Anda di halaman 1dari 7

Laporan Resmi Praktikum Polimer

Pembuatan Polimetil Metakrilat

I. Tujuan
1. Mengerti dan memahami bahan utama dan bahan pembantu untuk pembuatan
Rayon
2. Menerapkan K3 dalam pembuatan Rayon
3. Melakukan percobaan polimerisasi kondensasi
4. Mengenali ciri-ciri polimerisasi kondensasi
5. Mempelajari pembuatan polimer kondensasi pada pembuatan serat Rayon
6. Membuat serat Rayon dalam skala Lab

II. Dasar Teori


Serat adalah polimer yang memiliki perbandingan panjang molekul terhadap
diameter molekulnya kira-kira 100 : 1 dan dicirikan oleh modulus dan kekuatanya
yang tinggi, elangasi atau daya rentang yang baik, stabilitas panas yang baik,
spinabilitas atau kemampuan untuk dirubah menjadi filament-filamen dan sejumlah
sifat sifat lain yang bergantung pada apakah iia dipakai dalam tekstil, kawat, tali,
kabel dan lain-lain. Serat dapat didefinisikan menjadi dua yaitu serat alam dan serat
sintetis. Serat alam adalah serat yang diproduks oleh tumbuh-tumbuhan, hewn, dan
proses geologis, serat jenis ini bersifat dapat mengalami pelapukan. Serat sintetis atau
serat buatan adalah serat yang umumnya berasal darii bahan petrokimia. Namun
demikian ada pula serat sintetis yang dibuat darii selulosa alami seperti rayon.
Serat Rayon adalah serat semisintetis yang merupakan hasl regenerasi selulosa
sehingga tdak dapat digolongkan sebagai serat sintetis atau serat alami yang
sesungguhnya. Selulosa merupakan komponen utama dinding sel tumbuhan yang
mempunyai sifat tidak larut dalam air, tidak berasa, dan merupakan karbohidrat yang
tidak mereduksi.
Selulosa merupakan homopoli sakarida yang tersusun atas unit-unit 1,4’-β-D-
glukosa. Polimer ini merupakan rantai-rantai atau mikrofibril yang mengandung unit
D-glukosa sampai sebanyak 14.000 satuan. Rantai-rantai selulosa ini terdapat sebagai
bekas-bekas terpuntir mirip tali, yang terikat satu sama lain dengan ikatan hydrogen.
Serat selulosa adalah suatu adsorben yang mempunyai luas permukaan besar dan
derajad pengembangan dalam air yang tinggi.
Serat Rayon mempunya bagian-bagan yang berupa Kristal dan amorf, dengan
derajat kristalisator antara 40-60% kadar bagian kristal serat rayon ini lebh rendah
dibandingkan dengan kapas yang mencapai lebih dar 80%. Hal ini menyebabkan serat
rayon memiliki daya serap air lebih tinggi, namun kekuatan dan stabilitasnya lebih
rendah daripada kapas. Rayo kehilangan kekuatan diatas suhu 149ᵒc, dan
terdekomposisi pada 177ᵒc sampai 204ᵒc laruan asam encer yang panas dapat
merusak rayon sedangkan larutan basa secara signifikan tidak merusak rayon.
Kerusakan rayon dalam larutan asam merupakan reaksi degradasi rantai selulosa.

III. Alat dan Bahan

No. Alat dan Bahan Jumlah Spesifikasi

1. Gelas Beker 1 Untuk mencampur larutan


500ml
2. Pipet Tetes 1 Untuk mengambil larutan

3. Labu Takar 1 Untuk mengukur larutan

4. Corong 1 Sebagai alat bantu untuk


menyaring bahan

5. Pinset 1 Sebagai alat bantu untu menjepit


tabung

6. Pengaduk 1 Sebagai alat bantu untuk


pengadukan bahan

7. CuSo4, 5H2O 1 Sebagai bahan utama


8. Ammonia,NH3 1 Sebagai bahan utama
pekat
9. Larutan H2SO4, 1 Sebagai bahan pembantu
5%

10. Kertas Saring Untuk menyaring memisahkan


antara endapan dan filtrat

IV. Skema Kerja

5gr CuSo4.5H2O
Pencampuran
+

2ml Aquades

5ml NH3 Pencampuran dan


pengadukan

Penyariingan I

pencucian

Penyaringan II

NH3 12,5ml pencampuran


Kapas Pengadukan

Penyepetan Rayon

Cara Kerja :

1. Dibuat larutan H2SO4 5%


2. Ditimbang CuSO4. 5H2O seberat 5 gram, lalu larutkan dalam 25 ml air
3. Diaduk larutan tersebut tanpa pemanasan
4. Ditetesi larutan tersebut dengan NH3, sambil terus disduk sampai terbentuk endapan
5. Disaring endapan tersebut dengan kertas saring
6. Dicuci endapan tersebut sebanyak dua kali
7. Dipindahkan filtrate dalam gelas beker, filtrate dapat dibuang
8. Diambil kapas dan disobek-sobek sampai sekecil-kecilnya dan dimasukan kedalam
larutan cupri ammnia yang berwarna biru tua
9. Diaduk untuk melarutkan kappa
10. Dimasukan larutan asam sulfat 5% dalam gelas beker 250ml
11. Ditipet tetes demi tetes larutan cupri dalam NN3 masukan kedalam larutan H2SO4 5%
12. Benang rayon akan terbentuk dalam larutan tersebut, ambil rayon tersebut, lalu dicuci
dengan aquades

V. Data pengamatan
No Perlakuan Perubahan yang terjadi
1. CuSO4. 5H2O dilarutkan dalam Warna menjadi buru laut atau bening
aquades
2. Ditambah NH3 5ml Warna menjadi biru tua dan terdapat
endapan

3. Disaring dengan kertas saring Endapan berwarna hijau tosca, dan


filtrate biru tua

4. Endapan ditambah NH3 Berwarna biru, kental

5. Diambil debgan suntikan pada Menjadi bentuk memanjang


H2SO4

Analisis
- Warna =putih
- Bau = Menyengat
- Tekstur = Kuat
- Hasil akhir = Kuat, lentur, tidak berbau tajam,.
- Berat Rayon=

VI. Pembahasan

Rayon merupakan serat buatan yang paling tua. Pengamatan terhadap ulat sutera dalam
membuat kepompong ataupun laba-laba membuat jaring rumahnya, menyebabkan orang
ingin menirunya dengan cara memintal berbagai larutan untuk memperoleh filament seperti
sutera. Menjelang akhir abad ke 19 terdapat 3 macam proses untuk merubah senyawa
selulosa padat yang kemudian disemprotkan menjadi sustu serat melalui spinneret. Proses
kupramonium berkembang di jerman mulai tahun 1857. Proses nitroselulosa di perancis pada
tahun 1884 dan proses viskosa di inggris pada tahun 1892, proses viskosa pada waktu
sekarang paling banyak dikerjakan, proses kuproamonium hanya beberapa sedang proses
nitroselulosa tidak dipakai lagi.

Tujuan dari praktikum ini adalah mengerti dan memahami bahan utama dan bahan
pembantu untuk pembuatan rayon.melakukan percobaan polimersasi kondensasi serta dapat
mengenali ciri-ciri polimerisasi kondensasi. Mempelajari pembuatan polimer kondensasi
dalam pembuatan pembuatan serat rayon dan mampu membuat serat rayon dalam skala lab.
Polimerisasa kondensasi adalah proses pembentukan polimer melalui penggabungan
molekul-molekul kecil yang melibatkan gugus fungsi, dengan atau tanpa diikuti lepasnya
molekul kecil. Dengan kata lain, polimerisasi kondensasi hanya dilangsungkan oleh
monomer yang mempunyai gugus fungsional.

Langkah pertama yang dilakukan dalam praktikum pembuatan rayon adalah membuat
larutan H2SO4. Selanjutnya menimbang CuSO4. 5H2O seberat 5gram lalu dilarutkan dalam
25ml air, larutan tersebut diaduk dengan tanpa pemanasan. Tetesi larutan tersebut dengan
NH3 peket sambil terus diaduk. Endapan yang terbentuk lalu disaring dan endapan dicuci
sebanyak dua kali selanjutnya endapan dmasukkan kedalam gelas beker sedangkan filtratnya
sudah tidak terpakai dan dibuang.endapan ditambahkan NH3 lalu dtambahkan kapas sedikit
demi sedikit dengan terus dilakukan pengadukan. Kapas disobek kecil-kecil supaya mudah
terlarut secara sempurna. Proses pembentukan alkali selulosa dengan mereaksikan selulosa
yang berbentuk pulp dengan NH3, tujuanya adalah mendapatkan hasl berupa slury alkali
selulosa, penggabungan selulosa, menghilangkan kotoran dan melarutkn hemiselulosa
dengan NH3. Bahan utama yang digunakan yaitu CuSO4. 5H2O dan NH3. Langkah terakhir
yaitu ditipet larutan cupri dalam NH3, lalu dimasukan dalam H2SO4. H2SO4 merupakan
elektrolit kuat untuk membantu proses koagulasi dengan menjaga stabilitas pH (buffer) dan
mencegah kerusakan filament yang sudah terbentuk oleh H2SO4.

Hasil dari praktikum yang kami lakukan,dihasilkan serat rayon berbrntuk panjang
silinder, karakter serat rayon yang sudah jadi adalah berbentuk panjang siliinder, berwarna
putih, dan lumayan kuat. Berat total rayon yang sudah jadi adalah . Produk-produk rayon
yang biasa digunakan dalam kehidupan sehari-hari adalah senar pancing, sebagai bahan
pakaian serta dijadikan sebagai kain karena sifatnya yang menyerupai sutera. Dalam
praktikum ini, banyak kesalahan yang dilakukan sehingga hasil yang didapatkan tidak
maksimal. Salah satunya, human error, ketidak telitian dalam penimbangan bahan, alat yang
digunakan kurang steril sehingga dimungkinkan ada bahan lain yang masih menempel dan
mempengaruhi reaksi polimerisasi. Juga pada penambahan kapas terlalu berlebihan sehingga
larutan yang dihasilkan terlalu kental dal sulit saat pembentukn sehingga hasilnya kurang
sesuai seperti apa yang diiinginkan.

VII. Kesimpulan
1. Bahan utama dalam pembuatan serat rayon adalah CuSO4. 5H2O dan NH3,
sedangkan bahan pembantu yang digunakan adalah H2SO4
2. Polimerisasii yang terjadi dalam pembuatan serat rayon yaitu polimerisasi
kondensasi
3. Ciri-ciri yang dapat dilihat pada pembuatan serat rayon dengan polimerisasi
kondensasi yaitu terdapatnya hasil samping berupa H2O (air)
4. Dari praktikum pembuatan serat rayon, didapatkan hasil akhir berupa rayon
berwarna putih dengan bentuk memanjang silinder dengan karakter sedikit kuat
VIII. Daftar Pustaka
Basuki, Fatmuanis. 2000. Sitesis dan Karakterisasi Kopolimer Grafting Radiasi Asam
Akrilat, Akrilamida, dan Campuranya pada Serat Rayon Sebagai Penukar ion.
Depok: Departemen Kimia FMIPA UI.
Kauffman, GB. 1993.Rayon: The First Semi-Synthetic Fiber Product. Journal of
chemical education Y. Vol.70, No. 11, p887-893
Prabowo, N.K. 2007. Modifikasi Serat Rayon Sebagai Adsorben Ion Logam Berat
Pencangkokan Metakrilamida dan Agen Pengikat Silang N.N’-Teknik Ozonast.
Depok: Derpartemen Kimia FMIPA UI.

Anda mungkin juga menyukai