Anda di halaman 1dari 18

Praktikum Perancangan Sistem Terintegasi II

Program Studi Teknik Industri

2019
Praktikum Perancangan Sistem Terintegrasi II Modul 1 – Perencanaan Proses

1. Tujuan Praktikum
Tujuan dari praktikum Modul 1 Perencanaan Proses ini ialah sebagai lahan praktikan untuk:
1. Memahami konsep urutan aliran komponen perakitan suatu produk dan menyusunnya ke dalam
bentuk Assembly Chart (AC).
2. Memahami konsep ketergantungan operasi kerja dan menyusunnya ke dalam bentuk
Precedence Diagram (PD).
3. Memahami dan menyusun struktur dari suatu produk berupa Bill of Material (BOM).
4. Memahami proses produksi pembuatan part dari suatu produk dan menyusun Lembar Rencana
Proses (LRP) dari part tersebut.
5. Memahami konsep urutan operasi kerja dan menyusun Operation Process Chart (OPC) dari
suatu produk.

2. Teori Singkat
2.1 Definisi Perencanaan Proses
Menurut ANSI Standar Z94.10 (1972), process planning adalah, “[a] procedure for determining the
operations or actions necessary to transform material from one state to another.”

Sedangkan menurut Bedworth, process planning adalah “the preparation of a set of instructions that
describe how to fabricate a part or build an assembly which will satisfy engineering design
specification.”

Dalam praktikum ini perencanaan proses dilakukan berdasarkan urutan pengerjaan, mesin dan tools
yang digunakan, material yang dibutuhkan, toleransi, parameter pemesinan, dan lain-lain. Adapun
prosedur perencanaan proses – yang pada akhirnya disusun ke dalam bentuk Lembar Rencana
Proses – meliputi beberapa tugas, yaitu pemilihan proses, pemilihan alat potong, pemilihan
parameter pemesinan, pemilihan mesin, urutan operasi, serta penentuan gerak pahat. Pada
umumnya, pemilihan operasi sangat bergantung pada bentuk part yang akan dihasilkan serta
kemampuan mesin yang digunakan.

2.2 Langkah Umum Perencanaan Proses


1. Identifikasi keseluruhan bentuk part dari suatu produk.
2. Identifikasi fitur-fitur dan catatan-catatan yang berkaitan dengan proses manufaktur part
melalui gambar teknik.
3. Tentukan jenis material penyusun part.
4. Identifikasi datum surface untuk orientasi dimensi part.
5. Tentukan mesin untuk setiap proses.

Page | 1
Praktikum Perancangan Sistem Terintegrasi II Modul 1 – Perencanaan Proses

6. Tentukan seluruh operasi yang diperlukan dalam pembuatan fitur part.


7. Urutkan operasi-operasi tersebut berdasarkan konsep ketergantungan operasi kerja.
8. Pilih tools atau pahat yang digunakan pada setiap operasi.
9. Pilih atau rancang fixture yang diperlukan.
10. Evaluasi hasil perencanaan serta lakukan modifikasi bila perlu.
11. Tentukan parameter pemesinan untuk setiap operasi.
12. Susun lembar rencana proses akhir.

3. Tools Perencanaan Proses


3.1. Assembly Chart
Assembly Chart merupakan gambaran grafis yang mendeskripsikan urutan aliran komponen dan
subassembly yang akan dirakit menjadi sebuah produk. Assembly Chart bermanfaat untuk
menunjukkan komponen penyusun suatu produk dan menjelaskan bagaimana aliran perakitan
komponen-komponen tersebut. Pada pembuatan Assembly Chart, biasanya sering terjadi berbagai
kesalahan, seperti kesalahan penulisan fastener dan subassembly. Pada Gambar 1 dan Gambar 2
dicantumkan format dan contoh Assembly Chart.

Page | 2
Praktikum Perancangan Sistem Terintegrasi II Modul 1 – Perencanaan Proses

YYY xx
ZZZ

ZZZ SiAj

YYY xx

ZZZ
SiAj
YYY xx

ZZZ SiAj

YYY xx
ZZZ SiAj

YYY xx
ZZZ

ZZZ SiAj

YYY xx
ZZZ
SiAj

YYY xx

ZZZ SiAj

YYY xx

ZZZ SiAj ZZZ A


ZZZ SiAj

YYY xx

YYY xx

YYY xx

Gambar 1 Format Assembly Chart

dimana:
• xx adalah nomor part
• YYY adalah nama part
• ZZZ adalah nama dan jumlah fastener (bila ada)
• SiAj adalah subassembly
• A adalah produk akhir
• Untuk penulisan pada lingkaran-lingkaran SiAj, nilai i bertambah dari kanan ke kiri dan nilai j
bertambah dari atas ke bawah.

Page | 3
Praktikum Perancangan Sistem Terintegrasi II Modul 1 – Perencanaan Proses

Berikut ini adalah contoh dari Assembly Chart.

Gambar 2 Contoh Assembly Chart

Contoh penamaan fastener adalah sebagai berikut:


- Bolt M12 x 0,5 x 2 (12: diameter mayor, 0,5: jarak antar pitch, 2: jumlah). Penulisan ini
berlaku juga untuk nut dan screw.
- Washer M18 x 3 (18: diameter mayor, 3: jumlah). Penulisan ini berlaku juga untuk ring.

3.2. Precedence Diagram


Precedence Diagram (PD) adalah gambaran grafis yang memperlihatkan hubungan antara dua atau
lebih aktivitas dari suatu jaringan operasi kerja yang bertujuan untuk memudahkan pengawasan,
evaluasi, dan perencanaan aktivitas kerja yang terkait. Tanda-tanda yang digunakan dalam menyusun
Precedence Diagram ialah:
• Simbol lingkaran yang tertera nomor di dalamnya untuk mengidentifikasi suatu proses operasi.
• Tanda panah yang menunjukkan ketergantungan dari urutan tiap proses operasi, aturannya ialah
operasi yang berada pada pangkal panah berarti mendahului operasi kerja yang terdapat pada
ujung pangkal panah.

Page | 4
Praktikum Perancangan Sistem Terintegrasi II Modul 1 – Perencanaan Proses

Pada gambar 1 tertera contoh Precedence Diagram yang menunjukkan bahwa aktivitas 1 mendahului
aktivitas 2, artinya aktivitas 1 harus diselesaikan terlebih dahulu sebelum aktivitas 2 dimulai; aktivitas
2 mendahului aktivitas 3 dan 4, aktivitas 5 dikerjakan setelah aktivitas 3 selesai, sedangkan aktivitas
6 hanya bisa dimulai setelah aktivitas 4 dan 5 selesai dikerjakan.

Contoh aktivitas ialah penggabungan dua buah part. Misalnya, node 2 berisi penggabungan part 1
dan 2. Untuk node 3 bisa berisi hasil penggabungan di node 2 dengan part 3. Untuk node 4 berisi
hasil penggabungan node 2 dengan part 4.

Gambar 3 Contoh Precedence Diagram

3.3. Bill of Material


Bill of Material (BOM) adalah daftar dari semua material, part, subassembly, dan kuantitas yang
dibutuhkan untuk merakit, mencampur atau memproduksi produk akhir atau parent assembly.

Menurut Scott (1994), BOM merupakan sebuah kunci dalam menghubungkan struktur produk dan
sistem perencanaan material (material planning systems). Sangat baik apabila produk yang akan
dibuat atau dirakit dipresentasikan oleh BOM produk tersebut karena di dalam BOM digambarkan
komponen-komponen atau part-part produk dalam sebuah hubungan orang tua (parent) dan anak
(child).

BOM dibuat sebagai bagian dari proses desain dan digunakan oleh manufacturing engineer untuk
menentukan item yang harus dibeli atau diproduksi. Perencanaan pengendalian produksi dan
persediaan menggunakan BOM yang dihubungkan dengan Master Production Schedule (MPS) untuk
menentukan release item yang dibeli atau diproduksi.

Page | 5
Praktikum Perancangan Sistem Terintegrasi II Modul 1 – Perencanaan Proses

Untuk praktikum kali ini, digunakan format BOM dengan tabel yang kolom-kolomnya memuat
informasi mengenai:
1. Part Number (nomor part),
2. Description (nama part dan keterangan lain yang perlu dicantumkan),
3. Quantity for Each Assembly (kuantitas part untuk setiap satu produk jadi),
4. Unit of Measure (unit ukuran part), dan
5. Decision (keputusan untuk membeli atau memproduksi part tersebut).

Bila ditinjau dari komponen-komponen penyusun produknya, BOM dibedakan menjadi dua
macam: Single Level Bill of Material dan Multilevel Bill of Material.

3.3.1. Single Level Bill of Material


Format sederhana dari BOM disebut sebagai Single Level Bill of Material yang dapat dilihat pada
Tabel 1.
Tabel 1 Contoh Single Level BOM

ABC Lamp Company

Bill of Material, Part LA01

Quantity Unit of
Part Number Description Decision
For Each Assembly Measure

B100 Base assembly 1 Each Make

S100 14” Black shade 1 Each Make

A100 Socket assembly 1 Each Buy

3.3.2. Multi Level Bill of Material


Single Level Bill of Material tidak cukup untuk menggambarkan produk yang memiliki subassembly.
Untuk produk dengan subassembly, digunakan Multilevel Tree dan Multilevel Bill of Material.

Multilevel Tree berupa “pohon” dengan beberapa level yang menggambarkan struktur parents dan
child dari produk. Produk akhir yang merupakan parent dari subassembly berada pada level 0 (nol).
Begitu pula dengan subassembly yang merupakan parent dari parts yang berada pada level 1 (satu).
Nomor level bertambah untuk tiap child dari parent nya.

Contoh Multilevel Tree dicantumkan pada Gambar 2 dan contoh Multilevel Bill of Material
dicantumkan pada Tabel 2. Pada Multilevel Bill of Material, penulisan setiap level ditandai dengan
format penulisan Part Number yang menjorok ke dalam sesuai dengan level nya seperti yang tertera
pada Tabel 2.

Page | 6
Praktikum Perancangan Sistem Terintegrasi II Modul 1 – Perencanaan Proses

LA01 LEVEL 0

B100 S200 A300 LEVEL 1

1010 1020 1030 1040 1050 1060 1070 LEVEL 2

2010 2020 2030 LEVEL 3

Gambar 4 Contoh Struktur Multilevel Tree

Tabel 2 Contoh Multilevel BOM


ABC Lamp Company
Bill of Material, Part LA01

Part Quantity for Unit of


Description Decision
Number Each Assembly Measure

B100 Base assembly 1 Each Make

1010 Finished shaft 1 Each Make

2010 3/8” Steel tubing 26 Inches Buy

1020 7”-Diameter steel plate 1 Each Make

1030 Hub 1 Each Make

1040 ¼-20 Screws 4 Each Buy

S200 14” Black shade 1 Each Make

A300 Socket assembly 1 Each Make

1050 Steel holder 1 Each Make

1060 One-way socket 1 Each Buy

1070 Wiring assembly 1 Each Make

2020 16-Gauge lamp cord 12 Feet Make

2030 Standard plug terminal 1 Each Buy

3.4. Lembar Rencana Proses


Lembar Rencana Proses adalah representasi dalam bentuk tabular yang menyatakan urutan-urutan
operasi beserta parameternya dalam pembuatan part dari suatu produk. Contoh Lembar Rencana
Proses dapat dilihat pada tabel 3 dan tabel 4 di bawah ini.

Page | 7
Praktikum Perancangan Sistem Terintegrasi II Modul 1 – Perencanaan Proses

Tabel 3 Format Lembar Rencana Proses

LEMBARRENCANAPROSES ITB

Nomor : Halaman ke- :

No. Part : File Gambar:

Nama Part : Material :

Panjang : mm

Dibuat oleh : Ukuran Lebar/Diameter : mm

Tanggal : Tinggi : mm

Setup
Waktu Waktu Waktu
No. Proses Uraian Operasi Stasiun Kerja No. Alat Tools
Setup (s) Proses (s) Total (s)
Setup Bantu

Berikut ini adalah beberapa format penulisan operasi permesinan pada LRP :
• Turning : Nama Operasi (L=...., Do=..., Df=. )
Contoh : Turning (L=5mm, Do= 10mm, Df = 8mm)
• Milling : Nama Operasi (L=...., d=. )
Contoh : End Milling Roughing (L=15mm, d=2mm)
• Drilling : Nama Operasi (D=...., d=. )
Contoh : Drilling (D=5mm, d=2mm)
• Punching : Nama Operasi ( Ǿ =...., t=...., TS=. .. )
Contoh : Punching ( Ǿ = 8mm, t= 1.5 mm, TS=401.8 Mpa)
• Blanking : Nama Operasi ( L= ... , t= ...., TS=. )
Contoh : Blanking ( L= 465.38 mm , t= 1,5 mm, TS=401.8 Mpa)
• Embossing : Nama Operasi ( L=..., t=..., TS=. )
Contoh : Embossing ( L= 100 mm, t= 1.5 mm, TS=401.8 Mpa)

Note : format penulisan operasi permesinan dapat berubah tergantung operasi yang dilakukan,
mis : untuk chamfering pada mesin bubut diperlukan parameter tambahan yaitu besar sudut.

Page | 8
Praktikum Perancangan Sistem Terintegrasi II Modul 1 – Perencanaan Proses

3.5. Operation Process Chart


3.5.1. Definisi
Operation Process Chart (OPC) adalah peta kerja yang menggambarkan urutan kerja dengan
membagi pekerjaan-pekerjaan tersebut ke dalam elemen-elemen operasi secara rinci. OPC
menjelaskan langkah-langkah proses pengerjaan material, mulai dari bahan baku (material) hingga
menjadi komponen atau produk jadi.

OPC memuat informasi-informasi yang diperlukan untuk analisis lebih lanjut, yaitu lama waktu setiap
operasi, material yang digunakan, komponen yang dirakit, dan alat atau mesin yang dipakai untuk
memproses material. Jadi, dalam suatu OPC dicatat kegiatan-kegiatan operasi dan pemeriksaan,
terkadang pada akhir operasi dicantumkan kegiatan penyimpanan atau inspeksi.

3.5.2. Manfaat OPC


1. Untuk mengetahui kebutuhan mesin dan penganggarannya,
2. Untuk memperkirakan kebutuhan bahan baku dan waktu operasi,
3. Salah satu alat untuk menentukan tata letak pabrik,
4. Salah satu alat untuk melakukan perbaikan cara kerja yang sedang berlaku, dan
5. Sebagai alat untuk latihan kerja.

3.5.3. Prinsip Penyusunan OPC


1. Pada baris paling atas terdapat kepala peta “Operation Process Chart”, dan identifikasi lain: nama
objek yang dipetakan, nama pembuat peta, tanggal dipetakan, cara lama atau cara sekarang,
nomor peta, dan nomor gambar.
2. Material yang akan diproses diletakkan di atas garis horizontal untuk menunjukkan bahwa
material tersebut masuk ke dalam proses.
3. Lambang-lambang ditempatkan dalam arah vertikal, yang menunjukkan terjadi-nya perubahan
proses.
4. Penomoran terhadap suatu kegiatan operasi diberikan secara berurutan, sesuai dengan urutan
operasi yang dibutuhkan untuk pembuatan produk tersebut, atau sesuai dengan proses yang
terjadi.
5. Penomoran terhadap suatu kegiatan inspeksi diberikan secara tersendiri dan prinsipnya sama
dengan penomoran untuk kegiatan operasi.
6. Pada bagian bawah OPC dibuat ringkasan yang memuat informasi: jumlah operasi, jumlah
inspeksi, serta jumlah waktu yang diperlukan.

Page | 9
Praktikum Perancangan Sistem Terintegrasi II Modul 1 – Perencanaan Proses

3.5.4. Simbol – Simbol pada OPC


Operasi
Simbol:

Di samping lambang ini dituliskan nama proses, nama mesin, lama waktu proses, serta jumlah
scrap yang terbuang pada proses ini.

Inspeksi
Simbol:

Di samping lambang ini dituliskan nama kegiatan inspeksi serta lama waktunya.

Penyimpanan

Simbol:
Lambang ini dicantumkan setelah seluruh proses selesai.

Pengulangan untuk sebagian proses pada suatu material


Simbol: nx

Lambang ini dicantumkan dengan garis yang mencakup seluruh proses yang dilakukan
pengulangan. Pengulangan dilakukan n kali setelah rangkaian proses pertama.

Pengulangan untuk seluruh proses pada suatu material sebelum material tersebut di-
assembly dengan material lainnya
Simbol :

Lambang ini dicantumkan pada akhir keseluruhan proses apabila terdapat pengulangan
keseluruhan. Pengulangan dilakukan n-1 kali setelah rangkaian proses pertama.

Page | 10
Praktikum Perancangan Sistem Terintegrasi II Modul 1 – Perencanaan Proses

Perhatikan OPC di bawah ini. Pada setiap proses assembly, cantumkan alat bantu atau mesin yang
digunakan serta komponen - komponen pendukung yang digunakan dalam proses tersebut.

Gambar 5 Format OPC

• XX : nomor komponen
• YYY : nama komponen
• ZZZ : bahan baku komponen
• I : indeks operasi
• J : indeks inspeksi

Page | 11
Praktikum Perancangan Sistem Terintegrasi II Modul 1 – Perencanaan Proses

4. Posisi Modul 1 pada Siklus Manufaktur

Gambar 6 Siklus Manufaktur

5. Alat dan Bahan


1. Gambar teknik dan part list Dongkrak.
2. Data raw material dan data mesin yang tersedia di lantai produksi.
3. 1 buah Dongkrak.
4. 1 set kunci L (3mm dan 5mm).
5. Buku Fundamentals of Modern Manufacturing (Mikell P. Groover).

6. Prosedur Pelaksanaan Praktikum


1. Setiap kelompok diberikan 1 buah Dongkrak dan 1 set peralatan.
2. Bongkar (disassembly) Dongkrak dengan menggunakan kunci L.
3. Tentukan part kritis dari Dongkrak.
4. Susun LRP untuk part kritis dengan menggunakan data gambar teknik, part list, data raw
material, dan data mesin yang disediakan.
5. Rakit (assembly) kembali Dongkrak dan buatlah AC dan PD untuk perakitan Dongkrak.
6. Susun Multilevel BOM untuk Dongkrak.

Page | 12
Praktikum Perancangan Sistem Terintegrasi II Modul 1 – Perencanaan Proses

7. Susun OPC untuk Dongkrak.


8. Konfirmasikan LRP part, AC, dan PD yang telah disusun kepada asisten masing-masing.

7. Struktur Laporan
Cover
Lembar Pengesahan
Lembar Asistensi
BAB 1: Pendahuluan
1.1 Latar Belakang
1.2 Tujuan
1.3 Flowchart Praktikum
Bab 2: Pengolahan Data
Bab 3: Analisis
Bab 4: Kesimpulan dan Saran
4.1 Kesimpulan
4.2 Saran
Daftar Pustaka
Lampiran
1. Operation Process Chart
2. Gambar part kritis, LRP part kritis, BOM, AC, dan PD yang telah dikorfirmasi asisten

8. Format Laporan
• Kertas A4
• Margin : Atas, Bawah, Kiri, Kanan (2, 2, 3, 2)
• Huruf : Calibri 11, Judul Bab Cambria 14 Bold, Sub-bab Cambria 12 Bold
• Spasi : Multiple 1.3
• Header : Kiri = Modul X – Judul Modul, Kanan = Nama Asisten (NIM Asisten)
• Footer : Kiri = Nomor Kelompok, Kanan = Nomor Halaman

Page | 13
Praktikum Perancangan Sistem Terintegrasi II Modul 1 – Perencanaan Proses

9. Referensi
Apple, James M. Tataletak Pabrik dan Pemindahan Bahan. Bandung: Penerbit ITB, 1990.
Bedworth. Computer-Integrated Design and Manufacturing. New York: Mc. Graw Hill, 1991.

Chang Tien-Chien, et al. Computer-Aided Manufacturing.2nd Edition. New York: Prentice Hall, 2000.

Elsayed, Elsayed A. Dan Thomas O. Boucher.Analysis and Control of Production System. New York:
Prentice Hall, 1985.

Fogarty, Donald W., John H. Blackstone, dan Thomas R. Hoffmann. Production & Inventory
Management.2nd Edition. Cincinnati: South-Western Publishing Co., 1991.

Groover, Mikell P. Fundamentals of Modern Manufacturing. New York: John Wiley & Sons, 2000.

Ostwald dan Munoz. Manufacturing Processes and Systems.9th Edition. New York: John Wiley &
Sons, 1997.

Sule, D.R. Manufacturing Facilities: Location, Planning and Design. Boston: PWS Kent, 1991.

Sutalaksana, Iftikar Z., Ruhana Anggawisastra, dan Jann H. Tjakraatmadja. Teknik Tata Cara Kerja.
Bandung : ITB.

TUGAS BACA
• Modul 6 PPST 1: Proses Perencanaan dan Operasi
• Buku Fundamentals of Modern Manufacturing, 2nd edition” karangan Mikell P. Groover, Bab 21:
Theory of Metal Machining dan Bab 22: Machining Operations and Machine Tools.

Page | 14
Praktikum Perancangan Sistem Terintegrasi II Modul 1 – Perencanaan Proses

TEMPLATE LAPORAN
COVER MODUL
LAPORAN
PRAKTIKUM PERANCANGAN SISTEM TERINTEGRASI II

MODUL 1
PERENCANAAN PROSES

Kelompok XX:
Anggota 1 (NIM 1)
Anggota 2 (NIM 2)
Anggota 3 (NIM 3)
Anggota 4 (NIM 4)
Anggota 5 (NIM 5)

LABORATORIUM SISTEM PRODUKSI


PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI
INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG
2019

Page | 15
Praktikum Perancangan Sistem Terintegrasi II Modul 1 – Perencanaan Proses

LEMBAR PENGESAHAN
LEMBAR PENGESAHAN

Asisten Laboratorium Sistem Produksi (LSP ITB) yang bertandatangan di bawah ini mengesahkan Laporan
Praktikum Perancangan Sistem Terintegrasi II Modul 1: Perencanaan Proses Kelompok XX yang
beranggotakan :

1. Anggota 1 (NIM 1)
2. Anggota 2 (NIM 2)
3. Anggota 3 (NIM 3)
4. Anggota 4 (NIM 4)
5. Anggota 5 (NIM 5)

Dan menyetujui untuk dikumpulkan pada :


Hari : Jumat
Tanggal : xx/xx/2019
Waktu : xx.xx WIB

Bandung, xx/xx/2019

Nama Asisten
(NIM Asisten)

Page | 16
Praktikum Perancangan Sistem Terintegrasi II Modul 1 – Perencanaan Proses

LEMBAR ASISTENSI
LEMBAR ASISTENSI

Asistensi modul ke :

Asistensi ke :
Tanggal :
Kelompok XX
1. Anggota 1 (NIM 1)
2. Anggota 2 (NIM 2)
3. Anggota 3 (NIM 3)
4. Anggota 4 (NIM 4)
5. Anggota 5 (NIM 5)
Asisten :

Catatan :

Bandung,

Asisten Laboratorium Sistem Produksi

( )

Page | 17

Anda mungkin juga menyukai