Anda di halaman 1dari 3

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Bendung merupakan salah satu infrastruktur bangunan saluran irigasi yang


mempunyai peranan penting dalam pengembangan perekonomian di suatu daerah
terutama di bidang pertanian. Dalam hal tersebut bendung mempunyai peranan
dalam mewujudkan keseimbangan ekonomi dan ketahanan pangan pada suatu
daerah sehingga terpenuhinya kebutuhan sumber daya air. Permasalahan yang
terjadi sekarang adalah banyaknya area persawahan yang masih kekurangan air.
Salah satu penyebabnya adalah kerusakan yang terjadi pada bangunan irigasi
(bendung) baik dari segi infrastruktur maupun segi fungsional. Langkah yang
tepat untuk menanggulangi hal tersebut adalah dengan melakukan rehabilitasi
bangunan irigasi (bendung).
Kabupaten Ponorogo memiliki modal/ prasarana dasar berupa lahan
pertanian dan merupakan salah satu daerah penyangga pangan di Jawa Timur.
Kabupaten Ponorogo memiliki 440 daerah irigasi dengan luas total 17.950 Ha dan
berdasarkan data Dasar Prasarana Irigasi tahun 2017 menunjukkan 55,32% dalam
kondisi baik, 0,72% dalam kondisi sedang, 14,42% dalam kondisi rusak ringan
dan 29,55% dalam kondisi rusak berat (Dinas PUPR Kab. Ponorogo, 2017). Salah
satu sungai yang mengaliri daerah irigasi di kabupaten Ponorogo adalah Sungai
Pelem yang memiliki panjang 18 km dan mengairi daerah irigasi seluas 726 Ha
(BPS Kabupaten Ponorogo, 2019). Sepanjang aliran sungai Pelem terdapat 10
bendung yaitu Bendung Wates, Trenggulun, Sedoyo, Watudukun, Ngeprih, Puro,
Kurung, Puguh, Kunti, dan Ngledo yang dimanfaatkan untuk keperluan irigasi
dan tanggungjawab pengembangan serta pengelolaannya di bawah kewenangan
pemerintah Kabupaten Ponorogo, Kecamatan Bungkal. Bendung tersebut berada
di bawah pengelolaan UPTD Karangan, Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan
Ruang Karangan, Kabupaten Ponorogo.
Permasalahan yang ditemukan pada 10 bendung tersebut adalah rusaknya
pintu pengambilan dan material di badan bendung yang mengelupas sehingga

1
menyebabkan menurunnya fungsi dari bangunan irigasi yang berdampak pada
menurunnya asupan air bagi daerah irigasi. Selama ini untuk menentukan atau
pengambilan keputusan pemeliharaan atau rehabilitasi bendung di Kabupaten
Ponorogo di dahului oleh tahap perencanaan dan dibatasi oleh adanya Dana
Alokasi Khusus (DAK) yang disediakan oleh pemerintah melalui APBN,
permasalahannya adalah belum adanya metode untuk menentukan urutan prioritas
pemeliharaan atau rehabilitasi bendung dengan memadukan berbagai kriteria yang
ada.
Berdasarkan uraian tersebut di atas maka diperlukan sistem yang tepat agar
kegiatan pemeliharaan bendung di Kabupaten Ponorogo dapat berjalan dengan
baik dan efisien. Salah satu upaya yang diharapkan akan membantu dinas teknis
dalam hal ini adalah dengan membuat sistem penentuan prioritas pemeliharaan
bendung. Hal ini diperlukan sebagai dasar pengambilan keputusan yang dapat
meningkatkan efektifitas dalam melakukan pemeliharaan atau rehabilitasi.
Penelitian ini akan digunakan metode AHP (Analytical Hierarchy Process) dan
TOPSIS (Technique for Order Preference by Similarity to Ideal Solution). Metode
AHP digunakan untuk melakukan pembobotan kriteria dan uji konsistensi
terhadap matriks perbandingan berpasangan yang akan menghasilkan bobot
kriteria. Kemudian bobot kriteria dari proses AHP akan digunakan sebagai input
bobot kriteria dalam metode TOPSIS untuk melakukan perangkingan untuk
menentukan alternatif keputusan. Hasil penelitian ini diharapkan mampu
memberikan alternatif keputusan kepada pengambil keputusan rehabilitasi
bendung di UPTD Karangan Ponorogo.

1.2 RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan suatu


permasalahan sebagai berikut:
a. Bagaimana kondisi fisik dan fungsi bendung?
b. Bagaimana perhitungan MADM metode AHP dan TOPSIS?
c. Bagaimana nilai prioritas rehabilitasi bendung di aliran Sungai Pelem
Kabupaten Ponorogo berdasaran MADM metode AHP dan TOPSIS?

2
1.3 TUJUAN PENELITIAN

Berdasarkan latar belakang dan permasalahn maka tujuan yang ingin


dicapai dalam penelitian ini sebagai berikut:
a. Untuk mengetahui kondisi fisik dan fungsi bendung
b. Untuk mengetahui proses perhitungan MADM metode AHP dan TOPSIS
c. Untuk mengetahui prioritas rehabilitasi bendung di aliran Sungai Pelem
Kabupaten Ponorogo berdasarkan MADM metode AHP dan TOPSIS.

1.4 MANFAAT PENELITIAN


Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
a. Sebagai pertimbangan bagi instansi terkait untuk menentukan prioritas
rehabilitasi bendung di wilayah Ponorogo
b. Selain itu diharakan penelitian ini dapat dijadikan bahan pertimbangan untuk
melakukan perawatan dan pemeliharaan bangunan struktur bendung agar
dapat berfungsi dengan baik dan efisien.

1.5 BATASAN PENELITIAN

Agar penelitian tidak terlalu luas tinjauannya dan tidak menyimpang dari
rumusan masalah diatas, maka perlu adanya pembatasan masalah yang ditinjau
yaitu:
a. Tinjauan langsung ke lokasi Bendung,
b. Tinjauan hanya dilakukan pada kondisi fisik bendung,
c. Analisis kerusakan fisik diamati secara langsung tidak menggunakan
hitungan.

Anda mungkin juga menyukai