Hepar & Kandung Empedu S 36.1.0
Ruptur Pangkreas S 36.2.0
Ruptur Lambung S 36.3.0
Ruptur Duodenum
Ruptur Jejunum S 36.4.1
Ruptur Ileum
Ruptur Colon S 36.5.0
Ruptur Rectum S 36.6.0
Ruptur Organ Intra abdomen Multiple S 36.7.0
Hematoma Retroperioneum S 36.8.0
Ruptur Ginjal
S 37.0.0
Kontusio Ginjal
Hematoma retroperitoneum S 36.8.0
Ruptur Ginjal S 37.0.0
Ruptur Ureter S 37.1.0
Ruptur Kandung Kemih S 37.2.0
Ruptur Uretra S 37.3.0
Ruptur Ovarium S 37.4.0
Ruptur Tuba Falopi S 37.5.0
Ruptur Uterus S 37.6.0
Ruptur Organ Intra Pelvis Multiple S 37.7.0
Ruptur Kelenjar Adrenal S 37.8.0
Ruptur Kelenjar Prostat S 37.8.0
Ruptur Vesikula Seminal S 37.8.0
Ruptur Vas Deferens S 37.8.0
3. Kriteria diagnosis : Mekanisme Trauma
Jatuh dari ketiggian
Tindakan kekerasan atau penganiayaan
Cedera akibat hiburan atau wisata
Tanda klinis.
Stabil
Tidak Stabil
Inspeksi:
Dinding abdomen bisa tampak normal
Jejas pada dinding abdomen
Jejas pada dinding dada bagian bawah
Abdomen tampak distensi
Jejas dapat berupa : excoriasi, hematoma, Memar kulit, lacerasi
Auskultasi:
Auskultasi regio toraks (kiri)
Suara napas menurun, bisa terdengar bising usus
Auskultasi regio abdomen :
Bising usus bisa normal, menurun atau hilang.
Palpasi: Nyeri tekan di kuadran tertentu atau seluruh regio
Abdomen, Defans muskuler, Nyeri tekan lepas.
Perkusi
Perkusi regio toraks bagian bawah bisa normal atau redup atau
timpani
Pekak hati bisa positif atau negatif
Nyeri ketok dinding abdomen
Tes undulasi atau tes shifting dullness bisa positip, bisa negatip
Colok dubur:
Bisa Normal
Bisa ditemukan kelainan-kalainan:
Prostat yang melayang, laserasi pada dinding anorektum, teraba
fragmentasi tulang-tulang panggul,nyeri pada perabaan di dinding
anorektum, pada sarung tangan bisa ditemukan tetesan atau noda
darah, berarti positif ada cedera pada saluran cerna.
4 Diagnosis banding : -
5. Pemeriksaan penunjang : Disesuaikan dengan fasilitas UGD/Rumah Sakit setempat.
Pilihan pemeriksaan penunjang sesuai indikasi:
Foto toraks posisi AP, Foto toraks dengan pemasangan pipa
lambung
Foto pelvis
USG
Lavase peritoneum diagnostik (DPL)
IVP
Uretro-sistografi,
Foto kontras saluran cerna bagian atas
CT scan abdomen,
Angiografi
Indikasi USG sama dengan indikasi DPL:
Pasien trauma dengan:
Penurunan tingkat kesadaran
Perubahan/gangguan fungsi sensoris
Cedera pada organ-organ bertentangga
Pemeriksaan fisik abdomen yang meragukan
Kemungkinan dokter putus kontak dengan pasien untuk waktu
yang cukup panjang.
Hasil DPL yang meragukan (khusus untuk USG abdomen) yaitu
Lekosit < 500 /mm3 eritrosit< 100.000mm3
6. Konsultasi : Bila diperlukan Konsultasikan Dokter Spesialis Bedah Toraks
Kardiovaskular.
7. Perawatan rumah sakit : Rawat inap untuk tujuan observasi
8. Terapi Tindakan resusitasi ABCD sesuai konsep ATLS kalau kondisi
pernapasan dan hemodinamika penderita tidak stabil.
Terapi konservatif :
Terapi konservatif dilakukan bila tidak ada indikasi lapataratomi
segera, atau hasil pemeriksaan penunjang tidak mengungkapkan
adanya cedera organ intra abdomen yang nyata.
Terapi konservatif dengan cara observasi, dapat dilakukan sampai
2 x 24 jam.
Terapi operatif:
Laparotomi eksplorasi dengan insisi median
Indikasi laparotomi eksplorasi :
Tanda-tanda pendarahan intra perioneal, yaitu adanya syok
hipovolemi dengan distensi abdomen yang progresif.
Tanda-tanda peritonitis generalisata
Pneumoperitoneaum pada foto toraks
Pada foto toraks tampak gambaran hernia diafragmatika (Ruptur
Diafragma)
Cairan lavase keluar melalui pipa drenase rongga pleura
Pada tindakan DPL, keluar darah > 10 ml atau cairan usus
Hasil DPL positip berdasarkan analisa laboratoris, yaitu: jumlah
eritrosit >100.000/mm3 cairan lava sejumlah lekosit >500/mm
cairan lavaseamilase > 20 IU/L cairan lavase
9. Tempat pelayanan : Minimal Rumah Sakit Kelas C atau Rumah Sakit yang ada fasilitas
pembedahan yang memadai
10. Penyulit : Perdarahan massif
Syok hipovolemik, yang bisa berakibat syok irreversibel
Koagulasi intra vaskular yang diseminasi(DIC)
Koagultopathi, Hipotermia, Asidosis.
Infeksi, SIRS-sepsis, ARDS, Pneumonia Pankreatitis pasca trauma,
perdarahan saluran cerna
Gangguan fungsi hati.
ARF (gagal ginjal akut)
Gagal multi organ
11. Informed consent : Perlu
12. Tenaga Standar : Dokter Spesialis Bedah
Dokter Spesialis Bedah (K) Bedah Digestif
13 Lama Perawatan : Bervarisi, tergantung beratnya cedera
Bisa berlangsung anatara 10 hari- 3 bulan
14. Masa Pemulihan : Juga bervariasi, tergantung beratnya cedera
Bisa membutuhkan waktu antara 2 minggu – 3 bulan
15. Hasil : Cedera ringan : Bisa sembuh tanpa gejala sisa
Cedera berat: Kalau tidak ada penyulit, dapat disembuhkan
dengan atau tanpa kecacatan.
Kalau ada penyulit, bisa sembuh dengan atau tanpa kecacatan
atau meninggal dunia.
Cedera mengacam nyawa:
Bila timbul penyulit
Bisa sembuh dengan atau tanpa kecacatan, atau bisa meninggal
dunia
Angka kematian >70 %
16. Patologi : -
17. Otopsi : Kadang-kadang perlu untuk kasus trauma dan kematian yang tidak
wajar atau tidak jelas
18. Prognosis : Tergantung beratnya cedera, diharapkan baik atau jelek
19. Tindak lanjut : Evaluasi dan monitoring keadaan klinis
1. ICD : S. 36.0
2. Diagnosis : CEDERA LIMPA
Penyebab : umumnya akibat trauma tumpul dan trauma tembus
abdomen
3. Kriteria diagnosis : Klinis
Anamnesa : terdapat trauma tumpul pada kiri atas atau trauma
dada kiri bawah dengan tanpa fraktur kosta, luka tusuk
abdomen/totakal bawah
Nyeri pada perut kiri atas, nyeri dapat menjalar pada bahu kiri
Tanda-tanda syok karena perdarahan
Terdapat tanda-tanda cairan bebas dalam rongga perut
4 Diagnosis banding : Trauma perut dengan cedera organ disertai perdarahan dalam
perut, antara lain cedera lambung, cedera ginjal kiri, cedera hepar
kiri.
5. Pemeriksaan penunjang : Dilakukan DL, yang positif
Pemeriksaan USG perut atau CT Scan
6. Konsultasi : Dokter Spesialis lain yang terkait bila diperlukan
7. Perawatan RS : Rawat inap
8. Terapi