Anda di halaman 1dari 27

PROPOSAL PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA

JUDUL PROGRAM

SURVEI GEOLISTRIK METODE RESISTIVITAS UNTUK


INTERPRETASI KEDALAMAN LAPISAN BEDROCK DALAM UPAYA
PENCEGAHAN BENCANA TANAH LONGSOR DI CIBADAK, BOGOR

BIDANG KEGIATAN :

PKM PENELITIAN

Diusulkan oleh :
Ahmad Maulana 1206242630 2012

Fitrianita 1206250626 2012

Muhammad Ramdhani 1206257374 2012

UNIVERSITAS INDONESIA

DEPOK

2015
ii

ii
iii

Depok, 24 Februari 201


iii
iv

DAFTAR ISI
Halaman Judul i

Halaman Pengesahan ii
Daftar Isi iii
Daftar Gambar iv
Ringkasan v
Bab I Pendahuluan 1
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Rumusan Masalah 2
1.3 Tujuan 2
1.4 Luaran 2
1.5 Manfaat Program 3
Bab II Tinjauan Pustaka
2.1 Tanah Longsor 3
2.2 Tiang Pancang dan Bedrock 4
2.3 Metode Resistivitas 5
2.4 Morfologi Geologi 7
Bab III Metode Penelitian 8
Bab IV Biaya dan Jadwal Kegiatan
4.1. Rincian Biaya 9
4.2 Jadwal Kegiatan 9
Daftar Pustaka 10
Lampiran 11
Lampiran 1. Biodata Ketua dan Anggota 11
Lampiran 2. Justifikasi Anggaran Kegiatan 17
Lampiran 3. Susunan Organisasi Tim Kegiatan dan Pembagian Tugas 19
Lampiran 4. Surat Pernyataan Tidak Melakukan Plagiarism 20

iv
v

DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Tampilan bedrock pada lereng 5

Gambar 2. Konfigurasi Wenner-Schlumberger 7

v
vi

RINGKASAN

Penelitian dilakukan untuk menentukan kedalaman lapisan bedrock dalam upaya pencegahan tanah
longsor di desa Cibadak, Kecamatan Sukamakmur, Bogor. Lokasi penelitian ini merupakan daerah
dengan topografi berlereng dan berpotensi untuk terjadinya gerakan tanah. Pengetahuan mengenai
kedalaman bedrock ini sangat penting untuk pemasangan tiang pancang secara benar dan efektif.
Pemasangan tiang pancang harus mencapai bedrock, karena bedrock merupakan batuan dasar
kokoh yang tidak akan terpengaruh posisinya oleh bidang gelincir. Penelitian ini menggunakan
metode geolistrik resistivitas untuk mencari anomali resistivitas dari bedrock. Metode pengukuran
menggunakan konfigurasi Wenner-Slumberger. Pengukuran dilakukan sebanyak 5 lintasan dengan
panjang setiap lintasan 384 meter. Jarak antara kedua lintasan 8 meter. Pengolahan data dari hasil
pengukuran dilakukan dengan menggunakan software Res2Dinv. Hasil dari pengolahan data
berupa gambaran permukaan bawah tanah dua dimensi pada lokasi pengukuran. Hasil pengolahan
data akan diinterpretasi dan luaran yang dihasilkan berupa peta bawah permukaan, kontur sebaran
kedalaman lapisan bedrock, dan akan dipublikasi dalam bentuk artikel ilmiah. Dampak dari
penelitian ini diharapkan dapat memberikan referensi kepada pemerintah untuk pemasangan tiang
secara tepat guna mencegah terjadinya tanah longsor di daerah setempat.
Kata kunci : bedrock, tiang pancang, metode geolistrik resistivitas

vi
1

BAB 1. PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG

Bencana alam tanah longsor sering melanda beberapa daerah di


Indonesia. Salah satu penyebabnya karena Indonesia terletak pada pertemuan
3 lempeng tektonik, yaitu lempeng Eurasia, lempeng Hindia-Australia, dan
lempeng Pasifik. Pada daerah di sekitar batas lempeng ini biasanya terjadi
aktifitas tektonik, seperti subduksi, tumbukan, pemekaran punggung
samudra,dll. Hal ini menyebabkan Indonesia sering mengalami gempa
tektonik. Guncangan gempa tersebut dapat mengakibatkan terjadinya tanah
longsor di daerah perbukitan dengan lereng yang curam. Selain itu, faktor-
faktor lain penyebab tanah longsor yang sangat berpengaruh adalah adanya
bidang gelincir (slip surface) atau bidang geser (shear surface), kemiringan
lereng, tanah yang kurang padat/tebal, jenis tata lahan, dan adanya beban
tambahan.

Kepala Pusat Data Informasi dan Humas Badan Nasional


Penanggulangan Bencana (BNPB), Sutopo Purwo Nugroho mengungkapkan
sudah lebih dari 2.000 kali longsor terjadi di Indonesia dalam 10 tahun
terakhir. Bahkan diungkapkan, berdasarkan data yang dimiliki dalam 10
tahun ini, bencana longsor cenderung meningkat. Masyarakat banyak yang
kehilangan harta benda bahkan tanah longsor juga sering menelan korban.
Jika dilihat secara detail, terdapat 3 kabupaten yang paling sering mengalami
peristiwa tanah longsor dalam 10 tahun terakhir, di antaranya Kabupaten
Wonogiri dengan 90 kejadian, Kabupaten Bogor dengan 75 kejadian, dan
Kabupaten Wonosobo dengan 72 kejadian.

Di daerah Bogor sendiri kejadian longsor hampir setiap tahun terjadi.


Salah satu bencana tanah longsor terjadi pada tahun 2014 di desa Cibadak,
Bogor, sebanyak 55 rumah rata dengan tanah, 131 lainnya terancam roboh,
dan sebanyak 530 orang harus diungsikan. Hal ini disebabkan karena struktur
tanah yang tidak stabil akibat pelapukan dan curah hujan yang cukup tinggi di
daerah tersebut. Berdasarkan pemaparan di atas, pemahaman mengenai
faktor-faktor penyebab tanah longsor menjadi hal yang sangat penting bagi
2

pemerintah maupun masyarakat. Salah satu alternatif solusi untuk mengatasi


tanah longsor ini, yaitu dengan cara pemasangan tiang pancang. Pemasangan
tiang pancang ini bertujuan untuk menyangga tanah dengan cara
menancapkan tiang pada batu keras (bedrock) yang ada di bawah permukaan
bumi. Oleh karena itu, kami melakukan penelitian untuk mencari kedalaman
serta ketebalan lapisan bedrock yang berperan untuk pemasang tiang pancang
di desa Cibadak, Bogor menggunakan metode geolistrik resistivitas. Sehingga
diharapkan penelitian ini dapat memberikan manfaat dalam upaya
pencegahan terjadinya bencana alam tanah longsor.

1.2 RUMUSAN MASALAH

1. Bagaimana melakukan pengukuran geolistrik resistivitas dan analisis


geologi di daerah Cibadak, Bogor?
2. Bagaimana memetakan struktur bawah permukaan di daerah Cibadak,
Bogor?
3. Bagaimana menginterpretasi ketebalan lapisan bedrock di daerah Cibadak,
Bogor?
4. Bagaimana membuat kontur sebaran kedalaman lapisan bedrock di daerah
Cibadak, Bogor?

1.3 TUJUAN

1. Melakukan pengukuran geolistrik resistivitas dan analisis geologi di


Cibadak, Bogor
2. Memetakan struktur bawah permukaan daerah Cibadak, Bogor
3. Melakukan interpretasi ketebalan lapisan bedrock di daerah Cibadak,
Bogor
4. Membuat kontur sebaran kedalaman lapisan bedrock di daerah Cibadak,
Bogor

1.4 LUARAN

1. Pemetaan struktur bawah permukaan di daerah Cibadak, Bogor


2. Kontur sebaran kedalaman lapisan bedrock di daerah Cibadak, Bogor
3

3. Publikasi hasil interpretasi data berupa artikel ilmiah

1.5 MANFAAT PROGRAM

1. Memberikan referensi bagi pemerintah daerah setempat untuk melakukan


pemasangan tiang pancang untuk mencegah tanah longsor
2. Memberikan pengalaman bagi penulis untuk melakukan penelitian
langsung ke lapangan dan memperoleh data resistivity untuk menentukan
kedalaman lapisan bedrock

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tanah Longsor


Tanah longsor adalah perpindahan material pembentuk lereng berupa
batuan, bahan rombakan, tanah, atau material campuran tersebut, bergerak ke
bawah atau keluar lereng. Proses terjadinya tanah longsor dapat diterangkan
sebagai berikut: air yang meresap ke dalam tanah akan menambah bobot
tanah. Jika air tersebut menembus sampai tanah kedap air yang berperan
sebagai bidang gelincir, maka tanah menjadi licin dan tanah pelapukan di
atasnya akan bergerak mengikuti lereng dan keluar lereng. Berikut ini Faktor-
faktor yang menyebabkan terjadinya tanah longsor, yaitu curah hujan, lereng
terjal, tanah yang kurang padat dan tebal, getaran, adanya beban tambahan,
erosi atau pengikisan, dan adanya material timbunan pada tebing.
Pada musim kering yang panjang, umumnya permukaan tanah
mengalami penguapan dala jumlah besar. Hal ini mengakibatkan munculnya
pori-pori atau rongga tanah hingga terjadi retakan dan merekahnya tanah
permukaan. Ketika musim hujan air hujan akan menyusup masuk ke tanah
melalui rekahan dan terakumulasi di dasar lereng, sehingga menyebabkan
gerakan lateral. Faktor lainnya adalah kemiringan lereng. Lereng atau tebing
yang terjal akan memperbesar gaya pendorong. Lereng yang terjal terbentuk
karena pengikisan air sungai, mata air, air laut, dan angin. Jenis tanah juga
merupakan faktor terjadinya tanah longsor. Tanah yang kurang padat adalah
tanah lempung atau tanah liat dengan ketebalan lebih dari 2,5 m dan sudut
4

lereng lebih dari 220. Tanah jenis ini memiliki potensi untuk terjadinya tanah
longsor terutama bila terjadi hujan. Selain itu tanah ini sangat rentan terhadap
pergerakan tanah karena menjadi lembek terkena air dan pecah ketika hawa
terlalu panas.
Getaran juga dapat menyebabkan terjadinya tanah longsor. Getaran
yang terjadi biasanya diakibatkan oleh gempabumi, ledakan, getaran mesin,
dan getaran lalulintas kendaraan. Akibat yang ditimbulkannya adalah tanah,
badan jalan, lantai, dan dinding rumah menjadi retak. Selain itu, adanya beban
tambahan seperti beban bangunan pada lereng, dan kendaraan akan
memperbesar gaya pendorong terjadinya longsor, terutama di sekitar tikungan
jalan pada daerah lembah. Akibatnya adalah sering terjadinya penurunan tanah
dan retakan yang arahnya ke arah lembah. Pengikisan atau erosi juga dapat
mengakibatkan terjadinya longsor. Pengikisan banyak dilakukan oleh air
sungai ke arah tebing. Selain itu akibat penggundulan hutan di sekitar
tikungan sungai, tebing akan menjadi terjal. Untuk mengembangkan dan
memperluas lahan pemukiman umumnya dilakukan pemotongan tebing dan
penimbunan lembah. Tanah timbunan pada lembah tersebut belum terpadatkan
sempurna seperti tanah asli yang berada di bawahnya. Sehingga apabila hujan
akan terjadi penurunan tanah yang kemudian diikuti dengan retakan tanah.

Alternatif solusi yang dapat dilakukan untuk menegah terjadinya tanah


longsor, yaitu menutup retakan tanah dan dipadatkan agar air tidak masuk ke
dalam tanah melalui retakan, tidak menebang pohon di lereng, tidak
mendirikan bangunan di bawah tebing yang terjal, tidak mendirikan bangunan
di tepi sungai yang rawan erosi, dan melakukan pemasangan tiang pancang
untuk menahan tanah.

2.2 Tiang Pancang dan Bedrock


Bencana tanah longsor adalah salah satu bencana alam kebumian yang
disebabkan oleh factor geologi atau ulah manusia. Fenomena ini melibatkan
lapisan-lapisan dengan sifat fisika kontras, yang mengakibatkan kegagalan
struktur pada suatu kemiringan lapisan, dan lapisan tersebut meluncur ke
bawah akibat gaya gravitasi. Tanah longsor bergerak pada suatu bidang
5

gelincir. Bidang gelincir berada diantara bidang yang stabil (bedrock) dan
bidang yang bergerak (bidang yang tergelincir). Bedrock sendiri merupakan
batuan dasar kokoh(consolidated), terendap dan terkubur dibawah tanah atau
terkubur dibawah lapisan lainnya yang tidak kokoh(unconsolidated).

Gambar 1. Tampilan bedrock pada lereng

Dalam penanganan tanah longsor, bedrock berperan sebagai bidang


kokoh yang tidak akan terpengaruh posisinya oleh bidang yang tergelincir.
Salah satu upaya dalam penanganan longsoran, dapat dilakukan peningkatan
stabilitas lereng dengan cara memperbesar gaya penahan. Hal ini dapat
dilakukan dengan pemasangan tiang pancang yang langsung dihubungkan ke
batuan dasar(bedrock).Tiang pancang adalah bagian dari struktur yang
digunakan untuk menerima dan menyalurkan beban dari struktur atas ke
lapisan penunjang yang terletak pada kedalaman tertentu. Diperlukan letak
spesifik dan kedalaman dari bedrock dalam pemasangan tiang pancang, agar
tiang pancang dapat meneruskan beban dari permukaan dan lapisan yang
tergelincir hingga ke batuan dasar(bedrock).

2.3 Metode Reistivitas


Metode resistivitas adalah salah satu metode geolistrik yang
memanfaatkan sifat resistivitas dari batuan untuk mendeteksi dan memetakan
formasi bawah permukaan bumi. Metode ini merupakan metode geofisika
yang bersifat aktif, artinya dilakukan dengan menginjeksikan arus listrik ke
bawah permukaan dan mengukur beda potensial yang dihasilkannya.
6

Sifat konduktivitas dan resistivitas batuan dipengaruhi oleh kandungan


fluida dan mineral yang ada di dalamnya. Dengan mengetahui nilai resistivitas
ataupun konduktivitas struktur bawah permukaan, dapat diketahui pula
material penyusunnya. Sifat konduktivitas listrik dari suatu batuan yang dekat
dengan permukaan bumi sangat dipegaruhi oleh jumlah air, kadar garam, dan
bagaimana cara pendistribusian air dalam batuan. Pengukuran resistivitas
dilakukan dengan menganggap bahwa bumi bersifat homogen isotropis.
Namun pada kenyataannya, bumi bersifat heterogen dengan berbagai macam
variasi formasi batuan baik di arah vertikal maupun horizontal. Objek batuan
yang tidak homogen ini menyebabkan nilai resistivitasnya beragam dan tidak
homogen, sehingga yang diukur adalah resistivitas semu. Harga resistivitas
semu ini bergantung pada jenis-jenis formasi batuan dan konfigurasi elektroda
yang digunakan. Perhitungan resistivitas semu dilakukan menuruti persamaan
berikut.

= (1)

dengan ρ adalah nilai resistivitas, ΔV adalah beda potensial yang terukur, dan
I adalah kuat arus listrik yang diinjeksikan ke bumi, dan K adalah faktor
geometri dari konfigurasi elektroda yang digunakan pada saat pengukuran.
Metode geolistrik memiliki beberapa model konfigurasi salah satunya adalah
konfigurasi Wenner – Schlumberger. Konfigurasi ini merupakan modifikasi
dari bentuk konfigurasi Wenner dan konfigurasi Schlumberger dapat
digunakan pada sistem konfigurasi yang menggunakan aturan spasi yang
konstan dengan catatan faktor untuk konfigurasi ini adalah perbandingan

jarak antara elektroda C1-P1 dan C2-P2 dengan spasi antara elektroda P1-P2.
Konfigurasi ini merupakan kombinasi antara konfigurasi Wenner-
Schlumberger yang menggunakan spasi elektroda yang konstan. Disamping
itu cakupan horizontal lebih baik, penetrasi maksimum dari konfigurasi ini 15
% lebih baik dari konfigurasi Wenner. Konfigurasi Schlumberger – Wenner
adalah metode geolistrik resistivitas dengan sistem aturan spasi elektroda
yang konstan dengan faktor pengali ‘n’ adalah perbandingan jarak antara
elektroda C1-P1 atau (C2-P2) dengan P1-P2. Konfigurasi Wenner-
Schlumberger dapat dilihat pada gambar 2.
7

Gambar 2. Konfigurasi Wenner-Schlumberger

Rumusan faktor geometri K pada konfigurasi tersebut dapat ditulis sebagai


berikut :
−1

1 1 1 1

=2 − − − (2)
1 1 2 1 1 2 2 2

2.4 Morfologi Geologi


Analisis geologi juga diperlukan untuk meninjau parameter
kemiringan lereng. Umumnya tanah longsor terjadi pada wilayah berlereng.
Semakin curam kemiringan lereng dari suatu kawasan maka akan semakin
besar potensi kejadian tanah longsor. Besar presentase kemiringan lereng
adalah salah satu informasi yang bisa didapat setelah melihat dan
menganalisis peta topografi. Cara mengukurnya adalah sebagai berikut.
 Mencari peta topografi kawasan penelitian dan melihat skalanya.
 Menentukan dua titik pada peta yang merepresentasikan wilayah
kemiringan lereng dan mengukur jaraknya pada peta (dengan satuan cm).
 Menghitung beda tinggi kedua titik tersebut dari titik acuan muka air laut.
 Menghitung kemiringan lereng dalam presentase dengan persamaan :
= 100%

 Menghitung kemiringan lereng dalam derajat dengan persamaan :


tan =
8

Presentase kemiringan lereng menggambarkan bentuk lereng.


Semakin kecil presentasenya maka pada wilayah tersebut semakin datar, dan
sebaliknya semakin besar presentasenya maka lereng semakin curam.

BAB 3. METODE PENELITIAN

Penelitian ini dilakukan dalam rentang waktu bulan Juli 2015 sampai
bulan November 2015 yang berlokasi di Desa Cibadak, Kecamatan Sukamakmur,
Bogor. Alat-alat yang digunakan terdiri dari resistivitymeter, aki, dua pasang
elektroda, meteran, palu, dan GPS. Tahapan kegiatan penelitian meliputi survei
pendahuluan, pengambilan data, pengolahan data, dan interpretasi data.
Survei pendahuluan dilakukan untuk melihat kondisi geologi daerah
Cibadak, Bogor dengan lebih jelas dan juga mencari akses transportasi untuk
mempermudah mobilisasi pada saat pengukuran, sehingga waktu yang diperlukan
untuk melakukan pengambilan data di lapangan lebih efisien. Untuk melakukan
penelitian ini, kami menggunakan metode geolistrik resistivitas yang bertujuan
untuk mencari anomali resistivitas dari bedrock . Pengukuran yang dilakukan
menggunakan konfigurasi Wenner-Schlumberger (jelasin, berapa titik, jaraknya,
gambar griddingnya). Setelah dilakukan pengukuran data untuk semua titik
berupa nilai arus dan beda potensial (IF, VF, IR, VR), kemudian dilakukan
perhitungan nilai faktor geometri dengan menggunakan Persamaan 2 seperti yang
ditulis di bagian atas. Selanjutnya menghitung nilai tahanan jenis semu (apparent
resistivity) menggunakan Persamaan 1. Pengolahan data menggunakan software
Res2Dinv versi 3.59 untuk mendapatkan tampilan citra dua dimensi
(menunjukkan kontur tahanan jenis sebenarnya). Dari hasil pengolahan data
tersebut dilakukan analisis dan interpretasi data mengenai pola anomali resistivitas
atau tahanan jenis untuk memperoleh kedalaman bidang gelincir dan struktur
geometri bidang gelincir.
9

BAB 4. BIAYA DAN JADWAL KEGIATAN


4.1. Anggaran Biaya

No Jenis Pengeluaran Biaya (Rp)


1. Peralatan Penunjang Rp 4.040.000
2. Bahan Habis Pakai Rp 10.000
3. Perjalanan survei peminjaman alat ke PSDG, Rp 200.000
Bandung, perjalanan survei lokasi penelitian

4. Lain-lain : administrasi, publikasi Rp 750.000


Total Rp 5.000.000
4.2. Jadwal Kegiatan

No Jenis Kegiatan Bulan


1 2 3 4 5
1. Pemantapan ide dan alur penelitian
2. Pencarian data sekunder terkait penelitian
3. Survei lokasi penelitian
4. Survei lokasi peminjaman alat
5. Akuisisi data di lapangan
6. Pengolahan data lapangan
7. Interpretasi data lapangan
8. Publikasi

DAFTAR PUSTAKA

Hutagalung, Robert, 2013, Identifikasi Jenis Batuan Menggunakan Metode


Geolistrik Resistivitas Konfigurasi Schlumberger Dalam Perencanaan Pondasi
Bangunan Di Terminal Transit Desa Passo, Jurusan Fisika Fakultas Matematika
dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Pattimura, Maluku.
10

Noorwantoro, Muhammad, 2014, Analisa Kawasan Rawan Bencana Tanah


Longsor Di DAS Upper Brantas Menggunakan Sistem Informasi Geografi,
Jurusan Teknik Pengairan Fakultas Teknik Universitas Brawijaya, Malang.

Setiadi, Berli., Nina, Purwanti. (2015). Laporan tugas akhir:Analisis pondasi


jembatan dengan permodelan metode elemen hingga dan beda hingga, Bandung:
ITB.

Simatupang, Pintortua. Mekanika tanah II. Jakarta: Universitas Mercu Buana.

Syam.2014.Investigasi Lapisan Bedrock Dengan Menggunakan Metoda


Geolistrik (Studi Kasus: Gedung Olah Raga Universitas Hasanuddin).Makassar

Lampiran 1

1. Biodata Ketua Kelompok


A. Identitas diri
Nama Lengkap (dengan gelar) Ahmad Maulana
Jenis Kelamin L
Program Studi Fisika
11

NIM 1206242630

Tempat dan Tanggal Lahir Jakarta, 19 November 1994


E-mail ahmad.maulana21@ui.ac.id
Nomor Telepon/ HP 08881815074
B. Riwayat Pendidikan

SD SMP SMA
Nama Institusi MIN 3 SMPN 179 SMAN 97
Cijantung Jakarta Jakarta

Jurusan IPA
Tahun masuk-lulus 2000-2006 2006-2009 2009-2012
C. Pemakalah Seminar Ilmiah (Oral Presentation)

No Nama Pertemuan Ilmiah/ Judul Artikel Ilmiah Waktu dan


Seminar Tempat

D. Penghargaan dalam 10 tahun terakhir (dari pemerintah, institusi,


atau asosiasi lainnya)
No Jenis Penghargaan Institusi Pemberi Tahun
Penghargaan

Semua data yang saya isikan dan tercantum dalam biodata ini adalah benar dan
dapat dipertanggunjawabkan secara hukum. Apabila di kemudian hari ternyata
dijumpai ketidak-sesuaian dengan kenyataan, saya sanggup menerima sanksi.
Demikian biodata ini saya buat dengan sebenar-benarnya untuk memenuhi
salah satu persyaratan dalam pengajuan PKM-Penelitian.

Depok, 24 Februari 2015


12

Pengusul,

(Ahmad Maulana)

2. Biodata Anggota Kelompok


1 A. Identitas diri
Nama Lengkap (dengan gelar) Fitrianita
Jenis Kelamin P
Program Studi Fisika
NIM 1206250626
Tempat dan Tanggal Lahir Jakarta, 8 April 1994
13

E-mail fitrianita.ui.ac.id
Nomor Telepon/ HP 085695122016
B. Riwayat Pendidikan

SD SMP SMA
Nama Institusi SDN Wanasari SMP Negri 1 SMA Negri 1
13 Tambun Selatan Tambun Selatan

Jurusan IPA
Tahun masuk-lulus 2000-2006 2006-2009 2009-2012
C. Pemakalah Seminar Ilmiah (Oral Presentation)

No Nama Pertemuan Ilmiah/ Judul Artikel Ilmiah Waktu dan


Seminar Tempat

D. Penghargaan dalam 10 tahun terakhir (dari pemerintah, institusi,


atau asosiasi lainnya)
No Jenis Penghargaan Institusi Pemberi Tahun
Penghargaan

Semua data yang saya isikan dan tercantum dalam biodata ini adalah benar dan
dapat dipertanggunjawabkan secara hukum. Apabila di kemudian hari ternyata
dijumpai ketidak-sesuaian dengan kenyataan, saya sanggup menerima sanksi.
Demikian biodata ini saya buat dengan sebenar-benarnya untuk memenuhi
salah satu persyaratan dalam pengajuan PKM-Penelitian.

Depok, 24 Februari 2014


14

Pengusul,

(Fitrianita)

3. Biodata Anggota Kelompok


2 A. Identitas diri
Nama Lengkap (dengan gelar) Muhammad Ramdhani
Jenis Kelamin L
Program Studi Fisika
NIM 1206257374
15

Tempat dan Tanggal Lahir Jakarta, 25 Februari 1994


E-mail
Nomor Telepon/ HP 081289374499/08999245914
B. Riwayat Pendidikan

SD SMP SMA
Nama Institusi SDI Miftahul SMPN 95 SMAN 13
Ulum Jakarta Jakarta

Jurusan IPA
Tahun masuk-lulus 2000-2006 2006-2009 2009-2012
C. Pemakalah Seminar Ilmiah (Oral Presentation)

No Nama Pertemuan Ilmiah/ Judul Artikel Ilmiah Waktu dan


Seminar Tempat

D. Penghargaan dalam 10 tahun terakhir (dari pemerintah, institusi,


atau asosiasi lainnya)
No Jenis Penghargaan Institusi Pemberi Tahun
Penghargaan

Semua data yang saya isikan dan tercantum dalam biodata ini adalah benar dan
dapat dipertanggunjawabkan secara hukum. Apabila di kemudian hari ternyata
dijumpai ketidak-sesuaian dengan kenyataan, saya sanggup menerima sanksi.
Demikian biodata ini saya buat dengan sebenar-benarnya untuk memenuhi
salah satu persyaratan dalam pengajuan PKM-Penelitian.
16

Depok, 24 Februari 2014


Pengusul,

(Muhammad Ramdhani)

Lampiran 2. Justifikasi Anggaran Kegiatan


(Pada penelitian yang kami lakukan biaya sebagian bedar dilakukan untuk
peminajaman alat, sedangkan bahan habis pakai tidak terlalu banyak. Karena kami
melakukan pengukuran dengan menggunakan metode Geofisika)

1. Peralatan Penunjang
17

Material Justifikasi Kuantitas Harga Jumlah (Rp)


Pemakaian Satuan (Rp)

Resistivitymeter Per unit/hari 1 unit/2 1.500.000,00 3.000.000,00


hari

GPS Per unit/hari 8 unit/2 30.000,00 480.000,00


hari

HT Per unit/hari 8 unit/2 35.000,00 560.000,00


hari

Subtotal (Rp) 4.040.000


2. Bahan Habis Pakai

Justifikasi Harga Jumlah


Material Kuantitas Satuan
Pemakaian (Rp)
(Rp)

Air Garam Per unit/hari 1 unit/hari 5.000,00 10.000,00


Subtotal (Rp) 10.000
3. Biaya Kesekretariatan dan Publikasi

Material Justifikasi Kuantitas Harga Jumlah


Pemakaian Satuan (Rp) (Rp)

Kesekretariatan 50.000
Pelaporan dan 100.000
Penggandaan

Publikasi artikel 300.000


ilmiah

Subtotal (Rp) 450.000


4. Perjalanan
Justifikasi Harga Jumlah
Material Kuantitas Satuan
Pemakaian (Rp)
(Rp)
18

Perjalanan ke 14 liter 6800 95.200


Cibadak, Bogor

Perjalanan ke PSDG 104.800


Bandung

Subtotal (Rp) 200.000


5. Lain-lain :

Justifikasi Harga Jumlah


Material Kuantitas Satuan
Pemakaian (Rp)
(Rp)

Konsumsi 2 hari 3 orang 50.000 300.000


Subtotal (Rp) 300.000
19

Lampiran 3. Susunan Organisasi Tim Kegiatan dan Pembagian Tugas

No Nama/ NIM Program Bidang Alokasi Waktu Uraian Tugas


Studi Ilmu (jam/ waktu)

1 Ahmad Maulana Fisika Geofisika 12 jam/minggu Mengurus


perizinan untuk
survei dan akuisisi
data, menjadi
koordinator dalam
survei lapangan,
mencari data
tentang longsor dan
informasi terkait
geologi Cibadak,
Bogor

2 Fitrianita Fisika Geofisika 12 jam/minggu Kesekretariatan


data, mengelola
pemasukan dan
pengeluaran,
Membuat grid
daerah pengukuran
menggunakan
google earth

3 Muhammad Fisika Geofisika 12 jam/minggu Mengurus


Ramdhani peminjaman alat
dan akomodasi
selama penelitian,
mencari data terkait
metode resistivitas
20
21

Anda mungkin juga menyukai